• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user 7 BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS

A. Kajian Pustaka

1. Hakikat Keterampilan Pemecahan Masalah Materi Satuan Kecepatan a. Pengertian Keterampilan Pemecahan Masalah

Keterampilan berasal dari kata terampil yang berarti mampu, cakap, dan cekatan. Keterampilan dapat diartikan kemampuan dasar yang dimiliki individu untuk menghasikan sesuatu yang lebih bernilai dengan lebih cepat.

Keterampilan dalam belajar berbeda dengan keterampilan fisik motorik.

Keterampilan belajar merupakan keterampilan spesifik seperti mengorganisasikan, memproses dan memaknai informasi yang didapatkan dari aktivitas belajar dan sumber belajar. Tujuan akhir dari keterampilan belajar matematika yaitu peserta didik dapat menguasai berbagai kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik sesuai dengan tujuan pembelajaran. Lebih lanjut lagi peserta didik dapat menerapkan ilmu yang dalam kehidupan sehari-hari. (KBBI; Risnawati, 2013: 6; Soemarjadi, 2001:2)

Pemecahan masalah merupakan salah satu keterampilan kecerdasan satu tingkat lebih tinggi daripada keterampilan lain. Seseorang dikatakan dapat memecahkan masalah, apabila dapat menerapkan konsep atau aturan yang sudah dipelajari. Pemecahan masalah memuat tantangan yang tidak dapat dipecahkan dengan prosedur rutin yang biasa dilakukan sebelumnya, sehingga membutuhkan waktu lebih lama dari proses pemecahan masalah rutin biasa. Melalui kegiatan pemecahan masalah pesera didik dituntun menemukan langkah-langkah untuk memecahkan permasalahan yang ditemuinya. (Budhayanti, 2009: 9-2; Krulik, 1980: 2; Roebiyanto, 2017: 14) Istilah pemecahan masalah terdapat pada berbagai disiplin ilmu dan memiliki berbagai macam arti. Klasifikasi kegiatan sebagai pemecahan masalah dalam matematika meliputi memahami permasalahan;

(2)

commit to user

menyelesaikan permasalahan yang tidak teratur dan membingungkan;

menerapakan strategi matematika untuk menyelesaikan masalah; dan mengkaji ulang dugaan matematis penyelesaian masalah. Terdapat tiga interpretasi umum pemecahan masalah yaitu : 1) sebagai tujuan, 2) sebagai proses, 3) sebagai keterampilan umum. Ketiga implikasi tersebut merupakan kajian dasar dalam pembelajaran matematika (Krulik, 1980: 3).

Berdasarkan pemaparan tersebut dapat ditarik simpulan, pemecahan masalah merupakan salah satu keterampilan dalam matematika.

Keterampilan pemecahan masalah adalah kecakapan peserta didik dalam memenerapkan konsep atau aturan yang telah dipelajari sebelumnya.

Pembelajaran pemecahan masalah melatih perserta didik dalam menerapkan konsep dan prinsip yang telah dipelajari untuk menyelesaikan permasalahan yang ditemui dalam kehidupan sehari-hari.

b. Indikator Pemecahan Masalah

Terdapat beberapa kriteria bahwa peserta didik dikatakan dapat menyelesaikan permasalahan. Beberapa kriteria tersebut dipaparkan dalam bentuk indikator pemecahan masalah. Indikator keterampilan pemecahan masalah dapat disajikan kedalam tabel 2.1 sebagai berikut:

Tabel 2.1 Indikator Keterampilan Pemecahan Masalah

Aspek yang Diukur Penjelasan

Understand the problem (Memahami masalah)

Menentukan informasi yang diketahui dan ditanyakan pada soal Devise a plan

(Merencanakan Penyelesaian)

Mengembangkan rencana

penyelesaian masalah Carry out the plan

(Menyelesaikan rencana penyelesaian)

Menggunakan prosedur pemecahan masalah yang benar dan hasil yang diperoleh benar

Look back

(Memeriksa Kembali)

Melakukan pengecekan proses dan hasil, serta membuat kesimpulan dengan benar

Sumber : Polya (1973) How to Solve It: A New Aspect of Mathematical Method

(3)

commit to user

Indikator keterampilan pemecahan masalah yang harus dikuasai peserta didik meliputi memahami masalah, merencanakan penyelesaian, menyelesaikan rencana penyelesaian dan memeriksa kembali. Peserta didik dikatakan terampil memecahkan masalah apabila memenuhi semua indikator pemecahan masalah tersebut. Indikator kerja pada penelitian ini mencakup seluruh aspek keterampilan pemecahan masalah yang telah dipaparkan.

c. Keterampilan Pemecahan Masalah di Sekolah Dasar

Matematika ialah salah satu bidang studi di sekolah dasar yang bersifat abstrak. Pembelajaran metematika merupakan salah satu sarana untuk melatih keterampilan dan pemahaman konsep yang sesuai dengan tingkatan berpikir peserta didik. Sawyer dalam Fadjar Shadiq (2014:109) berpendapat bahwa pegetahuan yang ditransformasikan langsung kepada pesera didik hanya meningkatkan kemampuan mengingat saja. Padahal di zaman yang serba modern ini kemampuan bernalar dan berpikir tingkat tinggi (berpikir kritis, kreatif, logis, dan rasional) merupakan bekal utama menghadapi dunia bebas.

