Prastiwi, Elisabeth. (2015). Pengembangan Perangkat Pembelajaran Kurikulum 2013 Kelas
II dengan Tema 3 “Tugasku Sehari-hari”. Skripsi. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.
Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan yang berawal dari adanya potensi dan masalah terkait dengan Kurikulum 2013. Potensi yang ada adalah penerapan Kurikulum 2013 yang mengembangkan pendidikan karakter dan pendekatan saintifik. Masalah yang dihadapi guru adalah kesulitan dalam: melakukan penilaian, penyediaan media serta merumuskan kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu, peneliti terdorong untuk melakukan penelitian pengembangan perangkat pembelajaran Kurikulum 2013 kelas II SD. Tujuannya untuk menjelaskan proses penyusunan dan mendeskripsikan kualitas perangkat pembelajaran.
Jenis penelitian ini adalah penelitian dan pengembangan (Research and Development atau R&D). Produk yang dihasilkan berupa perangkat pembelajaran yang mengacu pada
Kurikulum 2013 untuk kelas II SD dengan tema 3 “Tugasku Sehari-hari” menggunakan model discovery learning. Proses pengembangan perangkat pembelajaran tersebut mengikuti keenam langkah dari 10 langkah menurut Sugiyono. Perangkat pembelajaran divalidasi oleh tiga validator. Skor rata-rata yang diperoleh dari hasil validasi adalah sebesar 4,74 (sangat baik) sehingga layak digunakan pada tahap uji coba.
Uji coba dilakukan di kelas IIB SDN Depok 1 dari tanggal 17-22 November 2014. Dari hasil wawancara akhir yang dilakukan peneliti kepada guru wali kelas II didapatkan data: guru terbantu dalam merumuskan kegiatan pembelajaran, mendapat inspirasi dalam penyediaan media pembelajaran serta memiliki deskriptor yang jelas untuk melakukan penilaian KI-1, KI-2 dan KI-4.
Prastiwi, Elisabeth. (2015). The Development of 2013 Curriculum Instructional Materials Grade II in Theme 3 “Tugasku Sehari-hari”. Thesis. Yogyakarta: Sanata Dharma University.
This research was a development research that began from there were potential and problem related with 2013 Curriculum. The potential was the implementation of 2013 Curriculum that develop character education and sciencetific approach. The problems that were faced by teacher were the difficulties on doing assessment, preparing media and formulating learning activity. Because of it, researcher shoved to do the research about The development of 2013 Curriculum instructional materials in Elementary School grade II. The goal of this research were to explain the process of arranging and describe the quality of instructional materials.
The kind of this research was Research and Development or R&D research. The product was form of instructional materials that refered to 2013 Curriculum for Elementary
School grade II in the theme “Tugasku Sehari-hari’ by using discovery learning model. The process of the development of instructional materials followed 6 steps from 10 steps according to Sugiyono. The instructional materials validated by three validator. Mean that gained was about 4,74 (very good) so it was proper used for the test.
The test did in the class IIB SDN Depok 1 from 17 November 2014 until 22 November 2014. From the interview that researcher did to the teacher of grade II got some results. The results were the teacher got help in formulating the learning activity, the teacher got inspiration in preparing learning media and the teacher had a clear description to do the assessment of KI-1, KI-2, and KI-4.
PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN
KURIKULUM 2013 KELAS II DENGAN TEMA 3
“TUGASKU SEHARI
-
HARI”
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh:
Elisabeth Hermi Prastiwi
111134047
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
i
PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN
KURIKULUM 2013 KELAS II DENGAN TEMA 3
“TUGASKU SEHARI
-
HARI”
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh:
Elisabeth Hermi Prastiwi
111134047
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Skripsi ini dipersembahkan untuk:
1. Tuhan Yesus Kristus yang selalu memberikan kasih, berkat, bimbingan
dan penyertaan-Nya dalam setiap langkah hidup saya.
2. Kedua orang tua: Bapak Yoseph Mardjono dan Ibu Theresia Satiyah yang
selalu mendampingi dan memberikan dukungan, doa, dan kasih
sayangnya.
3. Kakak-kakak tercinta: Cicilia Ismawarti, Yohanes Room Mawardi,
Yoseph Intoko dan keponakan Brigita Arleta D. Putri yang selalu
mendukung dan memberi semangat.
4. Keluarga Besar Widi Martoyo yang selalu memberikan dukungan dan
motivasi.
5. Arif Wahyudi yang selalu membantu, mendukung dan memberikan
motivasi.
v
MOTTO
“Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan
rencana Allah.”
(Roma 8:28)
“Sesuatu yang belum dikerjakan, seringkali tampak mustahil; kita baru yakin kalau kita telah berhasil melakukannya dengan baik.”
(Andrew Jackson)
“Bertarget dan mempunyai mimpi besar itu baik, disertai usaha dan kerja keras itu hebat; tetapi jika terlalu ambisius dan sampai mengorbankan segalanya, semua
yang baik dan hebat tidak akan ada artinya.”
viii
ABSTRAK
Prastiwi, Elisabeth. (2015). Pengembangan Perangkat Pembelajaran Kurikulum 2013 Kelas II dengan Tema 3 “Tugasku Sehari-hari”. Skripsi. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.
Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan yang berawal dari adanya potensi dan masalah terkait dengan Kurikulum 2013. Potensi yang ada adalah penerapan Kurikulum 2013 yang mengembangkan pendidikan karakter dan pendekatan saintifik. Masalah yang dihadapi guru adalah kesulitan dalam: melakukan penilaian, penyediaan media serta merumuskan kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu, peneliti terdorong untuk melakukan penelitian pengembangan perangkat pembelajaran Kurikulum 2013 kelas II SD. Tujuannya untuk menjelaskan proses penyusunan dan mendeskripsikan kualitas perangkat pembelajaran.
Jenis penelitian ini adalah penelitian dan pengembangan (Research and Development atau R&D). Produk yang dihasilkan berupa perangkat pembelajaran
yang mengacu pada Kurikulum 2013 untuk kelas II SD dengan tema 3 “Tugasku
Sehari-hari” menggunakan model discovery learning. Proses pengembangan perangkat pembelajaran tersebut mengikuti keenam langkah dari 10 langkah menurut Sugiyono. Perangkat pembelajaran divalidasi oleh tiga validator. Skor rata-rata yang diperoleh dari hasil validasi adalah sebesar 4,74 (sangat baik) sehingga layak digunakan pada tahap uji coba.
Uji coba dilakukan di kelas IIB SDN Depok 1 dari tanggal 17-22 November 2014. Dari hasil wawancara akhir yang dilakukan peneliti kepada guru wali kelas II didapatkan data: guru terbantu dalam merumuskan kegiatan pembelajaran, mendapat inspirasi dalam penyediaan media pembelajaran serta memiliki deskriptor yang jelas untuk melakukan penilaian KI-1, KI-2 dan KI-4.
ix
ABSTRACT
Prastiwi, Elisabeth. (2015). The Development of 2013 Curriculum Instructional Materials Grade II in Theme 3 “Tugasku Sehari-hari”. Thesis. Yogyakarta: Sanata Dharma University.
This research was a development research that began from there were potential and problem related with 2013 Curriculum. The potential was the implementation of 2013 Curriculum that develop character education and sciencetific approach. The problems that were faced by teacher were the difficulties on doing assessment, preparing media and formulating learning activity. Because of it, researcher shoved to do the research about The development of 2013 Curriculum instructional materials in Elementary School grade II. The goal of this research were to explain the process of arranging and describe the quality of instructional materials.
The kind of this research was Research and Development or R&D research. The product was form of instructional materials that refered to 2013
Curriculum for Elementary School grade II in the theme “Tugasku Sehari-hari’ by using discovery learning model. The process of the development of instructional materials followed 6 steps from 10 steps according to Sugiyono. The instructional materials validated by three validator. Mean that gained was about 4,74 (very good) so it was proper used for the test.
The test did in the class IIB SDN Depok 1 from 17 November 2014 until 22 November 2014. From the interview that researcher did to the teacher of grade II got some results. The results were the teacher got help in formulating the learning activity, the teacher got inspiration in preparing learning media and the teacher had a clear description to do the assessment of KI-1, KI-2, and KI-4.
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
dan rahmat-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Pengembangan Perangkat Pembelajaran Kurikulum 2013 Kelas II dengan Tema
3 “Tugasku Sehari-hari”. Skripsi ini disusun dalam rangka untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan
Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata
Dharma.
