• Tidak ada hasil yang ditemukan

unit pelayanan publik yang meliputi penguatan SDM, tata laksana, peraturan per-UU-an, pengawasan, dan lain-lain.

Manajemen Kementerian Pekerjaan Umum

B.

Kementerian PU memiliki tugas dan fungsi yang mendukung pencapaian visi Kementerian yaitu: “Tersedianya Infrastruktur Pekerjaan Umum dan Permukiman yang Andal untuk

Mendukung Indonesia Sejahtera 2025”, yang dalam pelaksanaannya, tetap mengacu pada

prioritas pembangunan nasional sebagaimana diamanatkan dalam RPJMN 2010–2014 yaitu: (1) Reformasi birokrasi dan tatakelola; (2) Bidang kesehatan;(3) Penanggulangan kemiskinan;(4) Ketahanan pangan;(5) Pembangunan infrastruktur;(6) Iklim investasi dan iklim usaha;(7) Lingkungan hidup dan pengelolaan bencana;dan(8)Pembangunan daerah tertinggal, terdepan, terluar, dan pasca konflik.

Disamping hal-hal tersebut di atas, Kementerian PU mendapatkan tugas tambahan yang muncul sebagai dampak dari perkembangan lingkungan strategis, namun masih dalam ruang lingkup bidang tugas Kementerian, diantaranya yaitu:

Mendukung

master plan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia

(MP3EI); Mendukung

master plan percepatan penanggulangan kemiskinan Indonesia (MP3KI);

Mendukung percepatan pembangunan Papua, Papua Barat, dan NTT; •

Peningkatan ketahanan pangan; •

Penanganan transportasi kota-kota besar, mendukung kawasan ekonomi khusus (KEK); •

dan

Mendukung ekonomi kreatif •

122

Dengan adanya tugas-tugas tambahan tersebut, diikuti dengan meningkatnya dana yang harus dikelola oleh Kementerian PU. Peningkatan dana ini cukup signifikan yaitu padaTA 2010, Kementerian PU mengelola dana sebesa rRp 37,77 trilyun, meningkat sebesar 50,67%, padaTA 2011 sehingga menjadi sebesar Rp56,91 trilyun. Pada TA 2012 naik sebesar 32,67% menjadi Rp.75,50 trilyun. TA 2013 pagu anggaran naik 14,64% menjadi Rp.86,56 trilyun. Sementara untuk TA 2014 Pagu Anggaran Kementerian PU sebesar Rp 85,16%, lebih kecil 2,76% dari tahun anggaran sebelumnya.

Tabel 4.10Progres Keuangan Kementerian PU Tahun 2010-2014

NO URAIAN TAHUN ANGGARAN

2010 2011 2012 2013 2014 (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 1 PAGU 37.772.582.062 56.911.950.605 75.503.383.290 86.555.537.489 84.163.085 2 Realisasi 32.825. 072.549 51. 151.754.611 68.025.380.213 80.599.926.169 3 Progress Keuangan 86,90 89,84 90,09 93,12 4 Progress Fisik 92,69 92,81 92,51 94,62

Progres Keuangan Kementerian PU Tahun 2010-2014 Gambar 4.3.

cukup tinggi, maka untuk dapat menjaga bahkan untuk meningkatkan kinerja Kementerian, Kementerian perlu mengambil langkah-langkah terobosan dalam manajemen internal Kementerian. langkah terobosan dimaksud sebagaimana dijelaskan dalam paragraf-paragraf berikut:

Pengembangan

1. E-Procurement

Pencapaian

a. Outcome

Kementerian PU telah menyusun, mengembangkan dan menerapkan E-Government dalam pengadaan barang dan jasa pemerintah secara elektronik (Electronic

Procurement) yang berpotensi meningkatkan efektivitas, efisiensi dan juga

transparansi.

Pada awalnya, penyelenggaraan E-Procurement Kementerian PU hanya berinisiatif untuk meningkatkan transparansi anggaran karena adanya tuntutan keterbukaan dari publik, hingga saat ini berkembang menjadi kebutuhan untuk melakukan

monitoring dan evaluasi guna memperlancar dan mempercepat proses pembangunan

infrastruktur ke-PU-an. Dengan proses lelang yang cepat maka semakin cepat juga pekerjaan dapat diselesaikan dan semakin cepat pula manfaat dari infrastruktur ke-PU-an tersebut dapat dirasakan oleh masyarakat.

