10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Evaluasi
11 kelayakan suatu perencanaan, implementasi, dan hasil suatu program atau kebijakan. Sedangkan menurut Stanley and Hopskin (1978) dalam Mohammad Ali (2014) evaluasi merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk membuat penilaian tentang nilai sesuatu. Menurut Sugiyono (2015) evaluasi adalah proses untuk mengetahui seberapa jauh perencanaan dapat dilaksanakan dan seberapa jauh tujuan program tercapai.
12
2.2 Evaluasi Program
2.2.1Pengertian Evaluasi Program
13 program adalah sebuah cara ilmiah (rasional, empiris dan sistematis) dengan tujuan untuk mendapatkan informasi serta mengetahui efektifitas dan efisiensi proyek, kebijakan dan program.
Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa evaluasi program merupakan sebuah cara untuk memperoleh informasi untuk mengetahui efektifitas dan efeisiensi sebuah program, serta untuk mengetahui apakah tujuan program sudah dapat direlisasikan yang kemudian diambil keputusan sesuai kebijakan program.
14
2.2.2 Tujuan Evaluasi Program
Tujuan evaluasi program menurut Arikunto (2014:18), yaitu untuk mengetahui pencapaian tujuan program dengan langkah mengetahui keterlaksanaan kegiatan program, karena evaluator program ingin mengetahui bagaimana dari komponen dan subkomponen program yang belum terlaksana dan apa sebabnya.
Tujuan evaluasi program secara khusus untuk mengetahui ketercapaian program melalui keterlaksanaan kegiatan program, komponen apa yang sudah terlaksana dan yang belum terlaksana. Misalnya saja pada pengelolaan BOS di sekolah terkait pemenuhan SPM, komponen yang terdapat dalam program sekolah untuk pemenuhan SPM mencakup aspek:
1. Kurikulum
15 2. Pendidikan dan Tenaga Kependidikan
Tenaga pendidik yang dibiayai oleh dana BOS adalah Guru Tidak Tetap (GTT)/honorer dan Pegawai Tidak Tetap (PTT).
3. Penilaian Pendidikan/Evaluasi Pembelajaran Setiap guru harus mengembangkan dan menerapkan program penilaian pendidikan dimana hal ini juga dibiayai oleh dana BOS misalnya untuk pelatihan pengembangan program penilaian berdasarkan kurikulum yang berlaku.
4. Sarana dan Prasarana
Untuk mendapatan sarana dan prasarana yang memadai, juga bersumber dari dana BOS, termasuk di dalamnya mencakup gedung sekolah, ruang kelas, meja dan kursi, ruang guru, buku mata pelajaran, pengayaan dan referensi, alat peraga, dan lain-lain.
5. Penjaminan Mutu Sekolah
Penjaminan mutu sekolah meliputi kunjungan pengawas, supervisi dan pembinaan. Supervisi oleh kepala sekolah terhadap guru, dan laporan hasil ujian kepada dinas pendidikan.
16
Manajemen sekolah terkait pemenuhan SPM yaitu menerapkan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS).
Sehingga tujuannya adalah mengetahui pencapaian tujuan program melalui evaluasi menggunakan model kesenjangan dengan menganalisis mulai dari tahap definisi program, instalasi program, proses implementasi untuk mengetahui keterlaksanaan kegiatan program, produk program dan manfaat biaya. Setelah dianalisis kemudian dicari kesenjangannya. Melalui analisis kesenjangan ini maka akan diketahui komponen dan sub komponen yang belum terlaksana dan apa sebabnya.
2.2.3 Manfaat Evaluasi Program
Evaluasi program juga dapat memberi manfaat terhadap pelaksana program. Berikut manfaat evaluasi program menurut Arikunto (2014:22) yaitu:
17 2.Merevisi program, karena terdapat sedikit kesalahan atau ada beberapa bagian yang kurang atau sesuai dengan apa yang diharapankan.
3.Melanjutkan program, karena pelaksanaan program menunjukkan bahwa segala sesuatu sudah berjalan sesuai dengan harapan memberikan hasil yang bermanfaat.
