i
HUBUNGAN ANTARA BIMBINGAN GURU, MOTIVASI BELAJAR, DUKUNGAN TEMAN, SARANA BELAJAR, DAN PRESTASI BELAJAR
SISWA PADA PEMBELAJARAN AKUNTANSI Studi Kasus Siswa Kelas XI IPS SMAStella Duce 1 Yogyakarta
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi
Oleh:
Margareta Perwita Hapsari NIM : 091334046
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI
BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv
Dengan penuh syukur, aku persembahkan
karya sederhana ini teruntuk:
My Jesus Christ dan Bunda Maria yang selalu menuntun
setiap langkah hidupku.
My Beloved Parents (Nicodemus Waljono & Chatarina
Siena Yani) atas segala doa, dukungan, dan semangat
yang luar biasa untukku.
My Lovely Brother (Laurentius Fery Dwi Prasetyo) yang
selalu menyemangatiku dengan canda tawa.
My Big Family (Kel. Cokro Sareh & Kel. Bedjo) yang
selalu memberiku semangat dan kasih saying.
My Special One (Kristoforus Donny Eko Prasetyo) yang
selalu menemamiku, mengantarkanku kemanapun aku
pergi, memberiku dukungan, motivasi, dan cinta selama
ini.
My Best Friends (Fransisca Aprilia Ayu Ningtyas,
Depazzi Meyta Sari, Th. Evilia, Ririska Vakta Ninda,
Natalia Shara Dewanti, Elisabeth Shinta, Marduita,
Fransisca Nova, Arya Red Ant) yang selalu ada untukku
v
MOTTO
TUHAN adalah sumber pengharapanku. Sabar dalam mengatasi kesulitan dan
bertindak bijaksana dalam
mengatasinya adalah sesuatu yang utama.
Hari ini harus lebih baik dari hari kemarin dan hari esok adalah harapan
Cara terbaik untuk keluar dari suatu persoalan adalah memecahkannya.
viii ABSTRAK
HUBUNGAN ANTARA BIMBINGAN GURU, MOTIVASI BELAJAR, DUKUNGAN TEMAN, SARANA BELAJAR, DAN PRESTASI BELAJAR
SISWA PADA PEMBELAJARAN AKUNTANSI Studi Kasus Siswa Kelas XI IPS SMA Stella Duce 1 Yogyakarta
Margareta Perwita Hapsari Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2013
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan positif dan signifikan antara: (1) bimbingan guru dan prestasi belajar pada pembelajaran akuntansi, (2) motivasi belajar dan prestasi belajar pada pembelajaran akuntansi, (3) dukungan teman dan prestasi belajar pada pembelajaran akuntansi, (4) sarana belajar dan prestasi belajar pada pembelajaran akuntansi.
Penelitian ini merupakan studi kasus di SMA Stella Duce 1, Jalan Sabirin No. 1-3 Yogyakarta. Populasi penelitian adalah seluruh siswa SMA Stella Duce 1 Yogyakarta. Sampel penelitian adalah siswa kelas XI IPS SMA Stella Duce 1 Yogyakarta tahun ajaran 2012/ 2013 yang berjumlah 115 siswa. Teknik penarikan sampel adalah purposive sampling. Teknik pengumpulan data adalah kuesioner, dokumentasi, dan wawancara. Teknik analisis data adalah Spearman Rank.
ix ABSTRACT
THE CORRELATION BETWEEN TEACHERS’ GUIDANCE,
MOTIVATION, CLASSMATES’ SUPPORT, LEARNING FACILITY, AND STUDENT LEARNING ACHIEVEMENT IN STUDYING ACCOUNTING
A Case Study on the Grade Students of “Stella Duce 1 Yogyakarta” correlation between: (1) teachers’ guidance and accounting learning achievement, (2) motivation and accounting learning achievement, (3) classmates’ support and accounting learning achievement, (4) learning facility and accounting learning achievement.
This research is a case study in SMA Stella Duce 1, Sabirin street number 1-3 Yogyakarta. The population of this research were students of SMA Stella Duce 1 Yogyakarta. The samples of this research were 115 eleventh grade students of Stella Duce 1 Senior High School, Yogyakarta, 2012/ 2013 batch. The technique of sampling was purposive sampling. Booklet, documentation, and interview were using in this research to collect some of data that are useful to support this research. The technique of data analysis was Spearman Rank.
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan karunia yang telah diberikan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancar. Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Akuntansi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini mendapatkan berbagai masukan, kritik, dan saran dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta;
2. Bapak Indra Darmawan, SE., M.Si. selaku Ketua Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta;
3. Bapak Laurentius Saptono, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Akuntansi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta;
4. Ibu Natalina Premastuti Brataningrum, S.Pd., M.Pd. selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, kritik, dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini;
5. Ibu Benedicta Indah Nugraheni, S.Pd., SIP. M.Pd. dan Bapak Drs. Bambang Purnomo, S.E. M.Si selaku dosen penguji yang telah memberikan bimbingan dan saran untuk sempurnanya skripsi ini;
6. Staf pengajar Program Studi Pendidikan Akuntansi yang telah memberikan pengetahuan dan pengalaman yang berharga dalam proses perkuliahan;
7. Tenaga administrasi Program Studi Pendidikan Akuntansi yang telah membantu kelancaran proses belajar;
xi
9. SMA Negeri 3 Magelang yang telah memberikan ijin untuk melaksanakan uji validitas dan reliabilitas instrument;
10.Bapak Rustam Bambang S.Pd. yang telah membantu penulis dalam proses uji validitas dan reliabilitas instrument; memberikan doa dan dukungan selama proses pengerjaan skripsi ini; 14.Teman-teman PAK angkatan 2009, terima kasih untuk kebersamaan
selama ini;
15.Sahabat-sahabat tercinta : Fransisca Aprilia Ayuningtyas, Elisabeth Shinta, Marduita, Depazzi Meyta Sari, Fransisca Nova, Arya Red Ant, Th Evilia, Ririska Vakta Ninda, Didik Kristianto, Kristin Prasetyo Dewi, Natalia Shara Dewanti, terima kasih untuk segala dukungan, semangat, kasih sayang, dan kerja sama yang indah selama ini;
16.Teman-teman seminar penelitian : Kristin Prasetyo Dewi, Depazzi Meyta Sari, Laurensia Wuni, Theresia Mellyana, Didik Kristianto, Albertus Anang Dwi Krisdian, Leonardo Risandika, terima kasih untuk kritik dan saran yang membangun dalam penyusunan skripsi ini;
17.Kristoforus Donny Eko Prasetyo, terima kasih atas perhatian, dukungan, bantuan, semangat, cinta, dan kerelaan hati menemani penulis selama proses pengerjaan skripsi ini;
18.Keluarga besar Cokro Sareh dan Keluarga besar Bedjo yang memberikan dukungan doa dan semangat selama ini;
19.Romo Ardus dan teman-teman PPL di SMA Stella Duce 1 Yogyakarta yang selalu memberikan motivasi dan semangat kepada penulis.
