Pekerjaan Umum dan Wakil Ketua KPK pada tanggal 1 November 2013.
Peningkatan Pelayanan Publik
4.
Pencapaian
a. Outcome
Pengertian standar pelayanan berdasarkan Permen PAN 36/2012 tentang Petunjuk Teknis Penyusunanan, Penetapan dan Penerapan Standar Pelayanan dijadikan dan Tolok ukur pedoman penyelenggaraan pelayanan dan acuan dalam menilai kualitas pelayanan sebagai kewajiban dan janji penyelenggara kepada masyarakat yang berkualitas, cepat, mudah, terjangkau dan terukur.
Dalam dokumen Reformasi Birokrasi Kementerian PU (RB-PU), tolok ukur tersebut dijabarkan dalam Program Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik yang terdiri dari dua output kegiatan yaitu: terimplementasikannya penggunaan standar pelayanan dalam pelayanan publik, dan terjadinya peningkatan partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan publik. Outcome yang ditetapkan dari dua kegiatan tersebut adalah “terselenggarakannya pelayanan publik yang lebih cepat, lebih
aman, lebih baik dan lebih terjangkau”.
Untuk mencapai outcome tersebut setiap penyelenggara pelayanan publik wajib menyusun, menetapkan, dan menerapkan standar pelayanan yang memuat sekurang-kurangnya 14 komponen standar pelayanan, serta menyusun dan menetapkan maklumat pelayanan berdasarkan Pasal 20, 21, dan 22 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik.
Upaya pencapaian target RB PU dimulai dengan proses penyusunan Standar Pelayanan dengan mengidentifikasi 44 Standar Pelayanan pada beberapa unit kerja dengan jenis pelayanan administrasi dan jasa. Dari 44 Standar Pelayanan tersebut ditargetkan pada tahun 2012 dapat ditetapkan sebanyak 30% atau 13 Standar Pelayanan.
Pencapaian Sasaran RB Berdasarkan LAKIP 2010 – 2013 1)
Dalam rangka meningkatkan efisiensi dan efektivitas, serta transparansi dan akuntabilitas penilaian, monitoring dan evaluasi pelaksanaan reformasi birokrasi, diterbitkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 1 tahun 2012 tentang pedoman penilaian mandiri pelaksanaan reformasi birokrasi dan peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 31 tahun 2012 tentang pentunjuk teknis penilaian mandiri pelaksanan reformasi birokrasi secara online.
Dalam peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi nomor 31 tahun 2012, ditetapkan bahwa peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi nomor 8 tahun 2011 tentang pedoman
112
Kementeria/Lembaga dan peraturan men Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi nomor 53 tahun 2011 tentang penjaminan kualitas dan montoring dan evlauasi reformasi burokrasi dinyatakan tidak berlaku.
Untuk menjembatani peralihan proses penilaiain yang sedang dilakukan oleh UPRBN dan tim quality assurance, maka dalam perturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara nomor 31 dan Reformasi Birokrasi tahun 2012 ditetapkan ketentuan berikut ini:
UPRBN dan sudah sampai tahap akhir penilain berdasarkan Menteri •
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi no 8 tahun 2011 tentang penilaian dokumen usulan dan road map pelaksanaan reformasi birokrasi Kementeria/Lembaga dilanjutkan hingga penilaian selesai dilakukan.
TQA dan sudah sampai tahap skoring berdasarkan peraturan Menteri •
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi nomor 53 tahun 2011 tentang penjaminan kulitas dan monitoring dan evaluasi reformasi birokrasi dilanjutkan hingga penilaian selesai dilakukan.
