• Tidak ada hasil yang ditemukan

KATA PENGANTAR. Jakarta, Maret 2014 Sekretaris Jenderal Selaku Ketua Tim Pelaksana Reformasi Birokrasi Kementerian PU AGOES WIDJANARKO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KATA PENGANTAR. Jakarta, Maret 2014 Sekretaris Jenderal Selaku Ketua Tim Pelaksana Reformasi Birokrasi Kementerian PU AGOES WIDJANARKO"

Copied!
187
0
0

Teks penuh

(1)

KATA PENGANTAR

Puji syukur Kami sampaikan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga laporan ini dapat diselesaikan.

Laporan Pelaksanaan Reformasi Birokrasi Kementerian Pekerjaan Umum (RBPU) Tahun 2011–2013, merupakan pelaporan yang menginformasikan tentang pencapaian masing-masing Kelompok Kerja (Pokja). Laporan ini memuat target pelaksanaan RBPU Tahun 2011–2013 dan pencapaian program, baik program mikro yang mencakup 9 (Sembilan) program, Program Quick wins, dan prioritas Program RBPU. Di dalam target maupun pencapaian program tersebut berbasiskan Pokja RBPU yang meliputi Pokja Manajemen Perubahan, Penataan Peraturan Perundang-undangan, Penguatan dan Penataan Organisasi dan Penataan Tatalaksana, Penataan Sistem Manajemen Sumber Daya Manusia (SDM) Aparatur, Penguatan Pengawasan, Penguatan Akuntabilitas, Peningkatan Pelayanan Publik, serta Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan.

Meskipun di dalam laporan ini masih terdapat beberapa kekurangan, namun diharapkan laporan ini dapat memberikan manfaat untuk pelaksanaan RBPU yang telah disepakati dan menjadi komitmen bersama seluruh pejabat dan staf yang ada di Lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum.

Sebagai penutup, kami mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah mendukung terselesaikannya penyusunan laporan ini.

Jakarta, Maret 2014

Sekretaris Jenderal Selaku Ketua Tim Pelaksana Reformasi Birokrasi Kementerian PU

(2)
(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR GAMBAR ... v

DAFTAR TABEL ... vii

EKSEKUTIF SUMMARY ... viii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A Latar Belakang ... 1

B Tujuan dan Sasaran ... 4

1. Tujuan ... 4

2. Sasaran ... 6

C Ruang Lingkup ... 6

BAB II. ROADMAP REFORMASI BIROKRASI KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM ... 9

A Kondisi Tahun 2010 ... 9

1. Komitmen Pimpinan dan Peran Kementerian Pekerjaan Umum ... 15

2. Kondisi Pelayanan Kementerian Pekerjaan Umum ... 16

3. Kondisi Upaya Pemberantasan KKN ... 16

4. Kondisi Kapasitas dan Akuntabilitas Kinerja Birokrasi ... 18

B Kondisi Yang Diharapkan Tahun 2014 ... 18

1. Peningkatan Kualitas Pelayanan Bidang Pekerjaan Umum ... 19

2. Pengembangan Kapasitas dan Akuntabilitas Kinerja Birokrasi ... 20

3. Kondisi Yang Diharapkan Pada Upaya Pencegahan dan Pemberantasan KKN ... 20

4. Pencapaian Area Perubahan Pada Tahun 2014 ... 21

C Penetapan Kegiatan/Sasaran Prioritas ... 22

D Kriteria Keberhasilan Pelaksanaan Reformasi Birokrasi Kementerian PU Tahun 2014 ... 24

BAB III. PELAKSANAAN REFORMASI BIROKRASI KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM ... 27

A Pelaksanaan 9 Program Mikro RBPU ... 27

1. Program Manajemen Perubahan ... 29

2. Program Penataan Peraturan Perundang-Undangan ... 31

3. Program Penataan dan Penguatan Organisasi ... 32

4. Program Penataan Tata Laksana ... 32

(4)

iv

6. Program Penguatan Pengawasan ... 39

7. Program Penguatan Akuntabilitas Kinerja ... 42

8. Program Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik ... 43

9. Program Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan ... 44

B Anggaran Pelaksanaan Reformasi Birokrasi Kementerian ... 57

C Pelaksanaan Quick Win ... 59

1. Preservasi Penutupan Jalan Jalur Pantura Selama 10 Hari (Update Terakhir 20 Maret 2014) 59 2. Peningkatan Pelayanan Uji Laboratorium, Sertifikasi Dan Advice Teknis (PULSA) (Update Terakhir 20 Maret 2014) ... 60

3. Operasionalisasi WBK pada PBJ Di Pantura (Cikampek–Semarang) Untuk Paket Jasa Konstruksi >25 Milyar ... 67

D Pelaksanaan PMPRB PU ... 69

1. Pihak Yang Melakukan Penilaian (Mandiri) ... 70

2. Basis Penilaian Menggunakan Kriteria ... 71

3. Terdapatnya Instrumen Survei ... 72

4. Struktur Kerja PMPRB PU ... 73

5. Pelaksanaan Penilaian (Proses Pelaksanaan Penilaian) ... 75

6. Pelaksanaan Survei ... 82

E Pencapaian 3 Sasaran Reformasi Birokrasi (Pemberantasa Korupsi, Pelayanan Publik, Kapasitas dan Akuntabilitas Kinerja) ... 86

1. Pelayanan Publik Kementerian Pekerjaan Umum ... 86

2. Upaya Pemberantasan KKN ... 88

3. Penguatan Kapasitas dan Akuntabilitas Kinerja ... 90

BAB IV. PEMBELANJARAN DALAM PENINGKATAN KINERJA KEMENTERIAN PU ... 93

A Keberhasilan Peningkatan Kinerja ... 93

1. Manajemen Perubahan ... 93

2. Laporan Akuntabilitas Kinerja ... 99

3. Laporan Keuangan ... 102

4. Peningkatan Pelayanan Publik ... 111

B Manajemen Kementerian Pekerjaan Umum ... 121

1. Pengembangan E-Procurement ... 123

2. Perencanaan Penganggaran ... 129

3. Sistem Manajemen Kinerja ... 131

4. Sistem Manajemen Mutu ... 133

C D Audit Organisasi ...Pengelolaan Sumber Daya Manusia ... 134137 1. Latar Belakang Pengelolaan Sumber Daya Manusia ... 137

(5)

E Penghargaan ... 152 1. Penghargaan Tahun 2010 ... 152 2. Penghargaan Tahun 2011 ... 153 3. Penghargaan Tahun 2012 ... 153 4. Penghargaan Tahun 2013 ... 154 5. Penghargaan Tahun 2014 ... 155

F Pembelajaran Lebih Lanjut ... 155

1. Kendala ... 155 2. Hambatan ... 157 3. Faktor Pendukung ... 158 BAB V PENUTUP ... 161 A Kesimpulan ... 161 B Rekomendasi ... 162

C Rencana Tindak Lanjut ... 163

1. Terkait Pelaksanaan 9 Program Mikro RB 2015 - 2019 ... 163

2. Terkait Pelaksanaan Agenda Prioritas ... 163

3. Terkait Pelaksanaan PMPRB PU ... 164

LAMPIRAN Tim Penyusun ... 167

(6)
(7)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. 1 Pola Pikir Pencapaian Visi Reformasi Birokrasi ... 2

Gambar 1. 2 Struktur Reformasi birokrasi Kementerian PU 2010-2014 ... 5

Gambar 2.1 Kerangka Evaluasi Kinerja Organisasi ... 10

Gambar 2.2. Profil Kinerja Kementerian ... 12

Gambar 3. 1 Keterkaitan Antara Program RB dan Subkriteria PMPRB ... 70

Gambar 3. 2 Struktur organisasi PMPRB Kementerian Pekerjaan Umum ... 75

Gambar 3. 3 Alur proses PMPRB Kementerian PU ... 79

Gambar 3. 4 Keterkaitan Pokja Lain dalam Upaya Penyusunan Standar Pelayanan ... 87

Gambar 3. 5 Struktur Agenda Prioritas 1 ... 87

Gambar 4. 1 Arah Manajemen Perubahan ... 94

Gambar 4. 2 Grafik Kesiapan Unit Kerja dalam Melaksanakan Reformasi Birokrat ... 96

Gambar 4. 3 Progres Keuangan Kementerian PU Tahun 2010-2014 ... 122

Gambar 4. 4 Skema Konsultasi Regional ... 130

Gambar 4. 5 Mekanisme Perencanaan dan Penganggaran ... 131

Gambar 4. 6 Siklus Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah ... 132

Gambar 4. 7 Jumlah PNS Kementerian PU, April 2014 ... 140

Gambar 4. 8 Visi Pengembangan SDM Kementerian PU ... 144

Gambar 4. 9 Misi Pengembangan SDM Kementerian PU ... 145

Gambar 4. 10 Tujuan Pengembangan SDM Kementerian PU ... 145

Gambar 4. 11 Orientasi TURBINBANGWAS Kementerian PU ... 149

Gambar 4. 12 Milestone Master Plan Pengelolaan SDM Kementerian PU, Tahun 2012-2025 ... 150

(8)
(9)

Tabel 2. 1 Evaluasi Kinerja Kementerian PU ... 11

Tabel 2.2 Sasaran dan Indikator Keberhasilan Reformasi Birokrasi ... 14

Tabel 2.3 Sasaran dan Indikator Keberhasilan Reformasi Birokrasi ... 19

Tabel 2.4 Hasil yang diharapkan atas pelaksanaan Reformasi Birokrasi ... 21

Tabel 3.1 Tujuan Reformasi Birokrasi Menuju Area Perubahan ... 28

Tabel 3.2 Keterkaitan Grand Design dan Road map Reformasi Birokrasi ... 28

Tabel 3.3 Detail aktifitas yang harus dilakukan oleh pokja monev akhir 2011 dan awal 2012 ... 45

Tabel 3.4 Matriks penilaian pelaksanaan RB Kementerian/Lembaga ... 49

Tabel 3.5 Analisis monitoring dan evaluasi ... 55

Tabel 3. 6 Estimasi Kebutuhan Dana RB Kementerian PU 2011-2014 ... 57

Tabel 3.7 Exercise Kebutuhan Tunjungan Kinerja Kementerian PU 2012-2014 ... 58

Tabel 3.8 Hasil pelaksanaan Quick wins peningkatan uji laboratorium pusair ... 61

