• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS SRATEGI PENGEMBANGAN USAHA TELUR PUYUH (KASUS: PETERNAKAN PUYUH BINTANG TIGA/PPBT, KECAMATAN CIBUNGBULANG, KABUPATEN BOGOR)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS SRATEGI PENGEMBANGAN USAHA TELUR PUYUH (KASUS: PETERNAKAN PUYUH BINTANG TIGA/PPBT, KECAMATAN CIBUNGBULANG, KABUPATEN BOGOR)"

Copied!
127
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS SRATEGI PENGEMBANGAN USAHA TELUR

PUYUH (KASUS: PETERNAKAN PUYUH BINTANG

TIGA/PPBT, KECAMATAN CIBUNGBULANG,

KABUPATEN BOGOR)

SKRIPSI

SUCI MELANI H34051583

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(2)

RINGKASAN

SUCI MELANI. Analisis Strategi Pengembangan Usaha Telur Puyuh

(Kasus Peternakan Puyuh Bintang Tiga/PPBT, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor). Skripsi. Departemen Agribisnis,

Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan JOKO PURWONO).

Pembangunan peternakan merupakan bagian yang erat dari pembangunan pertanian yang mendukung penyediaan pangan asal ternak yang bergizi dan berdaya saing tinggi, serta menciptakan lapangan kerja dibidang agribisnis peternakan. Perkembangan populasi ternak utama dan hasil produksinya merupakan gambaran tingkat ketersediaan sumber protein nasional. Telur puyuh merupakan salah satu komoditi peternakan dari jenis produksi telur yang memiliki permintaan yang cukup tinggi dan memiliki segi keunggulan sebagai penyedia protein bagi masyarakat. Kandungan gizinya mampu bersaing dengan unggas-unggas yang populer, seperti ayam buras, ayam ras, dan itik. Besarnya konsumsi terhadap telur puyuh dan nilai gizi serta manfaat yang dikandung pada telur puyuh, menunjukkan potensi bisnis yang cukup besar dan menunjukkan

kontribusi terhadap tercukupinya asupan protein nasional dan

pembangunan kualitas manusia Indonesia. Peternakan Puyuh Bintang Tiga merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dalam bisnis telur puyuh skala peternakan perseorangan yang berdiri sejak September 2007. Masih rendahnya produksi terkait dengan semakin berkembangnya permintaan terhadap telur puyuh, menjadi salah satu tantangan untuk memanfaatkan peluang yang ada dan menciptakan strategi yang dapat menghasilkan kinerja yang baik untuk dapat memenangkan persaingan. Tujuan penelitian ini adalah (1) menganalisis faktor eksternal yang menjadi peluang dan ancaman yang dihadapi Peternakan Puyuh Bintang Tiga serta faktor internal perusahaan yang menjadi kekuatan dan kelemahan Peternakan Puyuh Bintang Tiga, (2) merumuskan alternatif strategi dan menetapkan prioritas strategi pengembangan usaha dari hasil analisis internal dan eksternal perusahaan tersebut.

Penelitian dilaksanakan di Peternakan Puyuh Bintang Tiga yang terletak di Desa Situ Ilir Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor. Pengumpulan data dan penelitian dilakukan pada Maret-Mei 2009. Penentuan responden dilakukan dengan purposive sampling dan expert

judgement. Metode pengolahan dan analisis data terdiri atas analisis

deskriptif dan analisis tiga tahap formulasi strategi. Adapun alat bantu analisis yang digunakan dalam merumuskan strategi perusahaan adalah matriks faktor eksternal dan internal, matrik SWOT dan matriks QSP.

Kekuatan utama yang dimiliki PPBT yakni pemimpin perusahaan yang berwawasan sesuai bidang dan berjiwa wirausaha, kelemahan utama yang dimiliki meliputi kapasitas produksi yang belum mampu memenuhi permintaan pasar, peluang utama PPBT yakni permintaan yang semakin meningkat dan ancaman utama yang dihadapi yakni merebaknya penyakit

(3)

kuadran V (2,573 : 2,936). Dengan demikian jenis strategi yang tepat untuk dilaksanakan adalah strategi pertahankan dan pelihara berupa penetrasi pasar dan pengembangan produk. Berdasarkan analisis SWOT, alternatif strategi yang dapat diterapkan PPBT adalah mempertahankan harga jual produk yang bersaing dan mempertahankan kualitas produk serta pelayanan yang baik kepada konsumen, menjalin kerjasama dengan perbankan untuk dapat meningkatkan kapasitas produksi perusahaan melalui penambahan kandang dan induk puyuh petelur dalam rangka memanfaatkan permintaan potensial, meningkatkan kontrol kepada peternak mitra dengan membuat kontrak tertulis mengenai standar produk untuk meningkatkan kualitas telur yang dihasilkan mitra, meningkatkan upaya pemasaran produk melalui kegiatan promosi dan memberikan identitas produk dengan pemberian merek pada kemasan dus dan peti, melakukan upaya pencegahan penyakit dan mengelola limbah serta kotoran puyuh serta meningkatkan keamanan di lingkungan peternakan dan menjaga hubungan baik dengan pelanggan/konsumen, pemasok, mitra, dan warga lingkungan sekitar. Berdasarkan analisis matiks QSP (Quantitative Strategic Planning), strategi terbaik yang dapat dilaksanakan oleh PPBT adalah mempertahankan harga jual produk yang bersaing dan mempertahankan kualitas produk serta pelayanan yang baik kepada konsumen.

(4)

ANALISIS SRATEGI PENGEMBANGAN USAHA TELUR

PUYUH (KASUS: PETERNAKAN PUYUH BINTANG

TIGA/PPBT, KECAMATAN CIBUNGBULANG,

KABUPATEN BOGOR)

SUCI MELANI H34051583

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(5)

Judul Skripsi : Analisis Strategi Pengembangan Usaha Telur Puyuh (Kasus: Peternakan Puyuh Bintang Tiga/PPBT, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor)

Nama : Suci Melani

NIM : H34051583

Disetujui, Pembimbing

Ir. Joko Purwono, MS

NIP 19600606 198601 1 002 Diketahui,

Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS

NIP 19580908 198403 1 002

(6)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis Strategi Pengembangan Usaha Telur Puyuh (Kasus: Peternakan Puyuh Bintang Tiga/PPBT Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor)” adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Juli 2009

Suci Melani H34051583

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta, Provinsi DKI Jakarta pada tanggal 3 Januari 1987, sebagai anak ketiga dari empat bersaudara. Penulis lahir dari pasangan Bapak Ujang Usman dan Ibu Elin Marliah.

Penulis menyelesaikan pendidikan tingkat kanak-kanak di TK Nurul Ilmi Bogor (1991-1993), SDN Cihideung Ilir III Bogor (1993-1999), SMPN 1 Ciampea (1999-2002), dan SMAN 9 Bogor (2002-2005). Pada tahun 2005 penulis diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI dan pada tahun 2006 penulis diterima sebagai mahasiswa Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif di kegiatan kepencintaalaman Karemata (Keluarga Ekonomi Manajemen Pencinta Alam) sebagai ketua Divisi Pendanaan dan Kerjasama, aktif dalam Badan Eksekutif Mahasisiwa pada tahun 2006 sebagai staf Divisi Perekonomian dan Kewirausahaan serta mengkuti beberapa kepanitiaan sementara. Selain aktif berorganisasi, penulis juga menjadi

student scholarship Goodwill International semenjak 2007-2008 dan memperoleh

(8)

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kepada Allah SWT atas segala berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Strategi Pengembangan Usaha Telur Puyuh (Kasus: Peternakan Puyuh Bintang Tiga/PPBT Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor)”. Skripsi ini disusun untuk menyelesaikan studi dan memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen di Institut Pertanian Bogor.

Adapun pemilihan topik dari skripsi ini didasarkan kepada minat penulis terhadap bidang manajemen strategis. Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor lingkungan internal dan eksternal PPBT, dan merumuskan alternatif strategi yang dapat diterapkan pihak PPBT sesuai dengan kondisi lingkungan usahanya. Penulisan skripsi ini diharapkan dapat bermanfaat bagi perusahaan sebagai bahan pertimbangan dalam upaya mengembangkan usaha PPBT.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan dan kelemahan dalam penelitian ini dikarenakan adanya keterbatasan serta kendala yang dihadapi. Untuk itu, kritik dan saran yang membangun akan sangat diharapkan. Harapan penulis, semoga penelitian ini dapat bermanfaat dan berguna bagi siapapun yang membacanya.

Bogor, Juli 2009

Suci Melani H34051583

(9)

UCAPAN TERIMAKASIH

Skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik berkat bantuan beberapa pihak yang secara langsung maupun tidak langsung memberikan kontribusi selama proses penulisan skripsi ini. Puji syukur penulis ucapkan atas Kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis akhirnya mampu menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Selain itu pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Ir. Joko Purwono, MS. selaku dosen pembimbing skripsi atas bimbingan, arahan, dan bantuan yang telah diberikan selama proses penelitian dan penyusunan skripsi.

2. Bapak Ir. Amzul Rifin, SP. MS. selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberikan bimbingan selama penulis menempuh masa perkuliahan.

3. Bapak Yeka Hendra Fatika, SP. selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberikan bimbingan selama penulis menempuh masa perkuliahan.

4. Ibu Ir. Juniar Atmakusuma, MS. selaku dosen penguji utama atas koreksi, bimbingan dan saran serta masukan yang membangun dalam penyusunan skripsi ini.

5. Bapak Arif Karyadi, SP. selaku dosen penguji departemen atas koreksi, bimbingan dan saran serta masukan yang membangun dalam penyusunan skripsi ini.