Tabel 4.5 Evaluasi Pencapaian Kelompok Kerja dalam Mendukung Road map RBPU berdasarkan Penilaian Tim Quality Assurance Tahun 2013
Hal Parameter Nilai
Dokumen Usulan 100%
Kekurangan dokumen
usulan 0%
Road map 96%
Kekurangan road map 4%
Rerata kekurangan dokumen usulan dan roadmap
0,30 2%
Verifikasi lapangan 65
Tabel 4. 6 Nilai Kesiapan Pelaksanaan Sembilan Program Mikro Reformasi Birokrasi Kementerian PU
NILAI KESIAPAN PELAKSANAAN SEMBILAN PROGRAM MIKRO REFORMASI BIROKRASI KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM
NO PROGRAM/KEGIATAN TAHAP PELAKSANAAN RB NILAI PLAN DO CHECK ACT PDCA
1 Manajemen Perubahan √ 68 2 Penataan Peraturan Perundang-undangan √ 69 3 Program Penataan dan Penguatan Organisasi √ 68 4 Penataan Tatalaksana √ 65 5 Penataan System Manajemen SDM Aparatur √ 64 6 Penguatan Pengawasan √ 57 7 Penguatan Akuntabilitas Kinerja √ 65 8 Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik √ 77 9 Monitoring Dan Evaluasi √ 50 Skor Rerata 65
Sumber: Hasil Verifikasi Lapangan oleh Tim Kementerian PAN dan RB atas Kesiapan RBPU 8 Agustus 2012
Tabel 4. 7 Hasil Peer Review Kesiapan Pelaksanaan Reformasi Birokrasi Kementerian PU
NILAI KESIAPAN PELAKSANAAN SEMBILAN PROGRAM MIKRO REFORMASI BIROKRASI KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM
Nilai
Tahap - P D C A PDCA
Level 0 1 2 2 3 3 4 4 Nilai
114
Penilaian Kepatuhan Kementerian dalam Pelaksanaan Pelayanan Publik oleh 2)
Ombudsman
Kondisi pelayanan publik di Indonesia masih jauh dari harapan masyarakat. Survei yang telah dilakukan oleh beberapa lembaga menunjukkan rapor buruk pelayanan publik di Indonesia. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa pemerintah sebagai pembuat kebijakan sekaligus penyelenggara pelayanan publik belum mampu menyelenggarakan pelayanan publik yang berkualitas, meskipun ketentuan tentang pelayanan publik telah diundangkan melalui Undang- Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik.
Undang-Undang Pelayanan Publik merupakan acuan bagi penyelenggaraan pelayanan publik, termasuk pelayanan publik yang dilakukan oleh Kementerian sebagai perangkat pemerintah yang membidangi urusan tertentu dalam menjalankan tugasnya melaksanaan kegiatan teknis dari pusat sampai ke daerah. Selain itu, sejalan dengan Strategi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi (Stranas PPK) jangka menengah 2012-2014 yang dicanangkan oleh Presiden melalui Peraturan Presiden Nomor 55 Tahun 2012, bahwa setiap Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah wajib melaksanakan:
Sistem pelayanan publik berbasis teknologi informasi dengan fokus pada •
Kementerian/Lembaga dan Pemda di seluruh Provinsi dengan fokus pemberian perizinan; Integrasi mekanisme penanganan keluhan/pengaduan; Membuka akses antar lembaga untuk menindaklanjuti pengaduan yang disampaikan masyarakat; dan
Implementasi Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan •
Publik, keterbukaan dalam penunjukan pejabat publik, dan penyelarasan Undang-Undang tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah.
Pengembangan sistem dan pengelolaan pengaduan
• internal dan eksternal
Kegiatan ini bertujuan untuk mengidentifikasi tingkat kepatuhan Kementerian terhadap pelaksanaan Undang-Undang 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik dan mengidentifikasi hal-hal yang masih perlu ditingkatkan oleh Kementerian dalam penyelenggaraan pelayanan publik.