Dalam penyusunan skripsi ini, peneliti menyadari bahwa ada banyak pihak
yang telah membantu, mendukung, serta membimbing peneliti dalam
menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, peneliti ingin mengucapkan terima
kasih kepada:
1. Bapak Rohandi, Ph.D., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sanata Dharma.
2. Romo G. Ari Nugrahanta, S.J., S.S., B.S.T., M.A. Ketua Program Studi
Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Universitas Sanata Dharma.
3. Ibu Dra. Ignatia Esti Sumarah, M.Hum., Dosen Pembimbing I, terima
kasih atas waktu, bimbingan serta dukungan yang telah diberikan dalam
menyelesaikan skripsi ini.
4. Ibu Theresia Yunia Setyawan, S.Pd., M.Hum., Dosen Pembimbing II,
yang telah sabar dalam memberikan bimbingan serta masukan bagi
peneliti dalam penyusunan skripsi ini.
5. Ibu Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd., Dosen Penguji yang telah
memberikan kritik dan saran bagi peneliti.
6. Seluruh dosen dan staf karyawan PGSD Universitas Sanata Dharma yang
telah memberikan ilmu pengetahuan selama perkuliahan serta membantu
dalam mempersiapkan penelitian.
7. Para validator yang telah memberikan masukan bagi peneliti untuk
xii
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... vii
ABSTRAK ... viii
BAB II LANDASAN TEORI A.Kajian Pustaka ... 11
1. Kurikulum 2013 ... 11
a. Pendekatan Tematik Integratif ... 16
xiii
2) Kelebihan Pembelajaran Tematik ... 18
3) Keterbatasan Pembelajaran Tematik ... 19
4) Manfaat Pembelajaran Tematik ... 21
b. Pendekatan Saintifik ... 22
1) Karakteristik Pembelajaran dengan Menggunakan Pendekatan Saintifik ... 23
2) Langkah-langkah Umum Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik ... 24
2. Model Pembelajaran Discovery Learning ... 40
a. Langkah-langkah Operasional Implementasi dalam Proses Pembelajaran ... 41
b. Kelebihan Penerapan Discovery Learning ... 46
c. Keterbatasan Discovery Learning ... 47
3. Perangkat Pembelajaran ... 49
a. Silabus ... 49
b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 52
xiv
C.Kerangka Berpikir ... 63
D.Pertanyaan Penelitian ... 64
BAB III METODE PENGEMBANGAN A.Jenis Penelitian ... 66
BAB IV HASIL PENELITIAN PENGEMBANGAN DAN PEMBAHASAN A.Hasil Penelitian Pengembangan ... 90
1. Proses Pengembangan Perangkat Pembelajaran ... 90
a. Potensi dan Masalah ... 90
2. Kualitas Perangkat Pembelajaran ... 128
a. Kualitas Berdasarkan Analisis Data Penilaian ... 128
b. Kualitas Berdasarkan Wawancara Akhir ... 134
c. Kualitas Berdasarkan Spesifikasi Produk ... 137
xv
1. Perangkat Pembelajaran Menggunakan Pendekatan Saintifik
Model Discovery Learning ... 147
2. Perangkat Pembelajaran Menggunakan Media Pembelajaran ... 149
3. Perangkat Pembelajaran Memuat Rubrik Penilaian KI-1, KI-2
dan KI-4 ... 150
4. Kelebihan Produk ... 153
5. Kelemahan Produk ... 154
BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN PENGEMBANGAN DAN SARAN
A.Kesimpulan ... 156
B.Keterbatasan Pengembangan ... 157
C.Saran ... 158
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Literatur Map dari Penelitian Terdahulu ... 62
Gambar 3.1 Prosedur Pengembangan Perangkat Pembelajaran ... 75
Gambar 4.1 Pembelajaran yang Dilakukan oleh Peneliti ... 122
Gambar 4.2 Pembelajaran yang Dilakukan oleh Guru ... 128
Gambar 4.3 Diagram Batang Penilaian RPP Dosen Ahli Kurikulum 2013 I ... 130
Gambar 4.4 Diagram Batang Penilaian RPP Ahli Kurikulum 2013 II ... 131
Gambar 4.5 Diagram Batang Penilaian RPP oleh Guru Wali Kelas II SD ... 133
Gambar 4.6 Diagram Batang Rekapitulasi Hasil Validasi ... 134
Gambar 4.7 Jam Analog ... 145
Gambar 4.8 Siswa Mengkomunikasikan Hasil Pekerjaannya ... 148
Gambar 4.9 Penggunaan Jam Analog ... 149
xvii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Identifikasi Kesenjangan Kurikulum ... 12
Tabel 2.2 Kegiatan Pembelajaran dalam Pendekatan Saintifik ... 26
Tabel 2.3 Butir dan Definisi Pendidikan Karakter Disiplin ... 34
Tabel 2.4 Deskripsi Perilaku Disiplin ... 35
Tabel 2.5 Indikator Sikap Disiplin ... 36
Tabel 2.6 Butir dan Definisi Pendidikan Karakter Tanggung Jawab ... 37
Tabel 2.7 Indikator Sikap Tanggung jawab ... 37
Tabel 3.5 Kisi-kisi Pertanyaan Wawancara Akhir ... 85
Tabel 3.6 Instrumen Wawancara Akhir ... 86
Tabel 3.7 Konversi Nilai Skala Lima Berdasarkan PAP ... 88
Tabel 4.1 Pedoman Konversi Data Kuantitatif ke Data Kualitatif dengan Skala 5 ... 101
Tabel 4.2 Hasil Validasi RPP Pembelajaran 1 oleh Dosen Ahli Kurikulum 2013 I & II ... 102
Tabel 4.3 Hasil Validasi RPP Pembelajaran 2 oleh Dosen Ahli Kurikulum 2013 I & II ... 106
xviii
Tabel 4.10 Revisi Desain RPP Pembelajaran 6 ... 119
Tabel 4.11 Rekapitulasi Nilai ... 122
Tabel 4.12 Rekapitulasi Penilaian Dosen Ahli Kurikulum 2013 I ... 129
Tabel 4.13 Rekapitulasi Penilaian Dosen Ahli Kurikulum 2013 II ... 130
Tabel 4.14 Rekapitulasi Penilaian Guru Wali Kelas II SD ... 132
Tabel 4.15 Hasil Rekapitulasi Tiga Validator ... 133
Tabel 4.16 Contoh Materi yang Terkait dengan Tema dan Subtema ... 138
Tabel 4.17 Contoh Penggunaan Pendekatan Tematik Integratif ... 138
Tabel 4.18 Contoh Perumusan Indikator dan Tujuan yang Mengembangkan Karakter Siswa ... 140
Tabel 4.19 Contoh Penggunaan Rubrik Penilaian dengan Deskriptor yang Jelas ... 143
Tabel 4.20 Contoh Penggunaan Media ... 145
xix
DAFTAR LAMPIRAN
1. Lampiran 1. Pertanyaan Wawancara Awal ... 163
2. Lampiran 2. Instrumen Validasi ... 164
3. Lampiran 3. Pertanyaan Wawancara Akhir ... 167
4. Lampiran 4. Hasil Wawancara Awal ... 169
5. Lampiran 5. Lembar Penilaian Dosen Ahli Kurikulum 2013 I ... 191
6. Lampiran 6. Lembar Penilaian Dosen Ahli Kurikulum 2013 II ... 200
7. Lampiran 7. Lembar Penilaian Guru Wali Kelas II ... 209
8. Lampiran 8. Hasil Wawancara Akhir ... 227
9. Lampiran 9. Lembar Kerja Siswa dan Feedback ... 230
10.Lampiran 10. Surat Ijin Melakukan Penelitian ... 284
11.Lampiran 11. Surat Keterangan Selesai Penelitian ... 285
12.Lampiran 12. Foto-foto Penelitian ... 286
13.Lampiran 13. Perangkat Pembelajaran (Dicetak Terpisah) ... 288
1
BAB I
PENDAHULUAN
Bab ini berisi penjelasan tentang latar belakang masalah, batasan masalah,
rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan istilah, dan
spesifikasi produk yang dikembangkan.