Tabel 3.9 Hasil pelaksanaan Quick wins peningkatan uji laboratorium pusjatan ... 61

Tabel 3.10 Hasil pelaksanaan Quick wins peningkatan uji laboratorium puskim ... 62

Tabel 3.11 Hasil pelaksanaan Quick wins peningkatan sertifikasi Pusjatan ... 64

Tabel 3.12 Hasil pelaksanaan Quick wins peningkatan sertifikasi Puskim ... 64

Tabel 3.13 Hasil pelaksanaan Quick wins peningkatan advis teknis Pusair ... 65

Tabel 3.14 Hasil pelaksanaan Quick wins peningkatan advis teknis Pusjatan ... 65

Tabel 3.15 Hasil pelaksanaan Quick wins peningkatan advis teknis Puskim ... 66

Tabel 3.16 Hasil pelaksanaan Quick wins peningkatan advis teknis Pussosekling ... 66

Tabel 3.17 Lokasi Pelaksanaan Quick Wins Operasionalisasi WBK ... 68

Tabel 3.18 Hasil Panel 1 ... 81

Tabel 3.19 Hasil Panel 2 ... 82

Tabel 3.20 Hasil survei responden ... 83

Tabel 4. 1 Strategi Perubahan ... 97

Tabel 4. 2 Kategori Penilaian Akuntabilitas Kinerja ... 100

Tabel 4. 3 Perkembangan Penilaian Laporan Akuntabilitas Kinerja ... 100

DAFTAR TABEL

(10)

Tabel 4. 4 Rincian Alih Status/Hibah BMN Tahun 2010 ... 107

Tabel 4. 5 Evaluasi Pencapaian Kelompok Kerja Dalam Mendukung Road Map RBPU Berdasarkan Penialian Pokja Monitoring Evaluasi Tahun 2013 ... 112

Tabel 4.6 Tabel 4.7 Tabel 4.8 Nilai Kesiapan Pelaksanaan Sembilan Program Mikro Reformasi Birokrasi Kementerian PU ... Hasil Peer Review Kesiapan Pelaksanaan Reformasi Birokrasi Kementerian PU ... Perbandingan Nilai Antar Hasil Observasi I dan II Kementerian PU ... 113 113 116 Tabel 4.9 Hasil dan Tindak Lanjut Pencapaian Target Kelompok Kerja dalam Road map Reformasi Birokrasi Kementerian PU Tahun 2014 ... 120

Tabel 4.10 Progres Keuangan Kementerian PU Tahun 2010-2014 ... 122

Tabel 4.11 Pengembangan E-Procurement dari waktu ke waktu ... 123

Tabel 4.12 Tampilan Jumlah Paket Per-tahun Dalam E-procurement ... 126

Tabel 4.13 Tampilan Jumlah Pengguna Sistem E-procurement Per-tahun ... 127

Tabel 4.14 Tampilan Jumlah Penyedia Jasa dalam E-Procurement ... 127

Tabel 4.15 Jumlah PNS Kementerian PU Berdasarkan Tingkat Pendidikan, April ... 138

(11)

Mengacu pada hasil pencapaian pelaksanaan reformasi birokrasi Kementerian Pekerjaan Umum tahun 2011-2013, maka beberapa catatan penting perlu untuk dikemukakan sebagai bagian dari gambaran progress pelaksanaan reformasi birokrasi sekaligus akan digunakan sebagai baseline menuju fase road map reformasi birokrasi tahap kedua tahun 2015-2019. Beberapa catatan penting

progress pelaksanaan reformasi birokrasi 2011-2013, yang dapat dijadikan overview simpulan antara

lain:

Ketercapaian 9 Program Mikro Reformasi Birokrasi a.

Melihat komposisi pencapaian output pelaksanaan 9 program mikro reformasi birokrasi, dapat disimpulkan bahwa Kementerian PU telah berupaya maksimal melaksanakan program reformasi birokrasi sejalan dengan road mapnya. Hal ini terlihat pada hasil evaluasi tahunan yang dilaksanakan oleh Pokja Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan yang secara tabulasi menampilkan rata-rata pencapaian kegiatan dalam program reformasi birokrasi selama kurun waktu 2011-2013 yang dinilai dari pemenuhan dokumen pelaksanaan berada pada kisaran nilai 70-80. Sedangkan pencapaian kualitas dokumen pelaksanaan, berdasarkan penilaian Kementerian PAN-RB pada awal tahun 2012 dengan melakukan Desk Asessment memberikan nilai 64 untuk kesiapan pelaksanaan reformasi birokrasi di Kementerian PU, atau setara dengan fase CHECK dalam siklus PDCA. Catatan dari pelaksanaan keseluruhan program mikro reformasi birokrasi tersebut menunjukkan hanya beberapa program yang memiliki kendala pencapaian sesuai dengan road map yang telah ditetapkan. Beberapa dari kendala pencapaian tersebut merupakan implikasi dari kebijakan nasional yang berada di luar kendali kementerian untuk mengubahnya, seperti kebijakan moratorium pengadaan pegawai yang mempengaruhi ketercapaian road map program MSDM aparatur. Atau keterlambatan pencapaian output karena kendala teknis Internal seperti keterlambatan penyusunan kelembagaan pelaksana terkait pencapaian target tertentu seperti asessmen individu berdasarkan kompetensi yang memerlukan kelembagaan pelaksanaan asessmen. Sedangkan untuk program dan kegiatan lain relatif terlaksana dengan baik.

Penanganan Atas 3 Agenda Prioritas b.

Dalam rangka memberikan arahan bagi pelaksanaan reformasi birokrasi di Kementerian PU, maka ditetapkan 3 agenda prioritas untuk mencapai sasaran reformasi birokrasi, yaitu Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik, Penguatan Akuntabilitas Kinerja Birokrasi, dan Pencapaian Kondisi Birokrasi Yang Bersih Dan Bebas Dari KKN. Agenda prioritas tersebut merupakan arahan utama dalam melaksanakan reformasi birokrasi yang harus telah mengkonsolidasi rencana aksi

EKSEKUTIF SUMMARY

(12)

xii

Diawali dengan Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik sebagai agenda prioritas pertama, target penerapan standar pelayanan menjadi kendala tersendiri apabila mengikuti ketentuan Peraturan Menteri PAN-RB Nomor 36 Tahun 2012 tentang Standar Pelayanan yang merupakan penjabaran dari UU Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik. Permasalahan muncul ketika esensi besar dari penggunaan 14 komponen standar pelayanan yang diamanatkan oleh Peraturan Menteri PAN-RB Nomor 36 Tahun 2012 tersebut, lebih bernuansa pelayanan langsung. Sementara itu, output utama dari pembangunan infrastruktur ke-PU-an lebih memungkinkan untuk digolongkan ke dalam jenis pelayanan tidak langsung, terkait penyediaan barang publik. Tentu saja menjadi kurang relevan untuk dirumuskan dan dievaluasi menggunakan Pedoman Penilaian Unit Pelayanan Publik sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri PAN-RB Nomor 38 Tahun 2012. Melihat kondisi tersebut, Kementerian PU menetapkan 13 jenis pelayanan langsung (terkait pelayanan jasa dan informasi) untuk dapat dirumuskan dan dilaksanakan dalam rangka mendukung pencapaian agenda prioritas pertama ini.

Penyusunan dan penerapan standar pelayanan untuk 13 jenis pelayanan langsung ini, menjadi model bagi pelaksanaan pelayanan publik di Kementerian PU yang dalam implementasinya bersinergi dengan keberadaan program/kegiatan lainnya seperti: (i) Program Penataan Tatalaksana dalam kegiatan penyusunan SOP nya; (ii) Program Penataan Peraturan Perundangan terkait kebutuhan penyusunan perundangan (regulasi) sebagai tindak lanjut keberadaan UU 25 Tahun 2009 dan Peraturan Menteri PAN-RB Nomor 36 Tahun 2012; (iii) Program Penguatan Organisasi terkait kegiatan penguatan unit kerja pelayanan publik; dan (iv) Program Penataan Sistem Manajemen SDM Aparatur terkait penyusunan standar kompetensi bagi petugas penyelenggara pelayanan publik. Demikian halnya dengan pelaksanaan quick wins sebagai bentuk short-term goal terkait penyelenggaraan pelayanan publik, memiliki keterkaitan dengan beberapa program dan kegiatan reformasi birokrasi lainnya.

Agenda prioritas kedua, Penguatan Akuntabilitas Kinerja Birokrasi, yang dimanifestasikan dalam kegiatan penerapan sistem manajemen kinerja organisasi dan individu, dioperasionalisasi melalui peningkatan kualitas SAKIP yang masih bernilai B+ (score 73,8) yang terkendala menuju nilai A karena belum terintegrasinya manajemen kinerja individu di dalamnya. Untuk mendukung hal tersebut, telah ditetapkan Permen PU Nomor 15/PRT/M/2013 tentang Pedoman Pemberian Tunjangan Kinerja dimana di dalamnya diatur mengenai bagaimana pengendalian prestasi kerja pegawai yang terdiri dari Sasaran Kerja Pegawai (SKP) dan Perilaku Kerja. Terkait penyusunan dan penerapan SKP tersebut, mulai tahun 2013 telah dilakukan uji coba penerapan SKP yang dikuatkan melalui Surat Edaran Sekretaris Jenderal Kementerian PU Nomor KP.04.05.Sj/384 tanggal 5 Desember 2012. Secara efektif, SKP ini akan diimplementasikan mulai tahun 2014, dimana nilai kinerjanya akan digunakan sebagai dasar pemberian tunjangan kinerja pegawai tahun 2015.

Sementara itu, terkait pelaksanaan agenda prioritas ketiga yaitu Pencapaian Kondisi Birokrasi Yang Bersih dan Bebas dari KKN, kementerian PU telah melakukan beberapa upaya seperti: (i) penerapan SPIP yang ditetapkan melalui Instruksi Menteri Nomor 02 Tahun 2011; (ii) Operasionalisasi Wilayah Bebas Korupsi (WBK) pada pengadaan barang dan jasa secara bertahap,

(13)

mulai dari Pantura, Pulau Jawa dan kemudian seluruh Indonesia; dan (iii) keikutsertaan dalam program Penilaian Inisiatif Anti Korupsi (PIAK) yang bekerjasama dengan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) selama kurun waktu 2010-2012.