4.Menyebarluaskan program
(mengimplementasikan program di tempat lain atau mengulangi lagi program di waktu lain), karena program tersebut berhasil maka akan lebih baik jika program dapat dilaksanakan lagi di tempat dan waktu yang lain.
18
diharapkan. Merevisi program, hal ini dilakukan jika setelah dilakukan evaluasi, ada beberapa bagian-bagian program yang tidak sesuai dengaan apa yang diharapkan. Misalnya dalam pembuatan RKAS BOS disekolah, ada beberapa bagian yang tidak sesuai dengan Juknis BOS, maka evaluator harus memperbaiki atau merevisi RKAS BOS sekolah. Sebuah program akan dilanjutkan ketika program tersebut benar-benar sudah berjalan sesuai dengan harapan memberikan hasil yang bermanfaat maka selanjutnya dapat disebarluaskan dan dilaksanakan di tempat yang lain.
2.3 Model Evaluasi Kesenjangan (Discrepancy) 2.3.1 Pengertian Model Evaluasi Kesenjangan
(Discrepancy)
19 pelaksanaan suatu program. Evaluasi Program dilakukan oleh evaluator dan bertujuan untuk mengukur seberapa besar kesenjangan dalam setiap komponen program. Kesenjangan ini merupakan persyaratan umum bagi semua kegiatan evaluasi yang bertujuan untuk mengukur adanya perbedaan antara kondisi yang sebenarnya dicapai dengan kondisi yang seharusnya dicapai.
2.3.2 Tujuan dan Manfaat Evaluasi Kesenjangan (Discrepancy)
Model evaluasi kesenjangan memiliki tujuan dan manfaat. Zaibaski (2010) menjelaskan bahwa tujuan evaluasi kesenjangan adalah untuk mengidentifikasi kesenjangan antara alokasi optimis dengan integrasi input, serta ketercapaian sekarang. Evaluasi kesenjangan ini bermanfaat untuk:
a. Menilai seberapa besar kesenjangan antara kinerja faktual dengan suatu standar kinerja yang diharapkan.
20
c. Menjadi salah satu dasar untuk mengambil keputusan terkait prioritas waktu serta biaya yang dibutuhkan untuk memenuhi standar pelayanan yang telah ditetapkan.
Melalui evaluasi dengan model kesenjangan ini diharapkan dapat mengukur besarnya kesenjangan antara kenyataan dengan standar kinerja yang diharapkan. Dalam penelitian ini dilakukan untuk mengukur besarnya kesenjangan antara pelaksanaan BOS di SD Negeri Samban 01 dengan standar kinerja dalam hal ini yang digunakan sebagai standar kinerja adalah Permendikbud RI Nomor 80 Tahun 2015 tentang Juknis BOS Tahun 2016. Kemudian dapat diketahui pula peningkatan kinerja yang diperlukan agar program berjalan dengan baik. Sehingga dapat dilakukan pengambilan keputusan yang dibutuhkan untuk memenuhi standar pelayanan yang telah ditetapkan.
2.3.3 Langkah-Langkah Model Evaluasi Kesenjangan (Discrepancy)
21 evaluasi yang digunakan. Untuk mengevaluasi program BOS dalam penelitian ini menggunakan model evaluasi kesenjangan. Adapun langkah-langkah yang harus dilakukan untuk mengevaluasi suatu program menggunakan model kesenjangan menurut Provus (1969) adalah sebagai berikut:
1. Definisi/desain, kegiatan ini dilakukan untuk merumuskan tujuan, proses dan aktivitas serta untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
2. Instalasi, dalam kegiatan ini rancangan program digunakan sebagai standar untuk mempertimbangkan langkah-langkah operasional program.
3. Proses, pada tahap ini evaluator berupaya untuk memperoleh data tentang kemajuan para peserta program, sehingga identifikasi dan penentuan terhadap aktivitas-aktivitas peserta dapat diarahkan untuk mencapai tujuan program.
22
5. Analisis manfaat biaya. Pada tahap ini, yang dimaksudkan adalah menganalisis implikasi (kemanfaatan) sosial politik ekonomi yang diharapkan bisa tercapai dari pelaksanaan program tersebut. Kemudian hasil yang telah dicapai dibandingkan dengan tujuan yang telah ditetapkan. Evaluator menuliskan semua temuan kesenjangan untuk disajikan kepada para pengambil keputusan. Hal ini bertujuan agar mereka dapat mengambil keputusan terhadap kelanjutan program tersebut, kemungkinannya adalah: a) menghentikan program; b) mengganti atau merevisi; c) meneruskan; d) memodifikasi tujuannya.