A. Latar Belakang Masalah
Sekolah merupakan tempat terjadinya proses belajar mengajar yang
dilakukan oleh guru dan peserta didik untuk menghasilkan ilmu yang berguna
bagi kehidupan. Ilmu yang hendak dihasilkan dari proses tersebut tentu bukan
hanya yang bersifat teori saja, melainkan yang dapat berguna bagi peserta
didik dalam kehidupan nyata. Oleh karena itu, diharapkan peserta didik juga
memiliki sikap yang baik dalam berhubungan dengan sesama manusia. Hal
tersebut dapat diwujudkan dengan adanya pendidikan karakter.
Pendidikan karakter adalah usaha yang dilakukan dengan
mengarahkan peserta didik dalam mengenali dan mengembangkan kelebihan
yang dimilikinya agar menjadi manusia yang memiliki sikap-sikap baik
terhadap diri sendiri dan peduli terhadap orang lain (Kemendikbud, 2013).
Pendidikan karakter memiliki kekhasan yaitu selalu mengembangkan aspek
kognitif, afektif dan psikomotorik secara integral. Tujuan dari pendidikan
karakter tersebut diwujudkan oleh pemerintah dengan membuat suatu
Kurikulum yang memuat tentang pendidikan karakter adalah
Kurikulum 2013. Kurikulum 2013 disusun dengan tujuan untuk mendidik
karakter peserta didik mulai dari jenjang SD sampai SLTA (Kemendikbud,
2014:3). Itu sebabnya kekhasan dari Kurikulum 2013 terdiri atas kompetensi
inti sikap, yang meliputi sikap spiritual dan sikap sosial, kompetensi inti
pengetahuan dan kompetensi inti keterampilan. Kompetensi inti tersebut
dirumuskan untuk mencapai Standar Kompetensi Lulusan atau SKL.
Menurut Kemendikbud (2014), kompetensi lulusan merupakan
keahlian yang harus dimiliki atau dipenuhi peserta didik untuk mencapai
syarat-syarat kelulusan yang mencakup sikap (KI-1 dan KI-2), pengetahuan
(KI-3), dan keterampilan (KI-4). Kompetensi itulah yang akan menjadi acuan
untuk mengembangkan kurikulum dalam mewujudkan tujuan pendidikan
nasional. Kompetensi lulusan disusun dengan melihat hal-hal yang hendak
dikembangkan dalam diri masing-masing peserta didik sebagai syarat untuk
menyelesaikan pendidikannya dalam satuan pendidikan tertentu.
Lebih jauh Kemendikbud (2014:18) mengungkapkan bahwa
pendekatan saintifik diyakini sebagai titian emas perkembangan dan
pengembangan sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik. Oleh
karena itu, Kurikulum 2013 menggunakan pendekatan saintifik dalam
pembelajaran. Dalam pendekatan yang memenuhi kriteria ilmiah, para
ilmuwan lebih menggunakan penalaran induktif yang mengamati suatu
Hal ini diperkuat dengan Permendikbud No. 81A Tahun 2013
lampiran IV, yang menyatakan bahwa proses pembelajaran dengan
menggunakan pendekatan ilmiah terdiri atas lima pengalaman belajar pokok
(5M) yaitu mengamati, menanya, mengumpulkan informasi/eksperimen,
mengasosiasikan/mengolah informasi, dan mengkomunikasikan. Tujuan
pembelajaran dapat tercapai apabila guru menerapkan 5M. Oleh karena itu,
guru perlu menguasai pembelajaran inovatif supaya dapat memfasilitasi
peserta didik untuk memiliki karakter-karakter yang diharapkan, dengan
membuat kegiatan pembelajaran yang memuat 5M menggunakan pendekatan
saintifik.
Proses pembelajaran untuk membantu peserta didik mencapai 5M
perlu memperhatikan tahap-tahap perkembangan anak SD sesuai dengan
jenjangnya. Seperti yang diungkapkan oleh Piaget (2010), tahap
perkembangan anak usia 7-12 tahun berada pada tahap operasional konkret.
Operasional konkret adalah tahap pengelompokan cara kerja mengenai
pemikiran anak, dimana anak telah dapat mempelajari sesuatu menggunakan
benda-benda nyata atau benda-benda lain sebagai pengganti hal yang
dipelajari tersebut. Oleh karena itu, agar dapat mencapai KI-1, KI-2 dan KI-3
maka proses pembelajaran perlu memperhatikan tahap perkembangan anak.
Proses pembelajaran sebaiknya dibuat dengan kegiatan-kegiatan yang dapat
mendorong peserta didik dalam mengembangkan kemampuannya untuk
berpikir konkret dan mendalam, serta mampu mengklasifikasi dan
Hal-hal penting terkait dengan penerapan Kurikulum 2013 di atas
belum dapat terlaksana secara maksimal di sekolah dasar. Hal tersebut dapat
dilihat dari hasil wawancara kepada sembilan guru di delapan sekolah dasar
yang berbeda, yaitu SDN Depok 1 Yogyakarta, SDN Ngenthak Mangir
Bantul, SDN 2 Mojayan Klaten, SDN Caturtunggal 6 Yogyakarta, SD
Mutiara Persada Yogyakarta, SDN Walitelon 2 Temanggung, SD Tumbuh,
dan SD Kanisius Pugeran. Dari hasil wawancara, peneliti mendapatkan data
mengenai kesulitan yang dialami oleh guru dalam menerapkan Kurikulum
2013.
Data-data yang diperoleh dari hasil wawancara terhadap sembilan
guru adalah: (1) Sebanyak sembilan guru (100%) mengalami kesulitan dalam
melakukan penilaian menggunakan Kurikulum 2013. Dalam melakukan
penilaian kompetensi sikap religius (KI-1), kompetensi sikap sosial (KI-2),
dan kompetensi keterampilan (KI-4) guru mengalami kesulitan karena
indikator penilaian dari acuan pemerintah belum memuat deskripsi yang jelas.
Kesulitan yang dialami guru pada kompetensi pengetahuan (KI-3) yaitu
dalam hal mengaitkan soal-soal antar mata pelajaran dan keterbatasan waktu.
(2) Sembilan guru (100%) mengalami kesulitan dalam penyediaan media
pembelajaran. (3)Tujuh guru (78%) mengalami kesulitan dalam merumuskan
kegiatan pembelajaran yang mengandung 5M.
Berdasarkan masalah-masalah yang ditemukan di lapangan, peneliti
terdorong untuk membantu guru dalam membuat perangkat pembelajaran
tersebut bertujuan untuk membantu guru dalam mengatasi kesulitan terkait
dengan penerapan Kurikulum 2013 dalam hal melakukan penilaian,
penyediaan media pembelajaran serta perumusan kegiatan pembelajaran yang
memuat 5M. Oleh karena itu, peneliti hendak melakukan penelitian
pengembangan dengan judul “Pengembangan Perangkat Pembelajaran
Kurikulum 2013 Kelas II dengan Tema 3 “Tugasku Sehari-hari”.
B. Batasan Masalah
Perangkat pembelajaran yang dikembangkan dalam penelitian ini
dibatasi pada kelas II dengan tema 3 “Tugasku Sehari-hari dan subtema 2,
yaitu “Tugasku Sehari-hari di Sekolah”. Model pembelajaran yang digunakan
adalah discovery learning untuk mencapai kompetensi sikap (spiritual dan
sosial), pengetahuan dan keterampilan. Kompetensi sikap spiritual yang
dikembangkan adalah sikap-sikap dalam hubungannya dengan Tuhan,
sedangkan sikap sosial menyangkut sikap disiplin, tanggung jawab dan
percaya diri. Kompetensi pengetahuan yang dikembangkan adalah
kemampuan yang dapat dilihat melalui hasil belajar siswa dan dapat diukur
menggunakan tes. Kompetensi keterampilan yang dikembangkan
menyangkut keterampilan-keterampilan yang melibatkan kemampuan
C. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang hendak dijawab oleh penelitian ini adalah:
1. Bagaimana proses pengembangan perangkat pembelajaran Kurikulum
2013 pada kelas II dengan tema 3 “Tugasku Sehari-hari” dan subtema 2
“Tugasku Sehari-hari di Sekolah”?
2. Seperti apakah kualitas perangkat pembelajaran Kurikulum 2013 pada
kelas II dengan tema 3 “Tugasku Sehari-hari” dan subtema 2 “Tugasku
Sehari-hari di Sekolah”?
D. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk menjelaskan proses pengembangan perangkat pembelajaran
Kurikulum 2013 yang layak untuk kelas II dengan tema 3 “Tugasku
Sehari-hari” dan subtema 2 “Tugasku Sehari-hari di Sekolah”.
2. Untuk mengembangkan dan mendeskripsikan kualitas perangkat
pembelajaran Kurikulum 2013 yang layak untuk kelas II dengan tema 3
“Tugasku Sehari-hari” dan subtema 2 “Tugasku Sehari-hari di Sekolah”.
E. Manfaat Penelitian
Penelitian pengembangan ini diharapkan dapat memberikan manfaat
1. Manfaat Teoritis
a. Menambah wawasan tentang pengembangan perangkat pembelajaran
Kurikulum 2013 pada kelas II dengan tema 3 “Tugasku Sehari-hari”
dan subtema 2 “Tugasku Sehari-hari di Sekolah”.
b. Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk penelitian
berikutnya yang berhubungan dengan hal yang sama.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Guru
Penelitian ini diharapkan dapat membantu guru dalam
membuat perangkat pembelajaran serta mengatasi kesulitan yang
dialami dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran terutama dalam
melakukan penilaian menggunakan Kurikulum 2013 pada kelas II
SD.
b. Bagi Siswa
Penelitian ini diharapkan dapat membantu siswa kelas II
dalam mempelajari materi Kurikulum 2013 pada tema 3 “Tugasku
Sehari-hari” dengan subtema 2 “Tugasku Sehari-hari di Sekolah”
menggunakan model pembelajaran discovery learning yang
berdasarkan pengalaman langsung untuk menemukan sendiri
c. Bagi Peneliti
Melalui penelitian ini, mahasiswa dapat melatih keterampilan
dalam mengembangkan perangkat pembelajaran Kurikulum 2013
untuk siswa kelas II Sekolah Dasar.
F. Batasan Istilah
Agar tidak terjadi kesalahpahaman mengenai beberapa istilah yang
digunakan dalam penelitian ini, maka istilah yang digunakan dapat dijelaskan
sebagai berikut:
1. Perangkat pembelajaran
Perangkat pembelajaran adalah perangkat yang digunakan dalam
proses pembelajaran, meliputi silabus, Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP), bahan ajar dan evaluasi.
2. Kurikulum 2013
Kurikulum 2013 adalah kurikulum yang sengaja dikembangkan
untuk membentuk karakter siswa agar memiliki kekhasan dengan melalui
empat Kompetensi Inti, yaitu KI-1 dan KI-2 (olah hati), KI-3 (olah
pikiran) serta KI-4 (olah rasa dan karsa).
3. Siswa Kelas II SD
Siswa kelas II SD adalah mereka yang sedang duduk di kelas
rendah dengan usia sekitar 8-9 tahun dimana siswa tersebut sedang
sesuatu siswa menggunakan benda-benda nyata atau benda lain sebagai
pengganti hal yang dipelajari.
4. Tema 3 “Tugasku Sehari-hari”
Tema 3 “Tugasku Sehari-hari” dan subtema 2 “Tugasku Sehari
-hari di Sekolah” termasuk tema dan subtema yang ada dalam Kurikulum
2013 mengenai tugas-tugas yang harus dilakukan siswa di sekolah
dengan mengaitkan lima mata pelajaran pokok, yaitu matematika, bahasa
Indonesia, PPKn, PJOK dan SBdP.
G. Spesifikasi Produk yang Dikembangkan
Peneliti menyusun enam perangkat pembelajaran dengan spesifikasi
produk sebagai berikut:
1. Perangkat pembelajaran disusun berdasarkan Kurikulum 2013 pada kelas
II dengan tema 3 “Tugasku Sehari-hari” dan subtema 2 “Tugasku
Sehari-hari di Sekolah”.
2. Perangkat pembelajaran disusun dengan menggunakan pembelajaran
tematik integratif.
3. Perangkat pembelajaran disusun dengan menerapkan pendekatan
saintifik model discovery learning.
4. Perangkat pembelajaran disusun untuk mengembangkan karakter siswa
kelas II yang mengacu pada kompetensi sikap spiritual dan sikap sosial
(disiplin, percaya diri, tanggung jawab), pengetahuan, dan keterampilan
5. Perangkat pembelajaran dilengkapi rubrik penilaian yang memuat
deskriptor-deskriptor untuk KI-1 (ketaatan beribadah, menghargai
keberagaman, dan sikap syukur), KI-2 (disiplin, tanggung jawab dan
percaya diri), serta KI-4 (membuat kartu, menggambar jam, dll).
6. Perangkat pembelajaran dilengkapi dengan media pembelajaran yang
11
BAB II
LANDASAN TEORI
Bab II mengemukakan beberapa hal terkait dengan landasan teori yang
digunakan dalam melakukan penelitian pengembangan ini, yaitu kajian pustaka,
penelitian yang relevan, kerangka berpikir dan pertanyaan penelitian.
A. Kajian Pustaka 1. Kurikulum 2013
Kurikulum 2013 adalah sebuah kurikulum yang dikembangkan
untuk meningkatkan dan menyeimbangkan kemampuan soft skills dan
hard skills yang berupa sikap, keterampilan dan pengetahuan (Fadlillah,
2014:16). Sejalan dengan pendapat Fadlillah, Majid (2014:28)
mengungkapkan bahwa orientasi Kurikulum 2013 adalah terjadinya
peningkatan dan keseimbangan antara kompetensi sikap (attitude),
keterampilan (skill) dan pengetahuan (knowledge). Berbeda dengan
Fadlillah dan Majid, Mulyasa (2014:68) menyatakan bahwa Kurikulum
2013 adalah kurikulum yang menekankan pada pengembangan
kemampuan siswa untuk melakukan tugas-tugas dengan standar
performasi tertentu, sehingga hasilnya dapat dirasakan oleh siswa itu
sendiri.
Mulyasa (2013:59) memberikan penjelasan lebih lanjut bahwa
selalu dilakukan perubahan dan pengembangan, agar dapat mengikuti
perkembangan dan tantangan zaman. Perubahan dan pengembangan
kurikulum harus memiliki tujuan yang jelas sesuai dengan kebutuhan
zaman, jadi tidak asal berubah saja sehingga memang benar-benar dapat
memberikan manfaat bagi dunia pendidikan. Perubahan dan
perkembangan kurikulum juga dipengaruhi oleh kesenjangan kurikulum
sebelumnya (KTSP) dengan kurikulum saat ini (Kurikulum 2013).
Berikut adalah tabel yang menunjukkan kesenjangan-kesenjangan yang
ada pada Kurikulum KTSP dengan kondisi ideal, yaitu:
Tabel 2.1 Identifikasi Kesenjangan Kurikulum (Mulyasa, 2013:61-63)
KONDISI SEBELUMNYA KONDISI IDEAL
A. KOMPETENSI LULUSAN
1. Belum sepenuhnya
menekankan pendidikan
karakter
1. Berkarakter mulia
2. Belum menghasilkan
keterampilan sesuai
kebutuhan
2. Keterampilan yang relevan
3. Pengetahuan-pengetahuan
2. Beban belajar terlalu berat 2. Materi esensial
KONDISI SEBELUMNYA KONDISI IDEAL
mendalam perkembangan anak
C. PROSES PEMBELAJARAN
1. Berpusat pada guru 1. Berpusat pada peserta didik
2. Proses pembelajaran
berorientasi pada buku teks
2. Sifat pembelajaran
kontekstual
3. Buku teks hanya memuat
materi bahasan
3. Buku teks memuat materi
dan proses pembelajaran,
sistem penilaian serta
kompetensi yang diharapkan
D. PENILAIAN
1. Menekankan aspek kognitif 1. Menekankan aspek kognitif,
afektif, dan psikomotorik
secara proposional
2. Tes menjadi cara penilaian
yang dominan
2. Penilaian tes pada portofolio
saling melengkapi
E. PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN
1. Memenuhi kompetensi
profesi saja
1. Memenuhi kompetensi
profesi, pedagogi, sosial, dan
personal
2. Fokus pada ukuran kinerja
PTK
2. Motivasi mengajar
F. PENGELOLAAN KURIKULUM
1. Satuan pendidikan
mempunyai pembebasan
dalam pengelolaan
kurikulum
1. Pemerintah pusat dan daerah
memiliki kendali kualitas
dalam pelaksanaan
kurikulum di tingkat satuan
pendidikan
2. Masih terdapat
kecenderungan satuan
2. Satuan pendidikan mampu
KONDISI SEBELUMNYA KONDISI IDEAL
pendidikan menyusun
kurikulum tanpa
mempertimbangkan kondisi
satuan pendidikan,
kebutuhan peserta didik,
dan potensi daerah
mempertimbangkan kondisi
satuan pendidikan,
kebutuhan peserta didik, dan
potensi daerah
3. Pemerintah hanya
menyiapkan sampai standar
isi mata pelajaran
3. Pemerintah menyiapkan
semua komponen kurikulum
sampai buku teks dan
pedoman
Dengan adanya kesenjangan-kesenjangan kurikulum dan
tantangan zaman, maka perlu dilakukan pengembangan kurikulum untuk
menghadapi berbagai masalah dan tantangan zaman yang semakin rumit
dan beranekaragam. Tantangan-tantangan masa depan itu antara lain
berkaitan dengan globalisasi dan pasar bebas, masalah lingkungan hidup,
pesatnya kemajuan teknologi informasi, dll. Oleh karena itu, untuk
menghadapi berbagai tantangan yang ada, kurikulum harus mampu
membekali siswa dengan berbagai kompetensi. Kompetensi yang
diperlukan di masa depan sesuai dengan perkembangan global yaitu:
kemampuan berkomunikasi, kemampuan berpikir jernih dan kritis,
kemampuan mempertimbangkan segi moral suatu permasalahan,
kemampuan menjadi warga negara yang bertanggung jawab, kemampuan
mencoba untuk mengerti dan toleran terhadap pandangan yang berbeda,
luas dalam kehidupan, memiliki kesiapan untuk bekerja, memiliki
kecerdasan sesuai bakat/minatnya, dan memiliki rasa tanggung jawab
terhadap lingkungan (Mulyasa, 2013:64).