Survei ini mengambil sampel pada kementerian yang menyelenggarakan pelayanan publik langsung kepada kelompok masyarakat/perorangan/instansi khususnya terkait penyelenggaraan perizinan di tingkat Kementerian. Sedangkan wilayah penelitian ini hanya dilakukan di Unit Layanan Publik yang langsung berada dibawah Kementerian (Tingkat Eselon I dan/atau II) yang berada di Jakarta, yaitu pada 18 Kementerian yang salah satunya adalah Kementerian Pekerjaan Umum.2
1 (satu) variabel, yaitu kepatuhan. Selanjutnya variabel kapatuhan ini digunakan untuk menilai Kementerian dengan cara membandingkan ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009, yang terdiri dari:
Standar Pelayanan •
Maklumat Pelayanan •
Sistem Informasi Pelayanan Publik •
Sumber Daya Manusia •
Unit Pengaduan •
Sarana bagi pengguna layanan berkebutuhan khusus •
Visi, Misi dan Moto •
Sertifikat ISO 9000:2008 •
Atribut •
Sistem Pelayanan Terpadu •
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian survei yang dilakukan pada populasi, tetapi data yang dipelajari adalah data sampel yang diambil dari populasi tersebut dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data. Populasi penelitian ini adalah pelayanan perizinan yang diselenggarakan oleh Kementerian Negara Republik Indonesia di Jakarta. Adapun sampel yang diambil untuk menjadi subjek penelitian adalah pelayanan perizinan pada 18 (delapan belas) Kementerian yang memiliki kewenangan menyelenggarakan pelayanan perizinan.
Teknik pengambilan sampel memakai teknik purprosive sampling dan Judgment
Sampling. Peneliti mendatangi Kementerian yang menyelenggarakan pelayanan
perizinan. Peneliti juga mendatangi langsung ke pengguna layanan, untuk kemudian di-inventarisir unit layanan mana saja dan dibawah unit eselon I mana yang menyelenggarakan perizinan tersebut baik unit layanan terpadu satu pintu/atap maupun tidak. Dari tingkat eksplanasinya penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif dengan metode evaluasi. Penelitian ini menggunakan jenis data kuantitatif yaitu dengan mengutamakan keterangan melalui angka-angka sehingga gejala-gejala penelitian diukur dengan menggunakan skala-skala. Sedangkan teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode observasi atau pengumpul data yang dilakukan dengan cara mengamati dan mencatat secara sistematik gejala-gejala yang diselidiki.
Berdasarkan variabel dan indikator yang telah ditetapkan peneliti maka diperoleh nilai maksimal/total sebesar 1000 dan dibagi ke dalam 3 (tiga) kategorisasi berdasarkan perolehan nilai yang diperoleh oleh masing-masing kementerian tersebut, kategorisasi yaitu:
116
Zona merah atau kepatuhan rendah (0-500), •
Zona kuning atau kepatuhan sedang (501-800, •
Zona hijau atau kepatuhan tinggi (801-1000). •
Berdasarkan hasil observasi pertama pada tanggal 13 Juni Tahun 2013 terhadap Kementerian tersebut, maka ditemukan bahwa Kementerian PU masih masuk dalam kategori zona merah.
Dari upaya peningkatan publik yang dilakukan oleh Kementerian PU, maka hasil observasi kedua, Kementerian PU mengalami peningkatan sehingga berhasil masuk ke dalam zona hijau.
Tabel 4.8 Perbandingan Nilai Antar Hasil Observasi I dan II Kementerian PU
TANGGAL NILAI POSISI ZONA
(1) (2) (3) (4)
JUNI 2013 285 18
NOVEMBER 2013 880 8
Dari hasil observasi kedua Ombudsman Republik Indonesia sesuai tugas dan kewenangannya memberikan saran sebagai berikut:
Bagi Unit Pelayanan Publik di Kementerian yang menjadi sampel yang belum •
mengumumkan Maklumat Pelayanan agar segera mengumumkan sebagai janji penyelenggara kepada masyarakat untuk menyelenggarakan pelayanan sesuai standar pelayanan yang telah ditetapkan, yang terdiri dari: SOP, Alur Pelayanan, Standar Waktu Penyelesaian Pelayanan, Persyaratan Pelayanan dan Biaya/Tarif (termasuk pelayanan gratis) sebagai salah satu bentuk akuntabilitas pelayanan publik guna mendorong percepatan peningkatan kualitas pelayanan.
Unit Pelayanan Publik di Kementerian yang menjadi sampel yang masuk zona •
hijau agar mempertahankan dan terus berinovasi dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan publik.