xiii DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN MOTTO ... v
HALAMAN KEASLIAN KARYA ... vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii
xiv
B. Kajian Hasil Penelitian Yang Relevan ... 36
C. Kerangka Berfikir ... 37
D. Paradigma Penelitian ... 39
E. Hipotesis Penelitian ... 41
BAB III METODE PENELITIAN... 42
A. Jenis Penelitian ... 42
B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 42
C. Populasi dan Sampel Penelitian ... 43
D. Pengukuran Variabel Penelitian ... 44
E. Data yang Dicari ... 52
C. Sistem Pendidikan SMA Stella Duce 1 Yogyakarta ... 69
D. Kurikulum SMA Stella Duce 1 Yogyakarta ... 69
E. Sumber Daya Manusia SMA Stella Duce 1 Yogyakarta ... 70
F. Siswi SMA Stella Duce 1 Yogyakarta ... 70
G. Kondisi Fisik dan Lingkungan SMA Stella Duce 1 Yogyakarta ... 70
H. Proses Belajar Mengajar SMA Stella Duce 1 Yogyakarta ... 71
BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 73
A. Deskripsi Data ... 73
B. Analisis Data ... 79
C. Pembahasan ... 86
BAB IV KESIMPULAN, SARAN, DAN KETERBATASAN ... 98
A. Kesimpulan ... 98
B. Saran ... 99
C. Keterbatasan ... 101
DAFTAR PUSTAKA ... 102
xv
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel III. 1 Penskoan Skala Likert ... 45
Tabel III. 2 Penilaian Acuan Patokan (PAP) II ... 46
Tabel III. 3 Kisi-Kisi Kuesioner Bimbingan Guru ... 47
Tabel III. 4 Kisi-kisi Kuesioner Motivasi Belajar Siswa... 49
Tabel III. 5 Kisi-Kisi Kuesioner Dukungan Teman ... 50
Tabel III. 11 Ringkasan Hasil Uji Validitas Butir ... 58
Tabel III. 12 Uji Reliabilitas Variabel Bimbingan Guru ... 60
Tabel III. 13 Uji Reliabilitas Variabel Motivasi Belajar ... 61
Tabel III. 14 Uji Reliabilitas Variabel Dukungan Teman ... 61
Tabel III. 15 Uji Reliabilitas Variabel Sarana Belajar... 62
Tabel III. 16 Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi ... 64
xvii
DAFTAR GAMBAR
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I Kuesioner ... 105
Lampiran II Data Mentah Uji Validitas dan Reliabilitas ... 114
Lampiran III Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ... 119
Lampiran IV Data Mentah Uji Hipotesis ... 126
Lampiran V Uji Hipotesis dengan Korelasi Spearman Rank ... 144
Lampiran VI Daftar Distribusi Frekuensi dan PAP II ... 148
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut UU Republik Indonesia No 20 tahun 2003 tentang sistem
pendidikan nasional,
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Pendidikan merupakan kunci utama bagi bangsa yang ingin maju
dan unggul dalam persaingan global serta merupakan sarana terpenting
dalam mewujudkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas.
Dengan pendidikan diharapkan kemampuan, mutu pendidikan, dan
martabat manusia Indonesia dapat ditingkatkan. Upaya peningkatan SDM
yang berkualitas dilaksanakan melalui jalur pendidikan dasar, pendidikan
menengah, dan pendidikan tinggi. Pencapaian kualitas SDM itu dapat
ditempuh melalui perbaikan, perubahan, dan pembaharuan terhadap
faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan pendidikan.
Banyak permasalahan terjadi di dunia pendidikan Indonesia yang
menghambat pencapaian SDM yang berkualitas. Permasalahan ini bukan
hanya berasal dari sistem pendidikan Indonesia, akan tetapi permasalahan
itu muncul dari pelaku pendidikan. Misalnya, banyaknya pelajar yang
Menurut kompas.com yang diunduh tanggal 27 September 2012, tawuran
antar pelajar menimbulkan korban jiwa yang berdampak pada krisis
negarawan bangsa dalam rentang waktu beberapa dekade mendatang.
Selain itu, ada oknum guru yang dengan sengaja membiarkan kecurangan
terjadi saat UN dengan alasan agar para siswanya lulus 100%. Dengan
demikian, seluruh pelaku pendidikan harus bekerja sama memecahkan
permasalahan tersebut demi pencapaian SDM yang berkualitas.
Salah satu parameter yang digunakan untuk mengukur tingkat
keberhasilan pendidikan adalah prestasi belajar siswa. Prestasi belajar
merupakan kemampuan seseorang pada bidang tertentu dalam mencapai
tingkat kedewasaan yang langsung dapat diukur dengan tes (Nurkholis
2006: 10).
Prestasi belajar dapat dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor intern
dan faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor yang berasal dari dalam diri
manusia yang terdiri dari faktor fisiologis (karena sakit, karena kurang
sehat, karena cacat tubuh), dan faktor psikologis (intelegensi, bakat, minat,
motivasi dan faktor kesehatan mental). Kondisi siswa yang kurang sehat
akan mempengaruhi prestasi belajar yang akan dicapai siswa. Kesehatan
siswa yang terganggu itu dapat membuat siswa tidak bergairah untuk
belajar. Tidak adanya gairah untuk belajar membuat siswa tidak mampu
menerima pelajaran dari guru dengan baik.
Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan
dipelajari sesuai minat siswa, siswa akan belajar sebaik – baiknya. Hal ini
karena ada daya tarik bagi siswa tersebut.
Faktor ekstern yaitu faktor yang berasal dari luar diri manusia yang
terdiri dari lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan
masyarakat, sarana belajar, dan media massa. Situasi keluarga sangat
berpengaruh pada keberhasilan anak. Situasi keluarga yang tidak nyaman
dapat membuat anak cenderung malas dalam belajar dan tidak nyaman
tinggal di rumah. Akan tetapi, situasi keluarga yang nyaman dan damai
dapat membuat anak merasa nyaman tinggal di rumah dan dapat
mendorong anak untuk belajar dengan giat. Dengan demikian, situasi
keluarga akan mempengaruhi prestasi belajar yang akan dicapai siswa.
Lingkungan sekolah juga mempengaruhi prestasi belajar siswa.
Kondisi gedung sekolah dan perlengkapan pembelajaran yang memadai
akan membantu siswa dalam proses pembelajaran yang berkaitan dengan
prestasi belajar yang akan dicapai.
Lingkungan masyarakat sekitar tempat tinggal merupakan pemicu
siswa untuk belajar. Apabila masyarakat sekitar adalah masyarakat yang
berpendidikan dan bermoral baik, maka siswa cenderung terpicu untuk
belajar dengan giat. Siswa yang belajar dengan giat tentu saja akan
mencapai prestasi yang memuaskan.
Selain itu, media massa juga mempengaruhi prestasi belajar siswa.
Adanya berita – berita yang termuat dalam media akan mengganggu siswa
besar timbul dari dalam diri siswa. Siswa selalu ingin tahu tentang sesuatu
yang membuat siswa tersebut meninggalkan tugasnya untuk belajar. Hal
ini tentu saja akan mengganggu siswa dalam pencapaian prestasi belajar
yang memuaskan.
Banyak upaya yang dilakukan untuk pencapaian prestasi belajar
yang tinggi. Salah satu caranya adalah pemilihan cara belajar yang tepat.
Siswa dan guru diharapkan dapat bekerja sama dengan baik dalam proses
belajar mengajar. Guru menyiapkan metode dan media yang sesuai dengan
materi pelajaran dengan baik, sehingga siswa dapat lebih mudah dalam
memahami materi yang disampaikan. Kerja sama ini tentu saja akan
menguntungkan bagi pencapaian prestasi belajar yang tinggi.
Belajar adalah proses perubahan tingkah laku yang terjadi di dalam
satu situasi. Situasi belajar ini ditandai dengan motif – motif yang
ditetapkan dan diterima oleh siswa. Terkadang satu proses belajar tidak
dapat mencapai hasil maksimal karena kondisi kesehatan siswa yang
kurang baik, keadaan siswa yang cacat tubuh, kurangnya bimbingan guru,
ketiadaan kekuatan yang mendorong (motivasi), tidak adanya dukungan
teman, tidak adanya dukungan orang tua, dan tidak adanya sarana belajar
sebagai penunjang kegiatan belajar.
Dari beberapa penelitian tentang prestasi belajar siswa, ditemukan
bahwa prestasi belajar dipengaruhi oleh berbagai faktor. Anastasia Yuni
Astuti (2007) dalam studi kasusnya di SMK YPKK 3 Sleman menemukan
bimbingan guru, dan dukungan teman secara bersama – sama terhadap
prestasi belajar. Selain itu, Vina Christina (2011) dalam studi kasusnya di
SMA Santa Maria Yogyakarta menyimpulkan adanya hubungan antara
bimbingan guru akuntansi, motivasi belajar akuntansi, dan dukungan
teman sekelas terhadap prestasi belajar siswa. Penelitian – penelitian
tersebut sekurang – kurangnya menyimpulkan bahwa ada empat faktor
utama yang mempengaruhi prestasi belajar siswa, yaitu 1) bimbingan
guru, 2) motivasi belajar siswa, 3) dukungan teman, dan 4) sarana belajar.
Belajar mengajar merupakan suatu proses yang sangat kompleks
karena dalam proses tersebut siswa tidak hanya sekadar menerima dan
menyerap informasi yang disampaikan oleh guru, tetapi siswa dapat
melibatkan diri dalam kegiatan pembelajaran dengan aktif, agar hasil
belajarnya lebih baik dan sempurna. Dari proses pembelajaran tersebut
siswa dapat menghasilkan suatu perubahan yang bertahap dalam dirinya,
baik dalam bidang pengetahuan dan keterampilan maupun sikap. Adanya
perubahan tersebut terlihat dalam prestasi belajar yang dihasilkan oleh
siswa berdasarkan evaluasi yang diberikan oleh guru.
Dalam upaya mencapai prestasi belajar yang tinggi, bimbingan guru
mempunyai peranan yang penting. Pada kenyataannya, kebanyakan guru
merasa puas kalau anak didik mendapat nilai baik pada hasil ulangannya
(Sardiman 2008: 52). Guru lebih menekankan transfer of knowledge.
Dalam hal ini, siswa dituntut mengetahui pengetahuan yang telah
memecahkan segala persoalan ketika siswa mengikuti pelajaran. Dengan
bimbingan guru, siswa menjadi lebih mudah memahami materi pelajaran
dan prestasi belajar siswa akan menjadi lebih baik.
Setiap siswa membutuhkan motivasi belajar untuk meningkatkan
prestasi belajarnya. Motivasi merupakan dorongan yang terdapat dalam
diri seseorang untuk berusaha mengadakan perubahan tingkah laku yang
lebih baik dalam memenuhi kebutuhannya (Hamzah 2007: 3). Ketika
siswa mempunyai motivasi belajar yang tinggi, siswa tersebut akan
mempunyai harapan untuk berhasil dan mempunyai sikap positif untuk
mendapatkan hasil yang maksimal. Namun, ketika siswa tidak mempunyai
motivasi belajar, siswa tersebut cenderung acuh tak acuh terhadap segala
sesuatu sehingga tidak ada harapan untuk mencapai hasil yang maksimal.