Sejalan dengan hal tersebut, Majid (2014:27) mengatakan bahwa
pengembangan Kurikulum 2013 merupakan bagian dari strategi
meningkatkan capaian pendidikan. Kurikulum 2013 dikembangkan
berdasarkan empat landasan, yaitu landasan yuridis, filosofis, empiris dan
teoretis. Landasan yuridis merupakan ketentuan hukum yang dijadikan
dasar untuk mengembangkan kurikulum sehingga tercipta sebuah
kurikulum baru. Landasan filosofis adalah ketentuan yang digunakan
dalam membuat kurikulum berdasarkan karakteristik siswa yang hendak
dicapai dengan kurikulum tersebut. Landasan empiris merupakan
landasan yang mengarahkan siswa untuk menghadapi hal-hal yang terjadi
di kehidupan nyata dalam rangka membangun negaranya. Landasan
teoretis adalah teori-teori yang digunakan sebagai landasan dalam
mengembangkan kurikulum.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa
Kurikulum 2013 adalah kurikulum yang dikembangkan untuk
meningkatkan dan menyeimbangkan kemampuan sikap, keterampilan
dan pengetahuan sehingga hasilnya dapat dirasakan oleh siswa sendiri.
Kurikulum 2013 merupakan hasil pengembangan dari kurikulum
sebelumnya, yang memiliki tujuan agar dapat menyesuaikan diri dengan
empat landasan yang meliputi landasan yuridis, filosofis, empiris dan
teoretis.
a. Pendekatan Tematik Integratif
Pendekatan tematik integratif merupakan pendekatan yang
digunakan pada Kurikulum 2013 untuk melaksanakan proses
pembelajaran di tingkat Sekolah Dasar (SD). Hal ini juga
diungkapkan oleh Majid (2014:85) bahwa pembelajaran tematik
merupakan suatu pendekatan dalam pembelajaran yang secara
sengaja mengaitkan beberapa aspek baik dalam intramata pelajaran
maupun antar mata pelajaran. Dari pemaduan ini siswa diharapkan
akan memperoleh pengetahuan dan keterampilan secara utuh
sehingga pembelajaran akan menjadi lebih bermakna bagi siswa.
Trianto (2011:154) berpendapat bahwa pembelajaran tematik
merupakan model pembelajaran yang memadukan beberapa materi
pembelajaran dari berbagai standar kompetensi dan kompetensi
dasar dari satu atau beberapa mata pelajaran. Sejalan dengan Majid
dan Trianto, Mulyasa (2013:170) mengatakan bahwa pembelajaran
berbasis tematik integratif merupakan proses belajar yang didasarkan
pada tema tertentu untuk kemudian dikombinasikan dengan mata
1) Karakteristik Pembelajaran Tematik
Sebagai suatu model pembelajaran di sekolah dasar,
Majid (2014:89) menyebutkan bahwa pembelajaran tematik
memiliki karakteristik-karakteristik sebagai berikut:
a) Berpusat pada siswa
Salah satu karakteristik pembelajaran tematik adalah
berpusat pada siswa. Dalam model pembelajaran ini, siswa
berperan aktif dalam proses pembelajaran, sedangkan guru
berperan sebagai fasilitator.
b) Memberikan pengalaman langsung
Dalam mempelajari sebuah materi, siswa
berhadapan langsung dengan sesuatu yang nyata, sehingga
siswa memperoleh pengalaman secara langsung.
c) Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas
Mata pelajaran dalam pembelajaran tematik saling
dikaitkan satu sama lain menjadi satu tema. Oleh karena itu,
antara mata pelajaran satu dengan yang lain tidak begitu
jelas pemisahannya.
d) Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran
Pembelajaran tematik mempelajari konsep-konsep
dari berbagai mata pelajaran yang dipelajari dalam suatu
proses pembelajaran. Konsep tersebut kemudian dipelajari
e) Bersifat fleksibel
Maksud dari fleksibel di sini adalah materi yang
dipelajari dalam proses pembelajaran tematik dapat
dipelajari secara luwes. Guru bisa mengaitkan materi dari
satu mata pelajaran ke mata pelajaran yang lain atau bisa
juga mengaitkan materi dengan kehidupan nyata dan
lingkungan sekitar.
f) Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan
menyenangkan
Dalam proses pembelajaran tematik, materi
dipelajari dengan menggunakan permainan sehingga
tercipta suasana belajar yang menyenangkan.
2) Kelebihan Pembelajaran Tematik
Selain memiliki karakteristik, pembelajaran tematik juga
memiliki beberapa kelebihan. Seperti yang diungkapkan oleh
Hosnan (2014:365) bahwa kelebihan pembelajaran tematik
meliputi:
a) Pengalaman dan kegiatan belajar sangat relevan dengan
tingkat perkembangan dan kebutuhan anak usia sekolah
dasar.
b) Kegiatan-kegiatan yang dipilih dalam pelaksanaan
pembelajaran tematik bertolak dari minat dan kebutuhan
c) Kegiatan belajar akan lebih bermakna dan berkesan bagi
siswa sehingga hasil belajar dapat bertahan lebih lama dan
membantu mengembangkan keterampilan berpikir siswa.
d) Menyajikan kegiatan belajar yang bersifat pragmatis sesuai
dengan permasalahan yang sering ditemui siswa dalam
lingkungannya.
e) Mengembangkan keterampilan sosial siswa, seperti kerja
sama, toleransi, komunikasi, dan tanggap terhadap gagasan
orang lain.
3) Keterbatasan Pembelajaran Tematik
Puskur, Balitbang Diknas (dalam Majid, 2014:93-94)
mengidentifikasi beberapa aspek keterbatasan pembelajaran
tematik sebagai berikut:
a) Aspek guru
Dalam penerapan pembelajaran tematik, guru
dituntut untuk memiliki wawasan yang luas, kreatif, percaya
diri, memiliki keterampilan metodologis serta dapat
mengembangkan materi, sedangkan tidak semua guru
memiliki keterampilan itu.
b) Aspek peserta didik
Pembelajaran tematik menuntut siswa untuk dapat
aktif dalam proses pembelajaran. Siswa diharapkan
serta menemukan dan menggali sebuah informasi. Akan
tetapi, tidak semua peserta didik memiliki
kemampuan-kemampuan tersebut. Jika kondisi tersebut tidak dapat
tercapai, maka pembelajaran tematik akan sulit untuk
diterapkan.
c) Aspek sarana dan sumber pembelajaran
Bahan bacaan atau sumber informasi yang banyak
sangat diperlukan dalam proses pembelajaran tematik guna
menunjang proses pembelajaran. Jika kondisi tersebut tidak
terpenuhi, maka pembelajaran tematik juga sulit untuk
diterapkan.
d) Aspek kurikulum
Kurikulum dalam pembelajaran tematik berorientasi
pada pencapaian ketuntasan pemahaman siswa. Oleh karena
itu, guru perlu memiliki kewenangan dalam
mengembangkan materi, metode serta penilaian peserta
didik.
e) Aspek penilaian
Dalam proses penilaian guru dituntut untuk mampu
melakukan penilaian dan pengukuran secara menyeluruh
karena penilaian berpedoman pada keberhasilan belajar
peserta didik dari beberapa bidang kajian yang terkait.
guru lain jika materi pelajaran berasal dari guru yang
berbeda.