Untuk melatih kemampuan berpikir tingkat tinggi, guru matematika dapat mengarahkan peserta didiknya dengan pembelajaran pemecahan masalah. Lovit, C & Lowe, I dalam Goenawan Roebiyanto (2017:15) Roebiyanto (2017) berpendapat bahwa pembelajaran pemecahan masalah merupakan hakikat utama dalam kegiatan belajar matematika. Pembelajaran pemecahan masalah merupakan option yang dapat dilakukan guru agar peserta didik tertantang menyelesaikan masalah dengan mengajarkan kepada peserta didik bagaimana cara memecahkan masalah tersebut.

Melalui pemecahan masalah peserta didik tidak lagi disajikan teori dan rumus yang sudah jadi, akan tetapi belatih memecahkan masalah lalu mengkontruksi sendiri pengetahuan dan pemahaman konsep. Pembelajaran pemecahan masalah dapat melatih pengaplikasian keterampilan dan pengetahuan peserta didik yang didapatkan selama pembelajaran pada kehidupan sehari-hari.

(4)

commit to user

Berdasarkan uraian tersebut dapat ditarik simpulan bahwa pemecahan masalah dalam matematika cukup efektif dalam melatih berpikir tingkat tinggi peserta didik. Berbagai masalah yang ditampilkan berupa masalah di lingkungan sekitar yang sesuai dengan materi. Melalui metode pemecahan masalah dapat menurunkan tingkat keabstrakan matematika karena peserta didik disuguhkan permasalahan yang ditemuinya dalam kehidupan sehari- hari. Peserta didik juga dapat mengkontruksi sendiri pengetahuan serta pemahaman konsepnya masing-masing sehingga kegiatan belajar mengajar lebih bermakna.

d. Keterampilan Pemecahan Masalah Materi Satuan Kecepatan di Sekolah Dasar

Satuan kecepatan merupakan materi yang ditemui di kelas 5 sekolah dasar pada semester I. Kompetensi dasar pembelajaran satuan kecepatan dijelaskan pada tabel berikut :

Tabel 2.2 Kompetensi Dasar Materi Satuan Kecepatan 3.4 Menjelaskan kecepatan

sebagai perbandingan jarak dengan waktu

4.4 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan kecepatan, jarak, dan waktu.

Sumber : Model Silabus Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI) Tematik Terpadu

Jarak waktu dan kecepatan merupakan tiga satuan yang saling berkaitan. Secara matematis kecepatan disimpolkan dengan v, jarak disimbolkan s, dan waktu disimbolkan t. Kecepatan merupakan besaran turunan dari pembagian antara jarak (satuan panjang) dengan waktu..

1) Jarak

Jarak merupakan panjang lintasan yang dilalui. Satuan untuk menyatakan jarak sama dengan satuan panjang, yaitu kilometer (km), hektometer (hm), dekameter (dam), meter (m), desimeter (dm), centimeter (cm), dan milimeter (mm).

(5)

commit to user

Dalam kurikulum 2013, satuan panjang mulai dipelajari di kelas 3 semester II. Berbagai satuan panjang dapat dilihat pada tangga satuan panjang sebagai berikut :

Gambar 2.1 Tangga satuan panjang

Terdapat tujuh tingkatan dalam satuan panjang. Setiap tingkatan memiliki nilai 10 kali daripada tingkatan dibawahnya. Artinya jika satuan turun satu tingkat maka nilainya sepuluh kali dari tingkatan sebelumnya, jika satuan turun dua tingkat nilainya seratus kali tingkatan sebelumnya, begitu seterusnya. Sebaliknya jika satuan naik satu tingkat ke tingkatan diatasnya, maka nilai satuannya dikalikan seper sepuluh kali, jika satuan naik dua tingkat ke tingkatan diatasnya maka nilai satuannya dikalikan seper seratus kali, begitu seterusnya.

Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa jarak merupakan ukuran panjang dari suatu tempat ke tempat yang lain. Jarak dinyatakan dalam satuan panjang yaitu kilometer (km), hektometer (hm), dekameter (dam), meter (m), desimeter (dm), centimeter (cm), dan milimeter (mm). Perubahan satuan panjang didasarkan pada tangga satuan panjang. Apabila perubahan satuan naik ke atas, maka setiap kenaikan anak tangga dibagi sepuluh atau dikalikan seper sepuluh.

Sedangkan apabila turun ke bawah, setiap penurunan anak tangga dikalikan sepuluh.

(6)

commit to user 2) Waktu

Waktu atau waktu tempuh merupakan lama waktu yang digunakan untuk menempuh perjalanan dari suatu tempat ke tempat yang lain.

Dalam silabus matematika waktu tempuh dinyatakan sebagai waktu.

