• Tidak ada hasil yang ditemukan

2. TEORI PENUNJANG. 6 Universitas Kristen Petra

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "2. TEORI PENUNJANG. 6 Universitas Kristen Petra"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

2. TEORI PENUNJANG

2.1. Promosi Penjualan

Kotler (2006, p.28) mendefinisikan promosi penjualan sebagai berbagai kegiatan yang dilakukan antar perusahaan untuk mengkomunikasikan manfaat dari produknya dan untuk meyakinkan konsumen sasaran agar membelinya.

Utami (2010) menjelaskan bahwa promosi merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan suatu program pemasaran.

Promosi penjualan merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan suatu program pemasaran. Betapapun berkualitasnya produk, bila konsumen belum pernah mendengarnya dan tidak yakin bahwa produk itu akan berguna bagi konsumen, maka konsumen tidak akan membeli produk tersebut.

Promosi Penjualan adalah program promosi ritel dalam rangka mendorong terjadinya penjualan atau untuk meningkatkan penjualan (Utami, 2010).

Sedangkan definisi promosi penjualan yang dikemukakan oleh Rizvi dan Malik (2011) adalah perangkat pemasaran dan teknik yang digunakan untuk membuat barang dan jasa yang lebih menarik dengan memberikan beberapa manfaat tambahan, baik dalam bentuk uang maupun barang, atau harapan seperti keuntungan. Menurut Lamb et al., (2001) promosi penjualan adalah kegiatan komunikasi pemasaran, selain dari pada periklanan, penjualan pribadi, dan hubungan masyarakat, dimana insentif jangka pendek memotivasi konsumen dan anggota seluran distribusi untuk membeli barang atau jasa dengan segera, baik dengan harga yang rendah astau dengan menaikkan nilai tambah.

Dari definisi–definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa promosi

adalah salah satu komponen bauran pemasaran yang mencakup semua jenis usaha

atau kegiatan pemasaran yang dilakukan oleh pemasar melalui arus informasi

yang dibuat untuk berkomunikasi dengan calon pembeli, dengan tujuan tidak lain

untuk mendorong permintaan.

(2)

2.1.1. Tujuan Promosi Penjualan

Menurut Kotler dan Keller (2007, pp. 244-245), tujuan promosi penjualan dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Informing

Dimaksudkan untuk menciptakan kesadaran dan pengetahuan tentang produk baru atau ciri baru produk yang sudah ada.

2. Persuading

Dimaksudkan untuk menciptakan kesukaan, preferensi, keyakinan, dan pembelian suatu produk atau jasa.

3. Reminding

Dimaksudkan untuk merangsang pembelian produk dan jasa kembali.

2.1.2. Promosi Harga

Yusanto dan Widjajakusuma (2002) menjelaskan bahwa promosi lebih luas dari sekedar iklan, seperti promosi penjualan yang diantaranya dapat dilakukan melalui promosi harga. Hal ini juga didukung juga oleh Assael (2000) yang menyatakan bahwa promosi harga merupakan bagian dari promosi penjualan dapat menghasilkan dana secara cepat dalam jangka pendek.

Menurut Huang et al (2014) promosi harga adalah mengurangi harga untuk jumlah tertentu atau meningkatkan kuantitas yang tersedia dengan harga yang sama, sehingga meningkatkan nilai dan menciptakan insentif ekonomi untuk membeli. Promosi harga adalah pemotongan harga sementara atas sebuah produk yang dijual kepada konsumen (Clow dan Baack, 2007). Promosi harga adalah alat promosi penjualan yang penting dan sering digunakan dalam industri jasa (Huang et al, 2014). Promosi haga dilakukan dengan mengurangi harga untuk jumlah tertentu atau meningkatkan nilai dan menciptakan insentif ekonomi untuk membeli (Raghubir and Corfman, 1999).

Dari definisi–definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa promosi

harga adalah salah satu komponen dari promosi penjualan dengan cara

memberikan potongan harga terhadap suatu produk yang dibuat untuk

(3)

berkomunikasi dengan calon pembeli, dengan tujuan tidak lain untuk mendorong permintaan.