4) Manfaat Pembelajaran Tematik
Hosnan (2014:365-366) juga mengatakan bahwa dengan
pelaksanaan pembelajaran yang memanfaatkan tema ini, akan
diperoleh beberapa manfaat, yaitu:
a) Dengan menggabungkan beberapa kompetensi dasar dan
indikator serta isi mata pelajaran akan terjadi penghematan,
karena tumpang tindih materi dapat dikurangi, bahkan
dihilangkan.
b) Siswa mampu melihat hubungan-hubungan yang bermakna
sebab isi/materi pembelajaran lebih berperan sebagai sarana
atau alat, bukan tujuan akhir.
c) Pembelajaran menjadi utuh sehingga siswa akan mendapat
pengertian mengenai proses dan materi yang tidak
terpecah-pecah.
d) Dengan adanya pemanduan antarmata pelajaran, maka
penguasaan konsep akan semakin baik dan meningkat.
Berdasarkan teori-teori di atas, dapat disimpulkan bahwa
pendekatan tematik integratif adalah pendekatan yang digunakan
dalam suatu proses pembelajaran dengan menggabungkan beberapa
mata pelajaran yang saling berkaitan menjadi suatu tema tertentu
utuh. Siswa diharapkan memperoleh pengetahuan secara utuh agar
hal yang dipelajari menjadi lebih bermakna. Dalam pembelajaran
tematik ini, siswa belajar secara aktif, sedangkan guru bertindak
sebagai fasilitator. Selain itu, materi dalam pembelajaran tematik
diajarkan sambil bermain sehingga proses pembelajaran menjadi
menyenangkan.
b. Pendekatan Saintifik
Selain berpendapat tentang pembelajaran tematik, Hosnan
(2014:34) juga berpendapat bahwa implementasi Kurikulum 2013
dalam pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik
merupakan proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa
agar peserta didik secara aktif mengkonstruk konsep, hukum atau
prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi
atau menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau
merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik,
menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengkomunikasikan
konsep, hukum atau prinsip yang “ditemukan”. Pendekatan saintifik
dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada peserta didik
dalam mengenal dan memahami berbagai materi menggunakan
pendekatan ilmiah, dimana informasi bisa berasal dari mana saja,
1) Karakteristik Pembelajaran dengan Menggunakan Pendekatan Saintifik
Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik
memiliki karakteristik seperti yang diungkapkan dalam Hosnan
(2014:36) sebagai berikut:
a) Berpusat pada siswa
Dalam penerapan pendekatan saintifik, siswa
berperan aktif dalam proses pembelajaran, sedangkan guru
hanya bertindak sebagai fasilitator.
b) Melibatkan keterampilan proses sains dalam
mengkonstruksi konsep, hukum atau prinsip.
Pada saat mempelajari materi, siswa dituntut untuk
terlibat secara langsung dalam membangun pengetahuannya
sendiri, melalui langkah-langkah yang sering dilakukan oleh
para ilmuwan dalam melakukan penelitian ilmiah.
Langkah-langkah tersebut meliputi: mengamati, menanya, mencoba,
menalar dan mengkomunikasikan.
c) Melibatkan proses-proses kognitif yang potensial dalam
merangsang perkembangan intelek, khususnya keterampilan
berpikir tingkat tinggi siswa.
Proses pembelajaran yang digunakan dalam
tingkat tinggi sehingga dapat membantu siswa
mengembangkan kemampuan inteleknya.
d) Dapat mengembangkan karakteristik siswa
Dalam proses pembelajaran menggunakan
pendekatan saintifik, siswa dapat berkembang sesuai
dengan karakteristiknya karena siswa dituntut aktif
membangun konsepnya sendiri melalui tahap-tahap 5M
(mengamati, menanya, mencoba, menalar dan
mengkomunikasikan). Selain itu, bentuk-bentuk
pembelajaran yang dilakukan juga disesuaikan dengan
karakteristik siswa.
2) Langkah-langkah Umum Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik
Lebih lanjut, Hosnan (2014:38-39) menjelaskan bahwa
pendekatan ilmiah mempunyai kriteria proses pembelajaran
sebagai berikut:
a) Materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena
yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu;
bukan sebatas kira-kira, khayalan, legenda, atau dongeng
semata.
b) Penjelasan guru, respon siswa, dan interaksi edukatif
subjektif, atau penalaran yang menyimpang dari alur
berpikir logis.
c) Mendorong dan menginspirasi siswa berpikir secara kritis,
analitis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami,
memecahkan masalah, serta mengaplikasikan materi
pembelajaran.
d) Mendorong dan menginspirasi siswa mampu berpikir
hipotetik dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan
satu sama lain dari materi pembelajaran.
e) Mendorong dan menginspirasi siswa agar mampu
memahami, menerapkan, dan mengembangkan pola
berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon materi
pembelajaran.
f) Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat
dipertanggungjawabkan.
g) Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan
jelas, namun menarik sistem penyajiannya.
Selain itu, proses pembelajaran menyentuh tiga ranah,
yaitu attitude/sikap, knowledge/pengetahuan, dan
skill/keterampilan (disingkat KSA= Knowledge, Skill, dan
Attitude).
a) Ranah sikap menggamit transformasi subtansi atau materi
b) Ranah keterampilan menggamit transformasi subtansi atau
materi ajar agar peserta didik “tahu bagaimana”.
c) Ranah pengetahuan menggamit transformasi subtansi atau
materi ajar agar peserta didik “tahu apa”.
d) Hasil akhirnya adalah peningkatan dan keseimbangan antara
kemampuan untuk menjadi manusia yang baik (soft skills)
dan manusia yang memiliki kecakapan dan pengetahuan
untuk hidup secara layak (hard skills) dari peserta didik yang
meliputi aspek kompetensi sikap, pengetahuan, dan
keterampilan.
e) Hasil belajar melahirkan peserta didik yang produktif,
kreatif, inovatif, dan afektif melalui penguatan sikap,
keterampilan, dan pengetahuan yang terintegrasi.
Bentuk kegiatan pembelajaran melalui pendekatan
saintifik dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 2.2 Kegiatan Pembelajaran dalam Pendekatan Saintifik (Hosnan, 2014:39)
Kegiatan Aktivitas Belajar
Mengamati
(observing)
Melihat, mengamati, membaca,
mendengar, menyimak (tanpa dan
dengan alat).
Menanya
(questioning)
Mengajukan pertanyaan dari yang
faktual sampai ke yang bersifat
hipotesis; diawali dengan bimbingan
Kegiatan Aktivitas Belajar
suatu kebiasaan).
Pengumpulan data
(experimenting)
Menentukan data yang diperlukan dari
pertanyaan yang diajukan, menentukan
sumber data (benda, dokumen, buku,
eksperimen), mengumpulkan data.
Mengasosiasi
(associating)
Menganalisis data dalam bentuk
membuat kategori, menentukan
hubungan data/kategori,
menyimpulkan dari hasil analisis data;
dimulai dari unstructured-uni
structure-multistructure-complicated
structure.