Dukungan teman sekelas juga mempunyai andil yang besar dalam
peningkatan prestasi belajar. Dengan dukungan dari teman, siswa tentu
saja akan lebih termotivasi untuk belajar sehingga prestasi belajar akan
meningkat. Dukungan teman dapat dilakukan dengan cara mengerjakan
tugas secara berkelompok sehingga jika ada siswa yang kurang memahami
materi pelajaran, dapat ditanyakan langsung kepada temannya.
Sarana belajar merupakan sarana penunjang kegiatan pembelajaran
yang penting. Belajar tidak dapat berjalan dengan baik tanpa alat – alat
belajar yang cukup. Dengan sarana belajar yang kurang lengkap, kegiatan
tersedia lengkap, kegiatan pembelajaran tentu saja akan berjalan dengan
lancar sehingga prestasi belajar akan meningkat.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “Hubungan antara Bimbingan Guru, Motivasi
Belajar, Dukungan Teman, Sarana Belajar, dan Prestasi Belajar Siswa
Pada Pembelajaran Akuntansi”. Studi kasus pada Siswa SMA Stella Duce
1 Yogyakarta.
B. Batasan Masalah
Penelitian yang akan dilakukan bertujuan untuk mengetahui
beberapa faktor yang berpengaruh terhadap prestasi belajar kelas X, kelas
XI, dan kelas XII SMA Stella Duce 1 Yogyakarta. Supaya penelitian ini
lebih terarah, maka penelitian ini hanya dibatasi pada empat faktor yang
mempengaruhi prestasi belajar, yaitu: (1) bimbingan guru, (2) motivasi
belajar, (3) dukungan teman, (4) sarana belajar.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, peneliti merumuskan masalah yang
akan diteliti sebagai berikut:
1. Apakah ada hubungan positif dan signifikan antara bimbingan guru
dan prestasi belajar pada pembelajaran akuntansi?
2. Apakah ada hubungan positif dan signifikan antara motivasi belajar
3. Apakah ada hubungan positif dan signifikan antara dukungan teman
dan prestasi belajar pada pembelajaran akuntansi?
4. Apakah ada hubungan positif dan signifikan antara sarana belajar dan
prestasi belajar pada pembelajaran akuntansi?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut maka dapat dirumuskan
tujuan penelitian yang akan dicapai, yaitu:
1. Untuk mengetahui apakah ada hubungan positif dan signifikan antara
bimbingan guru dan prestasi belajar pada pembelajaran akuntansi.
2. Untuk mengetahui apakah ada hubungan positif dan signifikan antara
motivasi belajar dan prestasi belajar pada pembelajaran akuntansi.
3. Untuk mengetahui apakah ada hubungan positif dan signifikan antara
dukungan teman dan prestasi belajar pada pembelajaran akuntansi.
4. Untuk mengetahui apakah ada hubungan positif dan signifikan antara
sarana belajar dan prestasi belajar pada pembelajaran akuntansi.
E. Manfaat Penelitian
Penelitian yang dilakukan diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak
– pihak yang berkepentingan dengan hasil penelitian, antara lain:
1. Bagi Siswa
Hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan masukan
memudahkan siswi dalam upaya peningkatan prestasi belajar dan
untuk lebih memiliki motivasi belajar yang tinggi sehingga dapat
meningkatkan prestasi belajarnya. Selain itu, para siswi juga
diharapkan dapat menjalin kerjasama yang baik dengan teman sekelas
jika mengalami kesulitan belajar dan didukung oleh sarana belajar
yang lengkap sehingga prestasi belajar dapat tercapai secara optimal.
2. Bagi Peneliti
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat bagi
peneliti untuk memahami berbagai macam faktor yang mempengaruhi
prestasi belajar siswa sehingga dapat bermanfaat sebagai bekal ketika
memasuki dunia kerja. Selain itu, hasil penelitian juga dapat
menambah wawasan, pengalaman, dan pengetahuan peneliti yang
nantinya dapat diterapkan di bidang pendidikan.
3. Bagi Sekolah dan Guru
Hasil penelitian dapat menjadi bahan masukan bagi sekolah dan
guru dalam menentukan kebijakan dan memilih strategi pembelajaran
yang mengarah pada pencapaian prestasi belajar yang optimal bagi
peserta didik.
4. Bagi Universitas
Hasil penelitian dapat digunakan sebagai alat pengembangan ilmu
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Deskripsi Teoritik
1. Prestasi belajar
Menurut Winkel (dalam Nurkholis 2006: 10) prestasi belajar
adalah hasil suatu penilaian dibidang pengetahuan, ketrampilan, dan
sikap sebagai hasil belajar yang dinyatakan dalam bentuk nilai.
Prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang
dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai
tes atau angka yang diberikan oleh guru Purwodarminto (dalam
Nurkholis 2006: 10). Sedangkan menurut Rusyan (dalam Nurkholis
2006: 10) prestasi belajar merupakan hasil dari adanya rencana dan
pelaksanaan proses belajar, sehingga diperlukan informasi-informasi
yang mendukung disertai dengan data yang objektif dan memadai.
Prestasi belajar adalah hasil belajar yang meliputi segenap ranah
psikologi yang berubah sebagai akibat pengalaman dan proses belajar
mengajar (Syah 1995: 150).
Menurut Bloom (dalam Slavin, 1994), prestasi akademik atau
prestasi belajar adalah proses belajar yang dialami siswa dan
menghasilkan perubahan dalam bidang pengetahuan, pemahaman,
penerapan, daya analisis, sintesis, dan evaluasi (Reni Akbar 2004: 68).
(Winkel, dalam Slameto, 1991), antara lain ada yang bersifat internal
(terdiri dari inteligensi, motivasi belajar, minat, bakat, sikap, persepsi
diri, dan kondisi fisik) dan ada yang bersifat eksternal (terdiri dari
lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan
masyarakat).