Satuan waktu dalam materi satuan kecepatan adalah jam, menit dan detik. Hubungan antar satuan waktu detik-jam sebagai berikut :

Gambar 2.2 Hubungan satuan waktu (Pujianti, 2008)

Hanya tiga satuan waktu yang keterkaitannya dapat dibuat tangga satuan waktu, yaitu detik, menit dan jam. Berbeda dengan tangga satuan panjang, antar tingkatan satuan waktu memiliki nilai 60 kali dari pada tingkatan yang lain. Jika turun satu tingkat maka nilai satuan waktu dikalikan 60, jika turun dua tingkat maka nilai satuan waktu dua kali dikalikan 60 atau dikuadratkan.

Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa waktu merupakan lama waktu yang digunakan untuk menempuh perjalanan dari suatu tempat ke tempat yang lain. Satuan waktu yang digunakan dalam materi satuan kecepatan adalah jam, menit dan detik. Antar satuan waktu dapat diubah berdasarkan tangga satuan waktu. Apabila perubahan satuan naik ke atas, maka setiap kenaikan anak tangga dibagi enam puluh atau dikalikan seper enam puluh. Sedangkan apabila turun ke bawah, setiap penuruan anak tangga dikalikan enam puluh.

(7)

commit to user 3) Kecepatan

Kecepatan merupakan jarak yang ditempuh dalam satuan waktu tertentu. Pada materi satuan kecepatan, kecepatan merupakan kecepatan rata-rata yang digunakan untuk berpindah pada jarak dan satuan waktu tertentu.

Satuan kecepatan yang digunakan berbagai macam, tergantung satuan panjang dan satuan waktu penyusunnya. Apabila jarak dinyatakan dalam kilometer (km) dan waktu dinyatakan dalam jam, maka satuan kecepatanya km/jam. Satuan kecepatan yang sering digunakan adalah km/jam, m/detik, dan cm/detik. Satuan kecepatan dapat diubah menjadi satuan kecepatan lain. Caranya dengan mengubah satuan panjang (jarak) menjadi satuan panjang (jarak) yang diinginkan sebagai pembilang dan mengubah satuan waktu menjadi satuan waktu yang diiginkan sebagai penyebut.

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa kecepatan ialah jarak yang ditempuh pada satuan waktu tertentu. Satuan kecepatan ialah perbandingan antara jarak (sebagai pembilang) dengan waktu tempuh (sebagai penyebut). Satuan kecepatan yang sering digunakan untuk menyatakan kecepatan ialah km/jam, m/menit dan m/detik. Suatu satuan kecepatan dapat diubah menjadi satuan waktu yang lain.

4) Hubungan Waktu, Jarak dan Kecepatan

Kecepatan merupakan perbandingan antara jarak yang ditempuh dengan waktu tempuh. Atau dapat dirumuskan sebagai berikut :

Secara matematis jarak suatu tempat ke tempat lain dinyatakan sebagai s, waktu tempuh untuk berpindah dinyatakan dengan t, dan kecepatan dinyatakan sebagai v. Secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut :

(8)

commit to user

Dengan (v) kecepatan, (s) jarak dan (t) waktu tempuh. Dari ketiga besaran tersebut dapat diperoleh hubungan jarak, waktu dan kecepatan.

Untuk menentukan waktu diperoleh dari pembagian jarak (sebagai pembilang) dan waktu (sebagai penyebut). Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut :

Untuk menentukan jarak diperoleh dari perkalian antara kecepatan dengan waktu. Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut :

s = v t atau jarak = kecepatan waktu

Dari ketiga rumus tersebut dapat disatukan menjadi satu rumus melalui segitiga SVT sebagai berikut :

Gambar 2.3 Segitiga svt

Sebuah segitiga dibagi menjadi tiga bagian, bagian atas dituliskan huruf s yang berarti jarak, bagian bawah kiri dituliskan v yang berarti kecepatan, dan bagian kanan bawah dituliskan t yang berarti waktu.

Untuk mencari rumus jarak dengan menutup bagian jarak. Maka diperoleh rumus perkalian antara kecepatan dan waktu. Sedangkan rumus kecepatan diperoleh dengan menutup bagian kecepatan (v) sehingga diperoleh pembagian jarak (s) dengan waktu (t). Dengan cara yang sama diperoleh rumus waktu, yaitu jarak dibagi kecepatan.

Berdasarkan uraian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa kecepatan, jarak dan waktu saling berhubungan satu sama lain. Untuk menentukan waktu digunakan rumus , menentukan jarak dengan

(9)

commit to user

rumus = kecepatan waktu, sedangkan untuk menentukan kecepatan

menggunakan rumus .

Keterampilan pemecahan masalah materi satuan kecepatan pada penelititan ini merupakan penerapan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki peserta didik untuk menyelesaikan masalah yang bersifat tidak rutin dalam kehidupan sehari-hari. Keberhasilan peserta didik dalam memecahkan masalah ditandai dengan tercapainya indikator dan tujuan pembelajaran yang sudah ditetapkan. Pada penelitian ini terdapat empat indikator pemecahan masalah yaitu memahami masalah, merencanakan penyelesaian, menyelesaikan rencana penyelesaian dan memeriksa kembali.

Materi yang perlu dikuasai yaitu mengubah dan menghitung satuan kecepatan. Sebelum masuk ke konsep kecepatan peserta didik perlu menguasai satuan panjang, jarak dan satuan waktu yang merupakan bagian dari satuan kecepatan.