6. Bapak Prasetyo, Spt. selaku pihak pimpinan dari Peternakan Puyuh Bintang Tiga atas kerja sama serta bantuan yang diberikan selama penulis melakukan penelitian.

7. Yayasan Goodwill International, Bapak dan Ibu Hara tercinta, Mbak Chisato, Ibu Mien dan ANZA (American New Zealand Association)

especially for Mrs. Kelly, atas bantuannya berupa beasiswa yang diberikan

kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan perkuliahan dengan lancar serta training yang bermakna dan kebersamaan indah dengan teman-teman Goodwillers UI dan IPB.

(10)

8. Rektorat IPB atas bantuanya berupa beasiswa PPA (Peningkatan Prestasi Akademik) yang diberikan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan perkuliahan dengan lancar.

9. Keluarga tercinta dan tersayang atas segala dukungan, pengorbanan moril maupun materil, kasih sayang, dan doa tulus yang tiada hentinya selama penulis menempuh pendidikan, Keluargaku. Untuk Ummie tercinta, Bapak, Mamah Ntok, Ayah Endut, A Usup dan Teh Ema, Abing, Ayang, Syifa, Rafsan, Reza, serta mameng (juga ga ketinggalan). Semuanya kupersembahkan untuk kalian.

10. Kak Didit dan keluarga serta keponakanku di Irian Jaya yang selalu kusayang, Adikmu telah lulus kini. Untukmu kupersembahkan karya terbaikku.

11. Brother and Sister di Karemata, terimakasih atas pengalaman yang berharga, mendidik dengan kemandirian, teguh dalam kebersamaan. Karemata JAYA!!

12. Nurid, guru dan teman bicara yang memberikan semangat, ketulusan, dukungan, pelajaran hidup dan pengalaman yang berarti bagi penulis, serta Ita, terimakasih atas persahabatan, bantuan dan dukungan moril yang berarti. Untuk Leny, terimakasih telah memberi kesempatan menjadi pembahas di seminarmu. Thanx a lot.

13. Sahabat-sahabat Tim Sukses Situ Ilir (Marlinda, Dwi Pangestu, Nurul), teman-teman AGB 42, teman-teman satu PS (Tiara, Ria), dan teman seperjuangan minor Ekonomi Pertanian atas segala kebersamaan yang terjalin selama penulis menempuh masa perkuliahan dan penyusunan skripsi ini serta teman-teman Varial untuk semangat dan dukungan yang diberikan, Viva Varial’s spirit for keep music life.

14. Dan semua yang telah membantu baik moril maupun materil dalam penyusunan skripsi ini. Terimakasih untuk semangat dan doa kalian.

Bogor, Juli 2009 Suci Melani

(11)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang ... 1

I.2. Perumusan Masalah ... 5

I.3. Tujuan Penelitian ... 11

I.4. Manfaat Penelitian ... 11

I.5. Ruang Lingkup Penelitian ... 11

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Burung Puyuh ... 13

2.1.1. Karakteristik ... 13

2.2. Manfaat Beternak Puyuh ... 13

2.2.1. Telur ... 13 2.2.2. Daging ... 14 2.2.3. Kotoran ... 14 2.3. Penyiapan Bibit ... 15 2.4. Perkandangan ... 15 2.4.1. Sistem Kandang ... 15 2.4.2. Jenis Kandang ... 16 2.5. Pakan ... 16

2.6. Pemeliharaan Ternak Puyuh ... 16

2.7. Penyakit Puyuh ... 17

2.8. Karakter Bisnis Telur Puyuh ... 18

2.9. Penelitian Terdahulu ... 19

III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis ... 24

3.1.1 Konsep Manajemen Strategis ... 24

3.1.2 Perumusan Strategi ... 25

3.1.3 Alternatif Strategi ... 25

3.1.4 Visi, Misi dan Tujuan ... 27

3.1.5 Analisis Eksternal ... 28

3.1.6 Analisis Internal ... 30

3.1.7 Analisis Matriks IFE, EFE,dan Matriks IE ... 32

3.1.8 Analisis Matriks SWOT ... 33

3.1.9 Analisis Matriks QSP ... 33

3.2. Kerangka Pemikiran Operasional ... 33

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 36

(12)

4.2. Metode Penentuan Sampel ... 36

4.3. Desain Penelitian ... 36

4.4. Data dan Instrumentasi ... 37

4.5. Metode Pengumpulan data ... 39

4.6. Metode Pengolahan dan Analisis Data ... 39

4.6.1. Analisis Deskriftif ... 39

4.6.2. Analisi Tiga Tahap Formulasi ... 40

4.6.2.1. Tahap Input ... 40

4.6.2.2. Tahap Pencocokan ... 43

4.6.2.3. Tahap Keputusan ... 45

V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 5.1. Sejarah dan Perkembangan Perusahaan ... 48

5.2. Lokasi dan Letak Geografis Perusahaan ... 49

5.3. Misi Visi Perusahaan, dan Tujuan Perusahaan ... 50

5.4. Lingkup Kegiatan Produksi ... 50

VI IDENTIFIKASI FAKTOR EKSTERNAL DAN INTERNAL 6.1. Faktor Internal Perusahaan ... 52

6.1.1. Manajemen ... 52

6.1.2. Keuangan ... 53

6.1.3. Produksi dan Operasi ... 53

6.1.4. Pemasaran ... 56

6.1.5. Penelitian dan Pengembangan ... 58

6.2. Faktor Eksternal Perusahaan ... 58

6.2.1. Faktor Ekonomi ... 58

6.2.2. Faktor Teknologi ... 60

6.2.3. Faktor Politik , Kebijakan Pemerintah dan Hukum . 60 6.2.4. Faktor Sosial Budaya, Demografi dan Lingkungan 63 6.2.5. Lingkungan Persaingan Industri ... 65

6.2.5.1. Ancaman Pendatang Baru ... 65

6.2.5.2. Ancaman Produk Subtitusi ... 65

6.2.5.3. Daya Tawar Pemasok ... 66

6.2.5.4. Daya Tawar Pembeli ... 67

6.2.5.5. Persaingan diantara Anggota Industri ... 68

6.3. Identifikasi Faktor Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman ... 69

6.3.1. Identifikasi Kekuatan dan Kelemahan ... 69

6.3.2. Identifikasi Peluang dan Ancaman ... 73

VII PERUMUSAN STRATEGI 7.1. Tahap Masukan (The Input Stage) ... 78

7.1.1. Matriks IFE ... 78 7.1.2. Matriks EFE ... 80 7.2. Tahap Pencocokan ... 81 7.2.1. Matriks IE ... 82 7.2.2. Matriks SWOT ... 83 7.3. Tahap Keputusan ... 86

(13)

7.3.1. Matriks QSPM ... 86

VIII KESIMPULAN DAN SARAN 8.1 Kesimpulan ... 88

8.2 Saran ... 89

DAFTAR PUSTAKA ... 90

LAMPIRAN ... 92

(14)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Produk Domestik Bruto atas Dasar Harga Konstan 2000

Menurut Lapangan Usaha 2005-2007 ... 1

2. Populasi Puyuh Tahun 2007-2008 (Per Provinsi) ... 2

3. Peternakan Puyuh di Kabupaten Bogor ... 3

4. Rata-rata Konsumsi per Kapita per Minggu Telur Puyuh ... 3

5. Kandungan Gizi Puyuh dan Beberapa Jenis Unggas ... 4

6. Jumlah Produksi dan Penjualan Telur Puyuh PPBT ... 6

7. Produktivitas Telur Puyuh PPBT ... 6

8. Data Penawaran dan Permintaan 2008-2009 ... 7

9. Pasar Sasaran Peternakan Puyuh Bintang Tiga ... 10

10. Kandungan Zat-zat Makanan dalam Daging Mentah Burung Puyuh ... 14

11. Penelitian Terdahulu ... 21

12. Penilaian Bobot Faktor Strategis Internal Perusahaan ... 40

13. Penilaian Bobot Faktor Strategis Eksternal Perusahaan ... 41

14. Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) ... 42

15. Matriks External Factor Evaluation (EFE) ... 42

16. Matriks SWOT ... 45

17. Matriks QSP ... 47

18. Program Kesehatan Puyuh Petelur di PPBT ... 55

19. Banyaknya Telur yang dihasilkan Oleh Peternak Mitra PPBT .. 56

20. PDRB Kabupaten Bogor Atas Dasar Harga Berlaku dan Harga Konstan Tahun 2005-2007 ... 59

21. Perkembangan Harga BBM 2008-2009 ... 61

22. Jumlah Penduduk dan Proyeksi Penduduk Kota Bogor, Jawa Barat Tahun 2005-2008 ... 64

23. Konsumsi Rata-rata per Minggu untuk Jenis Telur ... 66

24. Pemasok Bahan Baku Pakan dan Sarana Pengemasan ... 67

25. Data Pelanggan PPBT ... 68

26. Persaingan Industri Telur Puyuh di Wilayah Pasar Bogor ... 68

(15)

29. Inventaris Sarana Produksi PPBT ... 103 30. Data Karyawan PPBT ... 103

(16)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Permintaan dan Penawaran Telur Puyuh PPBT per Bulan ... 8

2. Model Komprehensif Manajemen Strategis ... 25

3. Bagan Analisis Industri ... 30

4. Kerangka Operasional ... 35

5. Matriks Internal Eksternal . ... 44

6. Stuktur Organisasi Perusahaan . ... 52

7. Alur Proses Pemeliharaan pada PPBT . ... 54

8. Jalur Pemasaran Telur Puyuh pada PPBT . ... 57

9. Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Bogor atas Dasar Harga Konstan 2005-2007 . ... 58

10. PDRB Kabupaten Bogor pada Sektor Peternakan atas Dasar Harga Berlaku dan Harga Konstan Tahun 2005-2007.. ... 59

11. Matriks IE pada PPBT. ... 82

12. Alur waktu kerja pada PPBT. ... 104

13. Alur Proses Pembuatan Pakan. ... 104

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Daftar Wawancara Analisis Eksternal Internal ... 93

2. Kuesioner Penelitian... 96

3 Matriks SWOT ... 100

4. Hasil Pengisian QSPM ... 101

5. Beberapa Fasilitas produksi, Sumber Daya Manusia, Alur Operasional Budidaya dan Denah Lokasi ... 103

(18)

I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara agraris yang kaya akan sumber daya alam. Sebagai negara agraris, Indonesia memiliki peluang besar untuk mempercepat laju pembangunan dan pertumbuhan ekonominya melalui sektor pertanian. Sektor peternakan yang merupakan bagian dari pertanian memiliki peranan yang penting. Pembangunan peternakan merupakan bagian yang erat dari pembangunan pertanian yang mendukung penyediaan pangan asal ternak yang bergizi dan berdaya saing tinggi, serta menciptakan lapangan kerja di bidang agribisnis peternakan1. Besarnya kontribusi sektor peternakan terhadap penyediaan lapangan kerja di bidang peternakan dapat dilihat pada Produk Domestik Bruto (Tabel 1).