Dengan demikian, Prestasi belajar merupakan hasil atau taraf
kemampuan yang telah dicapai siswa setelah mengikuti proses belajar
mengajar dalam waktu tertentu baik berupa perubahan tingkah laku,
keterampilan dan pengetahuan dan kemudian akan diukur dan dinilai
yang kemudian diwujudkan dalam angka atau pernyataan.
a. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar
Menurut Slameto (2003: 54-72) faktor-faktor yang
memengaruhi belajar dapat digolongkan ke dalam dua golongan
yaitu faktor intern yang bersumber pada diri siswa dan faktor
ekstern yang bersumber dari luar diri siswa. Faktor intern terdiri
dari kecerdasan atau intelegensi, perhatian, bakat , minat, motivasi,
kematangan, kesiapan dan kelelahan. Sedangkan faktor ekstern
terdiri dari lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan
lingkungan masyarakat.
Faktor-faktor tersebut meliputi:
1) Faktor intern (faktor dalam diri manusia)
a) Faktor fisiologi (yang bersifat fisik) yang meliputi:
(1) Karena sakit
Seorang yang sakit akan mengalami kelemahan
fisiknya, sehingga saraf sensoris dan motorisnya lemah.
Akibatnya ransangan yang diterima melalui inderanya
lama, sarafnya akan bertambah lemah, sehingga ia tidak
dapat masuk sekolah untuk beberapa hari, yang
mengakibatkan ia tertinggal dalam pelajarannya.
(2) Karena kurang sehat
Anak yang kurang sehat dapat mengalami kesulitan
belajar, sebab ia mudah capek, mengantuk, pusing, daya
konsentrasinya hilang, kurang semangat, dan pikirannya
terganggu. Karena hal-hal tersebut penerimaan dan respon
terhadap pelajaran berkurang, saraf otak tidak mampu
bekerja secara optimal dalam memproses,
mengelola,menginterprestasi dan mengorganisasi materi
pelajaran melalui inderanya sehingga ia tidak dapat
memahami makna materi yang dipelajarinya.
(3) Karena cacat tubuh
Cacat tubuh dibedakan atas dua golongan, yaitu :
(a) Cacat tubuh yang ringan seperti kurang pendengaran,
(b) Cacat tubuh yang tetap (serius) seperti buta, tuli, bisu
dan sebagainya.
Bagi seseorang yang memiliki cacat tubuh ringan
masih dapat mengikuti pendidikan umum, dengan syarat
guru memperhatikan dan memperlakukan siswa dengan
wajar. Sedangkan bagi orang yang memiliki cacat tubuh
serius harus mengikuti pendidikan di tempat khusus
seperti Sekolah Luar Biasa (SLB).
b) Faktor psikologi (faktor yang bersifat rohani)
Faktor psikologi meliputi:
(1) Intelegensi
Setiap orang memiliki tingkat IQ yang
berbeda-beda. Seseorang yang memiliki IQ 110-140 dapat
digolongkan cerdas, dan yang memiliki IQ 140 keatas
tergolong jenius. Golongan ini mempunyai potensi untuk
dapat menyelesaikan pendidikan di Perguruan Tinggi.
Seseorang yang memiliki IQ kurang dari 90 tergolong
lemah mental, mereka inilah yang banyak mengalami
kesulitan belajar.
(2) Bakat
Bakat adalah potensi atau kecakapan dasar yang
dibawa sejak lahir. Setiap individu mempunyai bakat yang
sesuatu yang sesuai dengan bakatnya. Apabila seseorang
harus mempelajari sesuatu yang tidak sesuai dengan
bakatnya, ia akan cepat bosan, mudah putus asa dan tidak
senang. Hal-hal tersebut akan tampak pada anak suka
mengganggu kelas, berbuat gaduh, tidak mau pelajaran
sehingga nilainya rendah.
(3) Minat
Tidak adanya minat seorang anak terhadap suatu
pelajaran akan timbul kesulitan belajar. Belajar yang tidak
ada minatnya mungkin tidak sesuai dengan bakatnya, tidak
sesuai dengan kebutuhanya, tidak sesuai dengan
kecakapan dan akan menimbulkan problema pada diri
anak. Ada tidaknya minat terhadap suatu pelajaran dapat
dilihat dari cara anak mengikuti pelajaran, lengkap
tidaknya catatan dan aktif tidaknya dalam proses
pembelajaran.
(4) Motivasi
Motivasi sabagai faktor dalam (batin) berfungsi
menimbulkan, mendasari dan mengarahkan perbuatan
belajar. Motivasi dapat menentukan baik tidaknya dalam
mencapai tujuan, sehimgga semakin besar motivasinya
akan semakin besar kesuksesan belajarnya. Seorang yang
mau menyerah dan giat membaca buku-buku untuk
meningkatkan prestasinya. Sebaliknya mereka yang
motivasinya lemah, tampak acuh tak acuh, mudah putus
asa, perhatianya tidak tertuju pada pelajaran, suka
menggangu kelas dan sering meninggalkan pelajaran.
Akibatnya mereka banyak mengalami kesulitan belajar.
(5) Faktor kesehatan mental
Dalam belajar tidak hanya menyangkut segi intelek,
tetapi juga menyangkut segi kesehatan mental dan
emosional. Hubungan kesehatan mental dengan belajar
adalah timbal balik. Kesehatan mental dan ketenangan
emosi akan menimbulkan hasil belajar yang baik demikian
juga belajar yang selalu sukses akan membawa harga diri
seseorang. Bila harga diri tumbuh akan merupakan faktor
adanya kesehatan mental. Individu di dalam hidupnya
selalu mempunyai kebutuhan-kebutuhan dan
dorongan-dorongan, seperti : memperoleh penghargaan, dapat
kepercayaan, rasa aman, rasa kemesraan, dan lain-lain.
Apabila kebutuhan itu tidak terpenuhi akan membawa
masalah-masalah emosional dan akan menimbulkan
2) Faktor Ekstern
Faktor ekstern merupakan faktor yang berasal dari luar diri
siswa, faktor ini meliputi :
a) Lingkungan Keluarga
Keluarga merupakan pusat pendidikan yang utama dan
pertama. Yang termasuk faktor ini antara lain :
(1) Perhatian Orang tua
Dalam lingkungan keluarga setiap individu atau
siswa memerlukan perhatian orang tua dalam mencapai
prestasi belajarnya. Karena perhatian orang tua ini akan
menentukan seseorang siswa dapat mencapai prestasi
belajar yang tinggi. Perhatian orang tua diwujudkan dalam
hal kasih sayang, memberi nasihat-nasihat dan sebagainya.