2. Hakikat Strategi Pembelajaran REACT a. Pengertian Strategi Pembelajaran

Strategi berasal dari kata Yunani yaitu “strategia” yang berarti perang atau dapat diartikan dapat diartikan seni merancang operasi dalam peperangan. Menurut New Vebster Dictionaty strategi diartikan sebagai cara-cara dalam melaksanakan proyek atau cara dalam mecapai tujuan.

Sedangkan berdasarkan KBBI, strategi merupakan ilmu menggunakan semua sumber daya bangsa untuk melaksanakan kebijakan tertentu dalam perang dan damai.

Pada kegiatan belajar mengajar, strategi merupakan perencanaan pengajaran dari guru pada kegiatan belajar mengajar guna mencapai tujuan dari pembelajaran. Pengajaran dalam konteks tersebut dimaksudkan dalam arti luas meliputi program, metode dan pengukuran keberhasilannya. Hal penting yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran yaitu perencanaan yang berorientasi pada tujuan dan pelaksanaan rencana pembelajaran berlangsung dengan lancar sehingga tujuan yang ditetapkan dapat terpenuhi.

(10)

commit to user

Komponen dalam strategi pembelajaran antara lain tujuan kegiatan, subjek yang terlibat dalam kegiatan, isi kegiatan, proses kegiatan serta sarana penunjang kegiatan. (Hardini, 2012: 4; Majid, 2014:4; Soemarsono, 2007:2)

Strategi pembelajaran melibatkan banyak komponen yang saling berkaitan yaitu tujuan dan kompetensi, pendekatan pembelajaran, prosedur pembelajaran, dan menetapkan kriteria penilaian. Berbagai komponen tersebut saling berkaitan, sehingga guru harus mengelola pembelajaran dan melakukan penekanan pada beberapa aspek sehingga dapat bersinergi guna mencapai tujuan pembelajaran (Bektiarso, 2015).

Berdasarkan pemaparan tersebut dapat ditarik simpulan, ditinjau dari bahasa strategi merupakan cara untuk mencapai tujuan. Strategi pembelajaran merupakan perencanaan kegiatan belajar mengajar guna memenuhi tujuan dari pembelajaran. Hal penting yang perlu diperhatikan yaitu perencanaan yang berorientasi pada tujuan dan pelaksanaan yang sesuai dengan perencanaan. Strategi pembelajaran melibatkan berbagai komponen yang saling berkaitan sehingga guru harus mengelola dan memilih penekanan pada aspek tertentu sehingga dapat bersinergi untuk mencapai tujuan pembelajaran.

b. Pengertian Strategi Pembelajaran REACT

REACT merupakan akronim dari Relating, Experiencing, Applying, Cooperating, Transfering. REACT diperkenalkan mulai tahun 2017 oleh Center for Occupational Research and Development (CORD). REACT merupakan pengembangan dari Contextual Teaching and Learning (CTL) atau pembelajaran kontekstual. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Marlan pada tahun 2002, menunjukkan bahwa pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan interkasi pembelajaran dalam kelas sehingga peserta didik termotivasi belajar dan mampu berpikir kritis. Penerapan strategi REACT dalam pembelajaran dapat membantu peserta didik untuk membangun keterampilan baru dan pengetahuan sejak dini. (CORD, 2016; Marlan, 2017)

Strategi REACT mengacu pada paham konstruktivisme, karena menuntut peserta didik terlibat aktif dalam berbagai kegiatan seperti

(11)

commit to user

berpikir dan memahami konsep serta menghubungkan berbagai tema dan konsep yang telah ditemukannya. Jadi peserta didik tidak hanya sekedar menghafal, membaca materi, mendengarkan penjelasan dari guru secara berulang-ulang. Guru bertugas mengarahkan peserta didik menemukan sendiri rumus atau memahami konsep yang diberikan serta membimbing kerjasama sehingga dapat mengaplikasikan ilmu yang diperoleh ke dalam kehidupan nyata atau mentransfernya dalam konteks baru. (Crawford, 2001:2-3; Wulandari, 2011:29)

Pembelajaran dengan strategi REACT dimulai dengan guru memotivasi pesera didik dengan mengaitkan materi pembelajaran dengan pengetahuan yang dimiliki sebelumnya. Melalui cara tersebut didik lebih mudah menerima materi yang akan dipelajarinya. Peserta didik juga diberi kesempatan untuk memiliki pengalaman (eksperimen) dalam proses penemuan konsep dengan memecahkan masalah atau melakukan kegiatan pada lembar kerja peserta didik. Setelah peserta didik menemukan konsep, kemudian peserta didik menggunakan temuan konsep untuk memecahkan masalah. Dengan membiasakan melaksanakan kegiatan ini dapat meningkatkan pemahaman peserta didik terhadap konsep yang dipelajari.

Berdasarkan pembahasan tersebut dapat disimpulkan, strategi REACT ialah strategi pembelajaran dalam ruang lingkup contextual learning.