Tabel 1. Produk Domestik Bruto atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut

Lapangan Usaha pada Sektor Pertanian (Miliar Rupiah), 2005-2007

Lapangan Usaha Tahun

2005 2006 2007

Tanaman Bahan Makanan 125.801,8 129.548,6 134.075,6 Tanaman Perkebunan 39.810,9 41.318,0 42.751,3

Peternakan dan Hasilnya 32.346,5 33.430,2 34.530,7

Kehutanan 17.176,6 16.686,9 16.401,4

Perikanan 38.745,6 41.419,1 43.827,9

Sumber : Badan Pusat Statistik (2008)

Tabel 1 memperlihatkan bahwa PDB Sektor peternakan dan hasilnya dalam 3 tahun terakhir mengalami peningkatan dari 32.346,5 miliar menjadi 34.530,7 miliar. Kontribusi sektor ini semakin meningkat dari tahun ke tahun dan menunjukkan tingkat minat yang semakin tinggi terhadap lapangan usaha peternakan. Lapangan usaha peternakan yang saat ini banyak diminati masyarakat adalah usaha peternakan unggas. Hal tersebut dikarenakan usaha peternakan unggas dapat dilakukan mulai dari skala usaha rumah tangga sampai skala besar. Usaha peternakan unggas yang memiliki keunggulan dari segi produktivitas dan berperan sebagai sumber bahan pangan protein yang juga banyak diminati masyarakat yakni usaha peternakan puyuh. Keunggulan produktivitas puyuh yang

(19)

tinggi menjadi daya dukung yang menambah usaha peternakan puyuh ini menjadi semakin menarik. Dalam satu tahun bisa dihasilkan 250 sampai 300 butir dengan berat rata-rata sepuluh gram/butir (Elly Lystyowati & Roospitasari 2007). Perkembangan jumlah peternakan puyuh nasional dapat dilihat dari peningkatan populasi puyuh yang tercatat di Badan Pusat Statistik dan saat ini telah mencapai 8.524.213 ekor. Jumlah tersebut mengalami peningkatan sebesar 22 persen dari jumlah awal pada tahun sebelumnya yakni sebanyak 6.640.078 ekor (Tabel 2).

Tabel 2. Populasi Puyuh Tahun 2007-2008 (Per Provinsi)

No Provinsi 2007 2008 *) 1. Sumatra Utara 84.846 87.392 2. Sumatra Barat 8.906 9.084 3. Bengkulu 11.520 12.385 4. Lampung 104.790 186.561 5. Jawa Tengah 4.166.213 5.832.598 6. Jawa Timur 1.471.704 1.564.421 7. Bali 1.866 3.505

8. Nusa Tenggara Barat 6 .601 7 .261

9. Kalimantan Barat 13.000 27.390 10. Kalimantan Tengah 200 27.390 11. Sulawesi Utara 1.965 1.965 12. Babel 4.791 749 13. Kepulauan Riau 2.200 2.222 Jumlah/ Total 6.640.078 8.524.213

Sumber : Badan Pusat Statistik (Susenas 2008) / Central Bureau of Statistic

Keterangan : *) Angka sementara

Berdasarkan Tabel 2, sentra peternakan puyuh dengan hasil utama telur di Pulau Jawa terletak di beberapa daerah yang meliputi dua provinsi yaitu Jawa Timur dan Jawa Tengah (wilayah Keresidenan Surakarta). Sedangkan di daerah Jawa Barat, sentra peternakan puyuh terletak di daerah Sukabumi. Akan tetapi sebenarnya di Kabupaten Bogor terdapat juga daerah yang telah memberdayakan puyuh sebagai ternak unggas penghasil telur (Tabel 3). Terdapat delapan sentra peternakan puyuh yang memasok telur ke wilayah pasar yang ada di Bogor dengan perkembangan kuantitas yang berfluktuasi tiap tahunnya. Diantara kedelapan sentra peternakan puyuh di Kabupaten Bogor yang masih bertahan

(20)

hingga tahun 2007 adalah Kecamatan Tajur Halang yang memberdayakan 4000 ekor puyuh dengan hasil utama telur puyuh.

Tabel 3. Peternakan Puyuh di Kabupaten Bogor

No Kecamatan Tahun 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 1 Cibungbulang 2600 - 550 - - - - - 2 Jonggol 20.000 - - - - 3 Sukaraja - - - 1000 - - - - 4 Cileungsi - - - 2010 - - - - 5 Gn Putri - - - 700 - - - - 6 Gn Sindur - - - 100 3925 - - - 7 Rancabungur - - - 7500 - - 8 Tajur Halang - - - 16.000 4000 Total 22600 - 550 3810 3925 7500 16.000 4000

Sumber: Dinas Peternakan (2008)

Kuantitas peternakan puyuh di Bogor terbilang masih rendah bila dibandingkan dengan kuantitas peternakan puyuh yang ada di Jawa Tengah dan Jawa Timur yang memiliki lebih dari satu juta ekor puyuh yang merupakan total jumlah puyuh dari semua peternakan didaerah tersebut (Tabel 2). Kuantitas puyuh di Indonesia saat ini diperkirakan akan terus berkembang, mengingat tingkat permintaan terhadap telur puyuh sebagai salah satu hasil utama peternakan puyuh saat ini mengalami peningkatan dalam dua tahun terakhir (Tabel 4). Perkembangan yang terjadi pada jumlah permintaan nasional terhadap telur puyuh menunjukkan adanya peluang terhadap pengembangan kuantitas puyuh yang dihasilkan oleh setiap peternakan di Indonesia, termasuk diantaranya peternakan puyuh yang ada di Kabupaten Bogor.

Tabel 4. Rata-rata Konsumsi per Kapita per Minggu Telur Puyuh

Jenis Telur Satuan unit Rata-rata Konsumsi per kapita per minggu

2006 2007

1. Telur ayam ras Kg 0.097 0.117

2. Telur ayam kampung Butir 0.122 0.098

3. Telur itik Butir 0.057 0.058

4. Telur Puyuh Butir 0.070 0.088

5. Telur lainnya Butir 0.003 0.001

6. Telur asin Butir 0.038 0.035

Sumber : Badan Pusat Statistik(2007, 2008) Keterangan : 125 butir telur burung puyuh = 1 kg

(21)

Berdasarkan Tabel 4 diketahui bahwa permintaan terhadap telur puyuh terus mengalami peningkatan sebesar 0,018 dalam dua tahun terakhir. Pada tahun 2006 rata-rata konsumsi perkapita perminggu telur puyuh sebesar 0,070 dengan jumlah penduduk 40.371.976 sedangkan pada tahun 2008 sebesar 0,088 dengan jumlah penduduk 41.240.707. Peningkatan rata-rata konsumsi antara telur puyuh dan ayam ras yang terjadi pada tahun 2007 hampir sama dan hanya berbeda 0,002. Hal tersebut mengindikasikan tingkat konsumsi diantara masyarakat yang sama besar terhadap telur ayam ras dan telur puyuh. Adapun konsumsi terhadap telur jenis lain masih berada di bawah tingkat konsumsi dari telur puyuh dan telur ayam ras, bahkan terdapat diantaranya yang mengalami penurunan konsumsi seperti telur ayam kampung, telur asin dan telur lainnya. Peningkatan konsumsi terhadap telur puyuh menunjukkan potensi bisnis yang cukup besar untuk pengembangan binis telur puyuh ini. Selain itu, nilai gizi serta manfaatnya pun menambah daya tarik ternak unggas ini menjadi ternak prospektif untuk dikembangkan.

Telur puyuh merupakan salah satu sumber protein hewani yang memiliki banyak manfaat dan nilai gizi yang tinggi. Kandungan gizinya mampu bersaing dengan unggas-unggas penghasil telur lainnya, seperti ayam buras, ayam ras, dan itik. Telur puyuh memiliki kadar protein sebesar 13,1 persen dan kandungan lemak yang rendah, yaitu hanya 11,1 persen (Tabel 5).