Sejarah Kementerian Pekerjaan Umum telah memulai pelaksanaan E-Procurement secara bertahap sejak tahun 2002 hingga saat ini. Tahapan pelaksanaan E-Procurement di Kementerian PU dapat dilihat di Tabel berikut ini:

Tabel 4.11 Pengembangan E-Procurement dari waktu ke waktu

NO TAHUN PELAKSANAAN E-PROCUREMENT

(1) (2) (3)

1 2002 Semi E-Procurement uji coba 1 paket, selainnya Copy To Internet

(CTI)

2 2003 Semi E-Procurement uji coba 60 paket, selainnya CTI

3 2004 Semi E-Procurement: Pusat + DKI Jakarta, selainnya CTI

4 2005 Semi E-Procurement: Seluruh P. Jawa, selainnya CTI

5 2006 Semi E-Procurement: P. Jawa + 7 Provinsi lainnya (Sumatera Utara,

Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Kalimantan Timur, Sulawasi Selatan, Gorontalo dan Bali), selainnya CTI

6 2007 Semi E-Procurement: P. Jawa + 15 Provinsi lainnya (Sumut, Sumbar,

Sumsel, Kaltim, Sulsel, Gorontalo, Bali, NAD, Riau, Jambi, Bengkulu, Lampung, Kalsel, Sulut, NTB), Uji Coba Semi E-Procurement Plus: Pusat, selainnya CTI

124

NO TAHUN PELAKSANAAN E-PROCUREMENT

(1) (2) (3)

7 2008 Semi E-Procurement: P. Jawa + 26 Provinsi lainnya (Sumut, Sumbar,

Sumsel, Kaltim, Sulsel, Gorontalo, Bali, NAD, Riau, Jambi, Bengkulu, Lampung, Kalsel, Sulut , NTB, Kepri, Babel, Kalbar, Kalteng, Sultra, Sulteng, NTT, Maluku, Malut, Papua, Irjabar) Semi E-Procurement plus: Pusat & DKI Jakarta, selainnya CTI

8 2009 Semi E-Procurement: Provinsi di luar Pulau Jawa Semi

E-Procurement Plus: Pusat, dan Pulau Jawa: semi E-Procurement plus, selainnya CTI

9 2010 Semi E-Procurement plus: Pusat dan Pulau Jawa + 4 Provinsi (Riau, Kalsel, Gorontalo dan Bali) Semi E-Procurement. Di luar yang ditetapkan melaksanakan semi plus, selainnya CTI

10 2011 Full E-Procurement diterapkan di 24 provinsi, yaitu: DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Riau, Kepulauan Riau, Jambi, Bangka Belitung, Lampung, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Gorontalo, Bali, dan Nusa Tenggara Barat . Semi E-Procurement diterapkan di 9 provinsi yaitu: Bengkulu, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Barat, Nusa Tenggara Timur, Maluku, Maluku Utara, Papua dan Papua Barat. Tidak ada CTI.

Pembelajaran dan Tindak Lanjut : b.

Terdapat berbagai kendala dan isu yang dihadapi di Kementerian PU, antara lain: Regulasi

Pada saat awal implementasi E-Procurement tidak ada payung hukum yang kuat untuk melaksanakan E-Procurement.

Sumber Daya Manusia (SDM) •

Terdapat dua jenis SDM yang berinteraksi dalam E-Procurement yaitu panitia/ kelompok kerja pengadaan dan penyedia jasa. Resistensi berasal dari pihak yang merasa dirugikan dalam pelaksanaan E-Procurement.

Teknologi •

Pada saat awal akses Internet belum tersebar luas dan juga kecepatan akses internet masih terbatas.

Strategi implementasi yang dilaksanakan untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi dan memperlancar proses pelaksanaan E-Procurement, diantaranya:

Regulasi •

Penerbitan regulasi dari internal Kementerian PU untuk mengatur dan mendukung pelaksanaan E-Procurement, berupa Peraturan Menteri, Keputusan Menteri dan juga Surat Edaran. Tidak ada sanksi secara implisit yang disebutkan dalam regulasi-regulasi tersebut mengenai penerapan E- Procurement. Penerapan bertahap

Tujuan penerapan proses elektonik secara bertahap adalah menurunkan tingkat resistensi dan meningkatkan tingkat aksesibilitas.