Strategi REACT menuntun peserta didik membangun untuk pengetahuan dan keterampilan baru. Kegiatan pembelajaran strategi REACT memfokuskan pada keikutsertaan peserta didik dalam mengkontruksi sendiri pemahaman materi yang sedang dipelajari.

c. Tahap-tahap Strategi Pembelajaran REACT

Crawford (2001: 3-15) menguraikan tahapan strategi REACT berikut : 1. Relating (mengaitkan)

Relating merupakan kegiatan mengaitkan materi yang akan dipelajari dengan pengetahuan awal peserta didik. Apabila tahap relating berhasil, peserta didik tidak kesulitan menerima materi yang akan

(12)

commit to user

dipelajarinya. Melalui relating ini akan membuat kegiatan pembelajaran menjadi lebih bermakna. (Crawford, 2001: 3; Rahayu, 2014: 258)

2. Experiencing (mengalami)

Experiencing merupakan poin utama dari contextual learning.

Kegiatan belajar mengajar yang dilakukan meliputi eksplorasi, penemuan, dan penciptaan sehingga dapat membangun pengetahuan peserta didik. Berbagai kegiatan dapat dilakukan di dalam kelas seperti penggunaan media manipulatif, pemecahan masalah dan penemuan konsep. Tahap experiencing ini dilaksanakan untuk menyamarakatan pengetahuan awal peserta didik. Peserta didik yang tidak mempunyai pengalaman dapat membangun pengalaman baru yang sama seperti peserta didik yang sudah memiliki pengalaman sebelumnya. (Crawford, 2001: 5; Supandi & Waluya, 2017: 3)

3. Applying (menerapkan)

Applying merupakan pembelajaran dengan mengaplikasikan konsep dan pengetahuan yang telah didapatkan. Peserta didik menerapkan konsep yang telah dibangun untuk memecahkan masalah serta proyek lain. Guru mendorong penerapan konsep melalui kegiatan latihan yang realistik dan relevan. (CORD, 2016: 1; Crawford, 2001: 8) 4. Cooperating (berkerja sama)

Cooperating merupakan kegiatan belajar dalam kelompok dengan saling berkomunikasi, menanggapi dan berkomunikasi dengan peserta didik lain. Tahap cooperating merupakan bagian utama dalam pembelajaran kontekstual, yaitu mengerjakan sesuatu bersama-sama dengan saling membantu satu sama lain.

Peserta didik diberikan kesempatan untuk berdiskusi, mengekspresikan ide sebaik mungkin dan memperoleh timbal balik sehingga dapat ditarik sebuah simpulan dari konsep yang telah dipelajari.

Pengalaman dari kerjasama ketika latihan tidak hanya membantu peserta didik menguasai materi, tetapi juga secara konsisten menitik beratkan

(13)

commit to user

pembelajaran pada kehidupan nyata. (CORD, 2016: 1; Crawford, 2001:

11; Supandi & Waluya, 2017: 3) 5. Transfering (mentransfer)

Transfering merupakan penggunaan dan pemanfaatan pengetahuan yang telah dibangun peserta didik ke dalam situasi atau konteks baru.

Peserta didik menggunakan pengetahuan dan keterampilan yang telah dibangunnya untuk memecahkan masalah dalam situasi dan kondisi lain.

Transfering ke dalam konsep baru dapat membantu peserta didik melakukan pendekatan terhadap permasalaan yang tidak familiar dan menyelesaikan permasalahan dengan percaya diri. (CORD, 2016: 1;

Crawford, 2001: 14; Supandi & Waluya, 20173)

Berdasarkan uraian diatas, strategi REACT lebih menekankan agar peserta didik mengkontruksi sendiri materi pelajaran serta menyelesaikan permasalahan secara mandiri. Melalui strategi ini peserta didik memperoleh ilmu dengan mencari tahu sendiri, bereksperimen sendiri dan saling berkerja sama. Harapannya peserta didik menjadi paham dan dapat memecahkan permasalahan yang berkaitan dengan kompetensi yang telah dipelajarinya.

Penelitian ini menerapkan seluruh kegiatan dalam strategi REACT agar peserta didik dapat membangun pengetahuannya sendiri dan dapat memecahkan masalah secara mandiri.

d. Kelebihan dan Kekurangan Strategi Pembelajaran REACT

Kelebihan Strategi REACT ini berdasarkan pendapat Fortuna, I Km;

Dantes (2014: 3-4), Abdussakir, Achadiyah (2009: 390-391) serta Yuniawatika (2011: 114) sebagai berikut :

a) Memperdalam pemahaman peserta didik. Berbagai informasi dan pengetahuan yang didapatkan peserta didik tidak hanya berasal dari guru, akan tetapi melalui berbagai aktifitas seperti eksplorasi, pengerjaan LKPD, dan diskusi. Peserta didik mengalami setiap kegiatan pembelajaran sehingga ilmu terkonstruksi lebih kuat dalam pemahaman peserta didik.