(2) Keadaan ekonomi orang tua
Keadaan ekonomi keluarga juga mempengaruhi
prestasi belajar siswa, kadang kala siswa merasa kurang
percaya diri dengan keadaan ekonomi keluarganya. Akan
tetapi ada juga siswa yang keadaan ekonominya baik,
tetapi prestasi prestasi belajarnya rendah atau sebaliknya
siswa yang keadaan ekonominya rendah malah mendapat
(3) Hubungan antara anggota keluarga
Dalam keluarga harus terjadi hubungan yang
harmonis antar personil yang ada. Dengan adanya
hubungan yang harmonis antara anggota keluarga akan
mendapat kedamaian, ketenangan dan ketentraman. Hal
ini dapat menciptakan kondisi belajar yang baik, sehingga
prestasi belajar siswa dapat tercapai dengan baik pula.
b) Lingkungan Sekolah
Yang dimaksud sekolah, antara lain :
(1) Guru, yang meliputi :
Guru merupakan salah satu faktor lingkungan
sekolah yang berperan penting dalam mencapai prestasi
belajar siswa. Guru sebagai subjek dalam pendidikan yang
bertugas untuk mentransfer ilmu kepada siswa, maka
seorang guru harus dapat menguasai bahan pelajaran yang
akan ditransfer dan dapat menyampaikan dengan baik
serta dapat menguasai dan mengontrol kondisi kelas siswa.
(2) Faktor alat
Alat pelajaran yang kurang lengkap membuat
penyajian kurang efektif. Terutama pelajaran yang bersifat
praktikum, kurangnya alat laboratorium akan banyak
menimbulkan kesulitan siswa dalam belajar dan guru
menimbulkan kepasifan bagi siswa sehingga tidak
menutup kemungkinan akan menghambat prestasi belajar
siswa.
(3) Kondisi gedung
Kondisi gedung terutama ditunjukkan pada ruang
kelas atau ruang tempat proses belajar mengajar.
Ruang harus memenuhi syarat kesehatan seperti;
(a) Ruang harus berjendela, ventilasi cukup, udara segar
dan sinar dapat masuk ruangan
(b) Dinding harus bersih, putih, tidak terlihat kotor
(c) Lantai tidak becek, licin atau kotor
(d) Keadaan gedung yang jauh dari keramaian seperti
pasar, bengkel, pabrik, dan lain-lain, sehingga siswa
mudah konsentrasi dalam belajar Apabila beberapa hal
diatas tidak terpenuhi maka situasi belajar akan kurang
baik.
c) Faktor Mass Media dan Lingkungan Sosial (Masyarakat)
(1) Faktor mass media meliputi ; bioskop, tv, surat kabar,
majalah, buku-buku komik yang ada disekeliling kita.
Hal-hal itu yang akan menghambat belajar apabila terlalu
banyak waktu yang dipergunakan, hingga lupa tugas
(2) Lingkungan sosial
(a) Teman bergaul berpengaruh sangat besar bagi
anak-anak. Maka kewajiban orang tua adalah mengawasi
dan memberi pengertian untuk mengurangi pergaulan
yang dapat memberikan dampak negatif bagi anak
tersebut.
(b) Lingkungan tetangga dapat memberi motivasi bagi
anak untuk belajar apabila terdiri dari pelajar,
mahasiswa, dokter. Begitu juga sebaliknya, apabila
lingkungan tetangga adalah orang yang tidak sekolah,
menganggur, akan sangat berpengaruh bagi anak.
(c) Aktivitas dalam masyarakat juga dapat berpengaruh
dalam belajar anak. Peran orang tua disini adalah
memberikan pengarahan kepada anak agar kegiatan
diluar belajar dapat diikuti tanpa melupakan tugas
belajarnya.
2. Bimbingan guru
a. Pengertian Bimbingan Guru
Menurut Winkel (2004: 27), bimbingan adalah (1)
memberikan informasi, yaitu menyajikan pengetahuan yang dapat
memberitahukan sesuatu sambil memberikan nasihat, (2)
bimbingan adalah mengarahkan, yaitu menuntun ke suatu tujuan.
Bimbingan adalah proses pemberian bantuan (process of
helping) kepada individu agar mampu memahami dan menerima
diri dan lingkungannya, mengarahkan diri, dan menyesuaikan diri
secara positif dan konstruktif terhadap tuntutan norma kehidupan
(agama dan budaya) sehingga mencapai kehidupan yang bermakna
(berbahagia, baik secara personal maupun sosial).
Guru memegang peranan penting dalam proses belajar
mengajar. Di pundaknya terdapat beban tanggung jawab utama
dalam mentransfer usaha kependidikan persekolahan di negara
maju. Media elektronik sebagai alat untuk pengkajian dalam segala
bidang selalau dipergunakan dan kemampuannya untuk membawa
bahan pengajaran kepada pengajar telah dibuktikan, namun
keberadaannya tetap tidak dapat sepenuhnya menggantikan
kedudukan guru. Ada sesuatu yang hilang di mana selama ini
disambungkan oleh adanya interaksi antara manusia, antara guru
dan pelajar. Kehilangan utama yang paling nampak adalah dari segi
keteladanan dan pemahaman nilai-nilai yang dikristalisasi dalam
tujuan pengajaran yang dimaksud. Sebab tujuan yang mengarahkan
pelajar tersebut bersumber pada guru dibandingkan pada pelajar
sekalipun. Tujuan itu dirumuskan oleh tenaga kependidikan yang
Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional
(UUSPN) pasal 27 ayat (03) dikemukakan bahwa guru adalah
tenaga pendidik yang khusus diangkat dengan tugas utama
mengajar, disamping itu ia mempunyai tugas lain yang bersifat
pendukung yaitu membimbing dan mengelola administrasi sekolah.
