• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor pendukung pelaksanaan reformasi birokrasi di Kementerian PU dapat dijelaskan sebagai berikut:

Komitmen pimpinan •

Progres pelaksanaan reformasi birokrasi tidak dapat dilepaskan dari faktor komitmen pimpinan, sebagai faktor utama yang diamanatkan dalam Permenpan 10/2011 dalam melaksanakan program-program perubahan/reformasi. Di kementerian PU, komitmen pimpinan ini diwujudkan dalam bentuk keseriusan untuk membentuk tim kerja pelaksana, keikutsertaan dalam rapat-rapat konsolidasi maupun koordinasi, peran sebagai pembicara dalam kegiatan sosialisasi/Internalisasi atas program reformasi birokrasi, dan menentukan arah pelaksanaan reformasi birokrasi secara umum.

Penetapan program

(road map) yang terstruktur dan operasional

Program yang disusun oleh Kementerian PU dalam bentuk dokumen usulan dan

Road map RBPU 2010-2014, telah dinilai kualitas isi dokumennya oleh Kementerian

PAN dan RB dengan nilai akhir 100 untuk dokumen usulan dan 96 untuk Road map. Hal ini menunjukkan bahwa perencanaan pencapaian output dalam road map RBPU memiliki struktur yang operasional untuk dapat dijangkau, dan memiliki kelayakan pencapaian yang sesuai dengan amanat kebijakan nasional.

Tingkat kedewasaan organisasi •

Sebagai kementerian yang telah berdiri sejak 3 Desember 1945, Kementerian Pekerjaan Umum menjadi salah satu kementerian tertua di indonesia. Dilihat dari lama berdirinya, kementerian PU telah mengembangkan beragam perangkat sistem organisasi lintas generasi kepemimpinan politik nasional. Hal ini ini menjadikan kementerian PU memiliki kesiapan yang dianggap cukup signifikan untuk dapat menjalankan target pembangunan nasional maupun target pelaksanaan reformasi birokrasi sampai dengan tahun 2025. Sebagai kementerian teknis, PU telah terbukti menerima berbagai macam penghargaan atas kinerjanya di tingkat nasional, mulai dari sistem E-Procurement, e-monitoring yang telah menjadi benchmarking bagi kementerian lain, penghargaan dari Open Government Indonesia (OGI) atas penyelenggaraan pelayanan informasi, terpadunya tingkat kedewasaan organisasi dalam partisipasi aktifnya terkait program PIAK dari KPK, dan masih banyak lagi. Hal ini menjadi fondasi yang kuat bagi kementerian PU untuk dapat meneruskan sekaligus meningkatkan pencapaian atas target keberhasilan pelaksanaan reformasi birokrasi.

BAB 5

KESIMPULAN

A.

Pelaksanaan reformasi birokrasi Kementerian PU yang dimulai pada tahun 2011, memiliki beberapa catatan perjalanan dalam penyusunan maupun implementasinya. Dalam proses perencanaannya, reformasi birokrasi Kementerian PU telah memetakan kondisi baseline menggunakan 3 (tiga) instrumen yaitu Evaluasi Kinerja Organisasi, Identifikasi dan Penilaian Dokumen berbasis 9 program mikro RB, dan turunan keberhasilan reformasi birokrasi nasional. Melalui instrumen Evaluasi Kinerja Organisasi, Kementerian PU mendapatkan fakta (hasil olah data survei) bahwa komponen yang memiliki nilai kritis untuk segera dibenahi adalah komponen Manajemen SDM dan Manajemen Proses dari 8 (delapan) komponen yang dinilai. Berdasarkan instrumen Inventarisasi dan Penilaian Dokumen, hampir semua program mikro RB berada pada status sedang berlangsung, sehingga warna rencana aksi di dalam road map menggambarkan target pencapaian 9 program mikro RB yang berbasis

output dan outcome. Sementara itu, target indikator keberhasilan reformasi birokrasi nasional

diturunkan menjadi target keberhasilan K/L (pada actionable indicators nya) sebagai sasaran prioritas pada struktur road map.

Dalam proses pelaksanaannya, reformasi birokrasi Kementerian PU memfokuskan pada pencapaian road map atas 9 program mikro berbasis output dan outcome serta pencapaian agenda prioritas (termasuk pelaksanaan Quick wins). Dalam pencapaian 9 program mikro RB PU, dibentuk 8 (delapan) Kelompok Kerja (Pokja) dimana terdapat 1 Pokja yang menangani 2 program yaitu Pokja Penataan Organisasi dan Tatalaksana. Pencapaian 9 program mikro RB ini masih diarahkan dan dievaluasi berbasis output, dengan pertimbangan outcome akan diukur secara tersendiri sesuai skema PMPRB. Sedangkan pencapaian atas 3 (tiga) Quick wins Kementerian PU diarahkan untuk mendorong percepatan pencapaian kepercayaan publik melalui perbaikan target layanan.