Pelaksanaan Penilaian Mandiri Pelaksanaan Reformasi Birokrasi (PMPRB) Sebagai Instrumen c.

Evaluasi Pelaksanaan RBPU

Pelaksanaan PMPRB di Kementerian PU telah diawali sejak tahun 2012, yaitu sejak ditetapkannya organisasi pengelola PMPRB dan penetapan asesor sebagai ujung tombak penilainya. Di dalam perkembangannya, asesor dibantu dengan keberadaan Tim I sampai Tim VII yang secara operasional berfungsi mendampingi Inspektur Jenderal dan Asesor dalam pelaksanaan Panel I dan II. Oleh karena pembentukan dan pemilihan keanggotaan Tim I-VII ini disesuaikan dengan fungsi jabatannya, maka proses standarisasi penilaian dalam tahap Panel akan lebih akurat. Di dalam proses penilaian oleh para asesor, kementerian PU juga telah menyusun pedoman pemahaman atas seluruh Sub Kriteria (alur pikir) sehingga pemahaman subkriteria tidak harus 100% mengikuti pertanyaan pemandu (guiding question). Alur pikir ini juga berguna dalam mensinergikan output dalam road map yang berbasis program/kegiatan dengan kriteria evaluasi PMPRB yang berbasis Kriteria/SubKriteria. Sehingga terkait pelakanaan PMPRB di Kementerian PU, beberapa instrumen perlu didesain untuk lebih mengharmonisasi antara penetapan dan pelaksanaan program/kegiatan di dalam road map dengan manajemen feedback atas rencana tindak dalam kertas kerja evaluasi PMPRB, sehingga continuous improvement dapat dikelola dengan baik.

Beberapa catatan yang perlu mendapat perhatian untuk meningkatkan pencapaian manfaat dari pelaksanaan PMPRB di kemudian hari adalah: Pertama, perlu segera dirumusan Indikator Kinerja Dalam Bentuk Indeks Yang Distandarkan Atas Seluruh SubKriteria. Hal ini menjadi perlu manakala tata cara penilaian komponen hasil dilakukan dengan menggunakan pendekatan “kecenderungan” dan “target” yang bukan merupakan “indeks” yang distandarkan secara nasional, sehingga penetapan angka target antar K/L akan menjadi bias dan kurang terukur. Untuk itu, langkah Kedua yang perlu dilakukan adalah perlu segera disusun Panduan Penjabaran Pelaksanaan SubKriteria Yang Terintegrasi Dengan Kegiatan Dalam Program Mikro Reformasi Birokrasi. Hal tersebut ditujukan untuk memberikan pemahaman yang sama tentang subkriteria, sehingga pemahaman yang selama ini dilakukan melalui butir-butir pertanyaan pemandu yang sangat multipersepsi dan kurang terstandar bisa dihilangkan. Langkah selanjutnya adalah Ketiga, memasukkan feedback (rencana tindak lanjut) yang berada di dalam kertas kerja PMPRB ke dalam dokumen resmi (road map misalnya), sehingga menjadikan rencana pelaksanaan program kerja memiliki instrumen evaluasi yang formal.

Sedangkan catatan penting atas kondisi capaian pelaksanaan reformasi birokrasi 2011-2013 yang dapat digunakan sebagai baseline menuju fase roadmap reformasi birokrasi kedua 2015-2019 adalah sebagai berikut:

(14)

xiv

Kondisi Kesiapan SDM 1.

SDM Kementerian Pekerjaan Umum yang berjumlah sekitar 21 ribu pegawai menjadi modal utama untuk menopang target pembangunan yang diamanatkan kepada PU di masa-masa mendatang. Dari sisi kuantitas, jumlah tersebut sebetulnya masih kurang jika dihitung dari analisa beban kerja yang diproyeksi mencapai angka kebutuhan pegawai sebesar 26 ribu, dalam mendukung pencapaian Rensta PU 2010 - 2014. Sampai saat ini, kekurangan kebutuhan SDM dari sisi jumlah tersebut masih ditopang oleh keberadaan Pegawai Harian yang jumlahnya sekitar 5000 pegawai. Pada masa mendatang, kebutuhan dari sisi jumlah ini dapat naik atau turun tergantung target dan peran yang diemban oleh Kementerian PU selanjutnya. Dari sisi kualitas, kebutuhan kualifikasi SDM PU secara generik dapat digambarkan melalui ketercukupan tingkat pendidikan pegawainya dimana dari jumlah total pegawai PU, sebesar 48 persen memiliki pendidikan di bawah sarjana. Hal ini memerlukan akselerasi program pengembangan pegawai untuk mendukung fungsi K/L pasca otonomi dimana fungsi pengaturan, pembinaan dan pengawasan dituntut lebih besar daripada fungsi pelaksanaan pembangunan. Dalam pemenuhan ketiga ungsi tersebut membutuhkan kualifikasi yang lebih tinggi daripada sekedar kualifikasi pelaksana. Untuk itu, Kementerian PU telah merencanakan program redistribusi pegawai, peningkatan kompetensi, dan penetapan peta jabatan yang akan diberlakukan mulai tahun 2015 dalam rangka menggawangi kompetensi dan profesionalisme SDM aparaturnya Kementerian PU menuju pencapaian target pelayanan di tahun 2019 dan 2025.

Kondisi Kesiapan Perangkat/Manajemen Organisasi 2.

Perangkat/manajemen organisasi dapat dijelaskan sebagai berikut:

Tingkat Efektivitas Perundangan 1)

Program penataan perundangan di Kementerian PU meliputi pemetaan peraturan perundangan yang disharmoni dan tumpang tindih, regulasi dan deregulasi sampai dengan akhir periode road map. Perundangan yang telah diterbitkan di Kementerian PU, secara garis besar dapat digolongkan menjadi perundangan yang mendukung sektor, dan perundangan yang mendukung manajemen atau reformasi birokrasi. Terkait pelaksanaan perundangan yang mendukung sektor, kementerian PU telah melaksanakannya melalui penerbitan beberapa Permen PU sesuai dengan peran dan tugas yang diamanatkan. Sementara itu, terkait pelaksanaan perundangan yang mendukung manajemen atau reformasi birokrasi, Kementerian PU telah mengidentifikasi dan merumuskan beberapa kebutuhan untuk mendukung pelaksanaan road map 2011-2014. Beberapa diantaranya telah dilegalkan dan diterapkan seperti yang terkait dengan Sistem manajemen Mutu, Kode Etik Pegawai, Tunjangan Kinerja, Sasaran Kerja Pegawai, Jam Kerja, dan beberapa lainnya. Hal ini perlu terus diupayakan optimalisasi penerapannya dalam rangka menuju fase pelaksanaan road map kedua, 2015-2019.

(15)

Kelengkapan Sistem/Prosedur Kerja 2)

Dalam upaya mempersiapkan diri menuju road map gelombang kedua, Kementerian PU telah melaksanakan program penataan sistem/prosedur kerja dalam Program Penataan Tatalaksana. Hal-hal yang telah dicapai pada periode 2011-2014 berupa pemetaan kebutuhan tatalaksana/prosedur kerja, serta penyusunan SOP di seluruh unit organisasi di lingkungan Kementerian PU. Setelah dilakukan review internal dan hasil dari Peer Assessment BPKP, sistem dan prosedur kerja ini perlu dikelola secara terpadu agar terstandar dan terkendali,, mulai dari aspek penyusunan, kelembagaan pelaksanaannya, manajemen pengelolaan dan implementasinya, serta tata cara evaluasi efektivitas pelaksanaannya. Sebagai contoh, Permen PU Nomor 4 Tahun 2009 tentang Sistem Manajemen Mutu Departemen Pekerjaan Umum, dapat digunakan sebagai instrumen yang diberlakukan secara serentak di seluruh unit organisasi Kemeneterian PU untuk menyusun dan mengelola sistem/prosedur kerja yang ada. Hal ini menjadi titik tolak Kementerian PU untuk terus membuat process

streamlining (penyederhanaan proses) untuk mengefektifkan serta mengefisiensikan

proses pelaksanaan pekerjaan pada seluruh unit organisasi yang dimiliki. Menilik dari hasil yang telah dicapai, kiranya tak berlebihan apabila dalam menyongsong era

road map kedua (2015-2019) Kementerian PU telah siap dari sisi kelengkapan

sistem/prosedur kerja. Pekerjaan rumah yang masih menunggu terkait aspek ini adalah upaya untuk mengintegrasikan penerapan sistem/prosedur kerja ini dengan pembangunan/pengembangan e-government.

Dukungan Budaya Organisasi 3)

Sebagai salah satu instrumen manajemen, budaya organisasi tak dapat dipisahkan dari keberhasilan organisasi dalam mencapai kinerjanya. Kementerian PU telah merumuskan budaya organisasi dalam Buku Budaya Kerja PNS PU yang terbit tahun 2010, meliputi budaya bekerja keras, bergerak cepat dan bertindak tepat. Budaya organisasi ini didukung nilai-nilai organisasi PU seperti Kemitraan, Kerjasama Tim, Efektif dan Efisien, Inovatif, dan Keterbukaan. Budaya organisasi ini akan dikembangkan secara lebih detail sampai dengan indikator perilaku utama yang harus ditunjukkan pada setiap karakteristik jabatan dalam menjalankan tugas pekerjaannya. Dengan kepemilikan atas budaya organisasi ini, Kementerian PU meyakini akan dapat menjalankan tantangan masa depan, termasuk ikut mensukseskan target utama reformasi birokrasi sesuai amanat Grand Design RBPU sampai dengan 2025.

Manajemen SDM 4)

Di dalam pencapaan road map atas Program Penataan MSDM Aparatur, Kementerian PU telah mengimplementasikan seluruh target program yang dibebankan di level meso (Pemenuhan 9 program RB), dan target-target lain sesuai dengan road map yang telah disusun. Terkait kegiatan dalam road map PU, hampir seluruh program

(16)

xvi

menunggu instrumennya siap pada akhir tahun 2014. Sebagai bagian dari penyempurnaan kebijakan reformasi birokrasi di bidang SDM ini, diperlukan penambahan kegiatan di dalam 9 program reformasi birokrasi yang digulirkan Kementerian PAN dan RB seperti diperlukannya pola karier sebagai salah satu kegiatan yang perlu dimunculkan, termasuk kegiatan perencanaan pegawai sebagai suatu tahapan sebelum proses rekrutmen pegawai dilaksanakan. Melihat kondisi kesiapan perangkat manajemen SDM ini, Kementerian PU akan lebih siap untuk memenuhi target yang akan di set up pada periode 2015-2019.