Pengertian guru secara lebih jelas dituangkan dalam Surat
Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara
Nomor: 26/MENPAN/1989 pasal 2 ayat (1) yang menyatakan
bahwa guru adalah Pegawai Negeri Sipil yang diberi tugas,
wewenang dan tanggung jawab oleh pejabat yang berwenang untuk
melaksanakan pendidikan di sekolah”.
Sebagai pendidik guru mempunyai tugas utama yaitu
menyelenggarakan proses belajar mengajar. Sebagai penghubung
guru mempunyai tugas utama yaitu memberikan bimbingan dalam
memecahkan dan mengatasi masalah yang dihadapi siswa, sebab
proses belajar mengajar erat kaitannya dengan berbagai masalah di
luar kelas yang sifatnya non akademik.
Bila tujuan pendidikan pada akhirnya adalah pembentukan
manusia yang utuh, maka proses pendidikan harus membantu siswa
mencapai kematangan emosional dan sosial, sebagai siswa dan
anggota masyarakat selain mengembangkan kemampuan
inteleknya. Bimbingan dan konseling menangani masalah-masalah
menunjang tercapainya tujuan pendidikan dan pengajaran di
sekolah itu.
Bimbingan dan konseling semakin hari dirasakan semakin
perlu keberadaannya di setiap sekolah. Setiap siswa pada
hakikatnya dilahirkan dengan berbagai macam potensi yang dapat
dikembangkan untuk mencapai kebahagiaan dalam hidupnya.
Potensi-potensi itu tidak dapat mempunyai arti apa-apa bila tidak
dikembangkan dengan baik. Kenyataan menunjukkan bahwa tidak
semua siswa memahami potensi yang dimilikinya, apalagi
pemahaman tentang cara mengembangkannya. Di dalam perjalanan
hidupnya, siswa juga sering menemui berbagai macam masalah.
Lepas persoalan yang satu, muncul permasalahan yang lain,
demikian seterusnya silih berganti persoalan itu timbul.
Pada kenyataannya, tidak semua siswa mampu mengatasi
persoalannya sendiri. Agar mereka dapat mengenali potensi-potensi
yang dimilikinya secara optimal, serta menghadapi masalah yang
dihadapi diperlukan bantuan atau bimbingan dari orang lain
sehingga mereka dapat berbuat dengan tepat sesuai dengan potensi
atau keadaan yang ada pada dirinya.
b. Bentuk – Bentuk Bimbingan
Bentuk – bentuk bimbingan belajar (Winkel 2004: 111)
1) Bimbingan Individual atau Perseorangan.
Bimbingan individual disalurkan melalui layanan konseling, bila seorang siswa berhadapan muka dengan konselor. Namun bimbingan individual juga dapat berlangsung di luar wawancara
konseling, misalnya seorang siswa menanyakan cara
mendaftarkan diri untuk ikut dalam UMPTN.
2) Bimbingan Kelompok.
Bimbingan kelompok dapat terlaksana dengan berbagai cara, misalnya dibentuk kelompok kecil dalam rangka layanan konseling, dibentuk kelompok diskusi, diberikan bimbingan karier kepada siswa – siswi yang tergabung dalam satu kesatuan kelas.
3. Motivasi belajar
a. Pengertian Motivasi Belajar
Motif adalah daya penggerak dalam diri seseorang untuk
melakukan aktivitas tertentu, demi mencapai tujuan tertentu
(Hamzah 2007: 3). Sedangkan motivasi merupakan dorongan yang
terdapat dalam diri seseorang untuk berusaha mengadakan
perubahan tingkah laku yang lebih baik dalam memenuhi
kebutuhannya (Hamzah 2007: 3). Motivasi dapat juga dikatakan
serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi – kondisi tertentu,
sehingga seseorang mau dan ingin melakukan sesuatu, dan bila ia
tidak suka, maka akan berusaha untuk meniadakan atau
mengelakkan perasaan tidak suka itu (Sardiman 2008: 75).
faktor dari luar tetapi motivasi itu adalah tumbuh di dalam diri
seseorang.
Sardiman A.M (2008: 75), mendefinisikan motivasi dalam
kegiatan belajar dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya
penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar,
yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang
memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang
dikehendaki oleh subyek belajar itu dapat tercapai. Dikatakan
keseluruhan, karena pada umumnya ada beberapa motif yang
bersama – sama menggerakkan siswa untuk belajar. Motivasi
belajar adalah merupakan faktor psikis yang bersifat non –
intelektual. Peranannya yang khas adalah dalam hal penumbuhan
gairah, merasa senang dan semangat untuk belajar. Siswa yang
memiliki motivasi kuat, akan mempunyai banyak energi untuk
melakukan kegiatan belajar.
b. Fungsi Motivasi Belajar
Menurut Sardiman A. M (2008: 85–86), fungsi motivasi
adalah sebagai berikut:
1. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.
2. Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya.
3. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan –
mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan – perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut. Seseorang siswa yang akan menghadapi ujian dengan harapan dapat lulus, tentu akan melakukan kegiatan belajar dan tidak akan menghabiskan waktunya untuk bermain kartu atau membaca komik, sebab tidak serasi dengan tujuan.
c. Bentuk – Bentuk Motivasi Belajar
Ada beberapa bentuk dan cara untuk menumbuhkan
motivasi dalam kegiatan belajar disekolah (Sardiman 2008: 91 –
95)
1) Memberi angka
Angka dalam hal ini sebagai simbol dari nilai kegiatan belajarnya. Banyak siswa belajar, yang utama justru untuk mencapai angka/nilai yang baik. Sehingga siswa biasanya yang dikejar adalah nilai ulangan atau nilai-nilai pada raport angkanya baik-baik. Angka-angka yang baik itu bagi para siswa merupakan motivasi yang sangat kuat. Tetapi ada juga, bahkan banyak siswa bekerja atau belajar hanya ingin mengejar pokoknya naik kelas saja. Ini menunjukan motivasi yang dimilikinya kurang berbobot bila dibandingkan dengan siswa-siswa yang menginginkan angka baik. Namun demikian semua itu harus diingat oleh guru bahwa pencapaian angka-angka seperti itu belum merupakan hasil belajar yang sejati, hasil belajar yang bermakna. Oleh karena itu, langkah selanjutnya yang ditempuh oleh guru adalah bagaimana cara memberikan angka-angka dapat dikaitkan dengan yang diajarkan kepada para siswa sehingga tidak sekedar kognitif saja tetapi juga keterampilan dan afeksinya.
