• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI. Diajukan untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum OLEH: FACHRURROZY AZIZ PURBA NIM:

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "SKRIPSI. Diajukan untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum OLEH: FACHRURROZY AZIZ PURBA NIM:"

Copied!
146
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS YURIDIS PERSAINGAN USAHA DALAM KASUS KETERLAMBATAN PEMBERITAHUAN PENGAMBILALIHAN SAHAM

PT JAMBI PRIMAL COAL OLEH PT PLN BATUBARA (STUDI PUTUSAN KPPU NOMOR: 23/KPPU-M/2019)

SKRIPSI

Diajukan untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

OLEH:

FACHRURROZY AZIZ PURBA NIM: 170200188

DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2021

(2)
(3)

SURAT PERNYATAAN BEBAS PELAGIAT

Saya yang bertanda tangan dibawah ini : Nama : Fachrurrozy Aziz Purba NIM : 170200188

Departemen : Hukum Ekonomi

Judul Skripsi : “ANALISIS YURIDIS PERSAINGAN USAHA DALAM KASUS KETERLAMBATAN PEMBERITAHUAN PENGAMBILALIHAN SAHAM PT JAMBI PRIMAL COAL OLEH PT PLN BATUBARA (STUDI PUTUSAN KPPU NOMOR: 23/KPPU-M/2019)”

Dengan ini menyatakan:

1. Skripsi yang saya tulis tersebut adalah benar tidak merupakan jiplakan skripsi atau karya orang lain.

2. Apabila terbukti dikemudian hari skripsi tersebut adalah jiplakan, maka segala akibat hukum yang timbul menjadi tanggungjawab saya.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya tanpa ada paksaan atau tekanan dari manapun

Medan, Juni 2021

Fachrurrozy Aziz Purba NIM. 170200188

(4)

ABSTRAK

Fachrurrozy Aziz Purba

Prof. Dr. Ningrum Natasya Sirait, S.H.,M.LI**

Dr. Mahmul Siregar, S.H.,M.Hum***

Persaingan usaha yang sehat merupakan salah satu bukti dari penerapan prinsip demokrasi ekonomi yang dianut Indonesia. Berlakunya UU No. 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat merupakan perwujudan prisip demokrasi ekonomi untuk menjaga dan mengawasi pelaku usaha tetap melakukan persaingan yang sehat. Pengambilalihan saham (akuisisi) merupakan tindakan pelaku usaha yang memiliki kewajiban untuk diberitahukan kepada Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) demi mencegah persaingan usaha yang tidak sehat.

Sesuai Pasal 29 UU No. 5 tahun 1999 jo. Pasal 5 ayat (1) PP No. 57 tahun 2010 untuk menciptakan persaingan usaha yang sehat, mewajibkan pemberitahuan (notifikasi) pengambilalihan saham (akuisisi) yang mengakibatkan nilai aset dan atau nilai penjualannya melebihi jumlah tertentu kepada KPPU paling lambat 30 hari kerja sejak tanggal pengambilalihan saham (akuisisi) telah berlaku efektif secara yuridis. Hingga tahun 2019 terdapat 29 kasus keterlambatan notifikasi akuisisi yang dilakukan pelaku usaha kepada KPPU. KPPU berpegang pada isi Pasal 42 UU No. 5 tahun 1999 yang memuat alat-alat bukti pada pemeriksaan Komisi serta dalam penjatuhan sanksi diatur dalam Pasal 12 Peraturan Komisi Nomor 4 tahun 2012. Berdasarkan Putusan KPPU No. 23/KPPU-M/2019, KPPU memutuskan PT PLN Batubara terbukti melanggar ketentuan Pasal 29 UU No. 5 Tahun 1999 karena terlambat melakukan pemberitahuan (notifikasi) kepada KPPU.

Dari hasil penelitian penulis, ada ketidaksesuaian pemahaman mengenai tanggal berlaku efektif yuridis pengambilalihan saham. Pemahaman pelaku usaha yang melakukan pengambilalihan saham yang mengakibatkan terjadinya keterlambatan melakukan notifikasi pengambilalihan saham (akuisisi) kepada KPPU. PT PLN Batubara terbukti melanggar ketentuan Pasal 29 UU No. 5 tahun 1999 jo. Pasal 5 ayat (1) PP No. 57 tahun 2010, akan tetapi pada Putusan KPPU No. 23/KPPU-M/2019 juga menunjukkan tidak konsistennya pemberian sanksi administratif yang diberikan oleh KPPU dengan memberikan hukuman administratif pada PT PLN Batubara berupa denda senilai Rp.1.000.000.000,00 (satu miliyar rupiah) untuk keterlambatan notifikasi selama 71 hari.

Kata Kunci : persaingan, akuisisi, keterlambatan, notifikasi

* Mahasiswa

** Dosen Pembimbing I

*** Dosen Pembimbing II

(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas berkat dan ridho- Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Tidak lupa sholawat dan salam selalu penulis limpahkan kepada keharibaan baginda Muhammad SAW.

Skripsi ini berjudul: “ANALISIS YURIDIS PERSAINGAN USAHA DALAM KASUS KETERLAMBATAN PEMBERITAHUAN PENGAMBILALIHAN SAHAM PT JAMBI PRIMAL COAL OLEH PT PLN BATUBARA (STUDI PUTUSAN KPPU NOMOR: 23/KPPU-M/2019)”. Skripsi ini disusun dan diajukan untuk melengkapi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

Skripsi ini membahas tentang hukum persaingan usaha di Indonesia, khususnya mengenai pemberitahuan (notifikasi) atas transaksi pengambilalihan (akuisisi) yang dilakukan oleh pelaku usaha. Penulis menyaradari masih banyak kekurangan yang terdapat dalam skripsi ini. Maka dari itu, kritik dan saran yang membangun tentu sangat diharapkan demi perbaikan kepada penulis di kemudian hari.

Pelaksanaan penulis skripsi ini diakui banyak mengalami kesulitan dan hambatan. Namun berkat bimbingan, arahan, serta petunjuk dari dosen pembimbing, maka penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada semua pihak yang banyak membantu, membimbing dan memberikan motivasi. Untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Muryanto Amin, S.Sos., M.Si,. selaku Rektor Universitas

Sumatera Utara;

(6)

2. Bapak Dr. Mahmul Siregar, S.H., M.Hum., selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara sekaligus Dosen Pembimbing II Penulis yang telah memberikan dukungan,bimbingan dan masukan dalam penulisan skripsi ini;

3. Ibu Dr. Agusmidah, S.H.., M.Hum, selaku Wakil Dekan I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;

4. Ibu Puspa Melati Hasibuan, S.H., M.Hum., selaku Wakil Dekan II Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;

5. Bapak Dr. Mohammad Ekaputra, S.H., M.Hum., selaku Wakil Dekan III Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;

6. Bapak Prof. Dr. Bismar Nasution, S.H., M.H.., selaku Ketua Departemen Hukum Ekonomi Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;

7. Ibu Tri Murti Lubis, S.H., M.H., selaku Sekretaris Departemen Hukum Ekonomi Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;

8. Ibu Prof. Dr. Ningrum Natasya Sirait, S.H., M.Li., selaku Dosen Pembimbing I yang telah meluangkan waktunya dan memberikan arahan, bimbingan, serta mengajarkan banyak hal kepada penulis hingga skripsi ini dapat diselesaikan;

9. Bapak Prof. Dr. Hasyim Purba S.H., M.Hum., selaku Dosen

Pembimbing Akademik penulis yang memberikan banyak arahan dan

masukan selama penulis menempuh pendidikan di Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara;

(7)

10. Bapak/Ibu Dosen Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara seluruhnya yang telah mendidik dan membimbing penulis selama menempuh perkuliahan di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;

11. Kedua Orang Tua penulis, Ayahanda Jamhur Purba, dan Ibunda Ismai Prihatini Ismail sebagai tanda bakti dan hormat saya karena telah memberikan kasih sayang yang tidak terhingga kepada saya dan yang selalu mendoakan saya, memberikan semangat, dukungan, pengorbanan, ketulusan, materil dan perhatian kepada saya selama perjalanan hidup saya;

12. Saudara kandung penulis, Kakanda Anis Novyanti Purba S.Tr.T, Adinda Faradiba Ulfa Purba, dan Adinda Assyfa Fadhila Purba yang selalu memberikan dukungan dan semangat kepada penulis;

13. Sahabat-sahabat penulis selama masa perkuliahan, Andre, Angel, Bagus Prio Adinugroho, Benhard Reinaldi Sinaga, Dhea Chintya Ginting, Hana, Jafan Fifaldi Harahap, Zulfadli Adhan Sihite;

14. Seluruh anggota Keluarga Besar UKM PPS Betako Merpati Putih FH USU, yang selalu membantu penulis selama perkuliahan di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;

15. Teman-teman penulis dari Saka Bhayangkara Angkatan Wira Satya

Polres Pematangsiantar, yang selalu memberi dukungan penulis untuk

selalu berjuang agar lebih baik;

(8)

16. Kepada semua pihak yang telah membantu dengan memberikan semangat, motivasi, hiburan dan hal apapun sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Penulis berharap skripsi ini dapat menjadi bahan yang berguna bagi pembaca dan memberikan tambahan ilmu pengetahuan khususnya mengenai hukum persaingan usaha di Indonesia. Selain itu, ilmu yang penulis dapat selama menempuh pendidikan tinggi di Universitas Sumatera Utara kiranya menjadi ilmu yang bermanfaat dan berkah.

Medan, Juni 2021

Fachrurrozy Aziz Purba

NIM. 170200188

(9)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... vi

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG ... 1

B. RUMUSAN MASALAH ... 16

C. Tujuan Dan Manfaat Penulisan ... 16

D. Keaslian Penulisan ... 18

E. Tinjauan Pustaka ... 20

F. Metode Penelitian ... 25

G. Sistematika Penulisan ... 30

BAB II PENGATURAN AKUISISI DAN NOTIFIKASI AKUISISI DI INDONESIA A. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas ... 33

B. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat ... 37

C. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 57 Tahun 2010 Tentang Penggabungan Atau Peleburan Badan Usaha dan Pengambilalihan Saham Perusahaan Yang Dapat Mengakibatkan Terjadinya Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat ... 40

D. Peraturan Komisi Pengawas Persaingan Usaha Nomor 4 Tahun 2012 Tentang Pedoman Pengenaan Denda Keterlambatan Pemberitahuan Penggabungan atau Peleburan Badan Usaha dan Pengambilalihan Saham Perusahaan ... 46

E. Peraturan Komisi Pengawas Persaingan Usaha Nomor 3 Tahun 2019 tentang Penilaian Terhadap Penggabungan atau Peleburan Badan Usaha, atau Pengambilalihan Saham Perusahaan yang Dapat Mengakibatkan Terjadinya Praktik Monopoli dan/atau Persaingan Usaha Tidak Sehat ... 47

F. Pedoman Penilaian Terhadap Penggabungan, Peleburan atau Pengambilalihan (6 Oktober 2020) ... 53

G. Peraturan Komisi Pengawas Persaingan Usaha Nomor 3 tahun 2020 Tentang Relaksasi Penegakan Hukum Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat serta Pengawasan Pelaksanaan Kemitraan dalam Rangka Mendukung Program Pemulihan ekonomi Nasional ... 56

H. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 Tentang Cipta Kerja ... 59

BAB III PERAN NOTIFIKASI AKUISISI DI INDONESIA Peran Notifikasi Akuisisi dalam Dunia Persaingan Usaha ... 63

1. Post-evaluasi (Pemberitahuan)... 74

(10)

2. Pra-evaluasi (Konsultasi) ... 81 3. Penerapan Notifikasi Akuisisi sebagai Upaya Pencegahan ... 87 BAB IV ANALISIS PUTUSAN KPPU NOMOR 23/KPPU-M/2019

DALAM PEMBUKTIAN PERSAINGAN USAHA TIDAK

SEHAT PADA KASUS KETERLAMBATAN

PEMBERITAHUAN PENGAMBILALIHAN SAHAM PT JAMBI PRIMAL COAL OLEH PT PLN BATUBARA

A. Kasus Posisi Dalam Putusan KPPU Nomor 23/KPPU-M/2019 ... 92 B. Pertimbangan Majelis Komisi Pengawas Persaingan Usaha Dalam

Putusan KPPU Nomor 23/KPPU-M/2019 ... 96 C. Amar Putusan ... 99 D. Analisis Hukum Dalam Pembuktian Putusan KPPU Nomor 23/KPPU-

M/2019 ... 100 BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 127

B. Saran ... 129

DAFTAR PUSTAKA ... 131

(11)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hukum diciptakan sebagai kaidah sosial yang hidup di masyarakat dan bertujuan untuk mengatur serta menjaga ketertiban dalam kehidupan bermasyarakat. Untuk menjaga ketertiban di dalam kehidupan bermasyarakat, hukum diwajibkan mampu secara seimbang untuk melindungi kepentingan yang ada di masyarakat. Pada dasarnya hukum persaingan usaha merupakan sengketa perdata, akan tetapi pelanggaran terhadap hukum persaingan mempunyai unsur- unsur pidana dan administrasi. Hal tersebut dikarenakan pelanggaran terhadap hukum persaingan memberi dampak kerugian kepada masyarakat dan perekonomian negara.

1

Dalam konteks itulah ranah hukum privat menjadi hukum publik.

Dalam bentuk untuk dapat menciptakan tatanan kehidupan yang tertib dan aman dalam masyakarat, negara memiliki peran yang sangat penting untuk menetapkan aturan-aturan sebagai suatu instrumen dalam menciptkan hal tersebut.

Hukum juga memiliki peran dalam pembangunan ekonomi melalui negara, oleh sebab itu hukum digunakan sebagai solusi menghindari konflik-konflik perebutan di dalam upaya pemenuhan kebutuhan manusia yang terbatas, sebagai akibat dari adanya permintaan kebutuhan manusia yang tidak ada batasnya tersebut.

2

1 Mustafa Kamal Rokan, Hukum Persaingan Usaha (Teori dan Praktiknya di Indonesia), (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2010), hal. 263

2 Hermansyah, Pokok-Pokok Hukum Persaingan Usaha, cet.1, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008), hal. 4

(12)

Menurut pendapat Leonard J. Theberge dalam tulisannya yang berjudul

“Law and Economic Development” mengemukakan terdapat 3 hal penting sebagai fungsi utama dari hukum pada pembangunan ekonomi, yaitu “stability”,

“predictabilty”, dan “fairness”. Fungsi stabilitas (stability) yaitu bagaimana hukum dapat memberikan keseimbangan dan mengakomodir kepentingan- kepentingan yang saling bersaing. Fungsi hukum untuk meramalkan (predictability) akibat dari langkah yang diambil khususnya untuk masyarakat yang pertama kalinya memasuki hubunganhubungan ekonomi. Aspek keadilan (fairness) yaitu mengenai standar pola tingkah laku pemerintah dan pelakuan yang setara untuk menjaga mekanisme pasar.

3

Prinsip ekonomi Indonesia berasaskan demokrasi ekonomi yang telah dijabarkan dalam Pasal 2 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999.

4

Perekonomian Nasional yang diselenggarakan berdasarkan demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efesiensi berkadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional, perlu didukung oleh kelembagaan perekonomian yang kokoh dalam rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat.

5

Persaingan usaha yang sehat merupakan sarana menciptakan keadaan yang efisien dalam sektor ekonomi yang harus terus diupayakan secara sistematis dan terencana, disertai pula dengan penyusunan aturan kebijakan persaingan usaha mengenai pencegahan dan penindakan terhadap para pelaku usaha yang

3 Ibid, hal. 5

4 Muhamad Sadi Is, Hukum Persaingan Usaha di Indonesia, (Malang: Setara Press, 2016), hal. 69

5 Bagian menimbang huruf a Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas

(13)

melakukan praktik monopoli dan persaingan usaha tidak sehat.

6

Hal tersebut harus dilakuakn secara sistematis dan terencana sesuai dengan prinsip ekonomi yang dianut di Indonesia, disertai pula dengan penyusunan aturan kebijakan persaingan usaha mengenai pencegahan dan penindakan terhadap para pelaku usaha yang berupaya melakukan praktik monopoli serta persaingan usaha tidak sehat.

Pelaku usaha sebagai subyek ekonomi senantiasa berupaya untuk memaksimalkan keuntungan dalam menjalankan kegiatan usahanya (maximizing profit).

7

Dengan demikian, tindakan penggabungan, peleburan dan pengambilalihan saham dapat dilakukan sebagai alternatif bagi pelaku usaha yang ingin mencapai tujuan tersebut, karena dapat mengurangi biaya produksi sehingga tercipta produk yang efisien.

8

Perusahaan yang melakukan penggabungan, peleburan ataupun pengambilalihan saham, sebenarnya memiliki latar belakang dan tujuan melakukan penggabungan, peleburan badan usaha dan pengambilalihan saham yaitu untuk meningkatkan efisiensi, memperluas pasar, dan lain-lain. Akan tetapi ada juga motif untuk melakukan penggabungan, peleburan badan usaha dan pengambilalihan saham yaitu untuk meningkatkan prestise dan gengsi dari perusahaan tersebut.

9

Perusahaan-perusahaan pemimpin pasar (market leader)

10

pasti akan ramai-ramai mengakuisisi pesaing ketatnya.

6 Ibid, hal. 15

7 Andi Fahmi Lubis, et.al. Hukum Persaingan Usaha Antara Teks dan Konteks, (Jakarta:

KPPU, 2009), hal. 189

8 Syamsul Ma’arif, Merger Dalam Perspektif Hukum Persaingan Usaha, (Jakarta:

Dengan Publishing, 2010), hal. 10

9 Cornelius Simanjuntak, Hukum Merger Perseroan Terbatas: Teori dan Praktek, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2004), hal. 9

10 Market leader adalah suatu produk, merek, perusahaan atau sekumpulan perusahaan yang memiliki presentase penjualan tertinggi pada suatu pasar tertentu. Presentase penjualan tertinggi yang dimiliki oleh market leader juga menandakan bahwa pelaku usaha tersebut juga memiliki market power yang besar pada pasar bersangkutan dikutip dari http://repository.unair.ac.id/59192/2/FH.%2091-17%20Fit%20p%20abstrak.pdf (Diakses pada 18 Juni 2021)

(14)

Oleh sebab itu diperlukan adanya aturan demi menciptakan kondisi persaingan usaha yang sehat tersebut.

Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) yang merupakan auxiliary state’s organ

11

yang dibentuk pemerintah haruslah bersifat independen, terlepas dari pengaruh dan kekuasaan pemerintah serta pihak lain dalam mengawasi pelaku usaha, dalam hal ini memastikan pelaku usaha menjalankan kegiatannya dengan tidak melakukan praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat.

Status KPPU ini telah diatur dalam Pasal 30 ayat (2) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 yang kemudian diulang pada Pasal 1 ayat (2) Keputusan Presiden Nomor 75 Tahun 1999.

12

Sesuai dengan ketentuan Pasal 29 Undang-Undang Nomor 5 tahun 1999 juncto Pasal 5 Peraturan Pemerintah Nomor 57 tahun 2010, pemberitahuan Penggabungan, Peleburan dan Pengambilalihan (Merger, Akuisisi, Konsolidasi) kepada Komisi wajib dilakukan paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja sejak tanggal Penggabungan, Peleburan dan Pengambilalihan berlaku efektif secara yuridis.

13

Dengan demikian diharapkan dapat menjaga para pelaku usaha dari

11 Salah satu sifat organ negara penunjang (Auxiliary State`s Organ) yakni Independen, yang sering disebut dengan istilah seperti komisi negara indepeden atau lembaga negara independen. Komisi negara independen adalah organ negara (state organs) yang diidealkan independen dan karenanya berada di luar kekuasaan eksekutif, legislatif maupun yudikatif.

Pengertian dasar dari istilah independen adalah adanya kebebasan, kemerdekaan, kemandirian, otonom (otonomi), tidak dalam dominasi personal maupun institusional. Sehingga, ada pelaksanaan kehendak bebas (free will) yang dapat terwujud tanpa ada pengaruh yang secara signifikan merubah pendiriannya untuk membuat keputusan atau kebijakan. Oleh karena itu, komisi negara independen berbeda dengan komisi negara biasa. (Dikutip dari: Ahmad Basarah, Kajian Teoritis Terhadap Auxilary State’s Organ Dalam Struktur Ketatanegaraan Indonesia.

(DPR-RI, 2013) hal. 6

12 H. Dudung Mulyadi, S.H., M.H. dan Ibnu Rusydi, S.H., M.Pd.I, Galuh Justiti: Efektivitas Peran Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) Dalam Penanganan Kasus Persaingan Usaha Tidak Sehat. hal. 6

13 Bab V Posisi Dominan Pasal 29 UU No. 5 Tahun 1999

(15)

tindakan penguasaan pasar dengan posisi pelaku usaha sebagai pelaku usaha dominan pada pasar bersangkutan.

Pemerintah Indonesia menciptakan Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, yang mana. peraturan tersebut diundangkan pada tanggal 5 Maret 1999 dan mulai berlaku satu tahun setelah disahkan. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat dibentuk sebagai upaya penegak aturan hukum persaingan usaha sekaligus memberikan perlindungan hak yang sama bagi setiap pelaku usaha untuk menciptakan iklim persaingan usaha yang sehat yang diawasi oleh KPPU.

Arti dari “persaingan usaha” tersirat dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat adalah

“Persaingan usaha tidak sehat adalah persaingan antarpelaku usaha dalam menjalankan kegiatan produksi dan atau pemasaran barang dan atau jasa yang dilakukan dengan cara tidak jujur atau melawan hukum atau menghambat persaingan usaha”

Pengertian ini dikatakan tersirat karena memang pengertian umum dari persaingan usaha itu sendiri pun sampai saat ini belum dapat disepakati oleh para ahli Hukum Persaingan karena ketika ada pakar yang mendefinisikan Persaingan Usaha secara baku maka itu akan menghambat persaingan usaha itu sendiri. 1 Pasal 1 angka (6), Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat.

Alasannya karena persaingan usaha bersifat dinamis, mengikut perkembangan

(16)

ekonomi modern.

14

Melihat dari isi Pasal 1 angka 6 diatas dapat ditarik pemahaman bahwa persaingan usaha merupakan persaingan antar para pelaku usaha dalam menjalankan kegiatan produksi dan atau pemasaran suatu barang dan atau jasa.

15

Pengambilalihan saham (akuisisi), penggabungan (merger), dan peleburan (konsolidasi) yang dilakukan oleh pelaku usaha juga termasuk dalam objek yang diawasi oleh KPPU. Transaksi pengambilalihan usaha seperti pengambilalihan (akuisisi), penggabungan (merger), dan peleburan (konsolidasi) merupakan tindakan yang lumrah dilakukan dalam dunia usaha oleh perusahaan. Transaksi bisnis tersebut umumnya memiliki tujuan untuk mengembangkan usaha suatu perusahaan menjadi lebih besar lagi. Dalam menjalankan hal tersebut terdapat aturan-aturan hukum yang harus dilakukan dan diikuti oleh pihak perusahaan.

Aturan hukum yang digunakan untuk transaksi bisnis ini berperan penting dalam mengatur para pelaku usaha agar tidak melenceng dari apa yang seharusnya dilakukan oleh perusahaan.

16

Pengertian Pengambilalihan (akuisisi) dapat dilihat pada Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas mengatur mengenai definisi pengambilalihan yaitu sebagai berikut :

“pengambilalihan adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh Badan Hukum atau orang Perseorangan untuk mengambilalih saham Perseroan yang mengakibatkan beralihnya pengendalian atas Perseroan Terbatas”

Hal ini berdampak positif dikarenakan melalui kegiatan pengambilalihan dapat menciptakan efisiensi sehingga mampu mengurangi biaya produksi suatu

14 M.Udin Silalahi, 2007, Perusahaan Saling Mematikan dan Bersekongkol Bagaimana Cara Memenangkan ?, Cet.1, Penerbit PT Elex Media Komputindo, Jakarta, hal.4

15 Suhasril dan Mohammad Taufik Makarao, Hukum Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha tidak Sehat di Indonesia, Cet.1, (Bogor; Ghalia Indonesia, 2010), hal. 34-35

16 Ibid

(17)

perusahaan. Namun tindakan ini juga dapat mengakibatkan dampak negatif apabila disalahgunakan oleh para pelaku usaha dengan maksud untuk mengekspansi pasar bersangkutan, dikarenakan Perseroan pengakuisisi biasanya adalah perseroan besar yang bermodal kuat, mempunyai operasi bisnis yang luas, manajemen yang teratur, dan terkelompok dalam konglomerasi. Dengan demikian, perseroan pengakuisisi selalu berdaya saing kuat dan berkedudukan monopoli, sedangkan perseroan terakuisisi adalah perseroan yang relatif kecil (lemah), sulit berkembang, tidak mampu bersaing, dan manajemennya kurang teratur (terjadinya persaingan usaha yang tidak sehat akibat menumpuknya kekuatan ekonomi pada sekelompok kecil pelaku usaha). Kelompok Konglomerasi di Indonesia mempunyai kemampuan monopoli secara teknis, karena mampu mengontrol faktor produksi berupa bahan baku (misalnya batu bara untuk pembangkit listrik tenaga uap) sehingga hal ini menyebabkan terciptanya atau bertambanhnya konsentrasi pasar yang dapat menyebabkan harga produk semakin tinggi dan kekuatan pasar menjadi semakin kecil serta dapat mengamcam pebisnis kecil.

17

Sering kali tindakan akuisisi atau pengambilalihan dapat menimbulkan persaingan antar pelaku usaha di dalam pasar bersangkutan dan membawa dampak kepada konsumen atau masyarakat. Karena itu, sesuai amanat Pasal 28 dan Pasal 29 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, Komisi Pengawas Persaingan Usaha akan melakukan pengendalian terhadap penggabungan, peleburan, dan/atau pengambilalihan yang mengakibatkan berkurangnya tingkat persaingan di pasar

17 Susanti Adi Nugroho, 2018, Hukum Persaingan Usaha di Indonesia, (Jakarta. Kencana Prenada Media Group,) hal 429.

(18)

bersangkutan dan dapat menimbulkan kerugian masyarakat.

18

Serta pada Pasal pasal 126 ayat (1) huruf c Undang-Undang No. 40 tahun 2007 menyebutkan Perbuatan hukum penggabungan, peleburan, pengambilalihan atau pemisahan wajib memperhatikan kepentingan masyarakat dan persaingan sehat dalam melakukan usaha.

19

Maraknya keterlambatan pemberitahuan yang dilakukan oleh perusahaan, perlu adanya penerapan teori kepastian hukum yang pasti dan jelas. Upaya untuk mewujudkan keadilan merupakan salah satu tujuan dari kepastian hukum.

Kepastian hukum memiliki bentuk nyata dalam pelaksanaan dan penegakan hukum terhadap suatu tindakan tanpa memandang siapa yang melakukan.

Kepastian hukum diterapkan pada setiap orang yang dapat memperkirakan hal yang akan terjadi jika melakukan tindakan hukum dan kepastian hukum sangat diperlukan untuk mewujudkan keadilan. Selain itu, salah satu ciri yang tidak dapat dipisahkan dari hukum, terutama untuk norma hukum tertulis yang merupakan pengertian dari kepastian hukum. Karena hukum tanpa nilai kepastian akan kehilangan makna karena tidak dapat di gunakan sebagai pedoman perilaku bagi setiap orang.

20

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat merupakan instrumen yang berperan penting

18 Paulus Aluk Fajar Dwi Santo, Merger, Akuisisi, dan Konsolidasi dalam Perspektif Hukum Persaingan Usaha, (Jakarta: Fakultas Ekonomi & Bisnis, Bina Nusantara University - Binus Business Review, 2011), hal. 424.

19 Pasal 126 ayat (1) huruf c Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan terbatas

20 Paulus Aluk Fajar Dwi Santo, Op. Cit,, hal. 270

(19)

untuk memacu efisiensi perekonomian dan bebas dari distorsi pasar.

21

Sebagai bentuk dari penerapan semangat dan jiwa Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat memberikan kepastian hukum agar dapat memacu percepatan dari segi pembangunan ekonomi sebagai bentuk upaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Sesuai dengan ketentuan Pasal 29 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 jo. Pasal 5 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2010, pengawasan mengenai pengambilalihan yang diatur yaitu pengawasan setelah terjadinya pengambilalihan (post-evaluation), dengan demikian setelah para pelaku usaha melakukan pengambilalihan saham maka perusahaan tersebut seharusnya melakukan pemberitahuan kepada Komisi.

22

Dalam menjalankan amanat Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 dibentuklah lembaga yang disebut Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU).

Lembaga ini mempunyai kewenangan yang luas dan mempunyai tugas yang berat dalam menangani persaingan usaha yang tidak sehat yang dilakukan para pelaku usaha. Hal ini disebabkan semakin kompleksnya persoalan dalam aktivitas bisnis seiring dengan perkembangan globalisasi yang menimbulkan berbagai macam persoalan. Indonesia baru memberi perhatian terhadap persaingan usaha yang tidak sehat sejak 1999 yakni sejak berlakunya Undang-Undang Nomor 5 Tahun

21 Mustafa Kamal Rokan, Hukum Persaingan Usaha: Teori dan Praktek di Indonesia, cet.2, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2012), hal. 21

22 Lampiran Peraturan Komisi Pengawas Persaingan Usaha Nomor 3 Tahun 2012, hal. 10

(20)

1999. Sebagai perbandingan negara lain telah mempunyai regulasi dalam bidang ini sejak 1900-an.

23

Berlakunya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 diharapkan mampu mengatur persaingan dalam berusaha di Indonesia sehingga setiap warga masyarakat dan pelaku usaha memperoleh hak dan kesempatan yang sama dalam berusaha.

24

Kemudian bagi para pelaku usaha yang bermodal kuat tidak akan bertindak sewenang-wenang dan melakukan praktik bisnis tidak adil yang dapat mematikan atau merugikan pelaku usaha lain.

Salah satu contoh kasus dalam permasalahan mengenai kewajiban pemberitahuan pengambilalihan atau akuisisi yaitu pada Kasus PT PLN Batubara yang diputus dengan Putusan KPPU Nomor 23/KPPU-M/2019. Berdasarkan Putusan KPPU Nomor 23/KPPU-M/2019, menyatakan bahwa PT PLN Batubara dinyatakan melanggar Pasal 29 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli Dan Persaingan Usaha Tidak Sehat juncto Pasal 5 Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2010 Tentang Penggabungan, Peleburan Badan Usaha dan Pengambilalihan Saham yang Dapat Mengakibatkan Monopoli dan Persaingan Usaha yang Tidak Sehat terkait dengan keterlambatan melakukan pemberitahuan dalam proses pengambilalihan saham PT Jambi Prima Coal.

25

Sebagai salah satu pilar pembangunan perekonomian nasional dalam bentuk perusahaan yang dikenal dalam sistem hukum Republik Indonesia yaitu Perseroan

23 Ibid, hal. 20

24 Pasal 3 huruf (b) Undang-Undang Nomor 5 tahun 1999 Tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat

25 KPPU, Putusan Perkara Nomor 23/KPPU-M/2019 (Jakarta: KPPU, 2020), hal. 92

(21)

Terbatas, sebagaimana yang pada saat ini diatur dalam Pasal 1 butir 1 Undang- Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas adalah :

“Perseroan Terbatas adalah Badan Hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan-kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditentukan dalam undang-undang ini dan peraturan pelaksanaannya.”

Serta selain sebagai salah satu pilar pembangunan perekonomian nasional serta selaku pelaku usaha, PT. PLN juga memiliki kewajiban atas perannya sebagai Badan Usaha Milik Negara yang diatur berdasarkan Undang-Undang Nomor 19 tahun 2003 Tentang Badan Usaha Milik Negara.

PT. PLN Batubara adalah Anak Perusahaan dari PT. PLN (Persero) yang didirikan pada tanggal 11 Agustus 2008 dengan maksud dan tujuan untuk menyelenggarakan usaha trading di bidang penyediaan batubara dalam rangka pengamanan sebagian pasokan batu batubara bagi kebutuhan PLTU-PLTU berbahan bakar batubara milik PLN, dan juga kebutuhan batubara lainnya berdasarkan prinsip industri dan niaga yang sehat dengan menerapkan prinsip perseroan terbatas. Sistem ketenagalistrikan di Indonesia terbagi atas tiga wilayah kerja yaitu Jawa Bali, Indonesia Barat, dan Indonesia Timur dengan sistem pembangkitan yang disediakan PLN ataupun Independent Power Producers (IPP).

Untuk dapat memenuhi kewajiban menjamin 20% pasokan kebutuhan batubara

bagi PLTU-PLTU berbahan bakar batubara milik PLN yang tersebar di seluruh

Indonesia sesuai penugasan dari PLN sebagai induk perusahaan, maka kepastian

produksi dan kelancaran transportasi pendistribusian batubara ke tempat-tempat

yang dituju menjadi suatu keharusan. Penyediaan batubara sebanyak 20% dari

(22)

kebutuhan atau sejumlah kurang lebih sembilan juta ton per tahun yang harus dipasok ke PLTU-PLTU milik PLN, mengingat permintaan batubara saat ini dan yang akan datang sangat tinggi, baik di tingkat nasional maupun internasional.

Pola trading tahun 2010 dilakukan dengan hasil sebanyak 995.000 ton dari target sebanyak 2,7 juta ton atau hanya tercapai 37%, sedangkan pada tahun 2011 dari target sebanyak 5 juta ton, sampai dengan Agustus 2011 baru mencapai 1.6 juta ton atau sekitar 35%.

Perkara dalam putusan tersebut diawali dengan bahwa dalam melakukan kegiatan akuisisi ini, PT PLN Batubara diharapkan dapat menjamin security of supply (ketersediaan batubara) dalam memasok pembangkit listrik tenaga uap yang memakai bahan bakar batubara dan melakukan efisiensi yang dapat menekan biaya listrik pada masyarakat. Karena hal tersebut membatasi harga batubara untuk domestik membuat biaya pokok produksi (BPP) yang berasal dari Pembangkit Listrik Tenaga Uap menjadi turun.