(14)

commit to user

b) Mengembangkan sikap menghargai diri sendiri dan orang lain. Melalui kegiatan diskusi kelompok hasil yang diperoleh merupakan hasil kinerja bersama. Rasa percaya diri peserta didik dan penghargaan terhadap teman sejawat mulai terpupuk ketika anggota kelompok berkerjasama menyelesaikan tugas dengan benar dan tepat waktu.

c) Mengembangkan keterampilan untuk masa depan. Melalui pengalaman belajar langsung peserta didik dituntut untuk memanipulasi benda konkret, membandingkan atau menghitung sebagai bekal keterampilan untuk masa depan peserta didik.

d) Menumbuhkan rasa cinta lingkungan. Kegiatan pembelajaran selalu dikaitkan dengan lingkungan sekitar maupun kehidupan yang pernah dialami peserta didik. Akibatnya, dapat menumbuhkan rasa cinta lingkungan pada diri peserta didik.

e) Menumbuhkan motivasi peserta didik. Pembelajaran student centered memusatkan pembelajaran pada aktivitas belajar peserta didik sehingga pembelajaran menjadi menyenangkan dan lebih bermakna. Dengan demikian, peserta didik lebih termotivasi untuk belajar.

Kekurangan strategi ini membutuhkan waktu yang cukup lama dalam proses pembelajarannya. Hal ini dikarenakan strategi REACT memiliki lima kegiatan yang telah ditentukan dan harus dilakukan. Kekurangan di atas dapat diatasi melalui perencanaan dan persiapan yang matang oleh guru.

Alokasi waktu pada setiap tahap strategi REACT dikelola sebaik mungkin sehingga kegiatan pembelajaran berjalan dengan efektif dan efisien. Selain itu guru perlu memilih materi yang dapat ditunjang dengan kegiatan hand- on pada kegiatan eksplorasi agar pembelajaran dapat berjalan efektif.

e. Penerapan Strategi Pembelajaran REACT dalam Pemecahan Masalah Materi Satuan Kecepatan

Penerapan strategi pembelajaran REACT dilaksakan dalam langkah- langkah sebagai berikut :

(15)

commit to user

Tabel 2.3 Penerapan Strategi Pembelajaran REACT dalam Kegiatan Pembelajaran

No Tahapan Penerapan Indikator

1. Relating Peserta didik mengaitkan materi yang akan dipelajari dengan pengalaman dalam kehidupan sehari-hari. Guru bertanya jawab dengan peserta didik mengaitkan materi yang akan dipelajari dengan pengetahuan yang sudah dimiliki peserta didik.

Memahami masalah

2. Experiencing Peserta didik bereksperimen berdasarkan langkah-langkah pada LKPD untuk menemukan sendiri konsep materi yang akan dipelajari.

Data eksperimen ditulis pada LKPD yang telah dibagikan guru. Guru

membagikan LKPD. Guru

membimbing peserta didik melakukan kegiatan penemuan konsep materi yang akan dipelajari melalui berbagai kegiatan.

Merencanakan penyelesaian

3. Applying Peserta didik mengaplikasikan konsep yang didapatkan dari kegiatan sebelumnya pada situasi baru. Guru membimbing peserta didik mengaplikasikan konsep yang didapatkan dari kegiatan sebelumnya pada situasi baru.

Menyelesaikan rencana

penyelesaian

4. Copperating Melaui kegiatan kelompok, peserta didik berkerja sama memecahkan permasalahan sehingga menambah penguasaan materi. Guru membimbing kelompok yang mengalami kesulitan

Menyelesaikan rencana

penyelesaian

5. Transfering Peserta didik secara individu mentrasfer pengetahuan yang didapatkannya dengan mengerjakan soal pemecahan masalah. Guru mengkondisikan peserta didik agar kondusif mengerjakan soal evaluasi

Memeriksa kembali

Penerapan tersebut digunakan peneliti dalam pembelajaran keterampilan pemecahan masalah materi satuan kecepatan. Melalui penerapan strategi pembelajaran ini diharapkan mempermudah peserta didik dalam memahami

(16)

commit to user

materi sehingga tidak hanya menghafalkannya saja. Karena memahami materi merupakan merupakan suatu proses menyatukan berbagai informasi dengan struktur pengetahuan yang telah dimiliki perserta didik. Strategi REACT ini menekankan pada aktifitas peserta didik dalam menghubungkan, mengalami, menerapkan dan menstransfer yang dilaksanakan secara kooperatif.

3. Penilaian Keterampilan Pemecahan Masalah Materi Satuan Kecepatan Penilaian merupakan proses memberikan atau menentukan nilai kepada objek tertentu berdasarkan suatu kriteria yang telah ditentukan. Penilaian dalam pembelajaran untuk mendapatkan informasi secara objektif, berkesinambungan dan menyeluruh tentang proses dan hasil belajar peserta didik. Objek penilaian mencakup semua aspek yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Kemudian hasil penilaian sebagai dasar untuk menentukan perlakuan selanjutnya. Penilaian dalam keterampilan pemecahan masalah berarti pemberian nilai atas keterampilan pemecahan masalah peserta didik berdasarkan indikator yang telah ditentukan. (Jihad, Asep & Haris, 2012: 54; Sudjana, 2016: 3)

Keterampilan pemecahan masalah dalam penelitian ini diukur dengan soal uraian sesuai dengan rubrik penilaian keterampilan pemecahan masalah.