Ada dua hal pentahapan yang dilakukan Kementerian PU yaitu pentahapan dari proses elektronik dan cakupan wilayah pelaksanaan sistem E-Procurement.

Proses Elektronik, tedapat tiga jenis sistem

ͳ E-pocurement.

Copy To Internet

¤ (CTI) yaitu kegiatan penayangan seluruh proses

dan hasil pengadaan barang/jasa, ditayangkan melalui internet (sistem lelang) oleh panitia/kelompok kerja pengadaan.

Semi

¤ E-Procurement yaitu kegiatan pengadaan barang/jasa yang

sebagian prosesnya dilakukan melalui media elektronik (internet) secara interaktif antara pengguna jasa dan penyedia jasa dan sebagian lagi dilakukan secara manual (konvensional).

Semi E-Procurement Plus/Full E-Procuremen

¤ t yaitu kegiatan

pengadaan barang/jasa yang dilakukan secara interaktif antara pengguna jasa dengan penyedia jasa melalui media elektronik

(internet) termasuk pemasukan penawaran dari penyedia jasa.

Cakupan Wilayah ͳ

Cakupan wilayah pelaksanaan E-Procurement diperluas dari waktu ke waktu disesuaikan dengan kondisi infrastruktur jaringan Internet dan juga kondisi (SDM).

Sosialisasi yang dilakukan secara berkala dari sisi kebijakan dan teknis •

pelaksanaan E-Procurement dengan semua pihak yang terlibat, untuk mendapatkan cara pandang yang seragam tentang pelaksanaan E-Procurement sehingga memperlancar proses pengadaan barang dan jasa serta merupakan sarana transfer knowledge kepada para personel baru yang ditugaskan karena proses mutasi/perpindahan pegawai.

Pembagian Tugas diantara unit eselon I di lingkungan Kementerian PU mengenai •

pelaksanaan E-Procurement:

Sekretariat Jenderal–Pusat Pengolahan Data (Pusdata) sebagai ͳ

126

sosialisasi dan training E-Procurement bagi penyedia jasa.

Masing-masing Unit Eselon I sebagai pembina pelaksanaan sosialisasi ͳ

dan training E-Procurement bagi panitia/kelompok kerja pengadaan. Proses

Pengisian Data Proses pengisian data E-Procurement dimulai dari pengisian info umum sampai dengan proses penunjukan pemenang. Pengisian data info umum dilakukan sekitar bulan Oktober sehingga proses pelelangan sudah dapat dilakukan pada bulan November.

Pendaftaran kode akses •

Proses pendaftaran kode akses bagi panitia/kelompok kerja dan penyedia jasa dilakukan secara online agar lebih efektif dan efisien. Hal ini dapat menghemat biaya dan waktu.

Pemantauan dan Evaluasi •

Proses pelelangan yang dilakukan Kementerian PU dipantau secara periodik agar masyarakat mendapatkan hasil yang maksimal yaitu tersedianya infrastruktur ke-PU-an yang tepat waktu. Proses dapat di monitor oleh para pengambil keputusan di lingkungan Kementerian PU (tingkat eselon I) setiap saat.

Sistem yang digunakan harus

user friendly dan aman (berbasis web, sistem

terpusat, transparansi dan terintegrasi dalam satu domain (http://eproc. pu.go.id), tidak dipungut biaya serta sistem menjaga keamanan dan menjamin kerahasiaan informasi yang di dalamnya).

Beberapa keberhasilan pelaksanaan E-Procurement di Kementerian PU: Jumlah Paket dan Nilai Paket

Setiap tahunnya sistem E-Procurement Kementerian PU meningkat dalam melelangkan jumlah paket kegiatan seperti dalam tabel berikut ini:

Tabel 4.12 Tampilan Jumlah Paket Per-tahun Dalam E-procurement

TAHUN JUMLAH PAKETNILAI (DALAM TRILIUN)

(1) (2) (3)

2012 12.735 51,19

2013 13.613 53,17

Jumlah Pengguna •

Sistem E-Procurement PU setiap tahunnya diakses lebih dari dua puluh ribu pengguna dengan jumlah kunjungan setiap bulannya kurang lebih satu juta kunjungan.