2.1.3. Dampak Promosi Harga

Promosi harga juga menimbulkan dampak positif dan negatif bagi konsumen (Tjiptono, 2008, p.548) :

1. Positif

a. Membentuk goodwill, dimana konsumen menyukai produk gratis atau membeli dengan harga murah.

b. Mampu menjadi pemikat pembelian ulang c. Mampu merangsang permintaan

2. Negatif

a. Konsumen hanya membeli karena diskon bukan karena produk yang dijual

b. Berdampak pada biaya tinggi yang ditanggung perusahaan karena ada subsidi atas harga yang telah di diskon

c. Mengurangi nilai produk

2.1.4. Indikator Promosi Harga

Menurut Kotler (2006) berbagai macam bentuk promosi harga dapat diidentifikasi sebagai berikut:

1. Paket harga

Paket harga adalah menawarkan kepada konsumen penghematan dari harga biasa dengan mendapatkan suatu produk yang tertera pada label atau kemasan.

2. Kupon

Kupon adalah sertifikat yang memberi hak kepada pemegangnya untuk mendapat pengurangan harga seperti yang tercetak bila membeli produk tertentu.

3. Pengembalian Uang (Rabat)

Pengembalian Uang (Rabat) adalah memberikan pengurangan harga

setelah pembelian terjadi dan bukan pada saat di toko retail. konsumen

(4)

mengirim “bukti pembelian” tertentu kepada produsen manufaktur; yang

“mengembalikan” sebagian dari harga beli melalui pos.

4. Potongan harga

Potongan harga adalah diskon yang langsung dikurangkan dari daftar harga untuk tiap pembelian selama periode tertentu.

2.2. Kepuasan

Kepuasan konsumen dapat membangun hubungan yang harmonis antara perusahaan dengan konsumen, memberikan dasar yang baik bagi pembelian ulang dan membentuk rekomendasi dari mulut ke mulut. Zeithaml (2006) menyebutkan kepuasan adalah suatu evaluasi akhir dari konsumen mengenai sebuah produk atau jasa dimana produk atau jasa tersebut memenuhi kebutuhan dan harapan konsumen. Tanggapan konsumen yang merasa puas, akan memberikan respon dengan kembali lagi dan bersedia membeli produk lain yang ditawarkan oleh perusahaan serta konsumen tersebut secara tidak langsung akan membantu proses pemasaran melalui Word of mouth yang bernada positif (Kotler dan Keller, 2009, p.140).

Menurut Oliver (1997) kepuasan konsumen adalah respon kepuasan konsumen berupa pemenuhan keinginan konsumen oleh produk atau layanan yang memberikan tingkat kesenangan dan kepuasan secara keseluruhan.

Sedangkan menurut Kotler dan Keller (2009, p.138) bahwa kepuasan adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang muncul setelah membandingkan kinerja atau hasil dari sebuah produk yang dipikirkan terhadap kinerja atau hasil yang diharapkan. Jika kinerja berada dibawah harapan, konsumen tidak puas. Jika kinerja melebihi harapan maka konsumen akan sangat senang atau puas.

Kepuasan itu terjadi saat terpenuhinya kebutuhan atau harapan yang dicapai melalui interaksi yang dilakukan oleh penjual dan pembeli (Tjiptono, 2011, p.435).

Berdasarkan beberapa definisi kepuasan diatas, dapat disimpulkan bahwa

kepuasan konsumen merupakan suatu perasaan atau penilaian emosional dari

konsumen atas penggunaan suatu produk barang atau jasa dimana harapan dan

kebutuhan konsumen terpenuhi.

(5)

2.2.1. Manfaat Kepuasan Konsumen

Kotler (2006) menyatakan manfaat kepuasan konsumen adalah sebagai berikut:

1. Loyal terhadap produk

Konsumen yang puas cenderung loyal, dimana konsumen akan datang kembali dan membeli ulang diprodusen yang sama.

2. Adanya komunikasi dari mulut ke mulut yang bersifat positif

Komunikasi dari mulut ke mulut yang bersifat positif yaitu berupa rekomendasi kepada calon konsumen lain dan mengatakan hal-hal yang baik mengenai produk dan perusahaan.

3. Perusahaan menjadi pertimbangan utama membeli produk lain

Ketika konsumen ingin membeli produk yang lain, maka perusahaan yang telah memberikan kepuasan kepadanya akan menjadi pertimbangan utama.