23 pelaksanaan program. Pada tahap ini, evaluator berfokus pada pengukuran perbedaan antara hasil yang dicapai dengan tujuan yang telah ditentukan. Sehingga perbedaan yang ditemukan dapat digunakan sebagai penentuan terhadap kegiatan yang diarahkan untuk mencapai tujuan program. Tahap terakhir model evaluasi ini adalah menganalisa produk, dilakukan dengan menginterpretasikan hasil temuan evaluasi. Kemudian evaluator memberikan rekomendasi berdasarkan hasil temuan evaluasi untuk pembuatan keputusan. Keputusan ini dapat berupa revisi atau perbaikan program dan atau melanjutkan program.
Evaluasi kesenjangan dilakukan dengan membandingkan keadaan nyata dengan standar yang telah ditetapkan. Dalam penelitian ini membandingkan keadaan nyata program BOS dengan petunjuk teknis sebagai standar yang ditetapkan.
24
kurang atau tidak sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Mulai dari rancangan program, proses pelaksanaan, pencapaian tujuan program dan kemanfaatan setelah program dilaksanakan. Menurut Setyorini (2010) penelitian dengan menggunakan model evaluasi kesenjangan pada intinya adalah melihat kesenjangan dalam pelaksanaan program. Dalam penelitian ini pelaksanaan program BOS digambarkan sesuai dengan keadaan yang sebenarnya dilapangan dan kemudian dianalisis kesesuainnya dengan standar pelaksanaannya. Hal tersebut bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat kesenjangan antara pelaksanaan dengan standar yang telah ditetapkan dalam implementasi Program BOS. Standar pelaksanaan yang digunakan adalah Petunjuk Teknis Pelaksanaan BOS tahun 2016.
2.4 Bantuan Operasional Sekolah (BOS)
26
pada satuan pendidikan-satuan pendidikan yang belum memenuhi SPM, dan pencapaian Standar Nasional Pendidikan (SNP) pada satuan pendidikan-satuan pendidikan yang sudah memenuhi SPM. Namun secara khusus tujuan program BOS adalah untuk: 1) membebaskan pungutan bagi seluruh peserta didik pada tingkat dasar dan menengah negeri terhadap biaya operasi satuan pendidikan; 2) membebaskan pungutan seluruh peserta didik miskin dari seluruh pungutan dalam bentuk apapun, baik di satuan pendidikan negeri maupun swasta; dan 3) meringankan beban biaya operasi satuan pendidikan bagi peserta didik di satuan pendidikan swasta.
Waktu penyaluran dana BOS dilakukan setiap 3 bulan yaitu pada periode Januari-Maret, April-Juni, Juli-September dan Oktober-Desember.
2.4.2 Prinsip Pelaksanaan Bantuan Opersional Sekolah (BOS)
27 BOS juga harus sesuai dengan prinsip-prinsip sebagai berikut:
a) Efisien, yaitu diupayakan dengan dana dan daya yang ada untuk mencapai sasaran program dan dalam waktu yang singkat serta dapat dipertanggung jawabkan,
b)Efektif, yaitu harus sesuai dengan kebutuhan yang telah ditetapkan dan dapat bermanfaat terhadap sasaran yang ditetapkan.
c) Transparan, yaitu adanya keterbukaan terhadap masyarakat sehingga dapat mengetahui dan mendapatkan informasi terkait pengelolaan dana BOS.
d)Akuntabel, yaitu pelaksanaan kegiatan yang dapat dipertanggung jawabkan.
e) Kepatutan, yaitu penjabaran program/kegiatan harus dilaksanakan secara realistis dan proporsional.
f) Manfaat, yaitu pelaksanaan program/kegiatan sejalan dengan prioritas nasional dan menjadi kewenangan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi dan benar-benar dirasakan manfaatnya dan berdaya guna bagi sekolah.