26

PT PLN Batubara memiliki dasar pemikiran, bahwa PT PLN Batubara adalah Badan Usaha Induk Tertinggi setelah dilakukan akuisisi terhadap PT Jambi Prima Coal. Maka setelah dilakukan penjumlahan untuk mendapatkan nilai aset dan nilai penjualan, dengan nilai aset dari hasil penggabungan tidak melebihi Rp2.500.000.000.000,00 (dua triliun lima ratus milyar rupiah) dan Nilai Penjualan tidak melebihi Rp5.000.000.000.000,00 (lima triliun rupiah) PT PLN Batubara berpendapat bahwa transaksi ini tidak termasuk kategori transaksi yang harus dilaporkan ke KPPU karena tidak

26 Ibid, hal. 23

(23)

memenuhi syarat sebagaimana ditentukan dalam Pasal 5 Peraturan Pemerintah No. 57 Tahun 2010.

27

Ketentuan perhitungan jumlah nilai aset dan/atau nilai penjualan ini tidak hanya semata-mata berdasarkan hasil penggabungan atau peleburan atau pengambilalihan saham yang ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2010 yang mengakibatkan melebihi batas jumlah yang ditentukan diatas, tetapi juga perhitungan nilai aset dan atau nilai penjualannya berdasarkan ketentuan Perkom No. 2 Tahun 2013. Dimana dalam Perkom No. 2 Tahun 2013 menyatakan bahwa penjumlahan nilai aset dan/atau nilai penjualan tersebut dapat dihitung dari perusahaan yang terkait secara langsung dengan perusahaan yang bersangkutan secara vertikal, yaitu induk perusahaan sampai dengan badan usaha tertinggi dan anak perusahaan sampai dengan anak perusahaan yang paling bawah.

28

Dengan adanya pemenuhan unsur telah melebihi batasan nilai diatas, pelaku usaha yang melakukan tindakan pengambilalihan sejatinya mengindikasikan kemungkinan dapat mengakibatkan:

1) Terciptanya konsentrasi kendali dari beberapa pelaku usaha sebelumnya independen kepada satu pelaku usaha atau satu kelompok pelaku usaha 2) Beralihnya suatu kendali dari satu pelaku usaha kepada pelaku usaha

lainnya yang sebelumnya masing-masing independen sehingga menciptakan konsentrasi pengendalian atau konsentrasi pasar.

27 Ibid, hal. 27

28 Indonesia, Peraturan Komisi Pengawas Persaingan Usaha No. 2 Tahun 2013 Tentang Pedoman Pelaksanaan Penggabungan atau Peleburan Badan Usaha dan Pengambilalihan Saham Perusahaan yang Dapat Mengakibatkan Terjadinya Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat.

(24)

Maka apabila suatu badan usaha melakukan tindakan akuisisi tidak melebihi batas sebagaimana ditentukan di atas, maka tidak diperlukan adanya pemberitahuan kepada KPPU. Akan tetapi, lain halnya apabila pada suatu kondisi suatu badan usaha sebelum proses pengambilalihan telah memiliki nilai penjualan dan/atau nilai aset diatas batasan nilai yang ditetapkan, maka badan usaha tersebut harus tetap melakukan kewajiban pemberitahuan. Kondisi badan usaha yang melakukan penggabungan, peleburan dan pengambilalihan tidak lepas dari pelanggaran Pasal 28 dan Pasal 29 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999.

29

Berdasarkan pemeriksaan sidang KPPU, Majelis Komisi menilai, menganalisa, menyimpulkan, dan memutusakan perkara berdasarkan alat bukti yang cukup untuk meyatakan bahwa terlapor dalam hal ini PT PLN Batubara, terbukti secara sah dan meyakinkan melanggar Pasal 29 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 juncto Pasal 5 Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2010 dengan pertimbangan yakni Majelis Komisi menilai bahwa telah terjadi Pengambilalihan Saham (Akuisisi) PT Jambi Primal Coal oleh PT PLN Batubara dan majelis berpendaat bahwa nilai asetdan nilai penjualan gabungan setelah Terlapor melakukan pengambilalihan saham PT Jambi Primal Coal telah memenuhi batas minimal nilai asset dan nilai penjualan gabungan yang wajib dilaporkan kepada Komisi, namun Terlapor terlambat melakukan pemberitahuan pengambilalihan saham dan majelis komisi menentukan lamanya hari keterlambatan selama 71 hari. Terhadap hal tersebut hukuman yang dijatuhkan kepada PT PLN Batubara

29 Ibid

(25)

yaitu untuk membayarkan denda administratif senilai Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

30

Mengenai pelaksanaan pemberitahuan atau notifikasi yang seharusnya dilakukan oleh PT PLN Batubara sebagai pelaku usaha atas tindakan akuisisi saham PT Jambi Primal Coal kepada KPPU, telah diatur dalam berbagai peraturan. Seperti Peraturan KPPU No. 4 Tahun 2012 mengenai pedoman pengenaan denda apabila terlambat melakukan notifikasi kepada KPPU. Serta dalam Perkom ini ditekankan kembali tentang maksimal waktu pelaporan atau notifikasi yang harus dilakukan pelaku usaha kepada KPPU. Kemudian Peraturan KPPU No. 3 Tahun 2019 yang menjelaskan dasar penilaian suatu tindakan pelaku usaha untuk dilakukan notifikasi kepada KPPU. Dalam Peraturan Komisi ini juga menerangkan jika hingga tenggat terakhir (maksimal 30 hari pasca Merger/Akuisisi berlaku efektif secara yuridis) KPPU belum juga menyatakan bahwa dokumen pelaku usaha telah lengkap sehingga notifikasi dianggap tak pernah dilakukan, maka sanksi denda akan tegas diberlakukan. Seperti diketahui, setiap keterlambatan notifikasi Merger/Akuisisi di KPPU akan dikenakan denda per hari Rp1 milyar dengan nilai denda maksimal Rp 25 milyar.

Berdasarkan pemaparan latar belakang tersebut maka penulis merasa tertarik dan perlu untuk mengkaji lebih lanjut terkait pengaturan notifikasi atau pemberitahuan pengambilalihan (akuisisi) di Indonesia dengan judul “Analisis Yuridis Persaingan Usaha Dalam Kasus Keterlambatan Pemberitahuan Pengambilalihan Saham PT Jambi Primal Coal Oleh PT PLN Batubara (Studi Putusan KPPU Nomor 23/KPPU-M/2019)”.

30 KPPU, Putusan Perkara Nomor 23/KPPU-M/2019,Op. Cit., hal. 90

(26)

B. Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang diatas maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana bentuk pengaturan mengenai akuisisi dan notifikasi akuisisi di Indonesia?

2. Bagaimana suatu tindakan notifikasi akuisisi berperan dalam Persaingan Usaha di Indonesia?

3. Bagaimana pembuktian pelanggaran hukum dalam kasus keterlambatan pemberitahuan pengambilalihan saham PT Jambi Primal Coal oleh PT PLN Barubara yang diputus oleh Komisi Pengawas Persaingan Usaha dalam Putusan 23/KPPU-M/2019?

C. Tujuan Dan Manfaat Penulisan

Berdasar pada rumusan masalah di atas, adapun tujuan penelitian ini antara lain sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui dan menjelaskan mengenai pengaturan notifikasi akuisisi dalam upaya transaksi pengambilalihan usaha yang berlaku di Indonesia.

2. Untuk memahami implementasi dari pengaturan notifikasi akuisisi dalam bidang penegakan hukum persaingan usaha dalam putusan KPPU Nomor:

23/KPPU-M/2019 tentang kasus PT PLN Batubara.

3. Untuk mengetahui peranan notifikasi akuisisi dalam dunia persaingan usaha.

(27)

Diharapkan skripsi ini memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Secara umum, tulisan ini diharapkan mampu memberi manfaat dari sudut pandang teoritis pada perkembangan keilmuan hukum khususnya dalam Hukum Persaingan Usaha. Tulisan ini diharapkan mampu memberikan sumbangsih pemikiran mengenai perkembangan hukum ekonomi dan perkembangan penegakan hukum persaingan usaha di Indonesia yang dirincikan dalam ranah penanganan perkara. Diharapkan tulisan ini mampu memberikan manfaat untuk pembaca baik untk kalangan akademisi, praktisi maupun kalangan umum sebagai bahan referensi dalam pembelajaran mengenai merger notofication dalam penegakan hukum persaingan usaha.

2. Manfaat Praktis

Tulisan ini diharapkan mampu untuk menjadi sumbangan pemikiran penulis bagi perkembangan hukum persaingan usaha dalam ranah tatanan praktis.

a. Bagi pihak Pemerintah, mampu memberikan manfaat serta masukan

dalam menilai suatu aturan Peraturan Perundang-undangan yang

berlaku pada masa sekarang ini agar disesuaikan dengan

perkembangan dalam ilmu persaingan usaha. Sehingga apabila

penilaian terhadap isi Peraturan Perundang-undangan tersebut

selanjutnya mampu dijadikan masukan ketika akan dilakukan revisi

Peraturan Perundang-undangan.

(28)

b. Bagi pihak pelaku usaha, sebagai acuan atau pedoman pelaku usaha mikro maupun makro dalam menjalankan usahanya.

c. Bagi penulis sendiri, dengan adanya tulisan ini diharapkan dapat memberi manfaat untuk menambah ilmu pengetahuan di bidang hukum ekonomi dan ilmu di bidang hukum persaingan usaha.

d. Bagi kalangan umum, dengan adanya tulisan ini diharapkan dapat memberikan pemahaman mengenai penegakan hukum pada bidang hukum persaingan usaha di Indonesia baik secara normatif maupun empiris.

D. Keaslian Penulisan

Skripsi dengan judul Analisis Yuridis Persaingan Usaha Dalam Kasus Keterlambatan Pemberitahuan Pengambilalihan Saham PT Jambi Primal Coal Oleh PT PLN Batubara (Studi Putusan KPPU Nomor: 23/KPPU-M/2019), berdasarkan hasil penelusuran penulis berkaitan dengan judul tersebut, belum pernah diteliti oleh peneliti sebelumnya, namun ada beberapa judul yang memiliki kaitan dengan notifikasi akuisisi, antara lain :

1. Nama : Heni Ulfa Yulianti Aminah Universitas : Universitas Jember

Tahun : 2014

Judul : “Tinjauan Yuridis Keterlambatan Melakukan Pemberitahuan Pengambilalihan Saham PT. Austindo Nusantara Jaya Rent Oleh PT. Mitra Pinastika Mustika Ditinjau Dari Undang-Undang No. 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monipoli Dan Persaingan Usaha Tidak Sehat”

2. Nama : Muhammad Yasser Kahfie

Universitas : Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Tahun : 2019

(29)

Judul : “Keterlambatan Laporan Akuisisi Saham PT. Citra Asri Property Oleh PT. Plaza Indonesia Reality Tbk. Menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999”

3. Nama : Riahmawati Saragih

Universitas : Universitas Sumatera Utara Tahun : 2019

Judul : “Analisis Hukum Terhadap Keterlambatan Pemberitahuan Pengambilalihan Saham PT. Prima Top Boga Oleh PT.

Nippon Indosari Corpindo, Tbk Ditinjau Dari Hukum Persaingan Usaha (Studi Putusan : Putusan KPPU No.07/KPPU-M/2018)”

4. Nama : Shania Meilisa Hutapea Universitas : Universitas Sumatera Utara Tahun : 2019

Judul : “Keterlambatan Koperasi Simpan Pinjam Jasa Melakukan Notifikasi Dalam Akuisisi Perseroan Terbatas (Studi Putusan KPPU Nomor: 02/KPPU-M/2018)”

5. Nama : Juvenita Yesica

Universitas : Universitas Pelita Harapan Tahun : 2020

Judul : “Analisis Yuridis Keterlambatan Pemberitahuan (Notifikasi) Atas Tindakan Akuisisi Saham Perusahaan”

6. Nama : Anisa Pelita Hati

Universitas : Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Tahun : 2020

Judul : “Tinjauan Yuridis Persaingan Usaha Terkait Keterlambatan Pemberitahuan Pengambilalihan Saham Oleh PT. Terminal bangsa Mandiri Oleh PT.FKS Multi Argo Tbk. (Studi Putusan KPPU Nomor 19/KPPU- M/2019)”

Permasalahan yang dibahas pada skripsi ini merupakan murni hasil

pemikiran penulis yang didasarkan pada pengertian, teori-teori, dan aturan hukum

yang berlaku dan diperoleh dari media cetak, media elektronik, dan bantuan dari

beberapa pihak. Penelitian ini disebut asli sesuai dengan keilmuan yaitu jujur,

rasional, dan terbuka serta dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah.

(30)

E. Tinjauan Pustaka

Penulisan skripsi ini membahas mengenai Tinjauan Yuridis Persaingan Usaha dalam Kasus Keterlambatan Pemberitahuan Pengambilalihan Saham PT.

Jambi Primal Coal Oleh PT. PLN Batubara (Studi Putusan KPPU Nomor:

23/KPPU-M/2019). Karena itu, diperlukan tinjauan pustaka demi memberikan batasan-batasan untuk penulis dalam memaparkan variable yang relevan dengan bahasan skripsi ini. Adapun tinjauan pustaka dari skripsi ini yaitu sebagai berikut:

1. Hukum Persaingan Usaha

Pada konteks ini, secara teoritis hukum persaingan usaha dapat dipandang dengan dua kata, yakni hukum dan persaingan usaha.

Upaya yang dimaksud tersebut agar dapat terlihat perbedaan antara hukum itu sendiri dengan persaingan usaha, agar di dalam pembahasannya kemudian dapat dimengerti apa yang dimaksud hukum persaingan usaha dalam berusaha.

31

Hukum persaingan usaha (Competition Law) adalah penggambaran dari hukum ekonomi (Economic Law), yang memiliki kateristik tersendiri. Seperti yang diketahui bahwasanya salah satu kateristik dari pada hukum ekonomi bersifat fungsional dengan meniadakannya pembedaan antara hukum publik dan hukum privat yang selama ini dikenal.

Tujuan daripada hukum persaingan usaha yaitu untuk menciptakan efisiensi terhadap ekonomi pasar dengan mencegah monopoli, mengatur persaingan yang sehat dan bebas, dan memberikan sanksi terhadap pelanggarnya.

32

Oleh karena itu, dengan adanya hukum persaingan usaha diharapkan dapat mewujudkan keadilan, bukan hanya bagi pelaku usaha,

31 Suhasril dan Mohammad Taufik Makarao, Op. Cit., hal. 37

32 Hermansyah, Pokok-Pokok Hukum Persaingan Usaha di Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2008), hal. 14

(31)

tetapi juga bagi konsumen dari produk yang dihasilkan para pelaku usaha tersebut.

33

Kebijaksanaan dalam menegakkan persaingan yang wajar serta sehat dalam dunia usaha, antara lain ditujukan demi menjamin persaingan pasar yang inherent dengan pencapaian efisiensi ekonomi pada seluruh bidang kegiatan usaha dan perdagangan, menjamin kesehjateraan konsumen serta membuka peluang pasar yang seluas-luasnya dan menjaga agar tidak terjadi konsentrasi kekuatan ekonomi pada kelompok tertentu saja.

2. Dasar Hukum Persaingan Usaha

Pada hal pengaturan mengenai persaingan usaha secara yuridis, maka terdapat beberapa sumber untuk dijadikan pegangan dalam melakukan persaingan usaha di Indonesia, antara lain:

a. Pasal 33 UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945, dimana dalam Pasal ini menekankan bahwa dalam menjalankan perekonomian di Indonesia didasari pada asas kekeluargaan, sehingga secara eksplisit mengamanatkan agar tidak terjadi adanya tindakan monopoli serta persaingan usaha tidak sehat yang dapat merugikan masyarakat di Indonesia;

b. Undang-Undang Nomor 5 tahun 1999 Tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat

c. Peraturan Pemerintah, seperti Peraturan Pemerintah No. 57 Tahun 2010 Tentang Penggabungan atau Peleburan Badan Usaha dan

33 Munir Fuady, Hukum Bisnis Dalam Teori dan Praktek, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2002), hal. 372

(32)

Pengambilalihan Saham Perusahaan yang Dapat Mengakibatkan Terjadinya Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat;

d. Peraturan Komisi Pengawas Persaingan Usaha (Perkom), seperti Perkom Nomor 4 Tahun 2012 Tentang Pedoman Pengenaan Denda Keterlambatan Pemberitahuan Penggabungan atau Peleburan Badan Usaha dan Pengambilalihan Saham Perusahaan Tidak Sehat.

3. Pengambilalihan (Akuisisi) Saham

Akuisisi berasal dari bahasa Latin acquire yang berarti “mendapatkan sesuatu dengan usaha atau perbuatannya sendiri” (to get or gain by one’s own efforts or actions).

34

Pengertian akuisisi secara terminologi yaitu pengambilalihan (takeover) sebuah perusahaan dengan membeli saham atau aset perusahaan tersebut, perusahaan yang dibeli tetap ada. Akuisisi atau dalam bahasa Inggris disebut acquisition yang dapat diartikan sebagai mengambilalih merupakan cara mengembangkan perusahaan yang sudah ada, atau menyelematkan perusahaan yang sedang mengalami kesulitan dana. Akuisisi merupakan proses pembelian saham suatu perusahaan.

35

Saham adalah salah satu bentuk dari akuisisi yang paling banyak ditemui dalam hampir setiap seluruh kegiatan akuisisi. Akuisisi tersebut dapat dilakukan baik dengan cara:

a. Membeli seluruh maupun sebagian saham-saham yang telah dikeluarkan oleh perseroan; ataupun dengan atau tanpa

34 Munir Fuadi, Hukum Tentang Akuisisi, Take Over, & LBO, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti,2014), hal. 3

35 Abdulkadir Muhammad, Pengantar Hukum Perusahaan Indonesia, (Bandung: PT.

Citra Aditya Bakti, 1995), hal. 233

(33)

b. Melakukan penyetoran atas sebagian maupun seluruh saham yang belum dan akan dikeluarkan perseroan;

Terdapat banyak alasan yang mendasari perusahaan untuk melakukan akuisisi atau pengambilalihan saham, alasan-alasan tersebut dapat dikarenakan banyaknya keuntungan yang dapat diperoleh apabila melakukan akuisisi atau pengambilalihan saham. Alasan-alasan yang mendasari terjadinya akuisisi atau pengambilalihan saham antara lain:

36

1) Dapat memperbesar ukuran perusahaan 2) Mengoptimalkan operasional manajerial

3) Mengurangi risiko, meminimalkan tekanan biaya finansial dan menghindari kebangkrutan

4) Menghindari pengambilalihan secara paksa.

Ketentuan dalam Pasal 103 UU Perseroan Terbatas mengisyaratkan bahwa akuisisi hanya mungkin dilaksanakan, jika hal tersebut memang dikehendaki oleh kedua belah pihak. Pernyataan kehendak atau kesepakatan dari kedua belah pihak, harus dibuktikan dengan persetujuan dari Badan atau Organ tertinggi dari masing-masing perusahaan dan atau perseroan.

37

Pengambilalihan saham Perseroan Terbatas dapat diartikan sebagai pengambilalihan dengan cara membeli saham mayoritas Perseroan Terbatas sehingga pembeli menjadi pemegang saham pengendali. Baik Perseroan

36 Mustafa Kamal Rokan, Op. Cit, hal. 236-237

37 Ahmad Yani & Gunawan Widjaja, Seri Hukum Bisnis Anti Monopoli, (Jakarta : PT.

Raja Grafindo Persada, 1999), hal. 50

(34)

Terbatas yang mengakuisisi atau Perseroan Terbatas yang diakuisisi tetap ada dan tidak berakhir secara hukum karena yang beralih hanya sahamnya.

38

4. Pemberitahuan Pengambilalihan

Pemberitahuan merupakan penyampaian informasi resmi dengan cara tertulis yang wajib dilakukan oleh badan usaha kepada Komisi atas Penggabungan atau Peleburan Badan Usaha, dan Pengambilalihan Saham Perusahaan setelah Penggabungan atau Peleburan atau Pengambilalihan Saham Perusahaan berlaku efektif secara yuridis.

39

Dalam Pasal 5 Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2010 menekankan mengenai pemberitahuan dilakukan secara tertulis kepada Komisi wajib paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja sejak tanggal berlaku efektif secara yuridis Pengambilalihan saham perusahaan.

40

Dalam ketentuan Pasal 4 Peraturan KPPU No. 4 Tahun 2012 pengidentifikasian suatu tindakan yang diduga sebagai keterlambatan notifikasi didapat melalui laporan pengawasan dan atau laporan penyelidikan. Dalam Pasal 2 Peraturan KPPU No. 3 Tahun 2019 mewajibkan untuk melakukan pemberitahuan hanya berlaku apabila pengambilalihan saham perusahaan mengakibatkan nilai asset melebihi Rp.

2.500.000.000.000,00 (dua triliun lima ratus miliar rupiah) ; dan/atau nilai penjualan melebihi 5.000.000.000.000,00 (lima triliun rupiah).

38 Maya Sari, dkk, “Perlindungan Hukum Bagi Pemegang Saham Minoritas Yang Tidak Dilibatkan Dalam Proses Akuisisi” Jurnal Yuridika, Volume 32 No. 3, September 2017, hal 442.

(Diakses pada tanggal 27 November 2020)

39 Peraturan Komisi Pengawas Persaingan Usaha No 4 Tahun 2012 Tentang Pedoman Pengenaan Denda Keterlambatan Pemberitahuan Penggabungan atau Peleburan Badan Usaha Dan Pengambilalihan saham Perusahaan, Pasal 1 ayat (8) .

40 Peraturan Pemerintah No 57 Tahun 2010 Tentang Penggabungan, Atau Peleburan Badan Usaha Dan Pengambilalihan Saham Perusahaan Yang Dapat Mengakibatkan Terjadinya Praktik Monopoli Dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, Pasal 5.

(35)

F. Metode Penelitian

Metode adalah cara teratur yang digunakan untuk melaksanakan sesuatu pekerjaan agar tercapai sesuai dengan yang dikendaki, cara kerja yang tersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan dan mencapai tujuan yang ditentukan.

41

Metode penelitian pada dasarnya merupakan suatu cara pencarian, bukan hanya sekedar mengamati dengan teliti suatu obyek.

42

Metode penelitian merupakan logika yang menjadi dasar suatu penelitian ilmiah.

43

Hasil penelitian tidak pernah dimaksudkan sebagai suatu pemecahan (solusi) langsung bagi permasalahan yang dihadapi, karena penelitian merupakan bagian saja dari usaha pemecahan masalah yang lebih besar. Sebagai seorang peneliti harus dapat memilih dan menentukan metode yang tepat dan mungkin dilaksanakan guna mencapai tujuan penelitiannya.

44

Didasari oleh hal tersebut, dalam penulisan ini metode penelitian yang digunakan oleh penulis adalah sebagai berikut:

1. Jenis, sifat, dan pendekatan penelitian

Jenis penelitian yang penulis gunakan dalam penulisan skripsi ini yaitu penelitian hukum normatif dengan melalui studi kepustakaan (library research) yang memiliki makna bahwa penelitian mengacu pada norma-norma hukum yang ada pada peraturan perundangundangan serta putusan-putusan pengadilan dan norma-

41 Departemen Pendidikan Nasional RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Edisi ketiga), Balai Pustaka, Jakarta, 2005, hal. 740.

42 Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007), hal. 28

43 Soejono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: UI Press, 2010), hal. 6

44 Saifuddin Azwar, Metode Penelitian, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1997), hal. 1

(36)

norma hukum yang terdapat dalam masyarakat.

45

Pada penelitian hukum jenis ini, dikonsepkan apa yang tertulis dalam peraturan perundang-undangan (law in books) atau hukum dikonsepkan sebagai kaidah atau norma yang merupakan patokan berperilaku manusia yang dianggap pantas.

46

Untuk penulisan skripsi ini mengacu kepada Undang-Undang Nomor 5 tahun 1999 Tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat serta beberapa peraturan dan pedoman Komisi Persaingan Usaha lainnya.

Kemudian untuk sifat penelitian yang penulis gunakan dalam penulisan skripsi ini yaitu penelitian deskriptif yang merupakan suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran, atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antarfenomena yang diselidiki.

47

Dalam penulisan skripsi ini sifat penelitian yaitu mengungkapkan peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan teori-teori hukum yang menjadi objek penelitian.

48

Dalam penulisan ini banyak bahan yang penulis gunakan berdasarkan bahan sekunder yang didapatkan dari internet dikarenakan dalam penulisan ini kondisi yang kurang mendukung dikarenakan

45 Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum, Cet.2, (Jakarta: Sinar Grafika,2009), hal. 223

46 Bambang Sunggono, Op. Cit, hlm. 184

47 M. Nazir, Metode Penelitian, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1988), hal. 63

48 Zainuddin Ali, Op. Cit, hal. 105

(37)

pandemic corona virus desease atau dikenal dengan Pandemic Covid- 19.

Untuk pendekatan penelitian yang digunakan pada penelitian ini yaitu Pendekatan Yurudis Normatif yang merupakan pendekatan yang dilakukan berdasarkan bahan hukum utama dengan cara menelaah teori-teori, konsep-konsep, asas-asas hukum serta peraturan perundang-undangan yang berhubungan dengan penelitian ini.

Pendekatan ini dikenal pula dengan pendekatan kepustakaan, yakni dengan mempelajari buku-buku, peraturan perundang-undangan dan dokumen lain yang berhubungan dengan penelitian ini.

2. Jenis dan sumber data

Penelitian Yuridis Normatif menggunakan jenis data sekunder sebagai data utama. Data sekunder adalah data yang didapat tidak secara langsung dari objek penelitian. Peneliti mendapat data yang sudah jadi yang dikumpulkan oleh pihak lain dengan berbagai cara atau metode, baik secara komersial maupun nonkomersial. Data Sekunder yang Penulis pakai adalah :

a. Bahan hukum primer, yaitu peraturan perundang- undangan yang terkait, antara lain :

1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945.

2) Undang-Undang, yaitu Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999

tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha

Tidak Sehat dan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007

tentang Perseroan Terbatas.

(38)

3) Peraturan Pemerintah No. 57 tahun 2010 tentang Penggabungan Atau Peleburan Badan Usaha Dan Pengambilalihan Saham Perusahaan Yang Dapat Mengakibatkan Terjadinya Praktik Monopoli Dan Persaingan Usaha Tidak Sehat.

4) Beberapa Peraturan dan Pedoman Komisi Pengawas Persaingan Usaha.

b. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan yang memberikan suatu penjelasan mengenai bahan hukum primer seperti hasil-hasil penelitian, pendapat para pakar dan lain-lain. Dalam penulisan skripsi ini yang merupakan bahan hukum sekunder diantaranya adalah buku-buku yang berkaitan dengan judul skripsi, artikelartikel ilmiah, hasil penelitian, laporan-laporan, makalah, skripsi, sebagainya yang diperoleh melalui media cetak atau media elektronik, dan Putusan KPPU Nomor: 23/KPPU-M/2019.

c. Bahan hukum tertier, yaitu yang mencakup bahan yang memberi petunjuk-petunjuk dan penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, seperti: kamus hukum, jurnal ilmiah, dan bahan-bahan lain yang relevan dan dapat dipergunakan untuk melengkapi data yang diperlukan dalam penulisan skripsi ini.

3. Teknik pengumpulan data

Pengumpulan data dari penulisan skripsi ini dilakukan dengan

tujuan agar dalam penulisan ini lebih terarah dan dapat

(39)

dipertanggungjawabkan, maka digunakan metode penelitian hukum normatif dengan pengumpulan data secara studi pustaka.

Studi pustaka (Library Research) yaitu teknik mempelajari sumber-sumber atau bahan tertulis yang dapat dijadikan bahan dalam penulisan skripsi ini. Data kepustakaan yang diperoleh melalui penelitian ini berupa buku-buku, wacana yang digunakan oleh pendapat sarjana ekonomi dan hukum yang sudah mempunyai nama besar dibidangnya, koran, majalah, dokumen resmi, publikasi dan hasil penelitian.

49

Untuk memperoleh data dari sumber ini Penulis memadukan, mengumpulkan, menafsirkan, dan membandingkan buku- buku dan artikel-artikel yang berhubungan dengan judul skripsi Analisis Yuridis Persaingan Usaha Dalam Kasus Keterlambatan Pemberitahuan Pengambilalihan Saham PT Jambi Primal Coal Oleh PT PLN Batubara (Studi Putusan KPPU Nomor: 23/KPPU-M/2019) ini.

4. Analisi data

Penelitian hukum normatif yang menelaah data sekunder menyajikan data berikut dengan analisisnya,

50

dan analisis data yang dipakai dalam penulisan skripsi ini dianalisa dengan menggunakan analisa kualitatif. Analisa kualitatif adalah aktivitas intensif yang memerlukan pengertian yang mendalam, kecerdikan, kreativitas, dan kepekaan konseptual. Analisa kualitatif juga diartikan sebagai pengolahan data yang digambarkan dengan kata-kata atau kalimat

49 Bambang Sunggono, Op. Cit, hal. 192

50 Soerjono Soekanto & Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif (Suatu Tinjauan Singkat), Jakarta: Rajawali Pers, 2001,hal. 69

(40)

dipisah-pisahkan menurut kategori untuk memperoleh kesimpulan.

Metode analisis data yang dilakukan Penulis, yaitu dengan ;

a. Mengumpulkan bahan hukum primer, sekunder, dan tertier yang relevan dengan permasalahan yang terdapat dalam penelitian ini.

Metode analisis data yang dilakukan penulis adalah pendekatan kualitatif, yaitu dengan:

b. Melakukan pemilahan terhadap bahan-bahan hukum relevan tersebut di atas agar sesuai dengan masing-masing permasalahan yang dibahas.

c. Mengolah dan menginterpretasikan data guna mendapatkan kesimpulan dari permasalahan.

d. Memaparkan kesimpulan, yang dalam hal ini adalah kesimpulan kualitatif, yaitu kesimpulan yang dituangkan dalam bentuk pernyataan dan tulisan.

G. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dimaksudkan agar karya ilmiah mampu menjawab

semua permasalahan sehingga pembahasan didalamnya tersusun dengan

sistematis dan terarah serta saling berkaitan didalam seluruh bab serta sub-bab

dalam penulisan karya ilmiah. Dalam penulisan skripsi yang berjudul “Analisis

Yuridis Persaingan Usaha Dalam Kasus Keterlambatan Pemberitahuan

Pengambilalihan Saham PT Jambi Primal Coal Oleh PT PLN Batubara (Studi

Putusan KPPU Nomor: 23/KPPU-M/2019)” ini penulis membagi dalam beberapa

bab dan sub-bab, agar penulisan skripsi ini dapat menjadi lebih sistematis,terarah,

dan mudah dipahami.

(41)

Sitematika dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini memaparkan mengenai latar belakang penulisan, rumusan masalah, tujuan serta manfaat penulisan, tinjauan pustaka, metode penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II : PENGATURAN AKUISISI DAN NOTIFIKASI AKUISISI DI INDONESIA

Bab ini memaparkan mengenai aturan-aturan hukum yang mengatur mengenai kewajiban para pelaku usaha yang dalam hal ini berbentuk sabagai perusahaan yaitu Undang-Undang Nomor 5 tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, Peraturan Pemerintah republic Indonesia Nomor 57 tahun 2010 Tentang Penggabungan Atau Peleburan Badan Usaha dan Pengambilalihan Saham Perusahaan Yang Dapat Mengakibatkan Terjadinya Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, serta Peraturan Komisi Nomor 1 tahun 2009 Tentang Pra-Notifikasi Penggabungan, Peleburan, dan Pengambilalihan

BAB III : PERAN AKUISISI DAN NOTIFIKASI AKUISISI PADA PERSAINGAN USAHA DI INDONESIA

Bab ini memaparkan mengenai bagaimana pengambilalihan

saham (akuisisi) serta pemberitahuan (notifikasi) dari tindakan

(42)

pengambilalihan saham yang dilakkan pelaku usaha kepada Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) menimbulkan seseuatu yang berdampak pada dunia persaingan usaha khususnya pada Negara Republik Indonesia.

BAB IV : ANALISIS PUTUSAN KPPU NOMOR: 23/KPPU-M/2019 DALAM PEMBUKTIAN PRAKTIK PERSAINGAN USAHA

TIDAK SEHAT PADA KASUS KETERLAMBATAN

PEMBERITAHUAN PENGAMBILALIHAN SAHAM PT JAMBI PRIMAL COAL OLEH PT PLN BATUBARA

Bab ini memaparkan mengenai kasus posisi yang terdapat didalam Putusan KPPU Nomor: 23/KPPU-M/2019, Pertimbangan Majelis Komisi, Amar Putusan, serta Analisis Hukum terhadap Putusan KPPU Nomor: 23/KPPU-M/2019

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini memaparkan hasil kesimpulan dari bab-bab yang telah

dibahas sebelumnya dalam berupa ringkasan dan susbtansi dari

penulisan ini serta saran-saran penulis yang mungkin berguna

bagi perkembangan ilmu hukum persaingna usaha di Indonesia.

Gambar

Tabel 4.1 Data kasus pelanggaran Pasal 29 UU No 5 Tahun 1999 pada tahun  2012- 2019 di KPPU

Referensi

Dokumen terkait

DEDI menjemput 2 (dua) orang cewek TIARA dan SARI untuk dibawa ke lokalisasi Pulau Bay Bengkulu. b) Terdakwa III menjelaskan, benar orang yang menjadi korban dalam

Meskipun Koperasi Kredit Harapan Kita Kota Medan adalah Koperasi yang masih menimbulkan faktor kekeluargaan, Koperasi Harapan Kita Kota Medan lebih ,mengambil

yuridis yang cukup berarti dalam perkembangan jaminan fidusia. Selanjutnya Pasal 12 dengan tegas mengatur bahwa satuan rumah susun dapat dijaminkan dengan ikatan

Adapun yang menjadi rumusan masalah penulisan ini adalah bagaimana pengetahuan tradisional dalam pengaturan Hak Kekayaan Intelektual, bagaimana pengaturan mengenai

Persekongkolan tender merupakan kegiatan dilarang karena menimbulkan persaingan usaha tidak sehat yang diatur dalam Pasal 22 Undang-Undang Nomor 5 tahun 1999. Akibatnya

Menimbang, bahwa terhadap pembelaan yang disampaikan oleh Terdakwa dan Penasehat Hukumnya, yang mana sebagimana pertimbangan Majelis Hakim tersebut di atas dimana

Penulis juga menyimpulkan bahwa pelanggaran yang dilakukan para terlapor merupakan pelanggaran penguasaan pasar yang dilakukan para pelaku usaha dalam hubungan

Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi perkembangan ilmu hukum pada umumnya khususnya berkaitan dengan Aspek Hukum