2.2.2. Cara Meningkatkan Kepuasan Konsumen

Tjiptono (2011, p.439) menyatakan bahwa pada umumnya program kepuasan konsumen meliputi kombinasi dari tujuh elemen utama yaitu:

1. Barang dan jasa yang berkualitas

Perusahaan yang ingin menerapkan program kepuasan konsumen harus memiliki produk berkualitas baik dan layanan prima. Biasanya perusahaan dengan kepuasan konsumen tinggi menyediakan tingkat layanan konsumen yang tinggi pula.

2. Relationship Marketing

Kunci pokok dalam setiap program promosi adalah upaya menjalin relasi jangka panjang dengan para konsumen. Dengan kata lain bahwa relasi yang kokoh dan saling menguntungkan antara penyedia jasa dan konsumen dapat membangun.

3. Program promosi loyalitas

Program promosi loyalitas banyak diterapkan untuk menjalin relasi antara

perusahaan dan konsumen. Biasanya, program ini memberikan semacam

penghargaan (rewards) khusus (seperti bonus, diskon, voucher, dan hadiah

(6)

yang dikaitkan dengan frekuensi pembelian atau pemakaian produk/jasa perusahaan) kepada konsumen.

4. Fokus pada konsumen terbaik (best customers)

Sekalipun program loyalitas beraneka ragam bentuknya, tetapi semuanya memiliki kesamaan pokok dalam hal fokus konsumen yang paling berharga.

5. Sistem penanganan kritik dan saran secara efektif

Penanganan kritik dan saran terkait erat dengan kualitas produk.

Perusahaan harus lebih dahulu memastikan bahwa barang dan jasa yang dihasilkan benar-benar berfungsi sebagaimana mestinya. Setelah itu, jika ada masalah, perusahaan segera berusaha memperbaiki melalui sistim penanganan kritik dan saran. Jadi, jaminan kualitas harus mendahului penanganan komplain.

6. Unconditional guarantees

Unconditional guarantees dibutuhkan untuk mendukung program kepuasan konsumen. Garansi merupakan janji eksplisit yang disampaikan kepada konsumen mengenai tingkat kinerja yang dapat diharapkan akan diterima.

7. Program pay-for-performance

Program kepuasan konsumen tidak bisa terlaksana tanpa adanya dukungan sumber daya manusia organisasi. Sebagai ujung tombak perusahaan yang berinteraksi langsung dengan konsumen dan berkewajiban memuaskan konsumen, karyawan juga harus dipuaskan kebutuhannya.

2.2.3. Indikator Kepuasan Konsumen

Menurut Tjiptono (2011, p.453) kepuasan konsumen dapat diukur melalui:

1. Overall Satisfaction, yaitu puas secara keseluruhan terhadap sebuah pengalaman tertentu dengan menggunakan produk dan jasa ini.

2. Comparison To Ideal, yaitu kinerja produk dibandingkan dengan produk ideal menurut persepsi konsumen.

3. Confirmation Of Expectation, yaitu tingkat kesesuian antara kinerja dan

ekspektasi.

(7)

2.3. Minat Beli Ulang

2.3.1. Definisi Minat Beli Ulang

Anoraga (2000, p. 228) menggambarkan minat sebagai suatu situasi seseorang sebelum melakukan suatu tindakan, yang dapat dijadikan dasar untuk memprediksi perilaku atau tindakan tersebut. Sedangkan pengertian untuk minat beli ulang adalah respon terhadap obyek yang menunjukkan keinginan konsumen untuk melakukan minat beli ulang. Minat beli ulang juga merupakan suatu proses pengambilan keputusan yang diambil oleh konsumen sesudah mengadakan pembelian atas produk yang ditawarkan atau yang dibutuhkan oleh konsumen tersebut.

Davidow (2003, p. 68) mendefinisikan minat beli ulang di mana konsumen tetap mengkonsumsi produk yang sama dengan tingkat penggunaan yang sama dengan sebelumnya. Sedangkan menurut Dharmmesta (1999, p.1), minat beli ulang diartikan sebagai perilaku konsumen yang membeli sebuah produk secara berulang-ulang tanpa meyertakan aspek perasaan di dalamnya. Perusahaan harus mampu menyediakan layanan sesudah proses penjualan terjadi untuk menciptakan kesan bahwa perusahaan peduli pada konsumen, bukan saja pada saat produk dan jasa terjual, tetapi juga setelah penjualan terjadi. Sedangkan menurut Sutisna (2001, p. 32) mengatakan bahwa ketika konsumen memperoleh respon positif atas tindakan masa lalu, dari situ akan terjadi penguatan. Dengan dimilikinya pemikiran positif atas apa yang diterimanya memungkinkan individu untuk melakukan pembelian secara berulang. Konsumen melakukan minat beli ulang karena adanya suatu dorongan dan perilaku membeli secara berulang yang dapat menumbuhkan suatu loyalitas terhadap apa yang dirasakan sesuai untuk dirinya.