Organisasi Pelaksana 5)

Grand Design reformasi birokrasi di Indonesia menetapkan sasaran jangka panjang

adalah sampai tahun 2025 yang akan dicapai melalui tiga periode road map, yaitu periode 2010-2014, 2015-2019, dan 2020-2024. Untuk mengelola perubahan dalam jangka panjang dibutuhkan pengelolaan pelaksanaan program-program reformasi secara berkesinambungan. Dukungan organisasi pelaksana yang fokus dan secara menerus mengawal pelaksanaan reformasi sangat diperlukan. Kementerian PU telah membentuk beberapa tim pelaksana reformasi birokrasi, yaitu Tim RB Kementerian PU ditetapkan dengan Keputusan Menteri PU Nomor 662/KPTS/M/201; Kelompok Kerja RB Kementerian PU ditetapkan dengan Keputusan Sekretaris Jenderal Nomor 02.1/KPTS/SJ/2011, Organisasi Manajemen Perubahan RB Kementerian PU berdasarkan Keputusan Menteri PU Nomor 445/KPTS/M/2012 dan terahir adalahTim Pelaksana Sekretariat Manajemen Perubahan ditetapkan dengan Keputusan Sekretaris Jenderal Kementerian PU Nomor 43/KPTS/SJ/2013.

Keseluruhan tim yang dibentuk telah bertugas sesuai tugas yang diamanatkan. Untuk lebih optimalnya pelaksanaan reformasi pada fase road map kedua tahun 2015-2019, perlu dipertimbangkan unsur-unsur pelaksana RB ditetapkan dalam struktur organisasi formal yang secara eksplisit memiliki tugas dan fungsi pelaksanaan reformasi birokrasi. Melalui struktur organisasi pelaksana RB tersebut diharapkan kesinambungan peran sebagai pengelola reformasi yang secara terus menerus membangun pemahaman reformasi secara masif kepada seluruh pegawai akan lebih efektif dan efisien serta sekaligus dapat menggerakkan seluruh elemen di Kementerian PU.

Orientasi/Kondisi Komitmen Penyelenggaraan Pelayanan Publik 3.

Mengingat desain tahapan keberhasilan pelaksanaan RBPU dalam kegiatan pelayanan publik pada setiap akhir periode road map telah ditetapkan, yaitu Pelayanan Minimal pada akhir periode 2014, Pelayanan Prima Pada Output Utama PU pada tahun 2019, dan Pelayanan Prima Pada Seluruh Output PU pada tahun 2025, maka target pelayanan yang dirumuskan perlu segera diakselerasi pelaksanaannya. Sebagaimana salah satu perangkat perundangan yang kita miliki, yaitu Permen PU Nomor 4 Tahun 2009 tentang SMM yang mewajibkan seluruh unit pelaksana SMM untuk membuat Pakta Komitmen sebelum

(17)

menerapkan SMM, maka untuk jenis proses penyelenggaraan pelayanan publik lainnya pun perlu segera dikemas dalam irama kinerja yang sama. Sebagaimana pula diatur dalam Permen PAN-RB Nomor 36Tahun 2012, bahwa setiap unit penyelenggara pelayanan publik harus menetapkan Maklumat Layanan (Janji Layanan) yang merupakan statemen janji/komitmen organisasi dalam menyelenggarakan pelayanan publik, maka dalam menyongsong road map RBPU 2015-2019 perlu dioptimalkan jenis dan kualitas layanan publik dari seluruh target output pembangunan yang diamanatkan kepada Kementerian PU.

(18)
(19)
(20)
(21)

BAB 1

LATAR BELAKANG

A.

Dalam rangka tercapainya tata kelola pemerintahan yang baik, Kementerian, Lembaga, dan Pemerintah Daerah diwajibkan melaksanaan Reformasi Birokrasi (RB) secara menyeluruh yang dilaksanakan bertahap 5 (lima) tahunan sampai tahun 2025. Pemerintah telah mengeluarkan berbagai peraturan sebagai landasan legal dan operasional untuk mempercepat pelaksanaan Reformasi Birokrasi periode 2010–2014. Peraturan perundang-undangan tersebut adalah: 1) Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010 tentang Grand

Design Reformasi Birokrasi (GDRB) yang berisi rancangan induk kebijakan reformasi

birokrasi secara nasional untuk kurun waktu 2010-2025; 2) Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PAN dan RB) Nomor 20 Tahun 2010 tentang Road map Reformasi Birokrasi (RMRB) berisi rancangan rinci program reformasi birokrasi dalam kurun waktu lima tahun 2010-2014; dan 3) Peraturan Menteri PAN dan RB sebagai pedoman operasional penyusunan dan penerapan program Reformasi Birokrasi di Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah.

Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010 menegaskan bahwa pada tahun 2011 seluruh Kementerian dan Lembaga telah mewujudkan komitmen melaksanakan proses Reformasi Birokrasi secara bertahap untuk mewujudkan Visi Reformasi Birokrasi 2025. Visi Reformasi Birokrasi adalah “Terwujudnya Pemerintahan Kelas Dunia”, yaitu pemerintahan yang profesional dan berintegritas tinggi yang mampu memberikan pelayanan prima kepada masyarakat dan manajemen pemerintahan yang demokratis. Visi Reformasi Birokrasi tersebut adalah keputusan strategis untuk memaksimalkan peran aparatur birokrasi guna mewujudkan visi pembangunan nasional berdasarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional, yaitu: “Indonesia yang Mandiri, Maju, Adil dan Makmur”.

Pola pikir pencapaian visi reformasi birokrasi secara operasional diuraikan pada Gambar 1, yaitu dimulai dari penyempurnaan kebijakan nasional bidang aparatur yang mendorong terciptanya kelembagaan yang sesuai dengan kebutuhan pelaksanaan tugas dan fungsi Kementerian. Kebijakan dilaksanakan melalui penataan dan penguatan

(22)

2

sistem pengawasan dan akuntabilitas yang mampu mewujudkan pemerintahan yang berintegritas tinggi. Melalui manajemen perubahan, implementasi hal-hal tersebut pada Kementerian Pekerjaan Umum (PU) akan mengubah mind set dan cultural set birokrat PU ke arah budaya yang lebih profesional, produktif, dan akuntabel untuk memenuhi ketiga sasaran Reformasi Birokrasi. Proses, dan sasaran Reformasi Birokrasi berorientasi untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat menuju kondisi profil birokrasi yang diharapkan pada tahun 2025.

Pola Pikir Pencapaian Visi Reformasi Birokrasi Gambar 1.1.

Dalam pelaksanaannya, operasionalisasi Visi dilakukan melalui empat misi sebagai berikut:

Membentuk/menyempurnakan peraturan perundang-undangan dalam rangka •

mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik;

Melakukan penataan dan penguatan organisasi, tatalaksana, manajemen sumber daya •

manusia aparatur, pengawasan, akuntabilitas, kualitas pelayanan publik, perubahan

mind set dan cultural set;

Mengembangkan mekanisme kontrol yang efektif; •

Mengelola sengketa administrasi secara efektif dan efisien. •

(23)

Keempat misi di atas diarahkan pada tujuan untuk menciptakan birokrasi pemerintah yang profesional dengan karakteristik adaptif, berintegritas, berkinerja tinggi, bersih dan bebas KKN, mampu melayani publik, netral, sejahtera, berdedikasi, dan memegang teguh nilai-nilai dasar dan kode etik aparatur negara.

Dalam Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010 tentang Grand Design Reformasi Birokrasi 2010-2025 disebutkan bahwa pada level mikro, seluruh Kementerian/Lembaga diarahkan untuk menyelenggarakan program Reformasi Birokrasi (RB) berbasis 9 program dan 27 kegiatan. Kesembilan program mikro Reformasi Birokrasi tersebut adalah: (i) Manajemen Perubahan; (ii) Penataan Peraturan Perundangan; (iii) Penataan dan Penguatan Organisasi; (iv) Penataan Tatalaksana; (v) Penataan Sistem Manajemen Sumber Daya Manusia (SDM) Aparatur; (vi) Penguatan Pengawasan; (vii) Penguatan Akuntabilitas Kinerja Birokrasi; (viii) Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik; dan (ix) Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan.

Pada implementasinya, Kementerian Pekerjaan Umum (PU) menetapkan pengelolaan program diafiliasikan dengan pengelola fungsi struktur dalam organisasinya, misalnya penataan peraturan perundangan dengan Biro Hukum, penguatan pengawasan dengan Inspektorat Jenderal, dan sebagainya. Untuk Biro Kepegawaian sendiri, karena memiliki 3 (tiga) fungsi yang paralel dengan keberadaan program mikro Reformasi Birokrasi tersebut, maka Koordinator Kelompok Kerja Penataan dan Penguatan Organisasi & Penataan Tatalaksana (Ortala) menangani program Penataan dan Penguatan Organisasi, dan program Penataan Tatalaksana. Sedangkan program Penataan Sistem Manajemen SDM Aparatur dikoordinasikan oleh Pusat Pendidikan dan Pelatihan (Pusdiklat).

Dasar hukum dalam pelaksanaan Reformasi Birokrasi Kementerian PU Tahun 2013 meliputi: Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010 tentang

Grand Design Reformasi Birokrasi

2010-2025;

Permen PU Nomor: 22/PRT/M/2010 Tentang Pedoman Penyusunan Indikator Kinerja •

Utama di Lingkungan Kementerian PU;

Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi •

Nomor 9 Tahun 2011 tentang Pedoman Penyusunan Road Map RB K/L dan Pemda; Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi •

Nomor 1 Tahun 2012 tentang Penilaian Mandiri Pelaksanaan Reformasi Birokrasi; Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi •

Nomor 31 Tahun 2012 tentang Petunjuk Teknis Penilaian Mandiri Pelaksanaan Reformasi Birokrasi Secara Online;

Permen PU Nomor 17/PRT/M/2012 Tentang Pedoman Penyusunan Laporan •

Akuntabilitas Kinerja dan Penetapan Kinerja di Lingkungan Kementerian PU;

Permen PU Nomor 15/PRT/M/2013 Tentang Pedoman Pelaksanaan Pemberian •

Tunjangan Kinerja Bagi Pegawai di Lingkungan Kementerian PU;

Keputusan Menteri Nomor 445 Tahun 2012 Tentang Tim Manajemen Perubahan; •

Keputusan Sekretaris Jenderal Kementerian PU Nomor 43/KPTS/SJ/2013 Tentang Tim •

(24)

4

Inmen PU Nomor 2 Tahun 2011 Tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Nomor 60 •

Tahun 2008 Tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah;

Surat Dokumen Usulan dan Road Map RB Kementerian PU kepada Kementerian PAN & •

RB No: OR.01.01.Sj/245 Tanggal 9 Agustus 2011;

Hasil Peringkat Jabatan yang telah disepakati Kementerian PAN & RB No: OR.01.01.-Sj/88 •

Tanggal 21 Maret 2011;

Surat Calon Assessor PU dari Itjen PU Nomor: PD.02.04-Ij/275 Tanggal 20 November •

2012.

TUJUAN DAN SASARAN

B.

Tujuan

1.

Tujuan Reformasi Birokrasi adalah menciptakan birokrasi pemerintah yang profesional dengan karakteristik adaptif, berintegritas, berkinerja tinggi, bersih dan bebas KKN, mampu melayani publik, netral, sejahtera, berdedikasi, dan memegang teguh nilai-nilai dasar dan kode etik aparatur negara. Pada Kementerian Pekerjaan Umum, tujuan secara umum yang ingin dicapai dalam pelaksanaan Reformasi Birokrasi PU adalah penguatan birokrasi yang profesional dan berintegritas hingga tahun 2014 melalui penguatan 3 (tiga) hal sebagai berikut:

Meningkatkan pengawasan dan akuntabilitas untuk mewujudkan penyelenggaraan •

pemerintahan yang baik, bersih, bebas korupsi, kolusi, dan nepotisme.

Mengembangkan standar pelayanan dan menguatkan unit pelayanan publik untuk •

meningkatkan kualitas pelayanan publik.

Mewujudkan profesionalisme SDM aparatur yang didukung oleh sistem rekrutmen •

dan promosi aparatur yang berbasis kompetensi, serta memperoleh gaji dan bentuk jaminan kesejahteraan yang sepadan.

Adapun maksud dari pelaksanaan program Reformasi Birokrasi Kementerian PU meliputi hal-hal berikut ini, yaitu:

Memberikan dukungan yang bersifat taktis dan psikologis untuk mengelola perubahan •

terkait pelaksanaan reformasi birokrasi.

Mendapatkan organisasi yang tepat fungsi dan tepat ukuran

(right sizing and right

function).

Menyediakan proses penyelenggaraan pemerintahan yang terstandar, efektif dan •

efisien.

Meningkatkan kapasitas dan kompetensi unit kerja dan SDM Aparaturnya sehingga •

mampu memajukan kualitas SDM Kementerian PU menjadi Aparatur Negara yang berintegritas, kompeten, dan profesional.

Memonitor seluruh proses pelaksanaan kegiatan reformasi birokrasi, mengevaluasi •

pelaksanaan yang telah dilakukan serta melaporkan pelaksanaan reformasi birokrasi dan sebagai langkah awal pembenahan dalam menstandarisasi substansi pelaksanaan pengendalian, evaluasi dan pelaporan reformasi birokrasi yang telah berjalan di Kementerian PU.

(25)

Struktur Reformasi Birokrasi Kementerian PU 2010- 2014 Gambar 1.1.

Maksud dan tujuan Reformasi Birokrasi Kementerian PU dapat tercapai dengan melakukan hal-hal sebagai berikut:

Menyusun tim pengelola perubahan, menyusun strategi perubahan, strategi •

komunikasi, strategi pelatihan, serta melakukan sosialisasi terkait dalam mendukung implementasi reformasi birokrasi

Melaksanakan restrukturisasi tugas dan fungsi. •

Penguatan unit kerja yang menangani masalah organisasi, tatalaksana, pelayanan •

publik, kepegawaian dan diklat.

Menyusun tatalaksana pada level Kementerian. •

Menyusun tatalaksana unit organisasi. •

Menyusun

Standard Operating Procedure (SOP) penyelenggaraan tugas dan fungsi.

Menerapkan SOP penyelenggaraan tugas dan fungsi. •

Menyusun, mengembangkan dan menerapkan

e-government.

Menjadi acuan dan bahan evaluasi pelaksanaan di masa yang akan datang, sehingga •

pelaksanaan Program Penataan Sistem Manajemen SDM Aparatur di Kementerian PU menjadi lebih baik.

Mendorong mekanisme akuntabilitas yang baik dan kontrol yang kuat agar tujuan •

tercapai.

Membudayakan pelaporan kinerja,

monitoring dan evaluasi kinerja.

Mendorong budaya sadar berkinerja. •

Memberikan saran perbaikan untuk peningkatan kinerja dan penguatan akuntabilitas •

instansi.

Menjamin agar pelaksanaan reformasi birokrasi dijalankan sesuai dengan ketentuan •

(26)

6

SASARAN

2.

Terdapat 3 (tiga) sasaran Reformasi Birokrasi pada tahun 2025. Sasaran-sasaran tersebut meliputi terwujudnya pemerintahan yang bersih dan bebas korupsi, kolusi, dan nepotisme; meningkatnya kualitas pelayanan publik kepada masyarakat; dan meningkatnya kapasitas dan akuntabilitas kinerja birokrasi. Khusus untuk sasaran lima tahun pertama reformasi birokrasi (2010-2014), sasaran difokuskan pada penguatan birokrasi pemerintah dalam rangka mewujudkan ketiga sasaran reformasi birokrasi. Penguatan birokrasi pemerintah akan diukur secara nasional menggunakan sasaran dan indikator keberhasilan reformasi birokrasi seperti tertera pada gambar 2 di bawah ini.

RUANG LINGKUP

C.

Program Reformasi Birokrasi Kementerian PU memiliki ruang lingkup dalam proses pelaksanaannya, yaitu pada 9 (Sembilan) program untuk tingkat mikro.

Manajemen Perubahan •

Penataan peraturan perundang-undangan •

Penataan dan penguatan organisasi •

Penataan tata laksana •

Penataan sistem manajemen aparatur •

Penguatan pengawasan •

Penguatan akuntabilitas kinerja •

Peningkatan kualitas pelayanan publik •

Monitoring,

(27)
(28)
(29)

BAB 2

KONDISI TAHUN 2010

A.

Upaya menggambarkan kondisi Tahun 2010 yang terkait dengan reformasi birokrasi diawali dengan menunjukkan komitmen Kementerian Pekerjaan Umum (PU) pada proses reformasi birokrasi, dilanjutkan pada informasi spesifik tentang peran Kementerian PU dalam menempatkan pemahaman reformasi birokrasi secara proporsional. Penggambaran kondisi saat ini (tahun 2010) dilakukan melalui pendekatan pada 3 hal sebagai berikut:

Hasil Pelaksanaan Evaluasi Kinerja Organisasi Kementerian PU •

Inventarisasi dan Penilaian dokumen berbasis 9 program mikro, beserta Rencana •

Aksi kegiatan (Form 1, 2 dan 3) sesuai Permen PAN&RB Nomor 9 Tahun 2011 Turunan indikator keberhasilan reformasi birokrasi nasional

Terkait Hasil Evaluasi Kinerja Organisasi Kementerian PU, kondisi kinerja Kementerian Pekerjaan Umum sampai dengan tahun 2010 dapat digambarkan berdasarkan hasil evaluasi kinerja organisasi sesuai ketentuan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No.19/m.PAN/112008 tentang Petunjuk Pelaksanan Evaluasi Kinerja Organisasi Pemerintah. Evaluasi kinerja organisasi merupakan salah satu tahapan penting dalam mengawali proses RB di Kementerian PU. Tujuan evaluasi kinerja adalah untuk mendapatkan gambaran kondisi obyektif kinerja organisasi saat ini dalam menerapkan berbagai prinsip-prinsip pengelolaan sumber daya dan pencapaian hasil-hasil organisasi pemerintah.

Ruang lingkup evaluasi kinerja organisasi meliputi 8 (delapan) aspek atau komponen yaitu: 1) Aspek kepemimpinan, 2) Aspek perencanaan kinerja, 3) Aspek organisasi, 4) Aspek manajemen SDM, 5) Aspek penganggaran, 6) Aspek pengukuran, analisis dan manajemen informasi kinerja, 7) Aspek manajemen proses, serta 8) Aspek hasil. Kedelapan aspek memiliki saling keterkaitan satu sama lainnya. Aspek nomor 1 sampai dengan 7 menggambarkan dimensi proses dan sistem informasi sedangkan aspek nomor 8 menggambarkan dimensi hasil. Sesuai dengan pedoman tersebut, Kementerian Pekerjaan Umum sejak tahun 2009 sampai dengan 2010 telah melakukan evaluasi kinerja di seluruh unit organisasi yang ada. Metode

(30)

10

Eselon II, Eselon III dan Eselon IV sehingga dapat menggambarkan keseluruhan struktur kinerja organisasi pada level satminkal dan unit kerja. Evaluasi kinerja organisasi dilakukan terhadap 8 (delapan) aspek yang dikelompokan menjadi 3 (tiga) kelompok dengan pembobotan sebagai berikut: Kelompok Proses (46%): • Kepemimpinan (8%); ͳ Perencanaan Kinerja (12%); ͳ Manajemen Proses (8%) ͳ Organisasi (6%); ͳ Manajemen SDM (8%); ͳ Penganggaran (4%). ͳ

Kelompok Sistem Informasi (9%): •

Pengukuran, analisis, dan manajemen informasi kinerja (9%). Kelompok Hasil (45%):

Hasil (45%)

Kerangka Penilaian Kinerja Organisasi dan pembobotannya dapat dilihat pada Gambar berikut:

Kerangka Evaluasi Kinerja Organisasi Gambar 2.1.

(31)

Dari kegiatan evaluasi yang dilakukan terhadap 8 (delapan) aspek organisasi, diperoleh hasil yang berdasarkan Indeks Prestasi terdapat 3 (tiga) aspek organisasi yang perlu mendapat perhatian adalah:

Manajemen Proses, nilai 2,354 •

Manajemen SDM, nilai 2,422 •

Pengukuran, analisis, dan manajemen informasi kinerja, nilai 2,578. •

Selanjutnya informasi rinci hasil evaluasi kinerja organisasi terlihat pada Tabel dan Gambar hasil evaluasi kinerja (yang merupakan agregasi seluruh Satminkal) di bawah ini.

Evaluasi Kinerja Kementerian PU

Tabel 2.1.

KOMPONEN IP NK NK MAKS GAP NK

(1) (2) (3) (4) (5)

Kepemimpinan (DRIVER) 2.770 5.54% 8.0% 2.46%

Perenc. Kinerja (BRAINWARE) 2.874 8.62% 12.0% 3.38%

Organisasi (HARDWARE-1) 3.045 4.57% 6.0% 1.43%

Manajemen SDM

(HARDWARE-2) 2.442 4.84 8.0% 3.16%

Penganggaran (HARDWARE-3) 2.811 2.81% 4.0% 1.19%

Pengukuran, Analisis, Manajemen Info Kinerja (SISTEM INFO)

2.578 5.80% 9.0% 3.20%

Manajemen Proses (SOFTWARE) 2.354 4.71% 8.0% 3.29%

Capaian Hasil (OUTCOME)

Rata-rata 2.711 5.08% 7.5% 2.42%

JUMLAH 21.565 41.98% 62.5% 20.52%

(32)

12

Profil Kinerja Kementerian Gambar 2.2.

Dari hasil evaluasi kinerja organisasi tersebut maka nilai-nilai komponen yang relatif lemah memerlukan penanganan lebih serius dalam implementasi program dan kegiatan dalam

Road Map RBPU.

Sementara itu, terkait hasil Identifikasi dan Penilaian Dokumen pada tahun 2010, penilaian capaian menggunakan formulir 1 untuk melakukan inventarisasi dan formulir 2 untuk menilai statusnya. Penilaian dinyatakan dalam status akhir dari dokumen yaitu:

Warna Hijau

berarti program/kegiatan yang dinilai sudah selesai dilaksanakan , dengan hasil yang sesuai dengan yang dimandatkan dalam program dan kegiatan reformasi birokrasi. Hasil menunjukkan dari 26 kegiatan hanya dua yang baru selesai. Pertama adalah kegiatan Restrukturisasi Penataan Tugas dan Fungsi Unit Kerja Kementerian PU telah selesai dengan diterbitkannya Permen PU No. 08/tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian PU dan Permen PU no. 21/tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Kementerian PU. Kedua adalah Penyusunan Indikator Kinerja Utama kementerian yang ditetapkan dengan Permen PU No. 23/ PRT/M/2010.

Warna Kuning

berarti program dan kegiatan yang dinilai masih berlangsung atau sedang dilaksanakan. Kegiatan yang sedang berlangsung ini paling banyak, yaitu sebanyak 21 kegiatan, yaitu:

Pembentukan Tim manajemen perubahan. ͳ

Penyusunan strategi manajemen perubahan dan strategi komunikasi. ͳ

(33)

Sosialisasi dan internalisasi manajemen perubahan dalam rangka reformasi ͳ

birokrasi.

Penataan berbagai peraturan perundang-undangan yang diterbitkan ͳ

kementerian.

Penguatan unit kerja yang menangani organisasi, tatalaksana, pelayanan publik, ͳ

kepegawaian, dan diklat.

Penyusunan SOP penyelenggaraan tugas dan fungsi. ͳ

Pembangunan atau pengembangan

ͳ e-government.

Penataan sistem rekrutmen pegawai. ͳ

Analisis jabatan. ͳ

Evaluasi jabatan. ͳ

Penyusunan standar kompetensi jabatan. ͳ

Asesmen individu berdasarkan kompetensi. ͳ

Penerapan sistem penilaian kinerja individu. ͳ

Pembangunan/pengembangan database pegawai. ͳ

Pengembangan pendidikan dan pelatihan. ͳ

Penerapan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP). ͳ

Peningkatan Peran Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) sebagai

ͳ quality

assurer dan konsultan.

Penguatan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah. ͳ

Pengembangan sistem manajemen kinerja organisasi. ͳ

Penerapan standar pelayanan pada unit kerja masing-masing kementerian. ͳ

Partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan publik. ͳ

Warna Merah

berarti bahwa program dan kegiatan yang dinilai belum atau akan dilaksanakan, terdiri dari 3 kegiatan berikut:

Monitoring

ͳ setiap triwulan ( B03, B06, B09, B12). Evaluasi dilakukan setiap tahun (B13 dari kegiatan). ͳ

Evaluasi menyeluruh 2014 ( B07-B12 tahun 2014). ͳ

Kesimpulan hasil inventarisasi dan penilaian status dari 26 kegiatan secara umum menunjukkan bahwa sebagian besar kegiatan sedang berjalan yaitu mencapai lebih dari 92% akan merupakan basemap bagi penyusunan sasaran (output dan outcome) dan rencana aksi masing-masing kegiatan dari tahun 2011 sampai tahun 2014. Pernyataan status kegiatan dalam keberlangsungan proses (belum, sedang, dan sudah) dan kualitas kegiatan (baik, sedang, kurang) minimal akan dapat memberikan gambaran kondisi basemap 2010. Untuk mendapatkan struktur/prioritas dari 26 kegiatan akan sangat dipengaruhi oleh agenda prioritas reformasi birokrasi Kementerian PU.

Terakhir, terkait Turunan Indikator Keberhasilan Nasional, penggambaran kondisi Kementerian PU didekati pada tingkatan sasaran. Acuan harapan atau keinginan pada tahun 2014 adalah

(34)

14

pada tahun 2014 adalah mencapai penguatan dalam ketiga sasaran reformasi birokrasi yang telah diuraikan di atas. Penguatan dilakukan dengan mewujudkan enam target indikator keberhasilan reformasi birokrasi untuk tahun 2014, yang tertera pada tabel di bawah.

Sasaran dan Indikator Keberhasilan Reformasi Birokrasi Tabel 2.2.

SASARAN INDIKATOR BASELINE

(2009) TARGET(2014)

(1) (2) (3) (4)

Terwujudnya pemerintahan yang bersih dan bebas korupsi, kolusi dan nepotisme

IPK*) 2,8 5,0

OPINI BPK

(WTP) PusatDaerah 42,17%2,73% 100%60%

Terwujudnya peningkatan kualitas pelayanan publik kepada masyarakat Integritas Pelayanan Publik Pusat 6,64 8,0 Daerah 6,46 8,0

Peringkat Kemudahan Berusaha 122 75

Meningkatnya kapasitas dan

akuntabilitas kinerja birokrasi Indeks Efektifitas Pemerintahan**) -0,29 0,5

Instansi pemerintah yang

akunta-bel 24% 80%

*) Skala 0 - 10 **) Skala -2,5 s/d 2,5

Sumber: Diolah dari RPJMN 2010 - 2014

Ketiga sasaran prioritas terwadahi dalam indikator keberhasilan nasional, dimana terdapat 2 penggambaran indikator besar, yaitu:

Actionable Indicators,

yaitu indikator yang dapat dilekatkan pada kinerja masing-masing K/L. Yang masuk dalam indikator ini adalah:

Opini BPK atas laporan keuangan ͳ

Integritas Pelayanan Publik ͳ

Instansi pemerintah yang akuntabel (SAKIP) ͳ

Peringkat Kemudahan Berusaha ͳ

Non-actionable indicators

, yaitu indikator yang penghitungannya dilakukan melalui

agregasi nasional, dan tidak dilekatkan kinerja pada setiap K/L secara parsial. Yang termasuk dalam indikator ini adalah:

Indeks Persepsi Korupsi (IPK) ͳ

Indeks Efektivitas Pemerintahan ͳ

Dari target indikator tersebut, maka kementerian PU perlu menyusunan langkah strategis untuk ikut berpartisipasi dalam pemenuhan target nasional tersebut, sehingga konsolidasi rencana aksi road map terkait penetapan sasaran prioritas tersebut menjadi krusial.

(35)

Komitmen Pimpinan dan Peran Kementerian Pekerjaan Umum

1.

Road map reformasi birokrasi Kementerian PU 2010-2014 disusun sesuai dengan Peraturan

Presiden Nomor 81 tahun 2010 tentang Grand Design Reformasi Birokrasi 2010 - 2015 dan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 20 tahun 2011 tentang Road Map Reformasi Birokrasi 2010-2014. Road Map Reformasi Birokrasi Kementerian PU 2010-2014 ini disusun sebagai wujud komitmen Kementerian PU melaksanakan proses reformasi birokrasi. Hal ini sesuai dengan ketentuan Peraturan Presiden Nomor 81 tahun 2010 tentang Grand Design Reformasi Birokrasi 2010-2025, bahwa pada tahun 2011 seluruh Kementerian dan lembaga telah memiliki komitmen dalam melaksanakan proses reformasi. Reformasi Birokrasi mempunyai visi “Terwujudnya Pemerintahan Kelas Dunia”, yaitu pemerintahan yang profesional dan berintegritas tinggi yang mampu memberikan pelayanan prima kepada masyarakat dan manajemen pemerintahan yang demokratis.

Sejalan dengan visi reformasi birokrasi tersebut, Kementerian PU dalam upaya mencapai visinya, yaitu “Tersedianya Infrastruktur PU dan Permukiman yang Andal untuk Mendukung Indonesia Sejahtera 2025” akan diwujudkan melalui ukuran tingkat ketersediaan dan pelayanan bidang pekerjaan umum dan permukiman. Mengacu pada7 (tujuh) peraturan undang-undang yaitu UU Nomor 16 Tahun 1985 tentang Rumah Susun, UU Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi, UU Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung, UU Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air (SDA), UU Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan, UU Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, dan UU Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, dimandatkan secara tegas kepada Kementerian PU untuk mewujudkan pembangunan infrastruktur berbasiskan penataan ruang yang mencakup:

Infrastruktur Sumber Daya Air (SDA) yang berperan dalam penyimpanan dan •

pendistribusian air untuk keperluan domestik (rumah tangga), perkotaan, industri dan pertanian guna mendukung ketahanan pangan yang merupakan bagian dari pelaksanaan konservasi SDA, pendayagunaan SDA dan pengendalian daya rusak air.

Infrastruktur Jalan dan Jembatan yang berperan untuk mendukung lalu-lintas •

barang dan manusia maupun sebagai pembentuk struktur ruang wilayah.

Infrastruktur Permukiman yang beperan dalam menyediakan pelayanan air minum •

dan sanitasi lingkungan, infrastruktur permukiman di perkotaan dan perdesaaan, revitalisasi kawasan serta pengembangan kawasan agropolitan.

Dalam upaya mewujudkan tingkat ketersediaan dan pelayanan infrastruktur PU yang semakin mencukupi dan berkualitas, anatara lain telah dirumuskan strategi penataan aparatur PU dalam Rencana Strategis Kementerian PU 2010-2014 yang mencakup pengembangan institusi, pembenahan regulasi, dan pengembangan Sumber Daya

(36)

16

mengingat belum optimalnya kualitas pelayanan publik sehingga dibutuhkan peningkatan efisiensi, efektivitas, serta produktivitas. Belum optimalnya integritas aparatur birokrasi, sehingga dibutuhkan peningkatan transparansi dan akuntabilitas serta rendahnya disiplin dan etos kerja pegawai, adanya tumpang tindih regulasi, adanya tumpang tindih fungsi unit kerja, sehingga dibutuhkan peningkatan kinerja organisasi secara keseluruhan.

Kondisi Pelayanan Kementerian PU

2.

Sesuai Perpres Nomor 81 tahun 2010, dinyatakan bahwa “Pemerintah belum dapat menyediakan pelayanan publik sesuai tantangan yang dihadapi, yaitu perkembangan kebutuhan masyarakat yang semakin maju dan persaingan global yang semakin ketat”. Lebih lanjut, dinyatakan juga dalam Perpres tersebut, “Dalam hal kemudahan berusaha

(doing bussiness), menunjukkan bahwa Indonesia belum dapat memberikan pelayanan

yang baik bagi para investor yang berbisnis atau akan berbisnis di Indonesia”.

Kementerian PU dalam upaya memberikan pelayanan bidang PU telah menerbitkan Permen PU Nomor 14/PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang. SPM tersebut diterbitkan sebagai acuan pemerintah daerah dalam melakukan perencanaan program untuk mencapai target SPM. Selain itu juga telah diterbitkan SPM berkenaan dengan Jalan Tol yaitu Permen Nomor: 392/PRT/M/2005 tentang Standar Pelayanan Minimal Jalan Tol. Beberapa rancangan juga telah disiapkan antara lain Pedoman Penggunaan Sumber Daya Air.

Dengan berbagai program dan kegiatan yang ada, pada saat ini tingkat pelayanan bidang PU dan Permukiman masih belum optimal, antara lain masih adanya isu-isu nasional tentang kualitas hasil pengelolaan sungai, kondisi jalan nasional, dan cakupan serta ketersediaan air minum. Belum optimalnya pelayanan tersebut antara lain disebabkan karena masih banyak berbagai standar pelayanan infrastruktur PU yang diturunkan dari Indikator Kinerja Utama Kementerian yang harus disiapkan, misalnya antara lain SPM tentang Jalan Nasional Mantap, SPM tentang Jaringan Irigasi, dan SPM tentang Air Minum yang menjadi tanggung jawab Kementerian.

Kondisi Upaya Pemberantasan KKN

3.

Mengacu kondisi saat ini sesuai Perpres nomor 81 tahun 2010 di atas, data Transparency

International menunjukkan Indeks Persepsi Korupsi Indonesia masih rendah (2,8 dari

10). Demikian pula hasil survei KPK tahun 2009 menunjukkan kualitas pelayanan publik Indonesia baru mencapai skor 6,64 dari skala 10. Data dari World Economic Forum (WEF) 2010-2011 juga menunjukkan bahwa korupsi yang menjadi penghambat kedua kemudahan berusaha pada tahun 2010-2011, mempunyai skor 16 terhadap 30 atau pada rasio 0,53. Dibandingkan tahun 2009-2010 dimana korupsi menjadi faktor penghambat ke-empat dengan skor 8,7 terhadap 30 atau 0,29. Salah satu kesimpulan yang bisa ditarik dari kedua data tersebut adalah bahwa pada tahun 2010-2011 menurut WEF korupsi di Indonesia dalam kaitan kemudahan berusaha semakin memburuk.

(37)

Memperhatikan perkembangan kondisi korupsi tersebut, menjadi perhatian serius karena Kementerian PU sebagai pengguna dana APBN terbesar di tahun 2011untuk mengembangkan upaya pemberantasan KKN di lingkungan Kementerian PU sendiri. Sebagai tindak lanjut Inpres nomor 5 tahun 2004 tentang Percepatan Pemberantasan Korupsi, Kementerian menerbitkan Permen PU Nomor 21/PRT/M/2008 tentang Pedoman Operasionalisasi Wilayah Bebas Korupsi (WBK), Kementerian mempunyai program untuk menghilangkan kebocoran dan keborosan, menjaga mutu hasil pekerjaan konstruksi sesuai persyaratan, serta mencegah terjadinya penyimpangan yang mengakibatkan kerugian negara dalam rangka mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik dan pemerintahan yang bersih.

Tidak hanya di situ, pada tahun ini Kementerian telah mengikuti program Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), yaitu Penilaian Inisiatif Anti Korupsi (PIAK). Sangat mendasar dan sesuai dengan jiwa reformasi birokrasi, keikutsertaan pada program PIAK menunjukkan keterbukaan Kementerian untuk diukur oleh pihak eksternal, karena PIAK bertujuan mengukur: “Apakah Kementerian PU telah menerapkan sistem dan mekanisme yang efektif dalam mencegah dan mengurangi korupsi di lingkungannya?”. Selain itu Kementerian PU juga telah menindaklanjuti Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 60 Tahun 2008 Tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah dengan menerbitkan Instruksi Menteri PU Nomor 02/IN/M/2011 tentang Penerapan Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah. Kementerian juga memahami pilihan KPK untuk melakukan kajian dan pemantauan terhadap sistem penyelenggaraan jalan nasional kepada Direktorat Jenderal Bina Marga (DJBM) yang selalu menjadi pengguna anggaran terbesar di Kementerian PU. Langkah KPK tersebut telah dimulai sejak tahun 2008 dan masih berlangsung sampai saat ini. Kajian dan pemantauan KPK mempunyai tujuan:

Mengetahui Sistem Penyelenggaraan Jalan Nasional yang dilakukan oleh Ditjen •

Bina Marga dan mengidentifikasi kelemahan pada sistem penyelenggaraan jalan nasional yang menyebabkan tidak efektif dan efisiennya penyelenggaraan jalan nasional dan berpotensi menimbulkan tindak pidana korupsi;

Memberikan saran perbaikan pada sistem penyelenggaraan jalan nasional untuk •

mencegah terjadinya tindak pidana korupsi;

Mendorong dilakukannya reformasi birokrasi Ditjen Bina Marga. •

Dalam hal laporan keuangan Kementerian PU tahun 2009 mendapat opini Wajar Dengan Pengecualian (WDP), selama empat tahun berturut-turut Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) menolak memberikan opini (disclaimer). Peningkatan opini tersebut akan memberikan kondisi positif bagi upaya Kementerian PU dalam mendukung agenda pemberantasan KKN.

(38)

18

Kondisi Kapasitas dan Akuntabilitas Kinerja Birokrasi

4.

Pada tahun 2010, Kementerian PU mendapat nilai LAKIP CC, turun dari tahun sebelumnya dimana Kementerian PU mendapat nilai B. Kondisi tersebut menjadi perhatian Kementerian untuk meningkatkan kapasitas dan akuntabilitas kinerja birokrasi. Gambaran kapasitas kinerja birokrasi antara lain diperoleh dari hasil evaluasi kinerja birokrasi yang dilakukan sesuai Permen Pan Nomor PER/19/M.PAN/11/2008 tentang Petunjuk Pelaksanaan Evaluasi Kinerja Organisasi Pemerintah. Hasil evaluasi menunjukkan 3 (tiga) aspek organisasi yang perlu mendapat perhatian adalah Manajemen Proses, Manajemen SDM, serta Pengukuran, Analisis, dan Manajemen Informasi Kinerja. Aspek organisasi dinilai berdasarkan skala nilai 0 sampai dengan 4. Paling buruk bernilai 0 dan paling baik bernilai 4. Pada saat penilaian, nilai rata-rata kedelapan aspek organisasi untuk Kementerian PU adalah sebesar 2,69.

Manajemen SDM dengan nilai terendah pertama 2,45 mencakup perencanaan pegawai, rekruitmen pegawai, penempatan pegawai, pendidikan dan pelatihan, pengembangan karier pegawai, dan sistem reward and punishment. Nilai tersebut memberi tanda bahwa sudah saatnya pada pelaksanaan program reformasi birokrasi dikembangkan sistem manajemen SDM PU yang komprehensif dan integratif agar mampu memberdayakan SDM PU secara optimal, karena SDM merupakan kekuatan utama dan terakhir dalam mewujudkan visi reformasi birokrasi.

Manajemen Proses yang mendapatkan nilai terendah kedua, sebesar 2,50, menunjukkan bahwa ketersediaan SOP, ketersediaan SPM, dan manajemen pemberian pelayanan menjadi aspek paling lemah menurut para responden Pegawai Negeri Sipil PU. Kondisi tersebut terkait dengan masih terbatasnya ketersediaan SOP dan SPM, terutama SPM yang menjadi tanggung jawab langsung dan dikerjakan sendiri oleh Kementerian.

Pengukuran, Analisis, dan Manajemen Informasi Kinerja atau disebut kelompok Sistem Informasi memiliki nilai terendah ke-3 (tiga), sebesar 2,63, mencakup manajemen dan teknologi informasi serta penyajian dan komunikasi teknologi informasi. Kondisi tersebut memberikan gambaran bahwa sistem informasi belum memberikan sumbangan yang efektif bagi peningkatan kinerja organisasi. Sistem informasi masih terbatas dan belum terstruktur indikatornya, sehingga belum dapat mencakup berbagai indikator kepemimpinan, perencanaan kinerja, organisasi, SDM, anggaran, dan manajemen proses. Demikian pula dalam manajemen dan teknologi informasi, kehandalan data kinerja dan pemeliharaan sistem informasi dianggap lemah. Yang terakhir adalah cara penyajian dan pengkomunikasian informasi kinerja masih terkendala pada penyampaian, kualitas, pemanfaatan, dan integrasi.