Mengkomunikasikan Menyampaikan hasil konseptualisasi
dalam bentuk lisan, tulisan, diagram,
bagan, gambar atau media lainnya.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat ditarik kesimpulan
bahwa pendekatan saintifik adalah pendekatan dalam proses
pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa dengan bentuk
kegiatan yang memuat 5M, yaitu mengamati, menanya, mencoba,
menalar dan mengkomunikasikan. Pendekatan saintifik memiliki
ciri-ciri yaitu: (1) berpusat pada siswa, dimana siswa berperan aktif
dalam kegiatan pembelajaran dan guru hanya sebagai fasilitator, (2)
dalam membangun suatu konsep atau pemahaman siswa, melibatkan
keterampilan proses sains yang meliputi langkah mengamati,
pembelajaran membantu perkembangan kemampuan berpikir siswa
dengan melibatkan keterampilan berpikir tingkat tinggi, (4)
mengembangkan karakteristik yang dimiliki oleh siswa karena
langkah dan bentuk pembelajaran disesuaikan dengan karakteristik
siswa.
c. Penilaian Otentik
Salah satu penekanan dalam Kurikulum 2013 adalah
penilaian otentik (authentic assessment). Kunandar (2014:35)
menjelaskan bahwa penilaian otentik adalah kegiatan menilai peserta
didik yang menekankan pada apa yang seharusnya dinilai, baik
proses maupun hasil dengan berbagai instrumen penilaian yang
disesuaikan dengan tuntutan kompetensi yang ada di Standar
Kompetensi (SK) atau Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar
(KD). Penilaian otentik mengacu pada Penilaian Acuan Patokan
(PAP), yaitu pencapaian hasil belajar yang didasarkan pada posisi
skor yang diperolehnya terhadap skor ideal (maksimal) sehingga
pencapaian kompetensi siswa tidak berdasarkan perbandingan
dengan siswa lainnya melainkan dengan standar atau kriteria
tertentu, yaitu Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).
Sejalan dengan pendapat di atas, Pusat Kurikulum (dalam
Majid, 2014:236) mengungkapkan bahwa penilaian otentik
(authentic assesment) adalah suatu proses pengumpulan, pelaporan,
dengan menerapkan prinsip-prinsip penilaian, pelaksanaan
berkelanjutan, bukti-bukti otentik, akurat, dan konsisten sebagai
akuntabilitas publik. Pengertian mengenai penilaian otentik juga
diungkapkan oleh Nurgiyantoro (2011:23) yang menyatakan bahwa
penilaian otentik menekankan kemampuan peserta didik untuk
mendemonstrasikan pengetahuan yang dimiliki secara nyata dan
bermakna. Kegiatan penilaian tidak sekedar menanyakan atau
menyadap pengetahuan yang telah diketahui pembelajar, melainkan
berkinerja secara nyata dari pengetahuan dan keterampilan yang
telah dikuasai. Kemendikbud (2014:36-37) mengelompokkan
jenis-jenis penilaian otentik menjadi beberapa penilaian. Penilaian
tersebut, dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, yaitu:
1) Penilaian Sikap
Penilaian sikap memuat dua penilaian yaitu KI-1 (sikap
spiritual) dan KI-2 (sikap sosial). Contoh muatan pada KI-1
antara lain: ketaatan beribadah, berperilaku syukur, berdoa
sebelum dan sesudah melakukan kegiatan, serta toleransi dalam
beribadah. Contoh muatan KI-2 meliputi: disiplin, tanggung
jawab, percaya diri, dll.
Kemendikbud (2014:36-37) menyatakan ada empat
macam teknik dan instrumen yang digunakan dalam penilaian
jurnal catatan guru. Namun dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan dua teknik, yaitu:
a) Observasi
Sesuai dengan yang diungkapkan oleh Kemendikbud
(2014:36), observasi merupakan teknik penilaian yang
dilakukan menggunakan format observasi tertentu, yang
berisi indikator-indikator penilaian. Teknik penilaian
dilakukan menggunakan indera, baik secara langsung
maupun tidak langsung.
b) Penilaian diri
Penilaian diri adalah teknik penilaian yang meminta
siswa untuk merenungkan sikap yang dimilikinya terkait
dengan kompetensi yang hendak dicapai (Kemendikbud,
2014:36).
2) Penilaian Pengetahuan
Berdasarkan Kemendikbud (2014:37), penilaian
pengetahuan dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut:
a) Tes tertulis
Tes tertulis terdiri dari memilih dan mensuplai
jawaban dan uraian. Memilih jawaban dan mensuplai
jawaban. Memilih jawaban terdiri dari pilihan ganda,
sebab-akibat. Mensuplai jawaban terdiri dari isian atau
melengkapi, jawaban singkat atau pendek, dan uraian.
b) Tes lisan
Tes lisan berupa pertanyaan-pertanyaan yang
diberikan oleh guru secara ucap sehingga menimbulkan
jawaban dari siswa secara ucap juga.
c) Penugasan
Penugasan merupakan teknik penilaian yang
dilakukan oleh guru dengan memberikan tugas rumah
kepada siswa baik secara individu maupun kelompok sesuai
dengan karakteristik tugas yang diberikan.
3) Penilaian Keterampilan
Penilaian keterampilan, dapat dilakukan dengan tiga
cara, yaitu penilaian kinerja, proyek dan portofolio. Teknik yang
digunakan untuk menilai keterampilan siswa dalam penelitian
ini adalah teknik penilaian kinerja. Kemendikbud (2014:37)
mengemukakan bahwa penilaian kinerja merupakan penilaian
yang meminta siswa untuk melakukan suatu tugas pada situasi
sesungguhnya dengan menerapkan pengetahuan dan
keterampilan yang dibutuhkan. Misalnya tugas memainkan alat
musik, menggunakan mikroskop, dll.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa
kemampuan yang dimiliki oleh peserta didik tentang proses dan hasil
belajarnya berdasarkan standar atau kriteria yang telah ditentukan.
Dari hasil belajar tersebut, kemudian siswa mampu
mendemonstrasikan pengetahuan yang dimiliki secara nyata dan
bermakna. Penilaian otentik dibagi menjadi tiga, yaitu penilaian
sikap (spiritual dan sosial), pengetahuan dan keterampilan.
d. Pendidikan Karakter
Raka, dkk. (2011:36) berpendapat bahwa secara umum
karakter dikaitkan dengan sifat khas atau istimewa, atau kekuatan
moral, atau pola tingkah laku seseorang. Seseorang yang memiliki
karakter baik, berarti memiliki sikap yang baik pula. Berkarakter
baik berarti mengetahui yang baik, mencintai kebaikan, dan
melakukan yang baik.
Hal serupa juga diungkapkan oleh Kemdiknas (dalam
Wibowo, 2013) bahwa pendidikan karakter adalah pendidikan yang
menanamkan dan mengembangkan karakter luhur pada siswa
sehingga mereka dapat menerapkannya dalam kehidupan nyata.
Sejalan dengan Raka, dkk. dan Wibowo, Ramli (dalam
Fathurrohman, dkk., 2013:15) mengungkapkan bahwa pendidikan
karakter memiliki makna yang sama dengan pendidikan moral dan
pendidikan akhlak. Tujuan dari pendidikan karakter itu sendiri
adalah membentuk pribadi anak, supaya menjadi manusia, warga
sosial tertentu, yang banyak dipengaruhi oleh karakter masyarakat
dan bangsanya. Oleh karena itu, hakikat dari pendidikan karakter di
Indonesia adalah pendidikan nilai-nilai luhur yang bersumber dari
karakter bangsa Indonesia sendiri.
Zubaedi (dalam Kurniawan, 2013) berpendapat bahwa
pendidikan karakter adalah pendidikan budi pekerti plus, yang
bertujuan mengembangkan watak dan kebiasaan siswa dengan cara
menghayati nilai-nilai dan keyakinan yang ada dalam masyarakat
sebagai pedoman moral dalam hidupnya melalui sikap kejujuran,
dapat dipercaya, disiplin, dan kerja sama yang menekankan ranah
afektif (perasaan/sikap) tanpa meninggalkan ranah kognitif (berpikir
rasional), dan ranah skill (keterampilan, terampil mengolah data,
mengemukakan pendapat, dan kerja sama).
Pada proses pendidikan karakter ada beberapa nilai yang
dikembangkan dengan tujuan dapat dimiliki oleh peserta didik.
Dalam penelitian ini, nilai karakter yang dikembangkan ada tiga,
yaitu sikap disiplin, percaya diri dan tanggung jawab. Berikut adalah
penjelasan mengenai nilai karakter yang dikembangkan dalam
penelitian ini.
1) Disiplin
Raka, dkk. (2011:113) mengatakan bahwa orang
berkarakter adalah orang yang mempunyai disiplin diri tinggi
atas kesadaran dan kemauan sendiri, bukan karena disuruh atau
diawasi orang lain.