Tabel 5. Kandungan Gizi Puyuh dan Beberapa Jenis Unggas

Jenis unggas Protein (%) Lemak (%) Karbohidrat (%)

Ayam ras 12,7 11,3 0,9 Ayam buras 13,4 10,3 0,9 Itik 13,3 14,5 0,7 Kalkun 13,2 11,8 1,7 Angsa 13,9 13,3 1,5 Puyuh 13,1 11,1 1,0 Merpati 13,8 12,0 0,8

Sumber: Woodard et all diacu dalam Elly Lystyowati dan Roospitasari (2007)

Protein yang dikandung telur puyuh memiliki asam amino esensial yang diperlukan untuk menciptakan masyarakat yang cerdas dan sehat. Peningkatan konsumsi protein hewani itu akan mampu menciptakan peningkatan mutu kualitas masyarakat di Indonesia2. Selain itu, kandungan gizi telur puyuh baik untuk diet

2

(22)

kolesterol karena dapat mengurangi terjadinya penimbunan lemak, sedangkan kebutuhan proteinnya tetap mencukupi. Puyuh dapat menjadi alternatif penyedia pangan protein masyarakat yang harus digalakkan dan terus dikembangkan.

Adanya potensi pengembangan usaha telur puyuh yang ditunjukkan oleh peningkatan konsumsi terhadap puyuh, nilai serta gizi yang dikandung telur puyuh, mengindikasikan adanya kesempatan untuk memperoleh keuntungan yang maksimum bagi pelaku usaha di sektor tersebut. Sehingga dibutuhkan suatu strategi pengembangan usaha yang tepat bagi setiap perusahaan agar dapat memanfaatkan peluang tersebut dan mencegah berbagai ancaman yang datang dengan menggunakan kekuatan yang dimiliki oleh perusahaan dengan sebaik-baiknya.

Peternakan Puyuh Bintang Tiga merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dalam bidang bisnis telur puyuh skala peternakan perseorangan yang berdiri sejak September 2007 dan telah memanfaatkan adanya peluang usaha yang prospektif ini. Akan tetapi masih terdapat keterbatasan untuk memanfaatkan peluang usaha yang ada secara maksimal. Keterbatasan tersebut berkaitan dengan masih rendahnya produksi sehingga perusahaan belum mampu memenuhi seluruh permintaan telur yang jumlahnya semakin berkembang. Keterbatasan tersebut menuntut perusahaan untuk mampu memanfaatkan peluang yang ada dan menciptakan strategi yang dapat menghasilkan kinerja yang baik untuk dapat memenangkan persaingan. Penerapan sebuah strategi pengembangan usaha yang tepat merupakan tuntutan bagi perusahaan agar mampu mengembangkan usaha di tengah peluang usaha yang prospektif dan dapat bertahan dari persaingan.

I.2. Perumusan Masalah

Peternakan Puyuh Bintang Tiga dalam menjalankan usahanya memiliki permasalahan di penanganan tingkat produksi untuk dapat memenuhi permintaan pasar yang dihadapi perusahaan serta mencapai visi perusahaan untuk menjadi produsen telur yang mampu memenuhi permintaan konsumen di wilayah pasar yang ada di Bogor. Tingkat produksi yang dimiliki PPBT saat ini dinilai masih belum mampu menjangkau pasar sesuai visi perusahaan karena tingkat produktivitasnya masih rendah. Sampai saat ini PPBT memiliki jumlah puyuh

(23)

sebanyak 10.241 ekor puyuh dan memiliki tingkat produktivitas sebesar 6065,27 per hari.

Tabel 6. Jumlah Produksi dan Penjualan Telur Puyuh PPBT

Bulan Jumlah Produksi Telur (Butir) Rata-rata Produksi telur per hari (Butir)

Jumlah Penjualan per bulan (Peti) Jumlah Penjualan (Rupiah) Oktober 2008 185.565 5985,97 154,64 33.402.240 Nopember 2008 234.744 7824,80 195,62 42.253.920 Desember 2008 150.090 4841,62 125,07 27.015.120 Januari 2009 147.171 4747,45 122,64 27.226.080 Februari 2009 214.326 7654,50 178,60 39.649.200 Maret 2009 184.377 5947,65 153,65 34.110.300

Sumber: Peternakan Puyuh Bintang Tiga (2009), diolah

Berdasarkan Tabel 6, diketahui bahwa telah terjadi penurunan produksi pada bulan Desember. Hal tersebut dikarenakan telah merebaknya penyakit snot yang mengakibatkan bertambahnya jumlah kematian puyuh, menghambat perkembangan puyuh, serta menurunkan produksi telur. Penurunan produksi yang terjadi masih berlangsung hingga Januari 2009, akan tetapi mengalami peningkatan pada Februari 2009 karena adanya penanganan yang intensif dari perusahaan terhadap penanganan perawatan budidaya dan tindakan pencegahan penyakit. Adapun penurunan yang terjadi pada bulan Maret diakibatkan oleh jumlah pengurangan puyuh yang sudah menurun kemampuan berproduksinya atau sudah afkir.

Sampai saat ini tingkat produksi PPBT masih berada dalam keadaan stabil bila dirata-ratakan pada tahun 2008 dan 2009 yakni berkisar antara 5,16 peti dan 5,05 peti per hari (Tabel 7).

Tabel 7. Produktivitas Telur Puyuh PPBT

Tahun Rata-rata produksi 2008 per bulan (Butir)

Rata-rata produksi 2008 per hari

(Butir)

Rata-rata produksi 2008 per hari (peti)

2008 190.133 6199,31 5,16

2009 181.958 6065,27 5,05

Sumber: Peternakan Puyuh Bintang Tiga (2009), diolah

Permintaan yang belum seluruhnya terpenuhi oleh perusahaan dapat dilihat dari data permintaan yang dicatat oleh pihak perusahaan selama tahun 2008 dan tahun 2009 (Tabel 8). Permintaan tersebut berasal dari pasar-pasar yang ada diwilayah Bogor baik Kota maupun Kabupaten.

(24)

Tabel 8. Data Penawaran dan Permintaan 2008-2009 No Wilayah Pasar Tahun 2008 Tahun 2009 Jumlah Permintaan (per minggu) Jumlah Penawaran PPBT (per minggu) Jumlah Permintaan (per minggu) Jumlah Penawaran PPBT (per minggu) 1 Pasar Bogor (Pengecer

Telur) 40 peti 12 peti

40 peti 12 peti

2 Pasar Anyar

(Pengecer Telur) 14 peti 10 peti

14 peti 10 peti

3 Pasar Warung Jambu

(Pengecer Telur) 50 dus 17,5 dus

50 dus 17,5 dus

4 Pasar Leuwi Liang

(Pengecer Telur) 30 peti 5 peti

30 peti 5 peti

5 Pasir Angin (Bandar

Asongan) 22 peti 7 peti

22 peti 7 peti

6 Cirangkong (Bandar

Asongan) 7 peti 4 peti

7 peti 4 peti

7 Pasar Ciawi (Pengecer

Telur) 7,5 peti 3 peti

7,5 peti 3 peti

8 Pasar Ciampea

(Pengecer Telur) 7 peti 2 peti

- -

9 Pasar Cibinong

(Pengecer Telur)

- - 12 peti 5 peti

10 Pasar Ciluar (Pengecer

Telur) - - 10 peti 3,5 peti 11 Pasar Cibubur (Pengecer Telur) - - 50 peti - 12 Karawang (Pengecer telur) - - 200 peti -

13 Pasar Pagi Jakarta (Pengecer Telur) - - 50 peti - Total 127,5 peti 50 dus 43 peti 17,5 dus 442,5 peti 50 dus 49,5 peti 17,5 dus 190.500 butir/minggu 27.215 butir per hari 22,68peti/hari 64.725 butir/minggu 9246 butir perhari 7,70 peti/hari 568.500 butir/minggu 81.214,3 butir per hari 67,67 peti /hari 72.525 butir/minggu 10.360,7 butir perhari 8,63peti/hari Sumber: Peternakan Puyuh Bintang Tiga (2009)

Permintaan yang dihadapi perusahaan pada tahun 2008 baru bisa terpenuhi sebesar 33,98 persen atau sekitar 64.725 butir telur per bulan dari keseluruhan permintaan yang berjumlah 190.500 butir telur per bulan. Sehingga pada tahun 2008 masih terdapat 66,02 persen permintaan yang belum terpenuhi. Sedangkan pada tahun 2009, PPBT mampu memenuhi permintaan yang datang ke perusahaan sebesar 12,75 persen atau sebanyak 568.500 butir telur per bulan, sehingga pada tahun 2009 masih terdapat 87,25 persen permintaan yang belum terpenuhi. Penurunan penawaran disebabkan adanya peningkatan permintaan yang berasal

(25)

atau sebesar 63,32 persen. Permintaan tersebut sampai saat ini belum mampu dipenuhi oleh perusahaan karena keterbatasan kapasitas produksi yang dimiliki perusahaan. Besarnya tingkat permintaan yang dihadapi sedangkan tingkat penawaran yang dimiliki perusahaan masih rendah (Gambar 1), mengindikasikan perusahaan untuk terus meningkatkan kapasitas produksi sehingga mampu memanfaatkan peluang, dan meningkatkan kemampulabaan perusahaan. Kapasitas yang ada saat ini dinilai kurang karena jika ingin memenuhi semua permintaan yang datang ke perusahaan dan ingin menjangkau pasar yang lebih

luas sesuai dengan visi perusahaan3, maka perusahaan harus mampu

meningkatkan kapasitas produksinya.

Gambar 1. Permintaan dan Penawaran Telur Puyuh PPBT per Bulan

Sumber: Peternakan Puyuh Bintang Tiga (2009) , Diolah Keterangan: * data sampai dengan April 2009

Keterbatasan lainnya yang dimiliki PPBT dalam memanfaatkan peluang usaha yaitu masih adanya berbagai kendala internal perusahaan seperti terbatas modal, keterbatasan kualitas karyawan dan kendala eksternal perusahaan seperti persaingan industri.

Permodalan usaha merupakan salah satu keterbatasan yang dimiliki PPBT untuk dapat memanfaatkan permintaan potensial yang ditunjukkan dengan adanya peningkatan permintaan telur puyuh baik berdasarkan data nasional ataupun data yang dicatat perusahaan. Sampai saat ini modal hanya berasal dari pemilik sekaligus manajer perusahaan dan belum menjalin hubungan dengan pihak lain

3 Visi PPBT menjadi perusahaan peternakan puyuh di Bogor yang mampu memenuhi permintaan telur puyuh terutama di wilayah Bogor untuk saat ini serta Jakarta dan sekitarnya pada nantinya

(26)

yang dapat menyalurkan dana kepada perusahaan. Akumulasi dana perusahaan merupakan salah satu tantangan yang dihadapi perusahaan agar PPBT mampu meningkatan kapasitas produksi sehingga dapat memenuhi permintaan yang belum terpenuhi seluruhnya. Peningkatan modal yang dibutuhkan cukup besar jumlahnya mengingat visi yang dimiliki perusahaan juga menuntut perusahaan untuk mampu meningkatkan kapasitas produksi yang mampu memenuhi seluruh permintaan di wilayah Bogor dan sekitarnya.

Peningkatan kapasitas produksi perlu didukung oleh peningkatan kualitas dan keterampilan karyawan yang selama ini masih menjadi kendala operasional budidaya. Keterampilan dan pengalaman karyawan pada PPBT saat ini masih terbilang kurang memadai karena tingkat pengalaman rata-rata karyawan yang belum memiliki pengalaman langsung dalam budidaya puyuh sehingga masih perlu dilakukan pelatihan oleh tenaga ahli. Dalam budidaya puyuh, keterampilan merupakan salah satu modal yang harus dimiliki para karyawan khususnya dalam penanganan manajemen pemeliharaaan puyuh. Hal ini dikarenakan puyuh merupakan ternak unggas yang sensitif terhadap perubahan pola perawatan, kebisingan, perubahan lingkungan, perubahan susunan pakan dan kondisi cuaca atau perubahan cuaca yang ekstrim. Oleh karena itu, pengalaman dan keterampilan yang dimiliki karyawan juga harus tinggi agar menghindari adanya kesalahan penanganan yang dapat menyebabkan peningkatan jumlah kematian puyuh dan penurunan produktivitas puyuh. Selain keterampilan dan pengalaman, ketekunan dan ketelitian karyawan amat penting dimiliki karyawan khususnya dalam pencatatan penanganan budidaya untuk menunjang kelancaran manajemen pemeliharaan.

Sementara itu, tingkat persaingan yang terjadi di wilayah sasaran pemasaran produk Peternakan Puyuh Bintang Tiga semakin tinggi. Persaingan tersebut dapat dilihat dari semakin banyaknya telur yang masuk ke wilayah pasar yang ada di Bogor yang berasal dari luar Bogor seperti Sukabumi, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Persaingan tersebut menjadi suatu ancaman bagi PPBT yang dapat menghambat kegiatan pengembangan usaha yang akan dilakukan oleh perusahaan. Beberapa pasar yang saat ini menjadi pasar sasaran utama dari Peternakan Puyuh Bintang Tiga dapat di lihat pada Tabel 9.

(27)

Tabel 9. Pasar Sasaran Peternakan Puyuh Bintang Tiga

No Pasar Sasaran Pesaing Kisaran

Harga 1 Pasar Bogor Ardi (Sukabumi), Kediri, Blitar, Yogyakarta,

Sleman, Solo, Jawa Timur, Jawa Tengah

Rp. 175,- s/d Rp. 180,- 2 Pasar Anyar Ardi (Sukabumi), Jawa Tengah Rp. 175,- s/d

Rp. 180,-3 Pasar

Cibinong

Yogyakarta, Sleman dan Solo Jawa Timur, Jawa Tengah

Rp 180,- s/d Rp 220,-4 Pasar Warung

Jambu

Yogyakarta, Sleman, Solo, Jawa Timur, Jawa Tengah

Rp 180,- s/d Rp 220,-Sumber : Data Primer (2009)

Berdasarkan data pada Tabel 9 dapat diketahui bahwa pada empat pasar yang menjadi target pasar utama dari Peternakan Puyuh Bintang Tiga mendapatkan pasokan telur puyuh tidak hanya berasal dari daerah Bogor tetapi juga berasal dari luar wilayah Bogor yaitu telur puyuh yang berasal dari daerah Yogyakarta, Kediri, Blitar, Sleman, Solo, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Sukabumi yang merupakan sentra peternakan puyuh. Para produsen pesaing telur puyuh tersebut menawarkan harga yang cukup bersaing yakni sekitar Rp 175-Rp 220. Berdasarkan fakta tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat persaingan yang besar di wilayah pasar Bogor yang berasal dari peternakan yang ada diluar wilayah Bogor.

Adanya peningkatan peningkatan permintaan yang belum diimbangi

dengan produktivitas perusahaan, keterbatasan keterampilan karyawan,

keterbatasan permodalan, dan adanya persaingan yang ditunjukkan oleh masuknya telur puyuh yang berasal dari luar wilayah Bogor ke wilayah Bogor, menuntut Peternakan Puyuh Bintang Tiga untuk memiliki strategi pengembangan usaha yang tepat agar usaha yang dijalankan dapat terus berkembang, memiliki keunggulan yang berkelanjutan dan dapat menghasilkan keuntungan yang maksimal.

Agar dapat menyusun suatu strategi pengembangan usaha yang tepat, perusahaan harus mampu mengidentifikasi faktor-faktor lingkungan perusahaan yang dapat dimanfaatkan oleh perusahaan dalam merumuskan strategi pengembangan usaha. Analisis lingkungan yang meliputi lingkungan internal dan eksternal ini bertujuan untuk mengetahui apakah perusahaan dapat memanfaatkan kekuatan-kekuatan yang dimiliki, meminimumkan kelemahan-kelemahan yang dimiliki oleh perusahaan, memanfaatkan peluang-peluang yang dimiliki oleh

(28)

perusahaan dan mengantisipasi ancaman yang muncul dari lingkungan eksternal yang dihadapi oleh perusahaan. Berdasarkan kendala internal yang dimiliki dan kendala eksternal yang dihadapi perusahaan, maka permasalahan yang akan dianalisis dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :

1. Faktor eksternal apa saja yang menjadi peluang dan ancaman bagi perusahaan serta faktor internal apa saja yang menjadi kekuatan dan kelemahan Peternakan Puyuh Bintang Tiga?

2. Strategi alternatif seperti apa yang sesuai dan dapat dilakukan oleh Peternakan Puyuh Bintang Tiga?

I.3. Tujuan

Berdasarkan perumusan masalah yang telah diuraikan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Menganalisis faktor eksternal yang menjadi peluang dan ancaman yang dihadapi Peternakan Puyuh Bintang Tiga serta faktor internal perusahaan yang menjadi kekuatan dan kelemahan Peternakan Puyuh Bintang Tiga 2. Merumuskan alternatif strategi dan menetapkan prioritas strategi

pengembangan usaha dari hasil analisis internal dan eksternal perusahaan tersebut

I.4. Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan masukan bagi perusahaan dalam menentukan strategi yang diperlukan untuk mengembangkan usaha di masa yang akan datang. 2. Sebagai aplikasi dan penerapan materi yang dipelajari selama kuliah di

dalam praktek agribisnis yang sebenarnya pada suatu perusahaan.

3. Sebagai bahan informasi dan bahan kajian dalam pembuatan karya ilmiah serta sebagai rujukan bagi penelitian selanjutnya.

I.5. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini terdiri dari pengkajian kondisi eksternal dan internal perusahaan, identifikasi kekuatan dan kelemahan, peluang dan ancaman yang dimiliki perusahaan serta formulasi alternatif strategi dalam pengembangan

(29)

Penelitian ini hanya sampai formulasi dari manajemen strategi, sedangkan tahap implementasi dan evaluasi strategi merupakan wewenang dari manajemen perusahaan.

(30)

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Burung Puyuh

Burung Puyuh mulai dikenal dan diternakkan di Indonesia pada tahun 1979. Burung puyuh merupakan bangsa burung (liar) yang tidak dapat terbang, ukuran tubuh relatif kecil, berkaki pendek dan dapat diadu.

Burung puyuh yang biasa diberdayakan sebagai ternak unggas berasal dari kelas Aves (bangsa burung), Ordo Galiformes, Sub Ordo Phasianoidae, Famili Phasianidae, Sub Famili Phasianinae, Genus Coturnix, dan Species

Coturnix-coturnix Japonica.

2.1.1. Karakteristik

Karakter puyuh dewasa jantan dapat dilihat dari bagian leher atas yang berwarna coklat muda (cinnamon) dan warna dada bagian bawah yang sama dan warna yang merata. Sedangkan puyuh betina memiliki bulu leher atau kerongkongan dan dada bagian atas yang panjang dan berwarna lebih muda. Terdapat totol-totol cokelat tua pada dada bagian atas. Bentuk badan betina pada umumnya lebih besar dari jantan. Puyuh muda mulai bersuara pada umur 5-6 minggu.

2.2. Manfaat Beternak Puyuh

Puyuh memiliki banyak manfaat untuk dipelihara sebagai hewan ternak karena memiliki banyak keunggulan dan nilai jual yang tinggi. Puyuh dapat dijadikan sebagai ternak penghasil telur konsumsi, penghasil telur tetas, hingga bibit dan afkirannya masih dapat dijual.

2.2.1. Telur

Telur puyuh memiliki kandungan protein dan lemak yang lebih baik dari telur biasa, karena memiliki kandungan protein yang lebih tinggi dengan kandungan lemak yang lebih rendah. Telur puyuh juga dapat dijadikan sebagai konsumsi diet kolesterol, karena komposisi telur puyuh dapat mencegah terjadinya penimbunan lemak di jantung. Sementara itu, kebutuhan tubuh akan

(31)

Kualitas telur puyuh terdiri dari kualitas kulit telur, kualitas kekentalan, dan kualitas gizi yang ditunjukan untuk memenuhi kebutuhan konsumen4. Kualitas lainnya ditentukan dari penampakkan kulit telur sperti tingkat kebersihan terhadap bercak darah, dan kualitas kuning telur. Kualitas telur dapat dinyatakan dengan melihat telur secara ekterior dan interior. Secara interior, dengan mengukur bagian dalam telur, seperti kuning telur, putih telur dan ada tidaknya cacat pada kuning telur. Sedangkan secara eksterior yaitu dengan melihat bentuk telur, mengukur bobot, dan tebal kerabang telur5. Faktor-faktor yang mempengaruhi jenis telur diantaranya adalah kandungan zat makanan, penyakit, temperatur, genetik dan umur unggas.

2.2.2. Daging

Daging puyuh mengandung 21,10 persen protein, sedangkan lemaknya rendah yakni hanya 7,7 persen. Tabel 8 menunjukkan kandungan zat-zat makanan dalam daging puyuh.

Tabel 10. Kandungan Zat-Zat Makanan dalam Daging Mentah Burung Puyuh

Zat Makanan Air

(g) Lemak (g) Protein (g) Kalsium (mg) Fosfor (mg) Besi (mg ) Vitamin A( IU) Jumlah (per 100 gram) 70,50 7,70 21,10 129,00 189,00 1,50 1636,00

Sumber : Elly Lystyowati dan Roospitasari (2007)

Daging puyuh umumnya diambil dari puyuh yang sudah afkir yaitu puyuh betina yang kemampuannya menghasilkan telur sudah menurun atau burung jantan yang tidak terpilih sebagai pejantan. Sebagian besar puyuh jantan sengaja diafkir karena bila diternakan hanya akan menghabiskan pakan yang tentunya akan memperbesar biaya pemeliharaan.

2.2.3. Kotoran

Kotoran puyuh dapat dipergunakan sebagai pupuk untuk tanaman sayuran maupun tanaman hias dan juga untuk campuran dalam bahan makanan (konsentrat) bagi ternak. Kotoran ini dijemur sampai kering kemudian digiling atau ditumbuk sampai halus agar dapat digunakan sebagai campuran pakan

4Nort dan Bell, 1990 diacu dalam Mohaamad Ramlan 2007 5 Loc.cit

(32)

ternak. Sedangkan untuk pupuk, kotoran terlebih dahulu dicampur tanah dengan perbandingan 1:1 dan disimpan dalam suasana aerob selama 1-2 bulan.

2.3. Penyiapan Bibit

Pemilihan bibit burung puyuh disesuaikan dengan tujuan pemeliharaan. Terdapat tiga macam tujuan pemeliharaan yaitu untuk :

a) Produksi telur konsumsi, dipilih bibit puyuh jenis kelamin betina yang sehat atau bebas dari penyakit.

b) Produksi daging puyuh, dipilih bibit puyuh jantan dan puyuh petelur afkiran.

c) Pembibitan atau produksi telur tetas, dipilih bibit puyuh betina yang baik produksi telurnya dan puyuh jantan yang sehat yang siap membuahi puyuh betina agar dapat menjamin telur tetas yang baik.

2.4. Perkandangan

Dalam sistem perkandangan yang perlu diperhatikan adalah temperatur kandang yang ideal atau normal berkisar 20-25° C; kelembaban kandang berkisar 30-80 persen; penerangan kandang pada siang hari cukup 25-40 watt, sedangkan malam hari 40-60 watt (hal ini berlaku untuk cuaca mendung/musim hujan). Tata letak kandang sebaiknya diatur agar sinar matahari pagi dapat masuk kedalam kandang.

2.4.1. Sistem Kandang Sistem Sangkar/Baterei

Sistem sangkar paling bayak digunakan oleh peternak di Indonesia. Dinding dan lantai kandang sistem ini terbuat dari kawat kasa/ram. Sehingga di bawah lantai setiap lantai diperlukan alas guna menampung kotoran (dropping

board). Dengan adanya dropping board tersebut, pemeliharaan kebersihan

ruangan tempat meletakkan kandang lebih mudah dilakukan dan kotoran tidak menimpa puyuh yang terletak di bagian bawahnya.

(33)

2.4.2. Jenis kandang

Jenis kandang yang biasa digunakan dalam budidaya burung puyuh adalah:

a) Kandang untuk induk pembibitan.

Kandang ini berpengaruh langsung terhadap produktifitas dan kemampuan menghasilkan telur yang berkualitas. Besar atau ukuran kandang yang akan digunakan harus sesuai dengan jumlah puyuh yang akan dipelihara. b) Kandang untuk induk petelur.

Kandang ini berfungsi sebagai kandang untuk induk pembibit. c) Kandang untuk anak puyuh/ umur stater (kandang indukan)

Kandang ini merupakan kandang bagi anak puyuh pada umur starter, yaitu mulai umur satu hari sampai dengan dua sampai tiga minggu.

d) Kandang untuk puyuh umur grower (3-6 minggu) dan layer (lebih dari 6 minggu).

2.5. Pakan

Pakan merupakan faktor yang paling penting karena 80 persen biaya yang dikeluarkan seorang peternak puyuh digunakan untuk pembelian pakan (Elly Lystyowati & Roospitasari 2007). Ransum yang dapat diberikan untuk puyuh terdiri dari beberapa bentuk, yaitu bentuk pelet, remah-remah, dan tepung. Ransum terbaik adalah yang berbentuk tepung, sebab lebih mudah dikonsumsi.

2.6. Pemeliharaan Ternak Puyuh

a) Sanitasi dan Tindakan Preventif

Kebersihan lingkungan kandang dan sanitasi kandang perlu dilakukan sedini mungkin untuk menjaga timbulnya penyakit pada pemeliharaan puyuh.

b) Pengontrolan Penyakit

Pengontrolan penyakit perlu dilakukan setiap saat dan apabila ada tanda-tanda yang kurang sehat terhadap puyuh harus segera dilakukan pengobatan sesuai dengan petunjuk dokter hewan, dinas peternakan setempat atau petunjuk dari Toko Peternakan.

(34)

c) Pemberian Pakan

Ransum (pakan) yang dapat diberikan untuk puyuh terdiri dari beberapa bentuk, yaitu: bentuk pallet, remah-remah dan tepung. Pemberian ransum puyuh anakan diberikan dua kali sehari pagi dan siang. Sedangkan puyuh remaja/dewasa diberikan ransum hanya satu kali sehari yaitu di pagi hari. Untuk pemberian minum pada puyuh dilakukan terus-menerus.

d) Pemberian Vaksinasi dan Obat

Pada umur 4-7 hari puyuh di vaksinasi dengan dosis sebagian dari dosis untuk ayam. Vaksin dapat diberikan melalui tetes mata (intra okuler) atau air minum (peroral). Pemberian obat segera dilakukan apabila terdapat gejala-gejala sakit pada puyuh.

2.7 . Penyakit Puyuh

Puyuh merupakan ternak unggas yang sensitif terhadap penyakit dan sangat peka terhadap kebisingan, perubahan cuaca dan perubahan penanganan aspek operasional budidaya. Adapun penyakit yang biasa menyerang puyuh adalah penyakit yang juga menyerang unggas lainnya, seperti itik, ayam ras, dan ayam kampung. Tidak semua penyakit yang menyerang puyuh menyebabkan kematian, akan tetapi sebagian besar masih bisa disembuhkan dengan penanganan yang insentif. Setiap penyakit yang menyerang puyuh akan menurunkan nafsu makan dan berdampak pada penurunan laju pertumbuhan serta tingkat produktivitas. Oleh karena itu, upaya pencegahan penyakit amat penting dilakukan untuk menghindari kerugian. Kewaspadaan terhadap penangan merebaknya penyakit puyuh harus ditingkatkan ketika terdapat kemungkinan puyuh yang sudah sehat bertindak sebagai pembawa kuman penyakit yang akan menyerang puyuh-puyuh yang lain yang tidak terkena penyakit. Adapun penyakit yang dapat menyerang puyuh yaitu radang usus, Newcastle Disease (ND) atau tetelo, CRD (Cronic Respiratory Disease) atau ngorok, Koksidionis (Berak darah), Aspergillosis, Quail Bronchitis, Cacingan, dan Cacar ayam (Fowl pox).

(35)

2.8. Karakter Bisnis Telur Puyuh

Puyuh termasuk ternak unggas yang bisa dijual seluruh tubuh dan produk yang dihasilkannya. Telurnya bisa dijual sebagai telur konsumsi dan dagingnya dapat dijual sebagai daging konsumsi. Begitu juga dengan kotoran dan bulunya. Puyuh memiliki prospek yang bagus untuk dikembangkan menjadi komoditas bisnis karena tingkat permintaan yang cukup besar dan produktivitasnya yang tergolong tinggi. Puyuh dapat menghasilkan telur 250-350 butir selama setahun. Sedangkan puyuh betina sudah mampu bertelur kurang lebih pada umur 41 hari.