Unit Pelayanan Publik di Kementerian yang menjadi sampel yang masuk •
zona kuning agar terus berupaya melengkapi kekurangan-kekurangan untuk mencapai standar sesuai ketentuan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik.
Upaya Meningkatkan Pelayanan Publik 3)
Menyikapi hasil identifikasi tingkat kepatuhan Kementerian dalam pelaksanaan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik yang
dilakukan Ombudsman Republik Indonesia, Kementerian PU mengapresiasi upaya Ombudsman dalam rangka memperbaiki pelayanan publik di Indonesia. Kementerian PU menyadari masih ada kekurangan dalam pelayanan yang diberikan kementerian PU untuk masyarakat. Hingga saat ini Kementerian PU masih berupaya keras melakukan reformasi birokrasi agar kementerian PU dapat melayani dengan baik.
Pertama, Kementerian PU membangun integritas diantara para pegawai •
Kementerian PU dalam mewujudkan layanan publik yang berkualitas, mudah, transparan serta bebas dari pungli dan gratifikasi. Melalui integritas ini diharapkan akan terbentuk mental pelayan publik yang amanah, jujur dan profesional.
Kedua, Kementerian PU juga membangun sistem pelayanan perizinan berbasis •
online. Melalui inovasi ini diharapkan proses layanan dapat diselenggarakan
dengan lebih mudah, cepat dan mengurangi potensi pungli-gratifikasi karena berkurangnya kontak langsung dengan penerima layanan.
Ketiga, Kementerian PU memperbaiki dan melengkapi prasarana dan sarana •
yang dibutuhkan dalam penyelenggaraan layanan publik yang berkualitas, seperti memasang alat-alat peraga persyaratan pelayanan, informasi standar biaya pelayanan, Standar Operasional Prosedur (SOP), maklumat pelayanan, visi dan misi Kementerian PU, kartu nomor antrian, penyediaan sarana pengaduan (seperti: menunjuk pejabat pengelola pengaduan masyarakat, kotak pengaduan, nomor telepon dan email pengaduan serta informasi prosedur pengaduan), penyediaan ruang laktasi (ruang ibu menyusui) dan penggunaan pakaian seragam khusus serta katu identitas (ID card) bagi petugas loket.
Perbaikan yang telah dilakukan dalam upaya peningkatan pelayanan publik •
di Kementerian PU, hal ini terkait dengan perizinan perwakilan BUJK asing. Beberapa hal yang menjadi point penilaian Ombudsman terkait perbaikan, antara lain:
Persyaratan penilaian: Peraturan Menteri PU No. 5 Tahun 2011 tentang ͳ
pedoman persyaratan pemberian izin perwakilan badan usaha jasa konstruksi asing
Jangka watu penyelesaian: jangka watu penyelesaian izin baru 16 hari ͳ
kerja, jangka waktu penyelesaian perpanjangan izin 16 hari kerja, jangka waktu penyelesaian menjadi 13 hari kerja, jangka waktu penyelesaian penutupan izin 13 hari kerja.
layanan: sudah dipajang di ruang layanan menjadi satu satu kesatuan ͳ
dengan dokumen checklist perizinan, diantaranya; i) Prosedur pelayanan izin baru izin perwakilan badan usaha jasa konstruksi asing; ii) Prosedur
118
pelayanan perpanjangan izin perwakilan badan usaha jasa konstruksi asing; ii) Prosedur Pelayanan Ganti Data Izin Perwakilan Badan Usaha Jasa Konstruksi Asing; iv) Prosedur Pelayanan Penutupan Izin Perwakilan Badan Usaha Jasa Konstruksi Asing di Indonesia.
Alur pelayanan: sudah dipajang pada ruang layanan dan tersedia pada ͳ
sistem informasi pembina jasa konstruksi, diantaranya; i) Alur Pelayanan Izin Baru Izin Perwakilan Badan Usaha Jasa Konstruksi Asing; ii) Alur Pelayanan Perpanjangan Izin Perwakilan Badan Usaha Jasa Konstruksi Asing; iii) Alur Pelayanan Ganti Data Izin Perwakilan Badan Usaha Jasa Konstruksi Asing; iv) Alur Pelayanan Penutupan Izin Perwakilan Badan Usaha Jasa Konstruksi Asing di Indonesia.