Kondisi Yang Diharapkan Tahun 2014

B.

Penggambaran kondisi yang diharapkan sebagaimana kondisi yang ada di atas didekati pada tingkatan sasaran. Acuan harapan atau keinginan pada tahun 2014 adalah sasaran dan indikator keberhasilan reformasi birokrasi 2010-2014. Kondisi yang diharapkan pada

(39)

tahun 2014 adalah mencapai penguatan dalam ketiga sasaran reformasi birokrasi yang telah diuraikan di atas.

Penguatan dilakukan dengan mewujudkan 6 (enam) target indikator keberhasilan reformasi birokrasi tahun 2014, yang tertera pada tabel 1 berikut ini:

Sasaran dan Indikator Keberhasilan Reformasi Birokrasi Tabel 2.3.

SASARAN INDIKATOR BASE LINE

(2009) TARGET(2014)

(1) (2) (3) (4)

Terwujudnya pemerintahan yang bersih dan bebas korupsi, kolusi, dan nepotisme IPK*) 2,8 5,0 OPINI BPK (WTP) Pusat 42,17% 100% Daerah 2,73% 60% Terwujudnya peningkatan kualitas pelayanan publik kepada masyarakat Integritas

Pelayanan Publik PusatDaerah 6,64%6,46% 8,08,0

Peringkat Kemudahan Berusaha 122 7,5

Meningkatnya kapasitas dan akuntabilitas kinerja birokrasi Indeks Efektivitas Pemerintahan**) - 0,29 0,5 Instansi pemerintah yang akuntabel 24% 80% *) Skala 0 - 10 **) Skala -2,5 s.d. 2,5 Diolah dari RPJMN 2010-2014

Untuk mencapai hasil yang optimal dalam melaksanakan reformasi birokrasi tahun 2010-2014, ditetapkan agenda prioritas berdasarkan kondisi obyektif yang berkembang, maka urgensi sasaran yang hendak dicapai mengikuti prioritas berikut:

Terwujudnya “Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik” •

Terwujudnya sasaran “Peningkatan Kapasitas dan Akuntabilitas Kinerja Birokrasi” •

Terwujudnya sasaran “Birokrasi Yang Bersih dan Bebas KKN”. •

Berdasarkan agenda prioritas di atas, maka kondisi yang diharapkan juga disusun berdasarkan prioritas yang telah ditetapkan.

Peningkatan Kualitas Pelayanan Bidang PU

1.

Sasaran kedua meningkatkan integritas pelayanan publik yaitu dari base line tahun 2009 sebesar 6,46 menjadi 8,0 pada tahun 2014. Dukungan terhadap sasaran ini adalah dengan memprogramkan penetapan dan penerapan standar pelayanan dan target kinerja pelayanan yang diturunkan dari IKU kementerian PU. Pada tahun 2011 direncanakan

(40)

20

pemetaan standar pelayanan kementerian.

Pada tahun yang sama akan ditetapkan standar pelayanan untuk melaksanakan quick win kementerian di tahun 2012. Pada tahun 2012 direncanakan telah ditetapkan 30% standar pelayanan, menjadi 60% pada tahun 2013, dan menjadi 100% pada tahun 2014. Program penerapan standar pelayanan pada tahun 2012 khusus untuk quick win. Pada tahun 2013 akan diterapkan 30% standar pelayanan, dan pada tahun 2014 mencapai 60% standar pelayanan yang diterapkan. Pada sasaran peringkat kemudahan berusaha kementerian PU akan meningkatkan kualitas pelayanan perijinan jasa konstruksi asing.

Pengembangan Kapasitas dan Akuntabilitas Kinerja Birokrasi

2.

Dukungan kepada sasaran meningkatnya kapasitas dan akuntabilitas kinerja birokrasi dilakukan melalui program-program terkait dengan SDM, Organisasi dan Tatalaksana yang menjadi fokus program reformasi birokrasi. Pada sasaran ini dukungan diarahkan untuk utamanya mencapai target indikator keberhasilan Reformasi Birokrasi Nasional tahun 2014 tentang akuntabilitas instansi pemerintah. Pada indikator ini adalah nilai LAKIP kementerian PU direncanakan pada tahun 2012 dan 2013 mendapat peringkat B, dan mendapat peringkat A pada tahun 2014. Pada sasaran efektivitas pemerintahan tidak ada upaya khusus yang dilakukan oleh Kementerian.

Kondisi Yang Diharapkan Pada Upaya Pencegahan dan Pemberantasan

3.

KKN

Sasaran mewujudkan birokrasi yang bersih dan bebas KKN pada tahun 2014 diukur melalui 2 (dua) indikator keberhasilan. Indikator pertama adalah membaiknya Indeks Persepsi Korupsi (IPK) yaitu dari base line tahun 2009 sebesar 2,8 menjadi 5,0 pada tahun 2004. Untuk mendukung indikator tersebut, kementerian PU melakukan kegiatan peningkatan operasionalisasi Wilayah Bebas Korupsi (WBK), mengikuti program PIAK-KPK, dan melakukan penguatan pengawasan Internal dengan penerapan secara baik program Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP).

Keberhasilan ketiga kegiatan tersebut menunjukkan keberhasilan kementerian mendukung sasaran dan indikator keberhasilan RB. Indikator kedua dalam rangka sasaran mewujudkan birokrasi bersih dan bebas KKN adalah Opini BPK dengan target pada tahun 2014 semua instansi pusat telah mendapat opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP).

Program kementerian PU mengenai Opini BPK merencanakan target laporan keuangan tahun 2012 untuk mendapat predikat WTP. Target yang optimis tersebut akan mendukung sasaran reformasi birokrasi nasional dalam pencapaian 100% peringkat WTP pada tahun 2014 untuk kementerian dan lembaga pusat.

(41)

Pencapaian Area Perubahan Pada Tahun 2014

4.

Dengan ditetapkannya tiga kondisi yang diharapkan di atas, maka pada tahun 2014 ditargetkan perubahan-perubahan 8 (delapan) area sebagai berikut:

Organisasi, ditargetkan utamanya dalam penguatan unit kerja pelayanan sesuai •

dengan sasaran tahunan peningkatan pelayanan. Selain itu juga ditargetkan penguatan unit kerja yang melaksanakan penilaian kinerja organisasi dan kinerja individu.

Tata Laksana, ditargetkan untuk menyediakan tata laksana yang jelas, efektif, •

efisien, dan terukur untuk mendukung penguatan pelayanan unit kerja dan unit kerja pelaksana penilaian kinerja.

Peraturan Perundang-undangan, ditargetkan untuk membangun regulasi yang •

lebih tertib, tidak tumpang tindih dan kondusif, disiapkan sesuai dengan prioritas untuk mendukung peningkatan pelayanan publik dan berfungsinya sistem penilaian kinerja secara optimal.

SDM Aparatur, ditargetkan untuk menyediakan SDM yang makin terukur kinerjanya •

dan makin sejahtera.

Pengawasan, ditargetkan untuk meningkatkan kualitas pengawasan melekat •

melalui penerapan SPIP utamanya dalam mewujudkan sasaran peningkatan pelayanan kepada masyarakat dan mengukur kinerja organisasi dan individu sesuai ketentuan.

Akuntabilitas, ditargetkan meningkat secara bertahap sesuai dengan prioritas •

peningkatan pelayanan publik. Demikian pula akuntabilitas dalam penilaian kinerja menjadi hal yang penting utuk menjalankan sistem reward and punishment secara obyektif.

Pelayanan Publik, ditargetkan untuk menyediakan seluruh standar pelayanan •

Kementerian PU dan telah diterapkan sebanyak 60% dengan kualitas cukup. Pola pikir dan budaya kerja, ditargetkan terjadi perubahan yang signifikan dalam •

disiplin kerja.

Area perubahan yang diharapkan mampu dicapai pada tahun 2014 adalah sebagai berikut:

Hasil yang diharapkan atas pelaksanaan Reformasi Birokrasi Tabel 2.4.

AREA HASIL YANG DIHARAPKAN

(1) (2)

Organisasi Organisasi yang tepat fungsi dan tepat ukuran (right sizing)

Tata laksana Sistem, proses dan prosedur kerja yang jelas, efektif, efisien, terukur

Gambar

Tabel 3.7.  Kebutuhan Tunjungan Kinerja Kementerian PU 2012-2014 JUMLAH BULAN RATE
Tabel 3.17.  Quik Wins Operasionalisasi WBK
Grafik Kesiapan Unit Kerja dalam Melaksanakan Reformasi BirokratGambar 4.2.
Tabel 4.5 Evaluasi Pencapaian Kelompok Kerja dalam Mendukung Road map RBPU berdasarkan Penilaian  Tim Quality Assurance Tahun 2013
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan Gambar 4.5, dapat dilihat bahwa nilai probabilitas F-statistik sebesar 0,000053 < 0,05 maka H₀ ditolak dan H₁ diterima, yang variabel bebas

Yang pertama akan disajikan adalah gambaran deskriptif tentang ketiga konstruk yang akan dianalisis dalam model prestasi belajar, yaitu self efficacy, attitude, dan

Penulis mengambil rujukan dari sebuah jurnal Simanjuntak (2010 : 19), menyebutkan bahwa keberhasilan penerapan sistem akuntansi berbasis akrual dipengaruhi oleh

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kebermanfaatan kit praktikum multifunction equipment dalam eksperimen sains realistik; kegunaan modul eksperimen dan LKS

Hasil pengujian pada determinan yang paling menentukan formasi pergerakan harga beras menunjukkan bahwa hubungan transaksi dari level petani sampai pedagang besar memberikan

Temuan dalam penelitian juga menunjukkan bahwa fans yang berbangga terhadap klub favoritnya, secara terus menerus akan membeli.. berbagai merchandise klub, dan

Berdasarkan diagram tersebut diperoleh informasi bahwa lebih dari 50% keragaman peubah penjelas yang digunakan dalam model L-RKTPK02 dapat dijelaskan dengan dua

Benda uji yang dipergunakan dalam pengujian kuat tekan adalah bata merah dengan keadaan utuh, yang mana bidang yang akan ditekan diterap dengan adukan setebal 6 mm seperti yang