Tabel 4.13 Tampilan Jumlah Pengguna Sistem E-procurement Per-tahun

TAHUN PAKET

PANITIA/KELOMPOK KERJA JUMLAH PESERTA

(1) (2) (3)

2012 1.825 25.884

2013 2.589 21.139

Jumlah Penyedia Jasa yang Terdaftar •

Jumlah penyedia jasa yang mendaftar di sistem E-Procurement PU terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, meningkatnya partisipasi yang tinggi dari para pihak yang terkait E-Procurement.

Tabel 4.14 Tampilan Jumlah Penyedia Jasa dalam E-Proc

TAHUN JENIS JASA JUMLAH PERUSAHAAN

(1) (2) (3) 2013 Konstruksi 58.630 Konsultansi 5.389 Non Konstruksi 15.655 TOTAL 79.634 Efisiensi •

Efisiensi dapat terjadi dengan adanya proses elektronik. Tingkat efisiensi dapat dilihat dari segi waktu dan biaya.

Efisiensi Waktu, adalah: ͳ

Penyelesaian proses lelang ¤

Data E-Procurement menunjukkan bahwa jumlah pelelangan yang diselesaikan kurang dari 45 hari adalah sekitar 50% dari seluruh paket yang diumumkan melalui sistem E-Procurement. Jumlah pelelangan yang diselesaikan atara 45-60 hari adalah 26% sedangkan lebih dari 60 hari adalah 23% yang merupakan porsi terkecil. Dari data ini dapat dikatakan bahwa E-Procurement dapat membantu mempercepat proses pelelangan.

Penghematan waktu segi transportasi. ¤

Dengan adanya E-Procurement penyedia jasa cukup duduk di depan komputer yang terhubung ke Internet untuk mencari informasi, melakukan pendaftaran dan penyampaian dokumen.

128

Efisien Biaya meliputi: ͳ

Anggaran untuk transportasi bagi penyedia jasa jika ingin mendaftar ¤

dan mengambil/melihat dokumen-dokumen lelang pada suatu proses pengadaaan, karena proses-proses tersebut dilakukan melalui sistem online.

Biaya penggandaan dokumen lelang cukup

di-¤ upload untuk

di-download oleh penyedia jasa.

Biaya penggandaan dokumen penawaran tidak perlu dibuat ¤

rangkap 3, cukup hanya meng-upload 1 dokumen penawaran saja ke dalam sistem.

Apresiasi dari pihak luar •

Kinerja E-Procurement Kementerian PU juga dinilai dari para pihak di luar pemerintahan, diantaranya adalah:

Penghargaan berturut-turut dari tahun 2004 hingga 2011 untuk ͳ

situs Kementerian PU (PU-NET) dari Warta Ekonomi sebagai peraih

E-government Award salah satunya karena transparansi yang ditampilkan

dari E- Procurement.

LSM Masyarakat Transparansi Indonesia (MTI) mengapresiasi bahwa ͳ

PU-NET sebagai situs Kementerian yang terbaik dalam menerapkan transparansi anggaran dibandingkan 40 Kementerian/Lembaga Negara lain.

Tingkat Resistensi yang Rendah. •

Dari sembilan tahun pelaksanaan E-Procurement Kementerian PU tercatat hanya ada satu asosiasi penyedia jasa pada satu provinsi yang menolak pelaksanaan E-Procurement yaitu dari sebuah asosiasi pengusaha konstruksi di Provinsi Bangka Belitung pada tahun 2011. Tingkat resistensi yang rendah ini merupakan suatu keberhasilan tersendiri dalam pelaksanaan E-Procurement. Hal ini dikarenakan adanya penerapan yang bertahap dari E-Procurement sehingga penyedia jasa dapat beradaptasi dari cara manual ke elektonik dengan mudah.

Tantangan ke depan pelaksanaan E-Procurement diantaranya: Peningkatan kecepatan akses.

ͳ

Salah satu tantangan dalam pelaksanaan E-Procurement adalah kecepatan akses internet yang belum merata. Untuk mengatasi hal ini perlu adanya akses jaringan dengan kecepatan yang sama antara pusat dan daerah. Jaminan bank dalam proses lelang jaminan-jaminan dalam proses ͳ

E-Procurement masih dalam bentuk konvensional yang perlu pengecekan

Tanda tangan digital ͳ

Peningkatan keamanan dengan menggunakan tanda tangan digital

(digital signature) (Youd, 1996) . Kendala terhadap penggunaan tanda

tangan digital adalah tidak adanya Certificate of Authority (CA) yang dapat menerbitkan Digital Certificate.

Perencanaan Penganggaran