Peternakan puyuh merupakan usaha peternakan yang tidak membutuhkan tempat yang luas seperti pada umumnya pendirian peternakan unggas lain. Pada lahan seluas 800 m2 dapat ditempati sekitar 5000 ekor puyuh yang di dalamnya terdapat 25 sangkar dan tiap sangkar terdapat sekitar 200 ekor. Kandang seluas

800 m2 tersebut disertai dengan bagian lahan untuk kegiatan perawatan budidaya

seperti pembersihan tempat minum, pengambilan telur dan pemberian pakan. Oleh karena itu, Peternakan puyuh memiliki daya tarik yang cukup besar sebagai lapangan usaha bagi masyarakat atau para usahawan yang bermodal awalan kecil. Modal awalan yang tidak selalu harus selalu besar dan hasil telur yang tinggi mengindikasikan keuntungan yang menggiurkan dan menambah daya tarik potensi pengembangan usaha peternakan puyuh.

Meskipun porspek usaha terhadap usaha budidaya puyuh cukup baik, akan tetapi usaha ini tetap mengandung resiko tertentu khususnya mengenai penanganan manajemen pemeliharaan yang tepat, mengingat puyuh merupakan ternak yang peka terhadap perubahan lingkungan, dan penanganan aspek operasional perawatan. Resiko pada aspek opersional perawatan yang umumnya terjadi yaitu resiko berfluktuasinya tingkat kematian akibat perubahan penanganan perawatan sehingga hal tersebut mempengaruhi tingkat produktivitas puyuh dalam menghasilkan telur. Selain itu, penurunan produktivitas juga dapat disebabkan oleh perubahan lingkungan yang tidak menentu, kondisi ekstrim cuaca dan kebisingan lingkungan. Akan tetapi, dengan mengetahui beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat kegagalan budidaya, maka usaha budidaya puyuh ini tetap prosfektif untuk dikembangkan. Untuk meminimalkan resiko yang mungkin

(36)

terjadi, perlu dilakukan perencanaan usaha yang matang mengenai dinamika bisnis telur puyuh dan aspek operasional budidaya. Perencanaan usaha didukung juga oleh adanya motif usaha yang kuat, pengetahuan tatacara beternak puyuh yang benar, dan pengetahuan aspek pemasaran untuk produk yang dihasilkan oleh puyuh.

2.9. Hasil Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai strategi pengembangan usaha telah cukup banyak dilakukan. Pada umumnya tujuan peneliti-peneliti yang mengkaji penelitian mengenai strategi pengembangan usaha adalah untuk (1) mengidentifikasi faktor-faktor internal dan eksternal suatu perusahaan/ industri, (2) memformulasikan strategi untuk perusahaan/ industri yang diteliti berdasarkan analisis dilaksanakan oleh perusahaan/ industri yang diteliti. Akan tetapi sampai saat ini belum terdapat penelitian yang mengkaji tentang strategi pengembangan usaha telur puyuh Penelitian mengenai puyuh yang ada saat ini masih mengedepankan aspek teknis atau budidaya dan tidak menekankan aspek bisnis didalamnya. Meskipun demikian, hasil dari penelitian terdahulu mengenai budidaya puyuh tersebut dapat dijadikan acuan mengenai perkembangan penelitian pada puyuh.

Terdapat beberapa penelitian terdahulu baik yang terkait secara langsung mengenai penelitian puyuh atau penelitian mengenai strategi pengembangan usaha yang yang dapat dikaji pada penelitian ini. Beberapa peneliti itu diantaranya adalah Septiany (2004), Handayani (2005), Suhaely (2008), Wisandhini (2008), Karyadi (2008), Rhamdiani (2008), dan Waskita (2008). Nama peneliti berikut judul penelitian, alat analisis atau metode, dan hasil analisis dapat dilihat pada Tabel 11.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu yang terkait langsung dengan topic strategi pengembangan yakni teletak pada objek kajian, tempat penelitian dan hasil dalam penelitian. Adapun persamaannya terletak pada tujuan penelitian dalam menganalisis lingkungan internal dan eksternal perusahaan serta merumuskan alternatif strategi bagi perusahaan berdasarkan analisis lingkungan internal dan eksternal tersebut. Sedangkan penelitian yang tidak secara langsung terkait dengan topik strategi pengembangan, seperti analisis sifat fisik puyuh,

(37)

analisis permintaan telur ayam ras dan ayam buras, analisis pendapatan dan pemasaran telur ayam ras, digunakan sebagai bahan kajian yang mendukung penulisan dan perumusan penelitian strategi pengembangan usaha telur puyuh ini. Penelitian terdahulu yang dilakukan Handayani (2005), Waskita (2008), dan Suhaely (2008) telah membantu penulis mempelajari aspek operasional budidaya puyuh dan perkembangan yang terjadi khususnya dalam penelitian puyuh. Adapun penelitian terdahulu yang dilakukan Septiany (2004), Wisandhini (2008), Karyadi (2008), Rhamdiani (2008), telah membantu penulis mempelajari mengenai konsep dan faktor yang menjadi bahan kajian dalam perumusan strategi pengembangan usaha, membantu penulis mempelajari contoh aplikasi strategi pada perusahaan dan peternakan rakyat di Bogor serta perumusan susunan penelitian yang baik.

Penelitian ini membahas mengenai strategi pengembangan usaha telur puyuh agar perusahaan dapat memanfaatkan peluang, mencapai tujuan dan memperoleh keuntungan. Penelitian strategi pengembangan usaha telur puyuh ini menitikberatkan pada upaya memaksimalkan potensi sumberdaya yang dimiliki untuk dapat mengambil peluang dan meminimalkan dampak ancaman yang ada pada lingkungan operasional perusahaan. Upaya tersebut ditujukan untuk dapat mencapai tingkat produksi yang menentukan kemampulabaan perusahaan di tengah persaingan dan lingkungan industri. Penyusunan alternatif strategi menggunakan integrasi matriks IE dan matriks SWOT. Alternatif strategi hasil matriks IE yang masih umum seperti penetrasi pasar, di integrasikan dengan alternatif strategi hasil matriks SWOT yang lebih konkrit karena sudah lebih teknis, seperti meningkatkan kapasitas produksi.

(38)

Tabel 11. Penelitian Terdahulu

Peneliti Judul Penelitian Tujuan Metode/

Alat Analisis Hasil Analisis Fany Septiany Surya (2004) Analisis Pendapatan dan Pemasaran Telur Ayam Ras di Kelurahan Serua Kecamatan Sawangan,

Kotamadya Depok, Propinsi Jawa Barat.

1. Mempelajari, menganalisis, dan menghitung pendapatan usaha peternakan telur ayam ras di daerah penelitian.

2. Mempelajari dan menganalisis saluran pemasaran telur ayam ras berdasarkan daerah tujuan pemasaran yang paling efisien.

3. Mempelajari dan menganalisis fungsi pemasaran, stuktur dan perilaku pasar pada setiap lembaga pemasaran telur.

4. Mempelajari, menganalisa dan menghitung marjin pemasaran telur pada setiap jalur pemasaran yang terjadi.

Analisis pendapatan, analisis imbangan penerimaan dan biaya, analisis stuktur pasar, analisis perilaku pasar, analisis marjin pemasaran.

Seluruh peternakan ayam ras petelur di kelurahan Serua merupakan usaha yang menguntungkan (R/C >1). Terdapat 13 pola saluran pemasaran telur ayam ras di Kelurahan Serua. Fungsi pemasaran secara umum dilakukan oleh produsen, grosir dan pengecer yaitu berupa fungsi pertukaran dan fungsi fasilitas. Stuktur pasar yang ada di Kelurahan Serua yakni oligopoli, monopoli dan pasar persaingan sempurna. Saluran pemasaran yang ada cukup baik karena harga yang diterima produsen dari harga jual di tingkat konsumen cukup baik.

Mustika Handayani (2005)

Sifat Fisik, Kimia dan Organoleptik Telur Puyuh Asin pada Lama Pemeraman yang Berbeda.

Mengamati sifat fisik, kimia dan organoleptik telur puyuh yang diperam dalam larutan garam pada lama pemeraman yang berbeda.

Rancangan percobaan dengan menggunakan rancangan acak lengkap pola searah dengan 3 kali ulangan, analisis ragam (ANOVA).

Peningkatan kekuatan gel kuning telur dipengaruhi lama pemeraman, sedangkan perubahan berat telur tidak dipengaruhi secara nyata. Pemeraman yang lebih lama menyebabkan kecenderungan peningkatan kadar air, kadar abu, kadar NaCl, dan indeks minyak yang keluar. Perlakuan lama pemeraman tidak mengakibatkan perubahan bau produk pada tingkat nyata.

Ahmad Suhaely (2008)

Perancanga Fasilitas Fisik Usaha Ternak Puyuh Skala Komersil di Kecamatan Ranca Bungur Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

Membuat rancangan fisik fasilitas usaha ternak puyuh yang efektif dan komersial. Bagian dari rancangan ini adalah perencanaan lokasi dan tata letak fasilitas, membuat rancangan kandang puyuh secara fungsional dan stuktural dengan mengedepankan aspek komersialisasi, dan membuat analisa biaya yang diperlukan untuk pembuatan fasilitas fisik usaha ternak puyuh skala komersil.

Komponen konstruksi diuji dengan tegangan lentur, tegangan geser, dan defleksi.

Penentuan lokasi dan tata letak berdasarkan ketersediaan sumberdaya dan kemudahan dalam perawatan. Biaya total pembangunan satu unit kandang dengan luas 180 m² adalah Rp 64,657,500 atau sekitar Rp 359,208/m².

(39)

Yessica Wisandhini (2008)

Strategi pengembangan usaha Jamur Tiram Putih pada

Perusahaan Jamur Tegal Waru Bogor.

1. Menganalisis faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan faktor eksternal (peluang dan ancaman)

2. Merumuskan alternatif pengembangan usaha dari hasil analisis internal dan eksternal tersebut

Matriks IFE dan EFE, matriks IE, matriks SWOT, dan QSPM

Hasil dari matriks IE diketahui perusahaan berada pada kuadaran II atau pada posisi tumbuh dan kembangkan. Strategi yang tepat digunakan adalah strategi intensif dan strategi integrtif. Strategi utama berdasarkan STAS yang tertinggi yakni strategi mengoptimalkan kapasitas produksi.

Didik Karyadi (2008) Strategi Pengembangan Usaha Peternakan Domba Rakyat (Kasus Desa Cigudeg, Kecamatan Cigudeg, Kabupaten Bogor)

1. Mempelajari manajemen usahaternak domba rakyat di desa Cigudeg

2. Menganalisis faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan faktor eksternal (peluang dan ancaman) yang terdapat pada usaha ternak domba di desa Cigudeg

3. Merumuskan alternatif pengembangan usaha yang cocok untuk usahaternak domba rakyat di desa Cigudeg .

Matriks IFE dan EFE, matriks IE, matriks SWOT, dan QSPM

Hasil dari matriks IE diketahui perusahaan berada pada kuadaran V atau pada posisi jaga dan pertahankan. Strategi yang tepat digunakan adalah strategi penetrasi pasar dan pengembangan produk. Strategi utama berdasarkan STAS yang tertinggi yakni strategi perbaikan manajemen usaha untuk menghadapi pesaing.

Hilma Rhamdiani (2008)

Analisis Permintaan Telur Ayam Ras dan Ayam Buras di Provinsi DKI Jakarta: Penerapan Model Almost Ideal

Demand System

dengan Data Susenas 2005.

1. Menganalisis pola konsumsi telur ayam ras dan ayam buras

2. Menganalisis faktor - faktor yang mempengaruhi jumlah permintaan telur ayam ras dan ayam buras 3. Menganalisis besarnya permintaan telur ayam ras

dan ayam buras 2005-2010.

Analisis Almost Ideal

Demand System

Pola konsumsi rumah tangga di DKI Jakarta didominasi oleh telur ayam ras dengan jumlah konsusmsi tertinggi oleh kelas pendapatan rendah. Berdasarkan hasil analisis model Almost Ideal

Demand System didapat koefiesien determinasi (R2) dalam penelitian berkisar 0,1927-0,4222 yang berarti 19,27-42,22 persen keragaman proporsi pengeluaran untuk setiap jenis telur yang dapat dijadikan variabel bebasnya dalam model yaitu variabel harga, total pengeluaran, dan juga variabel demografi yaitu jumlah anggota rumah tangga. Perhitungan proyeki permintaan telur ayam ras dan ayam buras (dengan laju pertumbuhan penduduk 0,54 persen), diproyeksikan semakin meningkat setiap tahun dengan laju pertumbuhan konsumsi pertahun untuk telur ayam ras 11,36 persen dan telur ayam buras sebesar 11,76 persen.

(40)

Galih Waskita (2008) Penerapan Biosekuriti dan Higiene di tempat Penampungan Unggas di Jakarta Barat.

Menghasilkan gambaran penerapan biosekuriti dan higiene pada tempat penampungan unggas di Jakarta Barat.

Observasi lapang Praktek biosekuriti dan higiene di tempat penampungan unggas dikategorikan sedang (41,9 persen) dan buruk (58,1 persen), penyimpangan kritis banyak ditemukan berupa; tidak dilakukan pemeriksaaan kesehatan ayam, tidak mempunyai kadanga isolasi, tidak dilakukan disinfeksi personal dan kendaraan yang masuk, pekerja yang berhubungan tidak menggunakan alat pelindung diri, lokasi tempat penampungan unggas tidak jauh dari pemukiman rawan banjir, dan tidak ada fasilitas cuci tangan seperti sabun.

(41)

III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis

3.1.1. Konsep Manajemen Strategis

Jauch dan Glueck (1995) mengungkapkan bahwa manajemen strategis terdiri dari sejumlah keputusan dan tindakan yang mengarah pada suatu susunan strategi yang efektif untuk mencapai sasaran perusahaan. Proses manajemen strategis merupakan hal yang dinamis dan berkelanjutan (David 2006). Proses tersebut dipengaruhi kondisi eksternal dan internal serta mengangkat isu mengenani misi, strategi dan kebijakan perusahaan. Proses manajemen strategis menggambarkan alur dimana penyusunan strategi dirancang untuk menentukan sasaran. Proses manajemen strategi terdiri dari tiga tahap, yaitu:

1) Perumusan/formulasi Strategi

Perumusan strategi termasuk mengembangkan visi dan misi bisnis, mengenali peluang dan ancaman eksternal perusahaan, menetapkan kekuatan dan kelemahan perusahaan, menetapkan tujuan jangka panjang, menghasilkan alternatif dan memilih strategi tertentu untuk dilaksanakan.

2) Implementasi Strategi

Tahap implementasi strategi yaitu tahap mengimplementasikan pilihan strategi dengan maksud mengalokasikan sumberdaya dan mengorganisirnya sesuai dengan strategi (Jauch & Glueck 1995). Implementasi strategi termasuk menetapkan tujuan obyektif tahunan, melengkapi dengan kebijakan, memotivasi karyawan dan mengalokasikan sumberdaya sehingga strategi yang dirumuskan dapat dilaksanakan.

3) Evaluasi Strategi

Tahap evaluasi strategi berarti mengevaluasi hasil implementasi dan memastikan bahwa strategi yang telah disesuaikan dapat mencapai tujuan perusahaan (Jauch & Glueck 1995). Evaluasi strategi merupakan tahap akhir dalam manajemen strategi. Tiga macam aktivitas mendasar untuk mengevaluasi strategi adalah (1) meninjau faktor-faktor eksternal dan internal yang menjadi dasar strategi yang sekarang, (2) mengukur prestasi, dan (3) mengambil tindakan korektif.

(42)

Gambar 2. Model Komprehensif Manajemen Strategis Sumber: David (2006)

3.1.2. Perumusan Strategi

Menurut David, teknik formulasi strategi dapat diintegrasikan ke dalam tiga tahap kerangka pengambilan keputusan yaitu tahap pengumpulan input (input

stage), tahap pencocokan (the decision stage), dan tahap penetapan strategi

(matching stage).

Pada tahap input, digunakan matriks evaluasi faktor eksternal dan matriks evaluasi faktor internal. Pada tahap pencocokan digunakan matriks

stength-weakness-opportunities-threats (SWOT) dan matriks Internal External (IE). Pada

tahap keputusan digunakan matriks Quantitative Strategic Planning (QSP).

3.1.3. Alternatif Strategi

Alternatif strategi merupakan alternatif tindakan yang memungkinkan perusahaan mencapai misi dan tujuannya dengan cara terbaik. Menurut David (2006) alternatif strategi yang dapat dijalankan oleh organisasi atau perusahaan dikategorikan menjadi empat jenis dengan tiga belas tindakan. Alternatif-alternatif tipe strategi tersebut adalah:

1) Strategi Integrasi

Strategi integrasi memungkinkan sebuah perusahaan untuk mendapatkan kontrol terhadap distributor, pemasok dan pesaing, misalnya melalui merger,

Analisis Faktor Internal Menetapkan Tujuan Jangka Panjang Implemetasi, strategi-isu-isu pemasaran, keuangan, akuntansii, penelitian dan pengembangan sistem informasi Analisis Faktor Eksternal Mengembangkan

Visi dan Misi

Merumuskan, Mengevaluasi dan memilih strategi Imple-mentasi strategi- isu manaje-men strategi Formulasi

strategi Implementasi Strategi Evaluasi Strategi Mengukur

dan meng-evaluasi

Gambar

Tabel  1.    Produk  Domestik  Bruto  atas  Dasar  Harga  Konstan  2000  Menurut    Lapangan Usaha  pada Sektor Pertanian (Miliar Rupiah), 2005-2007
Tabel 2.  Populasi Puyuh Tahun 2007-2008 (Per Provinsi)
Tabel 4.  Rata-rata Konsumsi per Kapita per Minggu Telur Puyuh
Tabel 5.  Kandungan Gizi Puyuh dan Beberapa Jenis Unggas
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pemberhentian adalah putusnya hubungan kerja seseorang dari suatu perusahaan. Pemberhentian ini disebabkan oleh keinginan karyawan, keinginan perusahaan, kontrak kerja

Untuk mempersiapkan perusahaan dalam audit sertifikasi ISO 9001:2008 oleh pihak internal ( internal audit yang sudah mendapatkan sertifikat), melakukan tindakan

Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, Kementerian Agama R.I, menyatakan bahwa lembaga di bawah ini telah melakukan updating data Pendidikan Islam (EMIS) Periode Semester GENAP

BAB III : Tanggapan Masyarakat TerhadapKinerja Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil dalam Pelayanan Publik di Kabupaten Batu Bara. Pada bab ini nantinya akan membahas garis

Dikutip dari arsip Dinas Kependudukan Dan Pencatatan Sipil Kabupaten Batu Bara. Oleh karena itu program pembuatan

Negara-negara yang meratifikasi protokol ini berkomitmen untuk mengurangi emisi/pengeluaran karbon dioksida dan lima gas rumah kaca lainnya, atau bekerja sama

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan densitas energi konsumsi dan status gizi serta pengaruhnya terhadap daya ingat sesaat siswa sekolah dasar

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang proses pelaksanaan mentoring, metode mentoring dan hasil yang diperoleh selama proses pelaksanaan mentoring