2) Hadiah
Hadiah juga dapat dikatakan sebagai motivasi, tetapi tidak lah selalu demikian. Karena hadiah untuk suatu pekerjaan, mungkin tidak akan menarik bagi seseorang yang tidak senang dan tidak berbakat untuk sesuatu pekerjaan tersebut. Sebagai contoh hadiah yang diberikan untuk gambar yang terbaik mungkin tidak akan menarik bagi seseorang siswa yang tidak memiliki bakat menggambar.
3) Saingan/kompetisi
ini banyak dimanfaatkan didalam dunia industri atau perdagangan, tetapi juga sangat baik digunakan untuk meningkatkan kegiatan belajar siswa.
4) Ego-involvement
Menumbuhkan kesadaran kepada siswa agar merasakan pentingnya tugas dan menerimanya sebagai tantangan sehingga bekerja keras dengan mempertaruhkan harga diri, adalah sebagai salah satu bentuk motivasi yang cukup penting. seseorang akan berusaha dengan segenap tenaga untuk mencapai prestasi yang baik dengan menjaga harga dirinya. Penyelesaian tugas dengan baik adalah simbol kebanggaan dan harga diri, begitu juga untuk siswa si subjek belajar. Para siswa akan belajar dengan keras bisa jadi karena harga dirinya.
5) Memberi ulangan
Para siswa akan menjadi giat belajar kalau mengetahui akan ada ulangan. Oleh karena itu, memberi ulangan ini juga merupakan sarana motivasi. Tetapi yang harus diingat oleh guru, adalah jangan terlalu sering (misalnya setiap hari) karena bisa membosankan dan bersifat rutinitis. Dala hal ini guru harus juga terbuka, maksudnya kalau ulangan harus diberitahukan kepada siswanya.
6) Mengetahui hasil
Dengan mengetahui hasil pekerjaan, apalagi kalau terjadi kemajuan akan mendorong siswa untuk lebih giat belajar. Semakin mengetahui bahwa grafik hasil belajar meningkat, maka ada motivasi pada diri siswa untuk terus belajar, dengan suatu harapan hasilnya terus meningkat.
7) Pujian
Apabila ada siswa yang sukses yang berhasil
menyelesaikan tugas dengan baik, perlu diberikan pujian. Pujian ini adalah bentuk reinforcement yang positif dan sekaligus merupakan motivasi yang baik. Oleh karena itu, supaya pujian ini merupakan motivasi, pemberiannya harus tepat. Dengan pujian yang tepat akan memumupk suasana yang menyenangkan dan mempertinggi gairah belajar serta sekaligus akan membangkitkan harga diri.
8) Hukuman
Hukuman sebagai reinforcement yang negatif tetapi kalau diberikan secara tepat dan bijak bisa menjadi alat motivasi. Oleh karena itu guru harus memahami prinsip-prinsip pemberian hukuman.
9) Hasrat untuk belajar
ada motivasi untuk belajar, sehingga sudah barang tentu hasilnya akan lebih baik.
10) Minat
Di depan sudah diuraikan bahwa soal motivasi sangat erat hubungannya dengan unsur minat. Motivasi muncul karena ada kebutuhan, begitu juga minat sehingga tepatlah kalau minat merupakan alat motivasi yang pokok. Proses belajar itu akan berjalan lancar kalau disertai dengan minat. Mengenai minat ini antara lain dapat dibangkitkan dengan cara-cara sebagai berikut:
a) Membangkitkan adanya suatu kebutuhan.
b) Menghubungkan dengan persoalan pengalaman yang
lampau.
c) Memberi kesempatan untuk mendapatkan hasil yang baik.
d) Menggunakan berbagai macam bentuk mengajar.
11) Tujuan yang diakui
Rumusan tujuan yang diakui dan diterima baik oleh siswa, akan merupakan alat motivasi yang sangat penting. sebab dengan memahami tujuan yang harus dicapai, karena dirasa sangat berguna dan menguntungkan, maka akan timbul gairah untuk terus belajar.
Disamping bentuk-bentuk motivasi sabagaimana diuraikan diatas, sudah barang tentu masih banyak bentuk dan cara yang bisa dimanfaatkan. Hanya yang penting bagi guru adanya bermacam-macam motivasi itu dapat dikembangkan dan diarahkan pada mulanya, karena ada sesuatu (bentuk motivasi) siswa itu rajin belajar, tatapi guru harus mampu melanjutkan dari tahap rajin belajar itu bisa diarahkan menjadi kegiatan belajar yang bermakna, sehingga hasilnya pun akan bermakna bagi kehidupan si subjek belajar.
d. Jenis – Jenis Motivasi Belajar
Berbicara tentang jenis dan macam motivasi dapat dilihat dari
berbagai sudut pandang. Sardiman (2008: 86 – 90) mengatakan
bahwa motivasi itu sangat bervariasi yaitu:
1) Motivasi dilihat dari dasar pembentukannya
a) Motif-motif bawaan adalah motif yang dibawa sejak
b) Motif-motif yang dipelajari artinya motif yang timbul
karena dipelajari.
2) Motivasi menurut pembagiaan dari woodworth dan marquis:
a) Motif atau kebutuhan organis misalnya, kebutuhan
minum, makan, bernafas, seksual, dan lain-lain.
b) Motif-motif darurat misalnya, menyelamatkan diri,
dorongan untuk membalas, dan sebagainya.
c) Motif-motif objektif 3) Motivasi jasmani dan rohani
a) Motivasi jasmani, seperti, rileks, insting otomatis, napas dan sebagainya.
b) Motivasi rohani, seperti kemauan atau minat. 4) Motivasi intrisik dan ekstrinsik
a) Motivasi instrisik adalah motif-motif yang terjadi aktif
atau berfungsi tidak perlu dirangsang dari luar, karena
dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk
melakukan sesuatu.
b) