i
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN DENGAN
PRE-EKLAMPSIA BERAT (PEB) DI RUANG BERSALIN
RSD dr. SOEBANDI
JEMBER
KARYA TULIS ILMIAH
Disusun Oleh : Dina Apriliani 15.401.11.007
AKADEMI KESEHATAN RUSTIDA
PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN
ii
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN DENGAN PRE
EKLAMPSIA BERAT (PEB) DI RUANG BERSALIN
RSD dr. SOEBANDI
JEMBER
Diajukan kepada
Prodi DIII Kebidanan
Akademi Kesehatan Rustida
Untuk memenuhi salah satu persyaratan
Dalam menyelesaikan Program Ahli Madya Kebidanan
Disusun Oleh : Dina Apriliani 15.401.11.007
AKADEMI KESEHATAN RUSTIDA
PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN
vi
MOTTO
“
Intelligence is not the
determinant of success, but hard
work is the real determinant of
your succes
.”
Kecerdasan bukan penentu kesuksesan,
tetapi kerja keras merupakan penentu
vii
HALAMAN PERSEMBAHAN
Alhamdulillah, Karya Tulis Ilmiah ini dapat diselesaikan dengan tepat
waktu. Hal ini tidak lepas
dari do’a dan bantuan orang
-orang
tersayang disekitar. Saya persembahkan Karya Tulis Ilmiah ini untuk :
1.
Dua kekasih hati yang senantiasa setia menyayangi, mendo’akan
saya sejak pertama kali menangis dan menghirup udara di dunia
sampai saat ini, Bapak Sujono dan Ibu Sri Astuti. Dina bangga
memiliki kalian.
2.
Kakak tersayang yang selalu mendo’akan, Titik Enggaryani
Amd.Kep dan Mas Maryoto, adik keponakanku yang lucu dan
gendut Moh. Rizky Enggar Pratama
3.
Abang izul dan keluarga tercinta yang senantiasa sabar dalam
memberikan dukungan dan do’a
4.
Ibu Sayektiningsih, S.ST,.MM Selaku Pembimbing 1 dan ibu Kurnia
Retno Wulansari S. ST yang telah memberikan bimbingan dan
pengarahan dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini
5.
Sahabat tersayang Lilik mbul, mb mino (karina), bia (hama), dan
teman-teman MOR angkatan ke-2 yang tidak bisa disebutkan satu
per satu, terimakasih sudah 3 tahun bersama menempuh susah
dan senang bersama-sama. Jangan pernah lupakan semua kisah
tentang kita ya… Dina sayang kalian.
viii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahhirobbil’ alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT, karena
dengan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga Karya Tulis Ilmiah dengan judul
“Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin Dengan Pre-Eklamsia Berat (PEB) Di Ruang Bersalin RSD dr. Soebandi Kabupaten Jember“ dapat diselesaikan guna memperoleh gelar Ahli Madya Kebidanan pada Program Studi D-III Kebidanan AKES RUSTIDA.
Dalam penyusunan karya tulis ini tidak lepas dari bimbingan, dan dukungan, baik materi, maupun spiritual dari berbagai pihak yang telah banyak membantu. Maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Anis Yuliastutik, S. Kep. Ns. M. Kes., selaku Direktur Akademi Kesehatan RUSTIDA.
2. Ibu Hj. Srianingsih, S.Pd. S.ST. M.Kes., selaku Kepala Prodi D-III Kebidanan Akademi Kesehatan RUSTIDA.
3. Ibu Hj. Yuni Ermita Djatmiko, M.Kes., selaku Direktur RSD dr. Soebandi Jember yang telah memberikan ijin dan fasilitas dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
ix
5. Ibu Sayektiningsih, S.ST., MM selaku pembimbing Karya Tulis Ilmiah yang telah memberikan pengarahan serta bimbingan dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
6. Ibu Kurnia Retno, S.ST selaku dosen pembimbing Asuhan Kebidanan yang telah memberikan pengarahan serta bimbingan dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
7. Segenap staf dosen dan karyawan Akademi Kesehatan RUSTIDA yang dengan penuh kesabaran meluangkan waktu serta dedikasi yang tinggi terhadap kegiatan pembelajaran di Akademi Kesehatan RUSTIDA.
8. Bapak, ibu, dan kakak yang telah memberikan semangat, harapan, do’a dan materi selama mengikuti pendidikan.
9. Teman – temanku dan semua pihak yang turut membantu dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Semoga Allah SWT membalas budi semua pihak yang telah memberikan kesempatan dan bantuan selama menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat konstruktif dari pembaca demi menuju kesempurnaan. Dengan harapan semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan penulis khususnya.
Krikilan, 25 Maret 2014
x
DAFTAR ISI
Halaman Sampul ... i
Cover Pengajuan ... ii
Lembar persetujuan ... iii
Halaman pengesahan ... iv
Pernyataan Orisinalitas ... v
Motto ... vi
Halaman Persembahan ... vii
Kata pengantar... viii
Daftar isi ... x
Daftar Gambar ... xii
Daftar tabel ... xiii
Daftar Lampiran ... ivx
BAB 1 PENDAHULUAN ... 1
G. Sistematika Penulisan ... 6
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 8
A. Tinjauan Teori Persalinan ... 8
1. Pengertian persalinan
... 8
2. Jenis-jenis persalinan ... 8
3. Teori-teori persalinan ... 9
4. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Persalinan ... 10
5. Tanda Persalinan ... 12
6. Tahapan Persalinan... 12
B. Tinjauan Teori Pre-Eklampsia ... 16
1. Pengertian Pre-eklampsia... 16
2. Klasifikasi ... 16
3. Etiologi... 17
4. Faktor resiko ... 19
5. Patofisiologi ... 19
xi
7. Penanganan ... 22
8. Patofisiologi ... 26
C. Tinjauan Teori Induksi Persalinan... 27
1. Pengertian ... 27
2. Etiologi... 27
3. Kontraindikasi ... 27
4. Klasifikasi ... 28
5. Komplikasi ... 30
D. Tinjauan Teori Vakum Ekstraksi ... 30
1. Definisi... 30
2. Indikasi ... 31
3. Kontraindikasi ... 31
4. Bentuk dan bagian ekstraktor vakum ... 31
5. Syarat ... 32
6. Prosedur ... 32
7. Komplikasi ... 34
E. Tinjauan Teori Asuhan Kebidanan ... 27
1. Pengkajian ... 27
2. Interpretasi Data Dasar ... 49
3. Identifikasi Diagnosa dan Masalah Potensial ... 52
4. Identifikasi Tindakan Kebutuhan Segera ... 52
5. Intervensi ... 53
6. Implementasi ... 55
7. Evaluasi ... 56
F. Landasan Hukum Kewenangan Bidan ... 57
BAB III TINJAUAN KASUS... 59
A. Pengkajian ... 59
B. Interpretasi Data Dasar ... 69
C. Identifikasi Diagnosa dan Masalah Potensial ... 72
D. Identifikasi Tindakan Kebutuhan Segera ... 72
E. Intervensi ... 72
F. Implementasi ... 76
G. Evaluasi... 80
BAB IV PEMBAHASAN ... 98
A. Pengkajian ... 98
B. Identifikasi Diagnosa dan Masalah Potensial ... 100
C. Identifikasi Tindakan dan Kebutuhan Segera ... 101
BAB V PENUTUP ... 102
A. Kesimpulan ... 102
B. Saran ... 103
xii
DAFTAR GAMBAR
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1Skor Bishop ... 28
Tabel 2.2 Rumus TBJ menurut Johnson Thusak ... 47
Tabel 3.1 Riwayat Kehamilan Sekarang ... 62
Tabel 3.2 Riwayat Kehamilan, Persalinan, dan Nifas yang lalu ... 62
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Informed Consent Lampiran 2 Lembar Persetujuan
Lampiran 3 Lembar Pengesahan Asuhan Kebidanan Lampiran 4 Satuan Acara Penyuluhan
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu bentuk dari upaya pembangunan di bidang kesehatan adalah peningkatan kesehatan ibu dengan program yang bertujuan untuk menurunkan angka kematian ibu (AKI) (Depkes RI, 2007). Pre-eklampsia eklampsia merupakan penyebab utama kematian ibu dan penyebab kematian perinatal tertinggi di Indonesia. Pre-eklampsia adalah masalah kesehatan yang memerlukan perhatian khusus karena penyakit yang ditandai dengan hipertensi, edema, dan proteinuria yang terjadi pada kehamilan kurang lebih 20 minggu terkadang disertai konvulsi sampai koma sehingga dapat memengaruhi mortalitas ibu dan janin (Chapman dan Charles, 2009; h. 201).
2
Berdasarkan data rekam medik di RSD dr. Soebandi Jember di Ruang Bersalin dan Nifas pada tahun 2006-2010, didapatkan jumlah kasus kematian sebesar 24 kasus (2,29%) dengan rincian 3 kasus kematian pada pre-eklampsia dan 21 kasus kematian pada eklampsia.
Pada beberapa wanita hamil, terjadi peningkatan sensitivitas
vaskuler terhadap angiostensin II. Peningkatan ini menyebabkan
hipertensi dan kerusakan vaskuler, akibatnya terjadi vasospasme.
Vasospasme menurunkan diameter pembuluh darah ke semua organ,
3
Patologi yang sama menimbulkan edema serebral dan hemoragik serta peningkatan iritabilitas susunan saraf pusat (sakit kepala, hiperfleksia, klonus pergelangan kaki dan kejang serta perubahan efek).
Pulmonari edema dihubungkan dengan edema umum yang berat,
komplikasi ini biasanya disebabkan oleh dekompensasi kordis kiri (Anik maryunani,2009).
Penatalaksanaan persalinan dengan pre-eklampsia berat di rumah sakit pada dasarnya dapat dilakukan secara spontan dengan catatan memperpendek kala II dengan bantuan bedah obstetri. Persalinan dengan pre-eklampsia berat dilakukan secara aktif apabila didapatkan satu atau lebih keadaan yang terjadi pada ibu, antara lain kehamilan > 37 minggu, adanya tanda-tanda impending, dan kegagalan terapi pada perawatan konservatif, sedangkan pada janin terjadi tanda-tanda fetal
distress dan adanya tanda-tanda IUFD (Marmi dkk, 2011; h. 69).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan sebuah pertanyaan
yaitu “Bagaimana asuhan kebidanan pada ibu bersalin dengan Pre-eklampsia Berat (PEB) di Ruang Bersalin RSD dr. Soebandi Kabupaten Jember?”.
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Dapat menerapkan asuhan kebidanan pada ibu bersalin dengan Pre-Eklampsia Berat (PEB) di Ruang Bersalin RSD dr. Soebandi Kabupaten Jember.
4
a. Pengkajian pada klien dengan Pre-eklampsia Berat (PEB) di Ruang Bersalin RSD dr. Soebandi Kabupaten Jember.
b. Interpretasi data dasar / diagnosa pada klien dengan Pre-eklampsia Berat (PEB) di Ruang Bersalin RSD dr. Soebandi Kabupaten Jember. c. Identifikasi diagnosis dan masalah potensial pada klien dengan Pre-eklampsia Berat (PEB) di Ruang Bersalin RSD dr. Soebandi Kabupaten Jember.
d. Tindakan kebutuhan segera pada klien dengan Pre-eklampsia Berat (PEB) di Ruang Bersalin RSD dr. Soebandi Kabupaten Jember. e. Perencanaan pada klien dengan Pre-eklampsia Berat (PEB) di Ruang
Bersalin RSD dr. Soebandi Kabupaten Jember.
f. Pelaksanaan pada klien dengan Pre-eklampsia Berat (PEB) di Ruang Bersalin RSD dr. Soebandi Kabupaten Jember.
g. Evaluasi pada klien dengan Pre-eklampsia Berat (PEB) di Ruang Bersalin RSD dr. Soebandi Kabupaten Jember.
D. Ruang Lingkup 1. Sasaran
Adapun yang menjadi sasaran pada Karya Tulis Ilmiah karya tulis ilmiah ini adalah pada ibu bersalin dengan pre-eklampsia berat.
2. Tempat
Lokasi pengambilan kasus pada karya tulis ini adalah di RSD dr. Soebandi Kabupaten Jember.
3. Waktu
5
E. Manfaat
1. Bagi Tempat Penelitian
Sebagai bahan masukan untuk RSD dr. Soebandi Kabupaten Jember dalam meningkatkan mutu kesehatan pada ibu dengan Pre-eklampsia Berat.
2. Bagi Institusi
Sebagai referensi dan bahan bacaan mahasiswa di perpustakaan AKES Rustida khususnya Prodi DIII Kebidanan, dan sebagai bahan masukan untuk karya tulis ilmiah yang akan datang.
3. Bagi Profesi
Sebagai masukan dalam memberikan konseling pada ibu bersalin dengan pre-eklampsia berat sehingga pasien tidak merasa tertekan saat diberikannya asuhan kebidanan.
4. Bagi Penulis
6
F. Pengumpulan Data
Adalah cara yang digunakan oleh penulis dalam mengumpulkan data guna penyusunan penulisan, misal :
1. Observasi
Yaitu dengan cara mengamati langsung keadaan klien melalui pemeriksaan fisik secara inspeksi, perkusi, palpasi, dan auskultasi untuk mendapatkan data obyektif.
2. Wawancara
Yaitu pengumpulan data dengan menggunakan komunikasi lisan yang didapat secara langsung dari klien dan keluarga untuk mendapatkan data subyektif.
3. Studi dokumentasi
Yaitu pengumpulan data yang didapatkan dari buku status kesehatan klien yaitu meliputi catatan medik yang berhubungan dengan klien.
4. Studi kepustakaan
Dilakukan dengan cara penggunaan buku-buku sumber untuk mendapatkan landasan teori yang berkaitan dengan kasus yang dihadapi, sehingga dapat membandingkan teori fakta di lahan praktik.
G. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan karya tulis ilmiah ini adalah sebagai berikut : 1. BAB I PENDAHULUAN
7
Rumusan masalah, tujuan, ruang lingkup, manfaat, metode memperoleh data, dan sistematika penulisan.
2. BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisi tentang teori pre-eklampsia meliputi pengertian, etiologi, penyebab, klasifikasi eklampsia, penanganan pada ibu dengan pre-eklampsi berat dan patofisiologi pre-pre-eklampsia berat. Manajemen asuhan kebidanan meliputi konsep asuhan kebidanan dengan 7 langkah Varney. 3. BAB III STUDI KASUS
Bab ini berisi tentang kasus yang telah dilakukan asuhan kebidanan dengan metode 7 langkah Varney.
4. BAB IV PEMBAHASAN
Bab ini berisi kasus atau masalah yang nyata dengan teori yang ada dan opini penulis tentang hal tersebut.
5. BAB V PENUTUP
Bab ini berisi tentang kesimpulan yang meliputi kesimpulan dan saran dari karya tulis ilmiah.
DAFTAR PUSTAKA
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori Persalinan
1. Pengertian persalinan
Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan janin turun ke dalam jalan lahir. Proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin (Winkjosastro, 2010; h. 334). Menurut Medforth,dkk (2013; h. 161) menyatakan bahwa persalinan merupakan proses fisiologis pengeluaran janin, plasenta, dan ketuban melalui jalan lahir berlangsung sejak awitan kontraksi uteri secara teratur sampai dilatasi
serviks secara lengkap. Sedangkan menururt Mitayani (2009; h. 31)
persalinan adalah suatu proses terjadinya pengeluaran bayi yang cukup bulan atau hampir cukup bulan, disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu.
2. Jenis-jenis persalinan
Menurut Syaifudin (2007; h. 18) jenis-jenis persalinan antara lain : a. Persalinan Spontan
9
b. Persalinan Buatan
Bila persalinan dibantu dengan tenaga dari luar, misalnya : ekstraksi dengan forsep, vakum, atau dilakukan operasi Sectio Caesarea.
c. Persalinan Anjuran
Persalinan berlangsung setelah tindakan seperti pemecahan ketuban, pemberian oksitosin atau prostaglandin.
3. Teori-teori persalinan
Faktor yang memegang peranan dan bekerja sama sehingga terjadi persalinan (Saifudin, 2007), antara lain :
a. Teori Penurunan Hormon
Akhir kehamilan terjadi penurunan kadar progesteron sehingga timbul his.
b. Teori Distensi rahim
Rahim yang menjadi besar dan meregang akan menyebabkan iskemik otot-otot rahim sehingga timbul kontraksi untuk mengeluarkan isinya. c. Teori Iritasi Mekanik
Dibelakang serviks terletak ganglion sevikalis, bila ganglion ini ditekan oleh kepala janin maka akan timbul kontraksi uterus.
d. Teori Plasenta Menjadi Tua
Akibat plasenta tua menyebabkan turunnya kadar progesteron yang mengakibatkan ketegangan pada pembuluh darah dan timbul kontraksi. e. Teori Prostaglandin
10
f. Teori Oksitosin Internal
Oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar hipofisis parst posterior. Perubahan keseimbangan estrogen dan progesteron dapat mengubah sensitivitas otot rahim sehingga terjadi kontraksi Braxton Hicks.
g. Teori Berkurangnya Nutrisi
Teori ini ditemukan pertama kali oleh Hippocrates. Bila nutrisi pada janin berkurang, maka hasil konsepsi akan segera dikeluarkan.
4. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Persalinan a. Power
Tenaga utama ( power) pada persalinan antara lain : 1) Kontraksi
His adalah gelombang kontraksi ritmis otot polos dinding uterus yang dimulai dari daerah fundus uteri dimana tuba falopi memasuki dinding uterus.
2) Retraksi
Retraksi adalah pemendekan otot-otot rahim yang menetap setelah terjadinya kontraksi.
3) Tenaga sekunder – Mengejan
Tenaga perpaduan dari otot perut dan diafragma digunakan dalam kala II persalinan.
b. Passage (lintasan)
11
a) Pintu atas panggul (Pelviks Inlet)
Janin pertama-tama harus masuk ke dalam pintu atas panggul. b) Ruang panggul (kavum pelvik)
Ruang panggul merupakan saluran diantara pintu atas panggul dan pintu bawah panggul.
c) Pintu bawah panggul (Pelvic outlet)
Pintu bawah panggul dibatasi oleh 2 spina iskhiadika. Jarak antara kedua spina ini disebut diameter bispinosum adalah sekitar 9,5 – 10 cm.
2) Lintasan Lunak (Soft Passages)
Bagian jalan lahir yang lunak adalah segmen bawah uterus os
serviks ekterna vagina dan vulva setelah terjadi dilatasi serviks yang berbentuk jalan lahir yang bersambung dengan kepala janin yang menimbulkan dilatasi vagina dan vulva.
c. Passenger
Passenger terdiri dari : 1) Janin
Keadaan janin yang memengaruhi persalinan antara lain :
a) Kelainan bentuk dan besar janin seperti anensefalus, hidrosefalus, janin makrosomia.
b) Kelainan pada letak kepala : presentasi puncak, presentasi muka, presentasi dahi dan kelainan oksiput.
12
2) Plasenta
Plasenta terbentuk bundar atau oval, ukuran diameter 15-20 cm tebal 2-3 cm, berat 500-600 gram.
3) Air ketuban
Air ketuban berfungsi sebagai cairan pelindung dalam pertumbuhan dan perkembangan janin, sebagai “bantalan” untuk melindungi janin terhadap trauma dari luar, melindungi janin dari infeksi,menstabilkan perubahan suhu, dan menjadi sarana yang memungkinkan janin bergerak bebas.
5. Tanda Persalinan
Menurut Medforth,dkk (2013) tanda persalinan dibagi menjadi 3, antara lain :
a. Show, yaitu pengeluaran mukus tercampur darah yang dikeluarkan per vagina menutupi saluran serviks.
b. Kontraksi, dimulai dengan pengencangan, tetapi menjadi lebih lama dan lebih kuat serta teratur saat persalinan berlanjut.
c. Ketuban pecah spontan tanpa intervensi. 6. Tahapan Persalinan
Persalinan dibagi dalam 4 tahap/ Kala yaitu : a. Kala I
13
Proses ini terbagi dalam dua fase yaitu :
1) Fase laten yaitu fase saat serviks membuka sampai 3 cm, pada primigravida ± 8 jam sedangkan pada multigravida ± 5-6 jam.
2) Fase aktif yaitu fase saat serviks membuka dari 3 sampai 10 cm, kontraksi lebih kuat dan sering. Fase ini dibagi menjadi 3, antara lain:
a) Fase akselerasi (fase percepatan) : dari pembukaan 3 cm – 4 cm yang dicapai dalam 2 jam.
b) Fase kemajuan maksimal : dari pembukaan 4 cm – 9 cm yang dicapai dalam 2 jam.
c) Fase deselerasi (berkurangnya kecepatan) : dari pembukaan 9 cm – 10 cm dicapai dalam 2 jam (Wirakusumah dkk, 2011). Kemajuan pembukaan pada primigravida ± 1 cm/jam, sedangkan pada multigravida kemajuan pembukaan 2 cm/jam (Asri, 2010). b. Kala II
Kala II dimulai dari pembukaan lengkap ( 10 cm ) sampai bayi lahir (Asri, 2010). Proses ini biasanya berlangsung ± 50 menit pada primigravida dan ± 20 menit pada multigravida (Wirakusumah dkk, 2011).
Gejala dan tanda kala dua persalinan adalah :
1) Ibu merasakan ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi.
2) Ibu merasakan adanya tekanan pada rektum dan vaginanya 3) Perineum menonjol
4) Vulva – vagina dan sfingter ani membuka
14
c. Kala III
Kala II dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta. Lamanya kala uri ±8,5 menit, dan pelepasan plasenta 2-3 menit (Wirakusumah dkk, 2011).
Tiga tanda lepasnya plasenta : 1) Uterus menjadi bundar
2) Semburan darah mendadak dan singkat 3) Memanjangnya bagian talipusat yang lahir
Perdarahan dalam kala uri ± 250 cc, perdarahan dikatakan patologis jika melebihi 500 cc (Wirakusumah dkk, 2011).
d. Kala IV
Kala IV dimulai saat lahirnya plasenta sampai dua jam pertama post
15
7. Patofisiologi persalinan spontan
………
16 B.
Tinjauan
Teori Pre-eklampsia1. Pengertian Pre-eklampsia
Pre-eklampsia ialah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, edema, dan proteinuria yang timbul karena kehamilan (Hanifa Wiknjosastri, 2007; h. 325). Sedangkan menurut Mochtar (2007; h. 228) pre-eklampsia dan eklampsia merupakan kumpulan gejala yang timbul pada ibu hamil, bersalin dan dalam masa nifas yang terdiri dari trias : proteinuria, hipertensi, dan edema, yang kadang-kadang disertai konvulsi sampai koma. Sedangkan definisi pre-eklampsia menurut Wibowo dan Rachimhadi (2006; h 136) adalah hipertensi yang disertai proteinuria dan
edema akibat kehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu atau segera
setelah persalinan. 2. Klasifikasi
Pre-eklampsia dapat dibagi menjadi dua, yaitu :
a. Pre-eklampsia ringan adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan/atau edema pada umur kehamilan 20 minggu pada penyakit trofoblas (Nugroho, 2011).
Gejala klinis pre-eklampsia ringan meliputi : 1) Hipertensi : sistolik /distolik 140/90 mmHg
2) Proteteinuria : secara kuantitatif lebih 0’3gr / liter dalam 24 jam atau secara kuantitatif positif 2 (+2)
3) Edema pada pretibia, dinding abdomen, lumbosakral, wajah atau tangan
17
b. Pre-eklampsia berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang ditandai dengan timbulnya pertensi 160/110 mmHg atau lebih disertai proteinuria dan/atau edema pada kehamilan 20 minggu atau lebih. (Nugroho, 2011). Pre-eklampsia berat, bila disertai keadaan sebagai berikut :
1) Tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih 2) Proteinuria≥ 5gr per liter
3) Oliguria, yaitu jumlah urin kurang dari 500 cc per 24 jam
4) Adanya gangguan serebral, gangguan visus, dan rasa nyeri di epigastrium
5) Terdapat edema paru dan sianosis (mukhtar 2007). 3. Etiologi
Penyebab preeklampsia dan eklampsia sampai sekarang belum diketahui. Zweifel (2004) dalam Manuaba (2007), mengemukakan bahwa hipertensi dalam kehamilan, tidak dapat diterangkan dengan satu faktor atau teori, tetapi merupakan multifaktor. Oleh Zweifel disebut “disease of theory”. Adapun teori-teori itu antara lain :
1) Teori Genetik
Pre-eklampsia kemungkinan diturunkan dari ibu kandung. Pada kehamilan kedua pre-eklampsia-eklampsia sedikit berulang, kecuali mendapat suami baru.
2) Teori Iskemia Region Uteroplasenter
18
Pada pre-eklampsia terjadi invasi sel trofoblas hanya sebagian pada arteri spiralis di daerah endometrium-desidua. Akibatnya terjadi gangguan fungsi plasenta karena sebagian besar arteri spiralis di daerah miometrium tetap dalam keadaan konstriksi sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan darah untuk nutrisi dan O2. Karena terjadi iskemia region uteroplasenter, dianggap terjadi pengeluaran toksin khusus yang menyebabkan terjadinya gejala
pre-eklampsia-eklampsia sehingga disebut “toksemia gravidarum”. 3) Teori Radikal Bebas dan Kerusakan Endotel
Oksigen yang labil distribusinya, menimbulkan “produk metabolisme”
di samping radikal bebas, dengan ciri terdapat “elektron bebas”. Elektron bebas ini akan mencari pasangan dengan merusak jaringan, khususnya endotel pembuluh darah. Antiradikal bebas yang dapat dipakai untuk menghalangi kerusakan membran sel, sebagai antiaksi dan vitamin C dan E. Radikal bebas adalah proksidase lemak-asam lemah jenuh (kuning). Kerusakan membran sel akan merusak dan membunuh sel endotel. Sumber radikal bebas terutama plasenta yang “iskemia”.
4) Teori Trombosit
Plasenta pada kehamilan normal membentuk derivate prostaglandin dari asam arakidonik secara seimbang, yang menjamin aliran darah menuju janin antara lain tromboksan (TxA2) yang menimbulkan vasokontriksi pembuluh darah sehinga menyebabkan agregasi dan
19
Kemudian prostasiklin (PG12) menimbulkan vasodilatasi pembuluh darah sehingga menghalangi agregasi dan adhesi trombosit pada
endotel pembuluh darah (Manuaba, 2007).
4. Faktor resiko
Pre-eklampsia menurut Nugroho (2011) lebih banyak terjadi pada :
a. Primigravida (terutama remaja (19-24 tahun) dan wanita diatas 35 tahun)
b. Wanita gemuk
c. Wanita dengan hipertensi esensial
d. Wanita yang mengalami penyakit ginjal, kehamilan ganda,
polihidramnion, diabetes, mola hidatidosa
e. Wanita yang mengalami riwayat pre-eklampsia dan eklampsia pada kehamilan sebelumnya
f. Riwayat eklampsia keluarga 5. Patofisiologi
20
Vasospasme siklik lebih lanjut menurunkan perfusi organ dengan menghancurkan sel-sel darah merah, sehingga kapasitas oksigen maternal menurun. Vasospasme merupakan bagian mekanisme dasar tanda dan gejala yang mnyertai pre-eklampsia. vasospasme arterial turut menyebabkan peningkatan permeabilitas kapiler. Keadaan ini meningkatkan edema dan lebih lanjut menurunkan volume intravaskular, mempredisposisi pasien yang mengalami pre-eklampsia mudah menderita edema paru. Pre-eklampsia ialah suatu keadaan hiperdinamik di mana temuan khas hipertensi dan proteinuria merupakan akibat hiperfungsi ginjal (Bobak, dkk. 2004; h. 629).
6. Komplikasi
Komplikasi yang terberat adalah kematian ibu dan janin. Komplikasi yang biasanya terjadi pada pre-eklampsia berat dan eklampsia (Prawiroharjo, 2011) :
a. Solusio plasenta
Komplikasi ini biasanya terjadi pada ibu yang menderita hipertensi akut dan lebih sering terjadi pada pre-eklampsia
b. Hipofibrinogenemia
Pada pre-eklampsia berat Chapman dan Charles (2013; h. 311) menemukan 23 % hipofibrinogenemia, maka dari itu dianjurkan untuk pemeriksaan kadar fibrinogen secara berkala.
c. Hemolisis
21
d. Perdarahan otak
Komplikasi ini merupakan penyebab utama kematian maternal penderita eklampsia.
e. Kelainan mata
Kehilangan penglihatan untuk sementara, yang berlangsung sampai seminggu. Perdarahan kadang-kadang terjadi pada retina, hal ini merupakan tanda gawat akan terjadinya apopleksia serebri.
f. Edema paru-paru
Komplikasi ini disebabkan karena payah jantung. g. Nekrosis hati
Nekrosis periportal hati pada pre-eklampsia dan eklampsia
merupakan akibat vasopasmus arteriol umum. Kerusakan sel-sel hati dapat diketahui dengan pemeriksaan faal hati, terutama penemuan enzim-enzimnya.
h. Sindroma HELLP
Yaitu haemolysis, elevated liver enzymes dan low platelet. i. Kelainan ginjal
Kelainan ini berupa anuria, gagal ginjal, serta endoteliosis glomerulus yaitu pembengkakan sitoplasma sel endotel tubulus ginjal tanpa kelainan struktur lainnya.
j. Komplikasi lain
22
7. Penanganan
Menurut Chapman&Charles penanganan penderita pre-eklampsia berat dibagi menjadi 2 unsur:
a. Sikap terhadap penyakitnya, yaitu terapi medisinalis
b. Sikap terhadap kehamilannya, yaitu konservatif (mempertahankan kehamilan) dan aktif (terminasi kehamilan)
a. Sikap terhadap penyakit: pengobatan medikamentosa
Penderita segera masuk rumah sakit untuk rawat inap. Perawatan penderita selama di rumah sakit antara lain :
1) Penderita dianjurkan tidur baring miring kiri.
2) Monitoring input cairan (melalui oral ataupun infuse) dan output (melalui urin). Penderita pre-eklampsia mempunyai risiko tinggi untuk terjadinya edema paru dan oliguria. Cairan yang diberikan pada penderita dapat berupa: 5% Ringer-dekstrose atau cairan garam faali jumlah tetesan <125 cc/jam, atau infus dekstrose 5% yang tiap 1 liternya diselingi dengan infus ringer laktat (60-125 cc/jam) 500 cc. Untuk mempermudah monitoring output dilakukan pemasangan folley catheter untuk mengukur pengeluaran urin. Oliguria terjadi bila produksi urin < 30 cc/jam dalam 2-3 jam atau < 500 cc/24 jam.
3) Diberikan antasida untuk menetralisir asam lambung sehingga bila mendadak kejang dapat menghindari risiko aspirasi asam lambung yang sangat asam.
23
a) MgSO4
Magnesium sulfat menjadi pilihan pertama untuk antikejang pada pre-eklampsia dan eklampsia. Cara pemberian MgSO4
ada beberapa cara, yaitu: a) Loading dose
4 gram MgSO4 40% intravena selama 15 menit
b) Maintenance dose
Diberikan infuse 6 gram dalam larutan ringer setiap 6 jam; atau diberikan 4 atau 5 gram i.m, selanjtunya maintenance dose diberikan 4 gram i.m setiap 4-6 jam.
c) Syarat pemberian MgSO4
(a) Reflek patella (+)
(b) Frekuensi pernapasan > 16 x/menit
(c) Produksi urin > 30 cc/jam dalam 2-3 jam atau > 500 cc/24 jam
(d) Tersedia antidotum MgSO4 bila terjadi intoksikasi yaitu
kalsium glukonas 10% = 1 gram kalsium glukonas (10% dalam 10 cc) diberikan i.v. 3 menit
d) MgSO4dihentikan apabila ada tanda-tanda intoksikasi atau
setelah 24 jam pascapersalinan atau 24 jam setelah kejang terakhir.
e) Bila terjadi refrakter terhadap MgSO4 maka diberikan salah
24
b) Diazepam
Diazepam diberikan apabila tidak tersedia MgSO4. Pemberian
diazepam berisiko terjadi depresi pernapasan neonatal. Pemberian diazepam melalui intravena:
1. Dosis awal
10 mg i.v. selama 2 menit. Jika kejang berulang, ulangi dosis awal.
2. Dosis pemeliharaan
400 mg dalam 500 ml larutan Ringer Laktat per infus. 6) Pemberian antihipertensi
Jika tekanan diastolik ≥ 110 mmHg, diberikan obat antihipertensi.
Tujuannya adalah untuk mempertahankan tekanan diastolik diantara 90-100 mmHg dan mencegah perdarahan serebral. Obat antihipertensi yang dianjurkan adalah nifedipin 10-20 mg, diulangi 30 menit bila perlu. Dosis pemberian maksimum 120 mg per 24 jam. Nifedipin tidak boleh diberikan sublingual karena efek vasodilatasi sangat cepat, sehingga hanya boleh diberikan per oral.
b. Sikap terhadap kehamilannya
Menurut Chapman&Charles (2013; h. 315) perawatan penderita dengan pre-eklampsia terhadap kehamilannya dibagi menjadi :
1) Penanganan Konservatif
25
Penanganan ini dilakukan apabila kehamilan < 35 minggu, tidak ada tanda-tanda impending eklampsia, keadaan janin baik. Pemberian MgSO4 loading dose secara i.m. MgSO4 dapat
dihentikan bila keadaan ibu sudah mencapai tanda-tanda pre-eklampsia ringan. Apabila dalam 6 jam selama pengobatan terdapat peningkatan tekanan darah atau 24 jam tidak ada perbaikan, maka terapi dianggap gagal dan lakukan penangan aktif.
2) Penanganan Aktif
Penderita harus segera dirawat di rumah sakit, penderita ditangani secara aktif apabila ada tanda-tanda satu atau lebih kriteria. Kriteria penanganan pre-eklampsia berat secara aktif. (1) Kehamilan ≥ 37 minggu
(2) Ada tanda impending eklampsia (3) Kegagalan terapi konservatif
(4) Gawat janin atau pertumbuhan janin terhambat.
26 8. Patofisiologi pre-eklampsia berat
27
C. Tinjauan Teori Induksi Persalinan 2. Pengertian
Induksi persalinan adalah suatu tindakan terhadap ibu hamil yang belum inpartu, baik secara operatif maupun medikasi, untuk merangsang timbulnya kontraksi rahim sehingga terjadi persalinan. Induksi persalinan berbeda dengan akselerasi persalinan, di mana pada akselerasi persalinan tindakan-tindakan tersebut dikerjakan pada wanita hamil yang sudah inpartu (Winkjosastro 2007: 73). Sedangkan menurut Damayanti (2009), induksi persalinan adalah suatu upaya stimulasi mulainya proses persalinan(dari tidak ada tanda-tanda persalinan, kemudian distimulasi menjadi ada). 3. Etiologi
Indikasi induksi persalinan bisa berasal dari anak atau dari ibu. a. Indikasi yang berasal dari ibu adalah :
1) Kelainan hipertensi pada kehamilan, diabetes, wanita diabetik yang hamil memiliki risiko mengalami komplikasi
2) Perdarahan antepartum seperti solusio plasentadan plasenta previa lateralis.
b. Indikasi yang berasal dari janin antara lain kehamilan lewat waktu, ketuban pecah dini, IUFD, restriksi pertumbuhan intrauteri, isoimunisasi dan penyakit kongenital janin yang mayor, seperti anenchepalus,
hidrochepalus. 4. Kontraindikasi
28
a. Kontraindikasi absolut antara lain disproposi sefalopelvik absolute, gawat janin, plasenta previa totalis, vasa previa, presentasi abnormal, riwayat seksio sesaria klasik sebelumnya, presentasi bokong.
b. Kontraindikasi yang sifatnya relatif antara lain perdarahan antepartum, grande multiparietas, riwayat seksio sesaria sebelumnya, malposisi dan malpresentasi.
5. Klasifikasi
Induksi persalinan terbagi atas: a. Secara Medis
1) Infus oksitosin
Syarat – syarat pemberian infuse oksitosin antara lain kehamilan aterm, ukuran panggul normal, tidak ada CPD, janin dalam presentasi kepala, servik telah matang.
Tabel 2.1 Skor Bishop
29
Tehnik Infus Oksitosin :
1) Semalam sebelum drip oksitosin, hendaknya penderita sudah tidur pulas
2) Pagi harinya penderita diberi pencahar
3) Infus oksitosin hendaknya dilakukan pagi hari dengan observasi yang baik
4) Disiapkan cairan RL 500 cc yang diisi dengan sintosinon 5 IU
5) Cairan yang mengandung 5 IU sintosinon dialirkan secara intravena melalui infus dengan jarum abocath no 18 G
6) Tetesan dimulai dengan 8 mU permenit dinaikkan 4 mU setiap 15 menit. Tetesan maksimal diperbolehkan sampai kadar oksitosin 30-40 mU
7) Observasi secara cermat kemungkinan timbulnya tetania uteri, rupture uteri membakat, dan tanda-tanda gawat janin
8) Bila kontraksi rahim timbul secara teratur dan adekuat maka kadar tetesan oksitosin dipertahankan.
9) Infus dipertahankan sampai persalinan selesai yaitu sampai 1 jam setelah lahirnya plasenta
10) Evaluasi kemajuan pembukaan servik dengan pemeriksaan dalam 2) Pemberian Prostagladin
30 3) Cairan hipertonik intra uteri
Pemberian cairan hipertonik intramnnion dipakai untuk merangsang kontraksi rahim pada kehamilan dengan janin mati.
b. Secara manipulatif (Amniotomi)
Amniotomi artifisialisis dilakukan dengan cara memecahkan ketuban. 6. Komplikasi
Menurut Prawirohardjo(2011), komplikasi induksi persalinan adalah : a. Terhadap Ibu
Kegagalan induksi, kelelahan ibu dan krisis emosional, inersiauteri partus lama, tetania uteri (tamultous lebar) yang dapat menyebabkan solusio plasenta, rupturuteri dan laserasi jalan lahir lainnya, infeksi intra uterin.
b. Terhadap janin
Trauma pada janin oleh tindakan, prolapsus tali pusat., Infeksi intrapartum pada janin.
D. Tinjauan Teori Persalinan denganVakum Ekstraksi 1. Definisi
Ekstraksi vakum adalah suatu persalinan buatan di mana janin dilahirkan dengan ekstraksi tenaga negatif (vakum) pada kepalanya. (Prawirohardjo, 2001 : 80). Eniyati (2013 : 67) menjelaskan bahwa ekstraksi vakum seperti juga ekstraksi forsep, merupakan suatu alat yang dipakai untuk memegang kepala janin yang masih berada dalam jalan lahir.
31
2. Indikasi a. Ibu
Untuk memperpendek kala II; pasien penyakit jantung kompensata, penyakit paru-paru fibrotik, kala II yang memanjang (partus tak maju, ibu kelelahan, toksemia gravidarum, rupturuteriiminens.
b. Janin
Gawat janin (Prawirohardjo, 2007:82) 3. Kontraindikasi
a. Ibu misalnya pada keadaan ruptur uteri membakat, penyakit-penyakit di mana ibu secara mutlak tidak boleh mengejan, misalnya payah jantung, pre-eklampsia berat.
b. Janin, misal letak muka, after coming head, janin preterm (Prawirohardjo, 2007:82).
4. Bentuk dan bagian-bagian ekstraktor vakum
Prawirohardjo (2007 : 80) menjelaskan tentang bagian-bagian ekstraktor vakum, antara lain :
1. Mangkuk (Cup)
Bagian yang dipakai untuk membuat caput sucsedaneum artifisialis. 2. Botol
Tempat membuat tenaga negatif (vakum). 3. Karet penghubung
4. Rantai penghubung antara mangkuk dengan pemegang 5. Pemegang (extraction handle)
32
5. Syarat
a. Presentasi belakang kepala b. Janin cukup bulan
c. Pembukaan lengkap
d. Pembukaan > 7 cm ( hanya pada multigravida) e. Penurunan kepala di H III-IV atau 1/5 – 2/5
f. Harus ada kontraksi rahim dan ada tenaga mengejan (Saifudin dkk, 2010; h. p-20)
6. Prosedur
a. Persetujuan tindakan medis
b. Persiapan alat-alat sebelum tindakan : untuk pasien, penolong (operator dan asisten), dan bayi.
c. Pencegahan infeksi sebelum tindakan.
d. Periksa dalam untuk menilai posisi kepala bayi dengan meraba sutura sagitalis dan ubun-ubun kecil/posterior.
e. Masukkan mangkok vakum melalui introitus vagina secara miring dan pasang pada kepala bayi dengan titik tengah mangkok pada sutura sagitalis ± 1 cm anterior dari ubun-ubun kecil.
f. Nilai apakah diperlukan episiotomi. Jika episiotomi tidak diperlukan pada saat pemasangan mangkok, mungkin diperlukan pada saat perineum meregang, ketika kepala akan lahir.
g. Pastikan tidak ada bagian vagina atau porsio yang terjepitt.
33
i. Setelah 2 menit naikkan hingga skala 60 (silastik) atau negatif – 0,6 kg/cm² (Malmstrom), periksa aplikasi mangkok, tunggu 2 menit lagi. j. Periksa adakah jaringan vagina yang terjepit, jika ada turunkan tekanan
dan lepaskan jaringan yang terjepit tersebut.
k. Setelah mencapai tekanan negatif yang maksimal, lakukan traksi searah dengan sumbu panggul dan tegak lurus pada mangkok.
l. Tarikan dilakukan pada puncak his dengan mengikuti sumbu jalan lahir. Pada saat penarikan (pada puncak his) minta pasien meneran. Posisi tangan : tangan luar menarik pengait, ibu jari tangan dalam pada mengkok, telunjuk dan jari tengah pada kulit kepala bayi.
m. Tarikan bisa diulangi sampai 3 kali saja.
n. Lakukan pemeriksaan di antara kontraksi ( DJJ dan aplikasi mangkok) o. Saat sub oksiput sudah berada di bawah simfisis, arahkan tarikan ke atas
hingga lahirlah berturut-turut dahi, muka, dan dagu. Segera lepaskan mangkok vakum dengan membuka tekanan negaitf.
p. Selanjutnya kelahiran bayi dan plasenta dilakukan seperti pertolongan persalinan normal.
q. Eksplorasi jalan lahir dengan menggunakan spekulum sim’s atas dan bawah untuk melihat apakah ada robekan pada dinding vagina atau perpanjangan luka episiotomi.
Kriteria ekstraksi vakum gagal
34
b) Tekanan negatif dibuat terlalu cepat, sehingga tidak terbentuk kaput suksedaneum yang sempurna yang mengisi seluruh mangkuk.
c) Selaput ketuban melekat antara kulit kepala dan mengkuk sehingga mangkuk tidak dapat mencengkam dengan baik.
d) Bagian-bagian jalan lahir (vagina, servik) ada yang terjepit ke dalam mangkuk.
e) Kedua tangan, kiri dan kanan penolong tidak bekerjasama dengan baik.
f) Traksi terlalu kuat
g) Cacat (defect) pada alat, misalnya kebocoran pada karet saluran penghubung.
h) Adanya disproporsi sefalo-pelvik. Setiap mangkuk lepas waktu traksi, harus diteliti satu persatu kemungkinan-kemungkinan di atas dan diusahakan melakukan koreksi.
2) Dalam waktu setengah jam dilakukan traksi, janin tidak lahir.
Setiap aplikasi vakum harus dianggap sebagai ekstraksi vakum percobaan. Jangan lanjutkan jika tidak terdapat penurunan kepala pada setiap tarikan (Saifuddin dkk, 2010; p-21 ).
7. Komplikasi
Prawirohardjo (2007 : 87) menjelaskan tentang komplikasi pada ibu maupun pada janin yang mungkin terjadi akibat persalinan dengan ekstraksi vakum, antara lain :
a. Ibu
35
b. Janin
Eksoriasi kulit kepala, chepalhematoma, subgaleal hematoma, nekrosis kulit kepala (scalpnecrosis).
E. Tinjauan Teori Asuhan Kebidanan
Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah kebidanan yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, temuan, keterampilan dalam rangkaian atau tahapan yang logis untuk mengambil suatu keputusan yang terfokus pada pasien (Sulistyawati, 2010; h. 201).
I. PENGKAJIAN
A. DATA SUBYEKTIF: Data yang diperoleh dari hasil anamnesa pasien. 1. IDENTITAS / BIODATA PASIEN (Suami, Istri)
a) Nama
Nama jelas dan lengkap, bila perlu nama panggilan sehari-hari agar tidak salah dalam memberikan penanganan (Ambarwati, 2010; h. 176).
b) Umur
Menurut studi ATE (2008) dalam Chapman dan Charles (2013) usia ibu > 35 tahun memperparah risiko pre-eklampsia.
36
c) Agama
Untuk mengetahui keyakinan pasien tersebut untuk membimbing atau mengarahkan pasien dalam berdoa (Ambarwati, 2010; h. 176).
c) Pendidikan
Berpengaruh dalam tindakan kebidanan dan untuk mengetahui sejauh mana tingkat intelektualnya, sehingga bidan dapat memberikan konseling sesuai dengan pendidikannya (Ambarwati, 2010; h. 176).
d) Suku/bangsa
Berpengaruh pada adat istiadat atau kebiasaan sehari-hari (Ambarwati, 2010; h. 176).
e) Pekerjaan
Gunanya untuk mengetahui dan mengukur tingkat sosial ekonominya, karena hal ini juga berpengaruh terhadap gizi pasien (Ambarwati, 2010; h. 176).
f) Alamat
Ditanyakan untuk mempermudah kunjungan rumah bila diperlukan (Ambarwati, 2010; h. 176).
2. Keluhan Utama
37
Serta mengeluarkan lendir bercampur darah (blood slym) diikuti dengan nyeri epigastrium, penambahan berat badan yang berlebihan, kenaikan tekanan darah serta gejala subjektif seperti pusing, dan gangguan penglihatan (Chapman dan Charles; 2013. h. 312).
3. Riwayat Kesehatan
a. Sekarang (berhubungan dengan masalah atau alasan datang) (Hani, 2011; h. 130).
Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya penyakit yang diderita pada saat ini yang ada hubungannya dengan kehamilan seperti jantung, diabetes mellitus, hipertensi, anemia (dll). Pada primigravida beresiko terjadinya pre-eklampsia (Sulistyawati, 2010; h. 163).
b. Dahulu
Ditanyakan untuk mengetahui apakah ibu pernah memiliki penyakit menular atau keturunan: diabetes melitus, thypoid, hepatitis, hipertensi, penyakit jantung koroner, TB, dan untuk mengetahui apakah klien sudah pernah mengalami operasi sebelumnya (Ambarwati, 2010; h. 178).
Menurut Duley dkk (2005) dalam Chapman dan Charles (2013) memiliki riwayat gemelli meningkatkan risiko pre-eklampsia lebih dari dua kali lipat. Sama halnya dengan memiliki riwayat mola hidatidosa,
38
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Menurut Lie (2004) dalam Chapman dan Charles 2013 terdapat jalur genetik ; riwayat keluarga, yaitu ibu atau saudara perempuan yang mengalami pre-eklampsia akan meningkatkan risiko hingga 4-8 kali lipat. 5. Riwayat menstruasi
Anamnesis haid memberikan kesan tentang faal alat reproduksi/ kandungan, meliputi hal-hal berikut ini : umur menarche, frekuensi, siklus, lamanya, jumlah darah keluar, karakteristik darah (misal bergumpal), HPHT, disminorea (Hani dkk, 2011; h. 130).
6. Riwayat Pernikahan
Dikaji berapa kali menikah, umur berapa menikah dengan suami, lama pernikahan. (Ambarwati, 2010; h. 178). Menurut Mc Cowan, dkk (2004) dalam Chapman dan Charles (2013) menyatakan bahwa pasangan baru akan mengembalikan risiko pre-eklampsia sama seperti pada primigravida. 7. Riwayat ANC
a. HPHT, dikaji untuk mengetahui usia kehamilan dan hari perkiraan lahir. b. Gerakan janin, dikaji untuk mengetahui apakah ibu sudah merasakan
gerakan janinnya, sejak usia berapa minggu/bulan, dan apakah gerakannya aktif. Hal ini berkaitan dengan kehidupan janin didalam
uterus.
c. Obat yang dikonsumsi, dikaji untuk mengetahui obat yang dikonsumsi ibu selama hamil.
39
Pasien dengan pre-eklampsia berat akan mengalami keluhan seperti nyeri epigastrium, gangguan penglihatan, hipertensi pada saat kehamilannya (Chapman dan Charles; 2013. h. 310).
e. ANC
Menurut CHEMAC (2006) dalam Chapman dan Charles monitoring ante natal yang kurang dapat meningkatkan risiko terjadinya pre-eklampsia berat.
f. Penyuluhan yang pernah didapat
Dikaji untuk mengetahui apakah ibu pernah mendapat penyuluhan atau belum selama hamil.
g. Imunisasi TT
Dikaji berapa kali ibu melakukan imunisasi TT yang berkaitan dengan proteksi bayi baru lahir dari tetanus neonatorum dan melindungi ibu terhadap kemungkinan tetanus apabila terluka (Hani, 2011; h. 133). 8. Riwayat Kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu
a. Kehamilan
Dikaji untuk mengetahui primipara atau multipara, berapa usia kehamilan ibu saat melahirkan kehamilan yang lalu.
b. Persalinan
40
Shenna dan Chappel (2002) dalam Chapman dan Charles (2013) mengatakan bahwa ibu yang mengalami pre-eklampsia pada kehamilan yang lalu berisiko 2 kali lipat pada kehamilan yang selanjutnya.
c. Nifas
Dikaji untuk mengetahui pemenuhan nutrisi ibu ke bayi melalui ASI berapa lama dan penyulit yang menyertainya (Hani, 2011; h. 133). d. Anak
Jenis kelamin, berat badan, panjang badan, kelainan kongenital bayi dan komplikasi yang lain seperti (ikterus, status bayi saat lahir hidup/ mati), status kehidupan bayi (Hani, 2011; Wiknjosastro, 2006).
9. Pola Kebiasaan Sehari-hari (sebelum hamil dan saat inpartu) a. Pola Nutrisi
Dikaji untuk mengetahui makanan yang biasa dikonsumsi dan porsi makan dalam sehari.
Pada ibu hamil dengan Pre-eklampsia Berat makanan diet biasanya (tinggi protein, tinggi karbohidrat), mengetahui porsi makan dalam sehari cukup atau berlebihan, obesitas beresiko terjadinya Pre-eklampsia (Wiknjosastro, 2010; 206).
b. Pola Eliminasi
41
c. Personal Hygiene
Dikaji untuk mengetahui kebersihan ibu meliputi mandi, gosok gigi, keramas, perawatan payudara dan perawatan vulva (Asri, 2010; h. 99). d. Pola Aktifitas
Dikaji untuk mengetahui aktifitas fisik ibu sehari-hari (Susilowati, 2008; h. 132).
e. Pola Istirahat
Dikaji untuk mengetahui kebiasaan istirahat klien siang dan malam (Ambarwati, 2010; h. 179). Pada klien Pre-eklampsia berat dianjurkan istirahat yang cukup yaitu dengan istirahat baring 4 jam pada siang hari dan 8 jam pada malam hari (Hani, 2011; h. 114).
f. Pola Seksualitas
Dikaji untuk mengetahui frekuensi klien melakukan hubungan seksualitas dengan suami (Ambarwati, 2010; 179).
10. Riwayat KB
42
11. Data psikososial dan spiritual a. Psikologis
Ibu dengan pre-eklampsia dapat langsung menderita penyakit yang serius, dan hal ini dapat terasa sangat menakutkan bagi klien dan orang-orang di sekitarnya. Lingkungan yang rileks dapat menimbulkan dampak fisiologis dan juga psikologis, sebab stress tidak akan membantu kondisi ibu (Chapman & Charles; 2013. h. 316).
b. Sosial
Dikaji untuk mengetahui hubungan antara keluarga dan orang lain. c. Budaya
Dikaji untuk mengetahui adanya pantangan makanan ibu yang berkaitan dengan status gizi ibu dan adat istiadat tentang kehamilan ini yang dapat berisiko terjadi pre-eklampsia berat (Saifudin, 2006; h. 201). B. DATA OBYEKTIF
Data yang diperoleh dari hasil pemeriksaan fisik pasien 1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan Umum
Pada kasus pre-eklampsia berat keadaan umum klien bisa dikatakan baik maupun lemah tergantung terhadap kondisi klien (Manuaba, 2007; h. 207).
b. Kesadaran
Tingkat kesadaran menurut (Hani, 2011; h. 115) :
1) Composmentis, adalah kesadaran penuh dengan memberikan
43
2) Somnolen, yaitu kesadaran yang tidur saja. Dapat dibangun dengan
rangsang nyeri, tetapi jatuh tidur lagi.
3) Koma, yaitu tidak dapat bereaksi terhadap rangsangan apapun, reflek – reflek pupil terhadap cahaya tidak ada.
4) Apatis, yaitu acuh tak acuh terhadap keadaan sekitarnya. Pada kasus pre-eklampsia berat kesadaran ibu dapat apatis dan paling baik Composmentis (Chapman&Charles. 2013; h. 317).
c. Tanda – tanda Vital (TTV) 1) Tekanan Darah
Sistolik >160 mmHg. Tekanan darah diastolik ≥ 110 mmHg pada satu kali pemeriksaan. Tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg pada dua kali pemeriksaan atau lebih dengan jarak minimal 4 jam (dan kuirang dari 7 hari).
2) Suhu
Pada klien pre-eklampsia berat dengan keadaan normal suhu tubuh (36,5⁰C – 37,5⁰C ). Pada pemeriksaan suhu penting karena panas/ demam tinggi dapat mengarah/ mengakibatkan kejang yang mengarah pada pre-eklampsia (Wiknjosastro, 2010; h. 209).
3) Nadi
Denyut nadi klien dihitung dalam 1 menit normal 80 – 100 X/ menit (Hani, 2011; h. 115).
44
Hal tersebut merupakan akibat dari penyempitan pembuluh darah yang mengarah pada Pre-eklampsia berat (Chapman&Charles, 2013; h. 318).
4) Respirasi
Frekuensi pernafasan yang dihitung dalam 1 menit, respirasi normal 20 – 25 X/ menit (Hani, 2011; h. 115).
Apabila terjadi kenaikan denyut nadi dapat disebabkan oleh adanya peningkatan sensifitas dari peredaran darah yang merupakan akibat dari penyempitan pembuluh darah yang mengarah pada Pre-eklampsia berat (Chapman&Charles, 2013; h. 318).
d. Berat Badan
Penambahan berat badan rata – rata 0,3 – 0,5kg /minggu, 1 kg/ nilai normal untuk penambahan berat badan selama kehamilan 9 – 12 kg (Perry, 2005). Kenaikan berat badan1 kg atau dalam 1 minggu mengarah pre-eklampsia berat (Wiknjosastro, 2010; h. 209)
e. Tinggi Badan
Tinggi badan normal ≥145 cm (Manuaba, 2007; h. 208). f. LILA
LILA normal ≥ 23,5 cm. LILA < 23,5 cm termasuk faktor resiko tinggi
(KEK) yang berkaitan dengan status gizi dan dapat berpengaruh terhaadap terjadinya pre-eklampsia berat (Wiknjosastro, 2010; h. 209). 2. Pemeriksaan Khusus
a. Kepala (Inspeksi dan palpasi)
45
b. Wajah
Inspeksi : Edema pada wajah (Chapman&Charles; 2013. h. 312). c. Mata
Dikaji untuk mengetahui kesimetrisan bentuk mata, warna konjungtiva (merah muda/pucat), warna sklera (putih/kuning).
Pada kasus ini ibu mengalami keluhan dengan pandangan menjadi kabur dan edema pada palpebra merupakan tanda dan gejala pre-eklampsia (Chapman&Charles; 2013. h. 312).
d. Hidung
Dikaji untuk mengetahui ada benjolan/ tidak (Manuaba, 2007). e. Telinga
Dikaji untuk mengetahui simetris/ tidak, ada serumen/ tidak, bersih/ tidak.
f. Mulut/ gusi/ gigi
Dikaji untuk mengetahui stomatitis/ tidak, ada caries/ tidak, berdarah/ tidak (Wiknjosastro, 2008).
g. Leher (inspeksi dan palpasi)
Dikaji untuk mengetahui adakah pembesaran pada kelenjar gondok, tumor/ tidak, kelenjar limfe/ tidak.
h. Dada dan Axilla
Dikaji untuk mengetahui hasil pemeriksaan yang dilakukan pada pemeriksaan dada dan axilla meliputi:
1) Auskultasi
46
2) Inspeksi dan palpasi
Dikaji untuk mengetahui terdapat pembesaran mammae / tidak, ada benjolan / tidak, simetris / tidak, terjadi hiperpigmentasi areola/ tidak, puting susu menonjol/ tidak, kolostrum sudah keluar/ belum (Varney, 2004).
3) Palpasi
Terdapat benjolan pada axilla/ tidak, terdapat nyeri tekan/ tidak (Varney, 2004).
i. Abdomen
1) Inspeksi
Ada/ tidak bekas operasi, perut membesar ke arah membujur/ tidak, terdapat linea nigra/ tidak, terdapat striae gravidarum/ tidak (Hani, 2011; h. 116)
2) Palpasi:
Leopold I : Menentukan umur kehamilan (berdasarkan TFU), menentukan bagian apa yang berada di fundus. Teraba bulat, lunak, dan kurang melenting (bokong) posisi janin membujur (Hani, 2011).
Leopold II : Menentukan bagian apa yang ada di bagian
kanan dan kiri perut ibu. Pada bagian kiri atau kanan perut ibu teraba lebar, keras (punggung) dan bagian kecil janin (kaki atau tangan) (Hani, 2011)
47
apakah bagian bawah anak ini sudah atau belum terpegang oleh pintu atas panggul. Teraba keras, bulat dan melenting (kepala) (Hani, 2011).
Leopold IV : Berapa masuknya bagian bawah ke dalam rongga panggul. Jika jari-jari tangan bertemu (konvergen) kepala belum masuk PAP, dan jika jari-jari tangan saling menjauh (divergen) berarti ukuran kepala terbesar sudah melewati PAP (Hani, 2011).
TBJ : Untuk mengetahui tafsiran berat janin. Tabel 2. 2 Rumus TBJ menurut Johnson Thusak
Bagian terendah Pengukuran Hodge I (TFU - 13) X 155 gr Hodge II (TFU - 12) X 155 gr
3) Auskultasi
DJJ sebelah (kanan/ kiri) di bawah pusat, teratur, kuat, frekuensi (.... x / menit) memakai (funduskup/ doppler) (Hani, 2011).
4) Kontraksi 3x10’.30” –5x10’.50” j. Genetalia
1) Vulva/ vagina : Untuk mengetahui adakah varices/ Tidak,
48
2) Perineum : Untuk mengetahui adakah bekas luka/ tidak (Saifuddin, 2006).
3) Anus : Untuk mengetahui adakah hemoroid/ tidak. k. Ekstrimitas
1) Atas/ tangan
Inspeksi : Apakah ada edema/ tidak, jari lengkap/ tidak,
ada kelainan/ tidak. Jika terjadi edema mengarah pada tanda gejala pre-eklampsia.
2) Bawah/ kaki :
Inspeksi : apakah ada varises/ tidak, edema/ tidak, jari
lengkap/ tidak, ada kelainan/ tidak. Jika terjadi edema mengarah pada tanda gejala Pre-eklampsia (Wiknjosastro, 2010).
Perkusi : Reflek patella (+ / +) atau (- / -) (Hani, 2010) l. Pemeriksaan Dalam
Pukul : Untuk mengetahui pukul berapa dilakukan
pemeriksaan dan menentukan
pemeriksaan ulang 4 jam kemudian.
Oleh : Untuk mengetahui siapa yang melakukan
pemeriksaan dalam.
a. Vulva /Vagina : pengeluaran (lendir dan darah)
b. Porsio : penipisan dan pelunakan
c. Effecement : 0 - 100%
d. Ø : 1 – 10 cm
49
f. Bagian Terendah : kepala
g. Denominator : UUK, Os sakrum (Normalnya UUK)
h. Hodge : I – III
i. Molage : 0 – 3 (Normalnya tidak ada)
j. Bagian kecil disekitar bagian terdahulu : ada/ tidak ada (Asri, 2010). m. Pemeriksaan Penunjang
Pada kasus pre-eklampsia berat diperlukan pemeriksaan laboratorium dan didapatkan protein urine≥ 5gr/L atau lebih.
II. INTERPRETASI DATA DASAR
Menginterpretasikan data agar mengidentifikasikan diagnosa atau masalah. Data dasar yang sudah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga dapat merumuskan diagnosa dan masalah yang spesifik (Varney, 2004).
Dx : Ibu : G ... P ..., UK... minggu, Inpartu Kala I/ II, Fase Laten/ Aktif dengan Pre-eklampsia Berat. Janin : Hidup/ mati, Tunggal/ kembar, Intra/ Ekstra Uteri, Presentasi Kepala/ Presentasi Bokong, Keadaan janin baik/ lemah.
DS :Data subyektif yang diperoleh dari keterangan klien dan keluarga (Varney, 2004) seperti :
1. Ibu mengatakan perutnya kenceng-kenceng dan semakin sering serta mengeluarkan lendir bercampur darah dari jalan lahir
2. Ibu mengatakan ini kehamilannya yang pertama, kedua, atau lebih
3. Ibu mengatakan sudah pernah keguguran atau belum pernah keguguran
50
5. Ibu mengatakan kepalanya pusing, bengkak pada tangan,kaki atau wajah dan pandangan kabur
6. Ibu mengatakan haid terakhir tanggal
Do : Data yang diperoleh dari pemeriksaan secara langsung pada klien (Varney, 2004).