28
dengaan prinsip-prinsip pelaksanaannya yaitu efeisien, efektif, transparan, akuntabel, kepatutan dan manfaat. Hal yang paling rawan dilakukan kesalahan adalah transparansi. Sekolah seringkali kurang transparan terhadap penggunaan dana BOS, sehingga dapat mengakibatkan tidak efektifnya program yang telah dijalankan dan berdampak terhadap mutu pendidikan.
29 pelaksana program. Jika pelaksana memiliki komitmen yang baik terhadap suatu kebijakan, maka akan kebijakan akan terlaksana sesuai dengan tujuan; 4) struktur birokrasi meliputi standar operasional prosedur dan perbedaan asumsi diantara para pelaksana.
Berdasarkan uraian diatas, maka penelitian ini juga berusaha menggali dan menyajikan informasi terkait dengan empat faktor yang mempengaruhi efektifitas dan efisiensi dari implementasi program BOS. Faktor tersebut meliputi: 1) komunikasi terkait sosialiasasi kebijakan program BOS, komunikasi antar pelaksana program yang dilakukan melalui rapat dan pertemuan. 2) sumber daya berkaitan dengan guru sebagai bendahara sekolah, kemudian kepala sekolah sebagai penanggungjawab dan komite sekolah; 3) komitmen terhadap implementasi program BOS; dan 4) struktur birokrasi yang meliputi Juknis BOS dan SPM yang digunakan sebagai standar operasional prosedur.
30
Sebuah program tentunya memiliki sasaran program, sasaran sebuah program harus tepat agar tujuan program dapat tercapai. Sasaran program BOS adalah semua satuan pendidikan SD/SDLB, SMP/SMPLB/SMPT dan SD-SMP Satu Atap baik negeri maupun swasta di seluruh provinsi Indonesia yang sudah terdata dalam sistem Data Pokok Pendidikan Dasar dan Menengah (Dapodikdasmen). Untuk satuan pendidikan swasta harus memiliki izin operasional.
31 maka 100 siswa x Rp 1.000.000 maka jumlah yang diterima pertahun sebesar Rp 100.000.000,-. Besar dana yang diterima harus di kelola dan diimplementasikan dengan baik sesuai dengan petunjuk teknis yang berlaku.
2.4.4 Implementasi Bantuan Operasional Sekolah (BOS)
Implementasi BOS untuk satuan pendidikan memiliki beberapa ketentuan menurut Permendikbud No 80 tahun 2015, bahwa: 1) BOS
wajib diterima oleh semua
32
pendidikan dapat menerima sumbangan dari masyarakat dan orangtua peserta didik, dapat berupa uang atau barang/jasa yang bersifat sukarela tidak memaksa, tidak mengikat, dan tidak ditentukan jumlah maupun jangka waktu pemberiannya; 5) pemerintah harus ikut mengawasi dan mengendalikan pungutan yang dilakukan oleh satuan pendidikan dan sumbangan yang diterima dan mengikutin prinsip nirlaba dan dikelola dengan prinsip tarnsaparan dan akuntabel; 6) pembatalan pungutan dapat dilakukan oleh Menteri dan Kepala Daerah apabila satuan pendidikan melanggar peraturan perundang-undangan dan dinilai meresahkan masyarakat.
33 2.5 Standar Pelayanan Minimal (SPM)
Pendidikan Dasar di Kabupaten/Kota
Menurut Permendiknas Nomor 15 Tahun 2010 tentang Standar Pelayanan Minimal Pendidikan Dasar di Kabupaten/Kota, pengertian standar pelayanan minimal pendidikan dasar selanjutnya disebut SPM pendidikan adalah tolok ukur kinerja pelayanan pendidikan dasar melalui jalur pendidikan formal yang diselenggarakan daerah Kabupaten/Kota. Selanjutnya, dinas pendidikan nasional menjelaskan bahwa Standar Pelayanan Minimal (SPM) merupakan sebuah kebijakan publik yang mengatur mengenai jenis dan mutu pelayanan dasar yang merupakan urusan wajib daerah yang berhak diperoleh setiap warga secara minimal. Tujuan SPM adalah untuk menjamin tercapainya mutu pendidikan yang diselenggarakan oleh daerah setempat.