Soal uraian menuntut peserta didik untuk memahami permasalahan dan pertanyaan yang dimaksud pada soal. Rubrik penilaian keterampilan pemecahan masalah materi satuan luas sebagai berikut :

(17)

commit to user

Tabel 2.4 Rubrik Penilaian Keterampilan Pemecahan Masalah

Indikator Deskriptor

Memahami masalah

Menuliskan informasi yang diketahui dan ditanyakan soal dengan benar

Menuliskan informasi dengan kalimat matematis yang benar

Merencanakan Penyelesaian

Memilih rencana penyelesaian masalah dengan tepat Menuliskan strategi penyelesaian masalah dengan benar Menyelesaikan

Rencana Penyelesaian

Menuliskan alur strategi pemecahan masalah dengan tepat Menyelesaikan alur strategi pemecahan masalah dengan sistematis

Menuliskan hasil perhitungan yang benar setiap langkah strategi pemecahan masalah

Menuliskan kesesuaian penyelidikan antara proses dan hasil berdasarkan strategi yang telah disusun

Memeriksa Kembali

Memeriksa kembali hasil jawaban

Menuliskan kalimat simpulan dari pemecahan masalah dengan benar

Diadaptasi dari : Polya (1973) How To Solve It: A New Aspect of Mathematical Method

Pemberian skor berdasarkan jumlah indikator yang tampak pada setiap aspeknya. Skor maskimal setiap nomor adalah 10. Dari keseluruhan skor dihitung nilai akhir keterampilan pemecahan masalah peserta didik. Hasil penilaian kemudian dikelompokkan ke dalam lima kategori berdasarkan tingkat keterampilan sebagai berikut :

Tabel 2.5 Tabel Pengkategorian Keterampilan Pemecahan Masalah

No. Interval Nilai Kategori Keterangan

1. 90-100 Sangat Tinggi Sangat Terampil

2. 75-89 Tinggi Terampil

3. 60-74 Cukup Cukup Terampil

4. 40-59 Rendah Kurang Terampil

5. < 40 Sangat Rendah Sangat Kurang Terampil (Modifikasi Arikunto & Jabar. 2010. Evaluasi Program Pendidikan. Jakarta:

PT. Bumi Aksara).

Ketercapaian dalam penelitian ini yaitu peserta didik memperoleh nilai lebih dari 75 kategori tinggi dan sangat tinggi. Peserta didik yang memperoleh kategori tinggi dapat dikatakan terampil memecahkan

(18)

commit to user

permasalahan. Apabila dalam penelitian ini 80% peserta didik menunjukkan kategori tinggi maka penerapan strategi pembelajaran REACT dapat meningkatkan keterampilan pemecahan masalah.

4. Penelitian yang Relevan

Penelitian ini mempunyai relevansi dengan beberapa penelitian yang lain.

Penelitian ini relevan dengan penelitian yang dilaksanakan Faizal Muttaqin (2017). Penelitian ini menunjukkan bahwa implementasi strategi REACT dapat meningkatkan pemahaman konnsep matematis peserta didik kelas II B SD Negeri C Kota Bandung Tahun Ajaran 2016/2017. Tindakan siklus I menunjukkan peningkatan aspek kognitif peserta didik sebesar 96% dan peningkatan menjadi 100% pada siklus II. Persamaan penelitian Faizal Muttaqin (2017) dengan penelitian peneniliti memiliki persamaan pada variabel bebasnya, yaitu penerapan strategi REACT, dan memiliki perbedaan pada variabel terikatnya. Variabel terikat dari penelitian Faizal Muttaqin yaitu pemahaman konsep matematis peserta didik, sedangkan variabel terikat peneliti yaitu keterampilan pemecahan masalah satuan kecepatan. (Muttaqin, Kesum a, & Muly asari, 2017)

Penelitian ini juga relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh Yoga Adi Pratama (2018). Penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan strategi REACT dapat meningkatkan kemampuan matematis peserta didik. Dibuktikan dengan hasil pengolahan data, diperoleh rata-rata skor pretest kelompok kontrol sebesar 32,97 dan kelompok eksperimen sebesar 31,90. Setelah mendapat tindakan berbeda, didapatkan rata-rata skor posttest kelompok kontrol sebesar 59,60 dan kelompok eksperimen sebesar 76,57. Dapat disimpulkan strategi REACT merupakan salah satu alternatif strategi pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematis peserta didik. Persamaan penelitian Yoga Adi Pratama (2018) dengan penelitian peneliti pada variabel bebas, yaitu penerapan strategi REACT.