Pencapaian atas agenda prioritas lainnya, cukup signifikan dimana opini BPK atas laporan keuangan meningkat dari Disclaimer pada saat penetapan baseline 2010 menjadi WTP pada tahun 2013. Kemudian nilai SAKIP sebagai wujud dari pencapaian sasaran prioritas penguatan akuntabilitas kinerja, meningkat dari nilai CC pada tahun 2010 menjadi nilai B+ pada tahun

162

2013. Sedangkan terkait integritas pelayanan publik, pencapaian sampai tahun 2013 adalah disusun dan diterapkannya 13 standar pelayanan langsung yang dikelola Kementerian PU. Untuk mencapai target penguatan pengawasan menuju birokrasi yang bersih dan bebas dari KKN, telah dilaksanakan kegiatan seperti keikutsertaan dalam program Penilaian Inisiatif Anti Korupsi (PIAK) bersama KPK, penerapan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP), dan operasionalisasi Wilayah Bebas Korupsi (WBK). Pada aspek pengendalian manajemen, beberapa sistem manajemen telah dikembangkan di Kementerian PU seperti Sistem Manajemen Mutu (SMM), e-monitoring, perencanaan pemrograman berbasis partisipasi

stakeholders seperti Musrenbang, Konsultasi Regional, dan sebagainya.

Sementara itu, fase evaluasi pelaksanaan reformasi birokrasi di Kementerian PU sejak terbitnya Permen PAN dan RB Nomor 1 dan 31 Tahun 2012 tentang Penilaian Mandiri Pelaksanaan Reformasi Birokrasi dan tentang Petunjuk Sistem Aplikasi on-line nya, telah menggunaan instrumen penilaian yang berbasis komponen pengungkit dan hasil tersebut. Pengorganisasian pelaksanaannya pun telah disesuaikan dengan amanat kebijakan nasional, dengan mekanisme kerja yang meliputi penilaian asesor, survei, panel 1 dan panel 2. Berdasarkan PMPRB Kementerian PU hasil sementara panel 2 menunjukkan kenaikan yang cukup yaitu sekitar 3 poin. Tentunya hal ini perlu menjadi stimulan bagi instansi untuk terus memperbaiki kualitas manajemen internal sehingga perbaikan berkelanjutan melalui model PDCA dapat terus terwujud.tersendiri. Hal ini dapat tergambar dengan kesinambungan informasi yang akan selalu terputus dengan bergantinya person dalam jabatan Tim Perubahan. Yang menjadi pekerjaan yang perlu segera diselesaikan adalah bagaimana

men-generate pemahaman reformasi secara masif kepada seluruh pegawai dengan struktur

kerja perumus yang kecil. Dari kondisi ini, tantangan yang muncul adalah terus membuat desain manajemen perubahan yang efektif dan efisien dalam menggerakkan seluruh elemen instansi PU.pelaksanaan evaluasi yang semula built in dalam program Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan menggunakan instrumen evaluasi sederhana (pemenuhan dokumen pelaksanaan), berganti metode dengan bergulirnya Permenpan 53/2011 yang hanya berumur 6 bulan karena kemudian juga diubah dengan Permenpan 1/2012 dan PermenPAN 31/2012 tentang Penilaian Mandiri Pelaksanaan Reformasi Birokrasi (PMPRB) melalui metode

self-assessment. Dinamika ini dirasa cukup menyita perhatian dan upaya, mengingat di Internal

Kementerian PU belum ada unit organisasi yang secara spesifik memiliki tugas fungsi pelaksanaan reformasi birokrasi.

Rekomendasi

B.

Melihat indikator ketercapaian program pelaksanaan reformasi birokrasi yang berbasis output dan outcome selama 2010-2013, dapat diambil beberapa kesimpulan untuk yang mengarah kebutuhan tindak lanjut perbaikan, seperti:

Perlu segera membuat intermediasi pemrograman antara

Road map RBPU yang

berbasis program, dengan kriteria penilaian melalui PMPRB yang berbasis kriteria sehingga akurasi penyusunan dan feed back mechanism road map dapat operasional

Perlu

review penetapan target outcome yang lebih akurat dan implementable

Akselerasi pencapaian sasaran prioritas pelayanan publik, akuntabilitas dan •

pengawasan.

Rencana Tindak Lanjut