Peter dan Olson (2008, p.262) juga mengemukakan bahwa konsumen melakukan minat beli ulang karena adanya suatu dorongan dan perilaku membeli secara berulang yang dapat menumbuhkan suatu loyalitas terhadap apa yang dirasakan sesuai untuk dirinya. Jadi, minat beli ulang dapat disimpulkan sebagai suatu kecenderungan untuk melakukan minat beli ulang, setelah memperoleh respon positif atas tindakan masa lalu.

Dari uraian mengenai pengertian minat beli ulang di atas, maka dapat

disimpulkan bahwa minat beli ulang adalah tahap kecenderungan perilaku

(8)

membeli dari konsumen pada suatu produk barang maupun jasa yang dilakukan secara berulang pada jangka waktu tertentu dan secara aktif menyukai dan mempunyai sikap positif terhadap suatu produk barang atau jasa, didasarkan pada pengalaman pembelian yang telah dilakukan pada masa lampau.

2.3.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Minat Beli Ulang

Menurut Mangkunegara (2000), ada beberapa faktor utama yang mempengaruhi minat seseorang untuk melakukan minat beli ulang, yaitu :

1. Faktor Psikologis

Meliputi pengalaman individu tentang kejadian di masa lalu, yang akan berpengaruh merubah perilaku individu tersebut di masa depan.

Timbulnya minat konsumen untuk melakukan minat beli ulang sangat dipengaruhi oleh pengalaman konsumen di masa lalu yang akan menentukan tindakan dan pengambilan keputusan untuk membeli. Hal ini dapat dilihat dari penjelasan berikut:

a. Teori Stimulasi Respon

Konsumen akan merasa puas jika mendapatkan produk, merek, dan layanan yang baik. Tetapi, di sisi lain konsumen akan merasa tidak puas jika mendapatkan produk, merek, dan layanan yang tidak baik.

b. Teori Kognitif

Sebuah kebiasaan akibat dari proses berpikir dan orientasi dalam mencapai suatu tujuan. Berdasarkan teori ini keputusan konsumen sangat dipengaruhi oleh memorinya terhadap sesuatu yang terjadi di masa lalu, masa sekarang, dan masa yang akan datang.

c. Teori Lapangan

Faktor suasana merupakan kekuatan yang berpengaruh pada minat

konsumen untuk mengadakan suatu pembelian. Kesan yang

ditinggalkan oleh suasana suatu restoran dari awal konsumen masuk

hingga meninggalkan restoran harus memberikan penilaian positif di

mata konsumen. Dalam hubungannya dengan minat beli ulang, sikap

dan keyakinan konsumen akan pelayanan sebelumnya sangat

(9)

berpengaruh dalam pengambilan keputusannya untuk kembali atau tidak ke restoran tersebut.

2. Faktor Pribadi

Kepribadian konsumen akan mempengaruhi persepsi dan keputusan dalam membeli produk atau jasa. Oleh karena itu kualitas pelayanan yang diberikan kepada konsumen perlu diperhatikan.Dalam hubungannya dengan minat beli ulang, perusahaan perlu menciptakan pelayanan yang sesuai dengan harapan konsumen.

3. Faktor Sosial

Adalah suatu kelompok orang (keluarga, komunitas, atau orang tertentu) yang mempengaruhi sikap, pendapat, dan perilaku konsumen.Terkait dengan minat beli ulang, kelompok orang tersebut dapat mendorong pengambilan keputusan dan inisiatif seseorang dalam melakukan minat beli ulang terhadap suatu produk.

2.3.3. Indikator Minat Beli Ulang

Menurut Ferdinand (2002, p. 129), minat beli ulang dapat diidentifikasi melalui indikator-indikator sebagai berikut:

1. Minat transaksional

Kecenderungan seseorang untuk membeli produk.

2. Minat referensial

Kecenderungan seseorang untuk mereferensikan produk kepada orang lain.