Ruang tunggu: sudah tersedia ruang tunggu ͳ
Pendingin ruangan/AC: sudah tersedia ͳ
Tempat duduk: sudah tersedia ͳ
Ketersedian jenis layanan publik: sudah tersedia ͳ
Sarana antrian: sudah tersedia ͳ
Toilet/wc: sudah tersedia ͳ
Maklumat pelayanan: sudah tersedianya dan dipasang, yakni komitmen ͳ
penyelenggaraan perizinan untuk melaksanaan layanan perizinan sesuai dengan peraturan yang berlaku
Sistem informasi standar pelayanan: a. layanan informasi perizinan, ͳ
b. sistem informasi pembina jasa konstruksi (SIPJAKI) pada www. jasakonstruksi.net
Sikap dan perilaku pegawai dalam memberikan pelayanan: baik ͳ
Unit pelayanan tersebut mempunyai unit khusus pengolaan pengaduan: ͳ
sudah tersedia
Kotak saran dan pengaduan: sudah tersedia ͳ
Pejabat pengelola pengaduan: saran dan pengaduan dikelola oleh ͳ
pusat komunikasi publik yang akan diteruskan kepada kepala pusat pembinaan usaha dan kelembagaan
Loket pengaduan/ruang pengaduan: tersedia ͳ
Informasi telepon pengaduan: 021-7228497 ͳ
Informasi email pengaduan: informasipu@yahoo.com, informasi@ ͳ
pu.go.id
Informasi prosedur pengaduan: Pengelolaan saran dan pengaduan ͳ
di Kementerian PU berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum nomor: 323/PRT/M/2005 tentang Tata Cara Penanganan Masukan Dari Masyarakat di Lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum
Informasi pengelolaan pengaduan yang dipajang diruang pengelola ͳ
pengaduan dan atau di ruang pelayanan
Ruang khusus menyusui/hamil/manula: sudah terdapat ruang khusus ͳ
ibu menyusui di setiap gedung utama Kementerian PU
Aksesibilitas pengguna layana berkebutuhan khusus: terdapat fasilitas ͳ
yakni toilet, serta jalur khusus untuk penggunan layanan kebutuhan khusus
Visi: sudah ada dan di pajang ͳ
Misi: sudah ada dan akan dipasang. ͳ
Memiliki sertfikat ISO 9001:2008 dalam menyelenggarakan pelayanan ͳ
publik: dalam proses, saat ini telah ada SMM
Petugas pelayanan menggunakan seragam: setiap petugas telah ͳ
menggunakan seragam untuk hari tertentu, Kementerian PU belum memiliki seragam resmi kerena membutuhkan approve dari KemenPAN
Petugas penyelenggaran pelayanan menggunakan ID: setiap pegawai di ͳ
Kementerian PU diwajibkan menggunakan ID card tanda pengenal PU.
Hasil dan Tindak Lanjut Pencapaian Road Map RB PU Tahun 2014 4)
Pada tahun 2013 telah ditetapkan 13 Standar Pelayanan pada unit kerja di lingkungan Kementerian PU dan 31 lainnya hingga saat ini masih dalam proses perumusan kebijakan di Biro Hukum. Dari 13 standar pelayanan tersebut, 3 diantaranya telah yaitu Setditjen Penataan Ruang, Direktorat Penataan Bangunan dan Lingkungan, Ditjen Cipta Karya dan Pusdata ditetapkan maklumat dan standar pelayanan publik.
Hasil dan tindak lanjut pencapaian Program Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik
120
Tabel 4. 9 Hasil dan Tindak Lanjut Pencapaian Target Kelompok Kerja dalam Road MAap Reformasi Birokrasi Kementerian PU Tahun 2014
NO PROGRAM/
KEGIATAN HASIL TINDAK LANJUT
(1) (2) (3) (4)
H PROGRAM PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN PUBLIK
1 Penerapan
standar pelayanan pada unit kerja masing-masing kementerian.