Perbedaan penelitian Yoga Adi Pratama dengan penelitian peneliti pada variabel terikat. Varibel terikat penelitian Yoga Adi Pratama yaitu kemampuan komunikasi matematis sedangkan variabel terikat penelitian peneliti keterampilan pemecahan masalah. (Pratama, Yoga Adi; William, 2018)P

(19)

commit to user

Selain itu penelitian ini juga relevan dengan penelitian yang dilaksanakan oleh Deti Rostika dan Herni Junita (2017). Penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan model Diskursus Multy Representation (DMR) mampu meningkatkan kemampuan pemecahan masalah. Penelitian ini memiliki persamaan variabel terikat yang sama dengan penelitian peneliti yaitu keterampilan pemecahan masalah. Perbedaan penelitian Deti Rostika dengan penenlitian peneliti yaitu penelitian Deti Rostika menerapkan model Diskursus Multy Representation (DMR) sedangkan penelitian peneliti menerapkan strategi REACT. (Rostika, Deti; Herni, 2017)

B. Kerangka Berpikir

Kondisi awal kegiatan belajar mengajar matematika di kelas V SD Negeri Pajang II No. 171 Surakarta menunjukkan rendahnya keterampilan pemecahan masalah. Mayoritas peserta didik kurang aktif dan guru belum menerapkan strategi pembelajaran yang mengarahkan peserta didik untuk memecahkan masalah. Hal ini mengakibatkan peserta didik kurang terampil memecahkan masalah. Berdasarkan observasi awal, wawancara dengan guru dan peserta didik dan diperkuat uji pratindakan menunjukkan rendahnya keterampilan pemecahan masalah. Hanya 4% dari seluruh peserta didik yang mencapai kategori terampil memecahkan masalah. Apabila kondisi seperti ini tidak segera diatasi, dapat menimbulkan peserta didik tidak terampil memecahkan masalah.

Berdasarkan uraian diatas, peneliti melakukan tindakan untuk meningkatan keterampilan pemecahan masalah yaitu dengan penerapan strategi pembelajaran REACT (Relating, Experiencing, Applying, Cooperating, Transferring). Penerapan strategi ini diharapkan dapat membantu peserta didik memahami materi sehingga dapat memecahkan permasalahan yang berkaitan dengan materi. Penilaian keterampilan pemecahan masalah berdasarkan indikator pemecahan masalah yang terdiri dari empat aspek yaitu memahami masalah, merencanakan penyelesaian, menyelesaikan rencana penyelesaian dan memeriksa kembali. Langkah-langkah dalam strategi pembelajaran REACT mengasah keterampilan pemecahan masalah peserta didik.

(20)

commit to user Kondisi

Awal

Tindakan

• Guru belum

menggunakan strategi REACT

• Pemahaman peserta didik terhadap soal rendah

Penerapan strategi pembelajaran REACT pada

materi satuan kecepatan

Kondisi Akhir

Meningkatnya keterampilan pemecahan masalah materi

satuan kecepatan peserta didik SD Negeri Pajang II

No. 171 Surakarta

Siklus I 1. Perencanaan 2. Tindakan 3. Pengamatan 4. Refleksi

Siklus II 1. Perencanaan 2. Tindakan 3. Pengamatan 4. Refleksi Rendahnya keterampilan pemecahan masalah materi

satuan kecepatan Kondisi akhir yang diinginkan peneliti yaitu permasalahan dalam pembelajaran matematika dapat teratasi. Peneliti berharap memperoleh hasil dari penerapan strategi pembelajaran REACT dapat memperbaiki keterampilan pemecahan masalah materi satuan kecepatan pada peserta didik kelas V SD Negeri Pajang II No. 171 Surakarta tahun ajaran 2018/2019. Kerangka berpikir pada penelitian ini dapat dilihat pada gambar 2.4 berikut.

Gambar 2.4 Kerangka Berpikir

C. Hipotesis

Berdasarkan pemaparan tersebut, dapat dirumuskan hipotesis dari penelitian ini yaitu : Penerapan strategi pembelajaran REACT (Relating, Experiencing, Applying, Cooperating, Transfering) dapat meningkatkan pemecahan masalah materi satuan kecepatan pada peserta didik kelas V SD Negeri Pajang II tahun ajaran 2019/2020.

Referensi

Dokumen terkait

Penilaian Hasil Belajar oleh Satuan Pendidikan adalah proses pengumpulan informasi/data tentang capaian pembelajaran peserta didik dalam aspek pengetahuan dan aspek

Kelebihan metode inkuiri yaitu pertama, peserta didik terlibat secara aktif dalam kegiatan belajar mengajar, kedua, peserta didik akan terlatih dalam mengamati sesuatu, sehingga

persepsi, pengetahuan, pemahaman, analisis, evaluasi, apresiasi dan produksi. Berdasarkan pendapat tersebut, siswa tidak hanya diberi pengetahuan cara berkarya atau

Berdasarkan kecenderungan kemampuan berpikir kritis peserta didik FI berada di atas peserta didik FD, maka pada materi program linear peserta didik FI cenderung dapat

Selain itu, penelitian yang dilaksanakan oleh Sukerti (2013) tentang penggunaan media gambar beseri pada pembelajaran Bahasa Indonesia yaitu keterampilan menulis narasi

Menurut Susanto (2013: 186) pembelajaran matematika merupakan suatu proses belajar mengajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreativitas berpikir siswa

S oft skills adalah suatu kompetensi yang sangat diperlukan untuk bekal kesiapan kerja peserta didik, maka peneliti menggunakan model penelitian prosedural yaitu model

Menurut Hartono (2008) metode pembelajaran Question Students Have memiliki kelebihan yakni: (1) Pelaksanaan proses pembelajaran ditekankan pada keaktifan belajar peserta