3. Minat preferensial

Minat yang menggambarkan perilaku seseorang yang memiliki prefrensi utama pada produk tersebut. Preferensi ini hanya dapat diganti jika terjadi sesuatu dengan produk preferensinya.

4. Minat eksploratif,

Minat ini menggambarkan perilaku seseorang yang selalu mencari

informasi mengenai produk yang diminatinya dan mencari informasi

untuk mendukung sifat-sifat positif dari produk tersebut.

(10)

2.4. Hubungan Antar Variabel

2.4.1. Hubungan Promosi Harga Terhadap Kepuasan

Harga adalah alat penjualan-promosi yang penting dan sering digunakan dalam industri jasa sehingga perusahaan jasa sering menggunakan promosi terkait harga, seperti diskon, kupon, paket bonus, pengembalian uang atau rabat, untuk menarik konsumen. Dengan adanya pemberian promosi harga dalam bentuk diskon akan memberikan efek yang positif terhadap kepuasan konsumen.

Pemberian promosi yang tepat akan meningkatkan penjualan secara nyata.

Promosi bukan berarti menurunkan kualitas, promosi memiliki efek positif pada persepsi kualitas (Villarejo-Ramos dan Sanchez-Franco, 2005), dengan adanya kualitas yang baik akan memberikan kepuasan konsumen.

Promosi harga adalah taktik yang sangat populer untuk meningkatkan volume penjualan (Harmon dan Foote, 2004), dimana promosi harga dilakukan dengan berbagai cara seperti dengan adanya kupon, rabat, potongan harga, ataupun paket harga akan dapat memberikan dampak pada peningkatan kepuasan konsumen. Hasil penelitian Khan et., al (2012) pada restoran cepat saji memberikan hasil bahwa terdapat pengaruh positif antara promosi harga terhadap kepuasan konsumen, sehingga dengan penggunaan promosi harga diharapkan memberikan dampak positif pada kepuasan konsumen.

2.4.2. Hubungan Kepuasan Terhadap Minat Beli Ulang

Anderson and Sullivan (1993) menemukan bahwa tingkat kepuasan konsumen yang tinggi mengurangi keinginan konsumen untuk berpindah restoran sehingga minat beli ulang akan meningkat. Jenis pertama dari kepuasan muncul ketika seorang konsumen sanggup membedakan produk atau jasa berdasarkan pengalaman yang diperoleh dalam satu pembelian tertentu, sedangkan kepuasan secara keseluruhan, didasarkan pada pengalaman total konsumen yang telah terbentuk sebagai hasil pembelian sebelumnya dibuat (Jones dan Suh, 2000).

Oh (2000) melakukan penelitian terhadap restoran fine dining dan

menemukan bahwa kepuasan konsumen adalah penentu signifikan dari kedua pra-

pembelian dan perilaku paska pembelian. Apabila konsumen merasa puas, maka

konsumen akan menunjukkan besarnya kemungkinan untuk kembali membeli

(11)

produk yang sama. konsumen yang puas juga akan cenderung memberikan referensi yang baik terhadap produk kepada orang lain. Tidak demikian dengan konsumen yang tidak puas. Proses itu akan terus berulang sampai konsumen merasa terpuaskan atas keputusan pembelian produknya.

2.4.3. Hubungan Promosi Harga terhadap Minat Beli Ulang dengan Kepuasan sebagai Variabel Perantara

Promosi harga merupakan strategi jangka pendek yang dapat menghasilkan tambahan penjualan secara langsung, beberapa diantaranya karena meningkatnya jumlah pembeli . Oleh karena itu penting untuk memahami efek jangka panjang dari promosi harga, termasuk pengaruh konsumen pada evaluasi produk konsumen dan perilaku minat beli ulang konsumen.

Huang dan Shanklin (2008) melakukan penelitian pada restoran dan

menemukan bahwa kepuasan sebagai mediator antara promosi harga dan minat

beli ulang. Hal ini didukung juga oleh studi penelitian Tam (2000)

mengidentifikasi kepuasan sebagai variabel perantara antara promosi harga dan

minat beli ulang di restoran. Jheng (2006) juga menemukan bahwa kepuasan pada

coffee shop sebagai mediator antara promosi harga dan minat beli ulang.

(12)

2.5. Kerangka Berpikir

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir

Berdasarkan gambar 2.1 penyusunan kerangka berpikir penelitian dimulai dengan latar belakang objek penelitian di De Boliva Surabaya. Pada variabel promosi harga yang diukur promosi harga yang berlaku yaitu terdiri dari potongan harga berupa Diskon 50 % Lunch Saving De Boliva dan Diskon 50 % pada Dinner Saving De Boliva. Kemudian kupon berupa member card De Boliva dengan poin yang dapat ditukarkan dengan voucher dan Pemberian kupon es krim bagi penumpang Garuda Indonesia.

Variabel kepuasan konsumen yang diukur dari pendapat Tjiptono (2011, p.453) yaitu terdiri dari Overall Satisfaction, Confirmation Of Expectation, dan Comparison To Ideal. Dan variabel minat beli ulang diukur dari pendapat

De Boliva Surabaya

Promosi Harga 1. Potongan Harga 2. Kupon

(Kotler, 2007)

Kepuasan 1. Overall Satisfaction

2. Confirmation Of Expectation 3. Comparison To Ideal.

(Tjiptono, 2011, p.453)

Minat Beli Ulang

1. Minat transaksonal 2. Minat referensial 3. Minat preferensial 4. Minat eksploratif (Ferdinand, 2002, p. 129)

(13)

Ferdinand (2002, p. 129) yaitu terdiri dari minat transaksional, referensial, preferensial, dan eksploratif

Secara keseluruhan kerangka proses berpikir ini menjelaskan dukungan studi teoritis yang didapat dari berbagai sumber dan studi empiris diperoleh dari penelitian terdahulu yang menghasilkan rumusan hipotesis sebagai jawaban sementara dari masalah yang berupa pertanyaan-pertanyaan, hipotesis merupakan jawaban sementara yang harus diuji kebenarannya berdasarkan studi teoritis dan studi empiris.

2.6. Model Penelitian

Minat beli ulang akan terjadi jika konsumen merasa puas dan kepuasan akan terjadi jika perusahaan menggunakan promosi yang tepat. Minat beli ulang juga dapat langsung terjadi dengan pemberian promosi yang tepat.

Gambar 2.2 Model Penelitian

(14)

2.7. Hipotesis

Menurut deskripsi teori dan kerangka pemikiran yang telah diungkapkan diatas maka dapat diajukan hipotesa penelitian sebagai berikut

H

1

: Promosi Harga berpengaruh secara signifikan terhadap Kepuasan Konsumen di De Boliva Surabaya Town Square.

H

2

: Kepuasan Konsumen berpengaruh secara signifikan terhadap Minat Beli Ulang di De Boliva Surabaya Town Square.

H

3

: Promosi Harga berpengaruh secara tidak langsung signifikan terhadap

Minat Beli Ulang dengan kepuasan sebagai variabel perantara di De

Boliva Surabaya Town Square.

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir
Gambar 2.2 Model Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Pada pengaturan SRAM pada ATMega8 1120 lokasi data memory digunakan sebagai alamat register file, I/O memory, dan internal data SRAM.. 96 lokasi memory yang pertama digunakan

López dan Sicilia (2014) mengemukakan bahwa semakin besar volume eWOM mengenai suatu produk, maka semakin besar kemungkinan konsumen akan mendengar informasi yang

H2: Ada pengaruh Usefulness of online reviews, timeliness of online reviews, volume of online reviews, valence of online reviews, dan comprehensiveness of

Untuk berhubungan dengan server menggunakan stream socket, dapat dilakukan dengan mengisi property Address menuju ke alamat IP (Internet Protocol) tujuan atau ke nama host

Adapun faktor-faktor dalam desain menu yang memiliki peran penting dan berdampak terhadap peningkatan minat beli konsumen adalah menu cover, ukuran menu, deskripsi, gaya

Pada sistem ini keberadaan minibar attendants hanya dibutuhkan untuk mengganti item yang telah dipakai oleh tamu hotel atau dengan kata lain Minibar attendants yang

Oleh karena itu e-service quality dapat diartikan sebagai kualitas layanan secara online yang dirasakan pelanggan saat menggunakan sebuah situs online untuk melakukan

(2) persepsi terhadap kualitas jasa merupakan hasil dari perbandingan antara harapan pelanggan dengan kinerja aktual jasa; dan (3) evaluasi kualitas tidak hanya