34
yang tersedia disekolah misalnya guru, kepala sekolah, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, media, buku dan sebagainya; dan 2) apa yang harus terjadi di sekolah, seperti RPP yang disiapkan guru, kepala sekolah melakukan supervise akademik, pemenuhan jam belajar, dan sebagainya.
35 31 siswa dan 6 orang guru untuk setiap satuan pendidikan SD/MI; 6) tersedianya satu guru untuk setiap mata pelajaran di SMP/Mts; 7) guru berkualifikasi akademik S1/D-IV dan guru bersertifikat pendidik di setiap SD/MI; 8) guru berkualifikasi akademik S1/D-IV sebanyak 70% dan guru bersertifikat pendidik 35% di setiap SMP/MTs; 9) tersedianya guru kualifikasi akademik S1 dan D-IV serta telah memiliki sertifikat pendidik pada mata pelajaran tertentu; 10) kepala sekolah SD/MI telah berkualifikasi S1/D-IV dan memiliki sertifikat pendidik; 11) kepala sekolah SMP/MTs telah berkualifikasi S1/D-IV dan memiliki sertifikat pendidik; 12) pengawas sekolah dan madrasah memiliki kualifikasi akademik S1/ D-IV dan memiliki sertifikat pendidik; 13) pemerintah kabupaten/kota memiliki rencana dan melaksanakan kegiatan untuk membantu satuan pendidikan dalam mengembagkan kurikulum dan proses pembelajaran yang efektif; dan 14) kunjungan rutin pengawas ke satuan pendidikan untuk melakukan supervisi dan pembinaan.
36
37 sesuai dengan ketentuan yang berlaku; 8) setiap guru menerapkan RPP berdasarkan silabus setiap mata pelajaran; 9) setiap guru mengembangkan dan menerapkan program penilaian; 10) Kepala sekolah melakukan supervisi kelas dan memberikan umpan balik kepada guru dua kali dalam setiap semester; 11) Setiap guru menyampaikan laporan hasil evaluasi serta hasil penilaian setiap peserta didik kepada kepala sekolah; 12) Kepala sekolah atau madrasah menyampaikan laporan hasil ulangan akhir semester (UAS) dan Ulangan Kenaikan Kelas (UKK) serta ujian akhir (US/UN) kepada orang tua peserta didik dan menyampaikan rekapitulasinya kepada Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota atau Kantor Kementerian Agama di kabupaten/kota pada setiap akhir semester; 13) Setiap satuan pendidikan menerapkan prinsip-prinsip manajemen berbasis sekolah (MBS).
38
menggunakan anggaran dari dana BOS. Hal yang menarik untuk diteliti apakah anggaran dana BOS ini mampu mencukupi SPM serta kebutuhan sekolah.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Khoirina (2014) kendala pelaksanaan SPM pendidikan dasar secara menyeluruh yaitu anggaran yang terbatas, kompetensi lulusan guru dan kepala sekolah serta manajemen sekolah yang kurang efektif dan efisien. Jika dikaitkan dengan teori Edward, temasuk dalam faktor sumber daya, fasilitas dan komitmen. Pelaksanaan sebuah kebijakan termasuk SPM memang membutuhkan sinergi dan kesatuan dari berbagai aspek sehingga dapat mendukung tercapainya tujuan.
2.6 Fungsi Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dalam Pencapaian Standar Pelayanan Sekolah (SPM)
39 nasional. Sehingga pemerintah daerah harus melakukan tindakan nyata dalam mewujudkan peningkatan mutu pendidikan agar lebih berkualitas. Untuk menjamin tercapainya mutu pendidikan maka pemerintah menetapkan standar mutu pendidikan yang mengacu pada standar yang telah ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP). Standar Naisonal Pendidikan merupakan kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negera Kesatuan Republik Indonesia. Dalam upaya pencapian SNP, maka pemerintah menyusun strategi secara bertahap. Upaya ini dilakukan dengan menetapkan Standar Pelayanan Minimal (SPM) yang merupakan kriteria layanan minimal yang harus dipenuhi oleh setiap satuan pendidikan.
40
merupakan tugas dan tanggung jawab pemerintah, dibebankan kepada APBN Kementerian Pendidikan Nasional serta APBD. Tanggung jawab pemerintah kabupaten/kota dan kementerian agama berkaitan dengan pendanaan SPM mencakup investasi dan pemeliharaan prasarana dan prasarana, investasi untuk meningkatkan kualifikasi dan kompetensi sumber daya manusia dan operasional personil dan nonpersonil dengan sumber dana dari DAU, DAK, hibah dan APBN (untuk madrasah). Sedangkan tanggung jawab sekolah berkaitan dengan pendanaan SPM mencakup invetasi dan pemeliharaan prasarana dan peralatan sekolah, pengadaan buku dan pelatihan guru serta operasional bersumber dari dana BOS. Sehingga untuk mencapai SPM ditingkat satuan pendidikan juga menjadi tanggung jawab sekolah dimana sumber dana utamanya yaitu dari dana BOS.
2.7 Penelitian yang Relevan
41 Analisis Kesenjangan Tahun 2011/2012 yang menyatakan bahwa terdapat kesenjangan yang bervariasi: tinggi, sedang dan rendah baik menyangkut proses implementasi maupun hasil program BOS Di Kota Salatiga Tahun 2011/2012. Penelitian selanjutnya yaitu penelitian yang dilakukan oleh Staphanus Hari Suprobo yang berjudul Evaluasi Anggaran Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) Dalam Penciptaan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Pendidikan Dasar Di Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU). Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan anggaran dana BOS dalam pendidikan dasar di Kabupaten OKU meliputi: keterlambatan dalam pencairan, jumlah siswa, sistem pengawasan, faktor sumber daya manusia (SDM), kolusi dan korupsi, profesionalitas dan dukungan teknologi informasi.
42
cukup efektif, efisien, dan sudah mencukupi kebutuhan sekolah tepat guna serta berdampak positif terhadap kegiatan pembelajaran.
Berdasarkan beberapa penelitian diatas terdapat beberapa kesamaan yaitu penelitian evaluasi yang berfokus pada masalah program pendidikan. Penelitian oleh Slameto dan Stephanus mempunyai kesamaan yaitu dengan menggunakan model evaluasi kesenjangan pada pembiayaan pendidikan khususnya Program BOS, sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Widodo hanya menggunakan jenis penelitian kualitatif.
43 dalam kriteria sangat efektif, dan masalah yang diahapi yaitu dana BOS datang tidak tepat waktu, serta komite sekolah kurang memahami pengelolaan dana BOS.
44
pengawasan terhadap proses penyelenggaraan program BOS telah berjalan sesuai prosedur. Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Wirawan yang berjudul Evaluasi Kebijakan Dana Bantuan Operasional Sekolah dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pelaksanaan program BOS di SDN Percobaan 1 kota Malang telah berjalan sesuai dengan semestinya dan sesuai dengan prosedur Juknis BOS, serta peran masyarakat sangat dibutuhkan sebagai masukan serta pengawasan akan program BOS.
45 2.8 Kerangka Berpikir
Mengingat tujuan utama program BOS adalah untuk pemerataan dan perluasan akses serta peningkatan mutu pendidikan. Maka pemerintah mewajibkan belajar 9 tahun. Dalam menjamin peningkatan mutu pendidikan maka pemerintah juga mengeluarkan peraturan pemerintah mengenai Standar Pelayanan Minimal (SPM). SPM ini dijadikan sebagai acuan dalam perencanaan dan penganggaran pencapaian layanan pendidikan yang bermutu bagi setiap daerah. Salah satu anggaran untuk mencapai standar-standar pelayanan pendidikan tersebut menggunakan dana BOS. Sehingga hal ini perlu dilakukan evaluasi.
46
dilakukan di SD Negeri Samban 02 Kabupaten Semarang.
47
Aspek BOS terkait SPM 1.Sarana dan Prasarana
2.Pendidikan dan Tenaga
Kependidikan 3.Kurikulum 4.Penilaian
Pendidikan/Evaluasi Pembelajaran
5.Penjaminan Mutu Sekolah 6.Manajemen Sekolah
Program Proses Produk
Standar
1.Permendikbud Nomor 80
Tahun 2015 tentang
Juknis BOS
2.Permendiknas Nomor 15
Tahun 2010 tentang
Standar Pelayanan