Penetapan maklumat dan
•
standar pelayanan untuk 3 (Setditjen Penataan Ruang, Direktorat Penataan Bangunan dan Lingkungan, Ditjen Cipta Karya dan Pusdata) dari 13 pelayanan publik (1 Tata Ruang, 2 Bina Marga, 1 SDA, 1 BPJT, 1 CK, 1 Bapekon, 4 Balitbang, dan 2 Setjen)
Penetapan standar pelayanan
•
untuk infrastruktur fisik pada penyelenggaraan pelayanan publik di Kementerian PU 2 Partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan publik. Hasil program • pemberdayaan/partisipasi masyarakat (Pamsimas, Sanimas, P3A, PNPM Mandiri)
Peningkatan fungsi pembinaan
•
dalam pemberdayaan masyarakat.
Pelaksanaan program partisipasi
•
masyarakat berdasarkan peraturan perundang-undangan
Pembelajaran dan Langkah Tindak b.
Proses penyusunan standar pelayanan memerlukan upaya konsolidasi dari berbagai Kelompok Kerja Reformasi Birokrasi (POKJA RB), yaitu terkait dengan Penguatan Kapasitas SDM untuk menilai kompetensi pelaksana, terkait Penguatan Pengawasan untuk penanganan pengaduan, saran dan masukan dari penerima manfaat, peringkatan penerapan SOP untuk penerapan sistem mekanisme dan prosedur, dan peningkatan kapasitas dan akuntabilitas organisasi untuk jaminan keamanan.
Proses penyusunan Standar Pelayanan tidak terlepas dari peran kerjasama Pokja Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik, dengan Pokja Penataan dan Penguatan Organisasi dan Tatalaksana, Penataan Sistem Manajemen SDM Aparatur, Penguatan Pengawasan, dan Penguatan Akuntabilitas Kinerja. Kunci kesuksesan dalam tahap ini adalah pada tingginya intensitas interaksi dan koordinasi antar Pokja sehingga proses penyusunan dan penetapan Standar Pelayanan dapat dengan cepat dituntaskan. Terdapat gap antara target dan realisasi dalam RB PU, dimana saat ini maklumat dan standar pelayanan yang ditetapkan baru 3 dari 13 pelayanan publik (1 Tata Ruang, 2 Bina Marga, 1 SDA, 1 BPJT, 1 CK, 1 Bapekon, 4 Balitbang, dan 2 Setjen). Ini karena kurangnya kesadaran dan pemahaman akan esensi pelayanan publik dari pimpinan unit kerja.
Sesuai dengan dokumen usulan/Road map RB PU, salah satu sasaran yang perlu dilaksanakan sebagai baseline penerapan standar pelayanan oleh suatu unit pelayanan public adalah perlu dilakukannya suatu evaluasi (audit) terkait dengan kapasitas organisasi (UPT/ Balai) dalam menyelenggarakan tugas dan fungsinya dalam menyelenggarakan pembangunan infrastruktur PU dan permukiman. Evaluasi ini dilakukan untuk mengetahui apakah kapasitas organisasi sekarang ini masih sanggup menangani beban kerja yang tinggi dengan hasil yang optimal Hasil dari evaluasi ini akan memberikan masukan bagi upaya penguatan Unit Pelayanan Publik.
Penguatan unit kerja pelayanan harus dilakukan melalui upaya perbaikan (restrukturisasi) unit organisasi maupun perbaikan tata kelolanya. Berbagai upaya perlu dilakukan, diantaranya melalui penetapan quick wins Kementerian PU yang direncanakan untuk menghasilkan momentum awal yang positif dan juga meningkatkan kepercayaan aparatur Kementerian PU untuk selanjutnya melaksanakan reformasi birokrasi secara konsisten dan berkelanjutan. Hasil dari quick wins, ini akan menjadi model penguatan