Data Objektif pada ibu hamil dengan Pre-eklampsia berat: 1. Keadaan Umum : Baik
2. Kesadaran : Compos mentis
3. Pemeriksaan vital sign a. TD : ≥ 160/ 110 mmHg
b. Suhu : 36,5-37,5⁰C dapat mencapai > 37,7⁰C
c. Nadi : > 100 x/ menit
d. Respirasi: lebih dari 20 x/ menit
4. Pengukuran tinggi badan: Normal: 145 cm
5. Penimbangan berat badan sebelum dan selama hamil: Terjadi kenaikan berat 0,3 – 0,5 kg atau 1 kg dalam 1 minggu. 6. Wajah : terdapat edema
7. Mata : edemapalpebra
8. Pemeriksaan Abdomen
51
b. Leopold II : Menentukan bagian janin yang ada di bagian kanan dan kiri perut ibu.
Pada bagian kiri atau kanan perut ibu teraba lebar, keras (punggung) dan bagian kecil janin (kaki atau tangan) (Hani, 2011).
c. Leopold III : Menentukan bagian apa yang terdapat di bawah, apakah bagian bawah anak ini sudah atau belum terpegang oleh pintu atas panggul. Teraba keras, bulat dan melenting (kepala) (Hani, 2011).
d. Leopold IV : Berapa masuknya bagian bawah ke dalam Rongga panggul. Jika jari-jari tangan bertemu (konvergen) kepala belum masuk PAP.
Dan jika jari-jari tangan saling menjauh (divergen) berarti ukuran kepala terbesar sudah melewati PAP (Hani, 2011).
e. Pemeriksaan DJJ : 120 – 160 x/ menit 9. Ekstremitas atas dan bawah
Terdapat edema
10. Pemeriksaan protein urine Positif 2 (++) atau lebih
Masalah : Masalah adalah masalah yang timbul berkaitan dengan
52
III. IDENTIFIKASI MASALAH DAN DIAGNOSA POTENSIAL
Menurut Prawiroharjo (2010; h. 359) diagnosa potensial yang terjadi pada ibu hamil dengan pre-eklampsia berat apabila tidak segera mendapatkan penanganan yang tepat dan berlangsung akan menjadi : solusio plasenta, hipofibrinogenemia, hemolisis, kelainan mata, perdarahan otak, edema paru-paru, nekrosis hati, sindroma HELLP, kelainan ginjal, komplikasi lain antara lain lidah tergigit, trauma dan fraktur karena jatuh akibat kejang-kejang,
pneumonia aspirasi, DIC (disseminated intravascular coogulation),
prematuritas, dismaturitas, dan kematian janin intra uterin. IV. KEBUTUHAN TINDAKAN SEGERA
Pada kasus Pre-eklampsia Berat dapat dilakukan pemantauan terhadap ibu dan janin antara lain :
1. Tekanan darah secara rutin setiap 15 menit 2. Keseimbangan cairan/ resusitasi cairan
a. Kanula intravena harus dipasang pada semua ibu yang menderita pre-eklampsia berat untuk pemberian cairan
b. Pemberian cairan secara oral tetap dianjurkan 3. Pemantauan DJJ.
4. Kontrol ulang protein urine, dan edema
5. Kolaborasi dengan dr. SpOG untuk pemberian terapi dan tindakan
53
V. INTERVENSI
Dx : Ibu : G ... P ..., UK... minggu, Inpartu Kala I/ II, Fase Laten/ Aktif dengan Pre-eklampsia Berat. Janin : Hidup/ mati, Tunggal/ kembar, Intra/ Ekstra Uteri, Presentasi Kepala/ Presentasi Bokong, Keadaan janin baik/ tidak Tujuan : Setelah dilakuakn Asuhan Kebidanan diharapkan Pre
Eklampsia dapat ditangani dan dapat dilakukan dengan persalinan normal sehingga kondisi ibu dan bayi lahir dengan sehat.
Kriteria hasil :
1. Keadaan umum : baik
2. TTV :
a. Tekanan darah menurun minimal sampai dengan 130/ 80 mmHg.
b. Nadi dalam batas normal (60-90 x/menit)
c. Pernapasan dalam batas normal (16-22 x/menit) d. Suhu 36,5-37,5
3. Edema pada muka, kaki, tangan berkurang.
4. Proteinuria (-). 5. Lama kala 2 ≤ 1 jam 6. Lama kala 3 ≤ 30 menit
54
Intervensi diagnosa
1. Berikan informasi kepada pasien tentang hasil pemeriksaan. R/ Pasien mengerti kondisi kesehatannya. (Sulistyawati, 2010). 2. Beri pasien makan dan minum sesuai dengan kebutuhan.
R/ Asupan nutrisi dan cairan yang cukup dapat membantu ibu dalam proses persalinan yaitu menambah kekuatan ibu dalam proses meneran. (Sulistyawati, 2010).
3. Observasi intake dan output pasien
R/ penderita pre-eklampsia berisiko tinggi terjadi edema paru dan oliguria 4. Lakukan pemasangan catheter folley
R/ upaya monitoring output pasien dan deteksi dini terjadinya oliguria 5. Observasi suhu setiap 2 jam pada fase laten dan 1 jam pada fase aktif,
serta nadi, DJJ dan kontraksi setiap 60 menit pada fase laten dan 30 menit pada fase aktif.
R/ Upaya memantau keadaan umum ibu dan kemajuan persalinan. (JNPK-KR, 2010)
6. Lakukan pemeriksaan dalam setiap 4 jam
R/ memantau perkembangan kemajuan persalinan pada persalinan dengan induksi. (Sulistyawati, 2010).
7. Observasi tekanan darah setiap 15 menit
R/ Deteksi dini komplikasi pada ibu pre-eklampsia 8. Anjurkan ibu untuk diit tinggi protein dan rendah garam
55
9. Anjurkan ibu untuk tidak meneran sebelum pembukaan lengkap dan kepala janin terlihat didepan jalan lahir
R/ mengejan involunter tidak boleh dianjurkan sampai bagian presentasi muncul di perineum.
Mengejan aktif dikontraindikasikan, sebab tindakan ini mencakup menahan nafas yang lama dan terarah serta mendorong yang akan mengubah frekuensi denyut jantung. (Chapman&Charles. 2013; h. 318). 10. Anjurkan ibu untuk tidak tidur dengan posisi terlentang
R/ menurut Sleep&Gueta (2004) dalam Chapman&Charles. (2013) posisi terlentang dapat menekan aorta disertai mengurangi aliran darah menuju uterus dan ekstremitas bawah.
Posisi ini juga memperpanjang kala 2, menyebabkan penurunan kadar oksitosin di dalam sirkulasi, menurunkan frekuensi dan kekuatan kontraksi, serta dapat menyebabkan abnormalitas JJ.
11. Kolaborasi dengan dokter SpOG untuk terapi dan tindakan selanjutnya R/ tepat obat,dosis dan tindakan.
12. Siapkan alat partus, set heacting, pakaian pasien dan pakaian bayi R/ persiapan dalam menolong kelahiran bayi. (Sulistyawati, 2010).
VI. IMPLEMENTASI
56
VII. EVALUASI
Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang telah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar telah dipenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana rencana tersebut dapat dianggap efektif dalam pelaksanaannya (Varney, 2004).
Data Perkembangan SOAP
S (Data subjektif) : ibu mengatakan ingin meneran. O (Data objektif) :
1. Pemeriksaan fisik
a. Abdomen : his adekuat (4X 10’. 45’’ –5X 10’. 50”)
b. Genetalia : terdapat blood slym 2. Pemeriksaan dalam
1) Pembukaan : 10 cm
2) Effacement : 100%
3) Ketuban : -
4) Bagian terendah janin : kepala janin
5) Denominator : UUK arah jam….
6) Molage : tidak ada/ada
7) Hodge : III
8) Bagian kecil di sekitar bagian terdahulu : ada/tidak 3. Pemeriksaan laboratorium
Protein urine≥ 5gr/L atau lebih
A : G..P..A..P..I..A..H,UK…Minggu, tunggal, hidup, intra uteri, letak
57
P (Perencanaan) :
1. Atur posisi ibu dengan nyaman 2. Siapkan alat, obat dan diri
3. Pertolongan persalinan sesuai 58 langkah APN.
E. Landasan Hukum Kewenangan Bidan
Bidan mempunyai peran yang strategis dalam membantu program Pemerintah menurunkan AKI dan AKB. Pelayanan kebidanan pada wanita (KEPMENKES no 900 pasal 19) yang meliputi penyuluhan dan konseling, pemeriksaan fisik, pelayanan antenatal pada kehamilan normal, pertolongan kehamilan abnormal (meliputi abortus imminens, HG Grade I, PER, dan Anemia ringan), pertolongan persalinan, letak sungsang, KPD tanpa infeksi, perdarahan PP, laserasi jalan lahir (Wiknjosastro, 2006).
Permenkes No 938/ 2007 tentang Standart Asuhan Kebidanan (Dinkes RI, 2007).
1. Standart Kompetensi Bidan yaitu bidan mengenali secara tepat dan dini tanda dan gejala pre-eklampsia ringan, pre-eklampsia berat dan eklampsia.