Menurut Sjarif (dalam Hidayatullah, 2010:45), disiplin
pada hakikatnya adalah suatu ketaatan yang sungguh-sungguh
didukung oleh kesadaran untuk menunaikan tugas kewajiban
serta berperilaku sebagaimana mestinya menurut aturan-aturan
atau tata kelakuan yang seharusnya berlaku di dalam suatu
lingkungan tertentu. Dalam penerapannya merupakan perbuatan
atau tingkah laku yang nyata dimana perbuatan tingkah laku
tersebut sesuai dengan aturan-aturan atau tata kelakuan yang
semestinya.
Tabel 2.3 Butir dan Definisi Pendidikan Karakter Disiplin (Hidayatullah, 2010:82)
Butir Definisi
Disiplin a) Peraturan-peraturan atau tata tertib (di
sekolah, ketentaraan, dsb.) yang
ditetapkan untuk melatih seseorang
supaya berkelakuan baik.
b) Ketaatan atau kepatuhan pada
peraturan-peraturan, tata tertib, dsb.
yang telah ditetapkan.
Fathurrohman, dkk. (2013:125) mengatakan bahwa
disiplin merupakan tindakan yang menunjukkan perilaku tertib
dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan. Deskripsi
Tabel 2.4 Deskripsi Perilaku Disiplin (Fathurrohman, dkk., 2013:128)
Nilai Deskripsi perilaku
Berdisiplin a) Biasa mengerjakan sesuatu secara
tertib; memanfaatkan waktu untuk
melakukan kegiatan positif; belajar
secara teratur dan selalu mengerjakan
sesuatu dengan penuh tanggung jawab.
b) Selalu belajar dan bekerja keras; selalu
melakukan pekerjaan dengan rasa
penuh tanggung jawab dan teratur;
selalu mengetahui segala peraturan dan
mematuhi tata tertib dalam lingkungan
pergaulan sosial; biasa menjaga
ketertiban umum dan tata pergaulan
secara bertanggung jawab; selalu
mematuhi norma-norma yang berlaku
di sekolah, lingkungan keluarga
maupun masyarakat untuk menjaga
keutuhan hubungan sosial.
c) Selalu menghargai waktu; selalu aktif
melakukan kegiatan-kegiatan positif;
biasa bekerja secara tuntas dan
bertanggung jawab; biasa mematuhi
tata tertib; menjaga ketertiban umum
dan lingkungan keluarga; biasa bekerja
keras dan penuh rasa tanggung jawab;
selalu menghindari sikap untuk
mengabaikan aturan.
d) Sering membantu pekerjaan orang tua
Nilai Deskripsi perilaku
berupaya belajar mandiri dan belajar
kelompok; dan biasa mengerjakan
tugas-tugas rumah dan sekolah.
Selain itu, terdapat juga beberapa indikator dari sikap
disiplin, seperti yang dijelaskan oleh Kurniasih & Sani
(2014:68). Berikut adalah tabel indikator dari perilaku disiplin.
Tabel 2.5 Indikator Sikap Disiplin (Kurniasih & Sani, 2014:68)
Sikap Indikator
Disiplin Datang tepat waktu
Patuh pada tata tertib atau aturan
bersama/sekolah.
Mengerjakan/mengumpulkan tugas sesuai
dengan waktu yang ditentukan.
Mengikuti kaidah berbahasa tulis yang baik
dan benar.
2) Tanggung Jawab
Fathurrohman, dkk. (2013:20) mengatakan bahwa
tanggung jawab merupakan sikap dan perilaku seseorang untuk
melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia
lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam,
sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa. Tidak
jauh berbeda dengan pendapat Fathurrohman, dkk., Raka, dkk.
membangun masa depan yang lebih baik dengan bertumpu pada
kekuatan sendiri, tidak dengan menadahkan tangan kepada
orang lain. Sejalan dengan pendapat Fathurrohman, dkk. dan
Raka, dkk., Hidayahtullah (2010:87) mendefinisikan tanggung
jawab dalam tabel sebagai berikut.
Tabel 2.6 Butir dan Definisi Pendidikan Karakter Tanggung Jawab (Hidayatullah, 2010:87)
terhadap seseorang, tugas, jabatan, atau
hutang.
c) Kemampuan untuk mengambil
keputusan yang rasional dan bermoral.
d) Kemampuan untuk dipercaya.
Dari definisi tersebut, sikap tanggung jawab dapat dibuat
menjadi beberapa indikator. Berikut merupakan tabel indikator
dari sikap tanggung jawab.
Tabel 2.7 Indikator Sikap Tanggung Jawab (Kurniasih & Sani, 2014:69)
Sikap Indikator
Tanggung
Jawab
Melaksanakan tugas individu dengan baik
Menerima resiko dari tindakan yang
dilakukan
Sikap Indikator
tanpa bukti yang akurat
Mengembalikan barang yang dipinjam
Mengakui dan meminta maaf atas kesalahan
yang dilakukan
Menepati janji
Tidak menyalahkan orang lain untuk
kesalahan tindakan kita sendiri
Melaksanakan apa yang pernah dikatakan
tanpa disuruh/diminta
3) Percaya diri
Percaya diri, menurut Fathurrohman, dkk. (2013:125),
adalah sikap yakin akan kemampuan diri sendiri terhadap
pemenuhan tercapainya setiap keinginan dan harapannya.
Deskripsi mengenai sikap percaya diri dapat dilihat dari tabel
berikut ini.
Tabel 2.8 Deskripsi Perilaku Percaya Diri (Fathurrohman, 2013:139)
Nilai Deskripsi Perilaku
Rasa percaya
diri
a) Sering menunjukkan sifat dan
berperilaku mantap dalam
melaksanakan pekerjaan sehari-hari dan
tidak mudah terpengaruh ucapan dan
perbuatan orang lain.
b) Terbiasa bersikap dan berperilaku
mantap dalam melaksanakan tugas
Nilai Deskripsi Perilaku
oleh ucapan maupun perbuatan orang
lain; dan mempunyai kemantapan
dalam berpikir, bersikap dan bertindak.
c) Selalu bersikap dan berperilaku atas
dasar keselarasan dengan
keseimbangan antara kemampuan
dengan apa yang akan dicapai sehingga
menumbuhkan keyakinan akan
tercapai, tidak mudah terpengaruh oleh
ucapan maupun perbuatan orang lain;
selalu menghindari rendah diri; dan
selalu menghindari ketergantungan diri.
Sikap percaya diri juga memiliki beberapa indikator.
Berikut adalah tabel indikator dari sikap percaya diri.
Tabel 2.9 Indikator Sikap Percaya Diri (Kurniasih & Sani, 2014:72)
Sikap Indikator
Percaya Diri Berpendapat atau melakukan kegiatan
tanpa ragu-ragu
Mampu membuat keputusan dengan
cepat
Tidak mudah putus asa
Tidak canggung dalam bertindak
Berani presentasi di depan kelas
Berani berpendapat, bertanya, atau
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa
pendidikan karakter adalah pendidikan yang berusaha menanamkan
dan mengembangkan karakter luhur yang dimiliki oleh siswa dengan
cara menghayati nilai-nilai dan keyakinan yang ada dalam
masyarakat serta dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam pendidikan karakter, ada berbagai nilai yang dapat
dikembangkan. Dalam penelitian ini, nilai yang hendak
dikembangkan meliputi tiga aspek, yaitu sikap disiplin, percaya diri
dan tanggung jawab. Disiplin merupakan sikap patuh/taat yang
dimiliki oleh seseorang terhadap aturan-aturan yang berlaku dalam
lingkungannya dengan penuh kesadaran. Percaya diri merupakan
sikap yakin dan percaya terhadap kemampuan yang dimiliki oleh diri
sendiri. Tanggung jawab adalah sikap seseorang untuk
melaksanakan tugas dan kewajiban yang memang harus dilakukan.
2. Model Pembelajaran Discovery Learning
Bruner (dalam Kemendikbud, 2014:32) berpendapat bahwa
discovery learning merupakan proses pembelajaran yang terjadi bila
pelajar tidak disajikan dengan pelajaran dalam bentuk finalnya, tetapi
diharapkan mengorganisasi sendiri. Lebih lanjut, Bruner (dalam Dahar,
2011:79) menyatakan bahwa belajar penemuan sesuai dengan pencarian
pengetahuan secara aktif oleh manusia dan dengan sendirinya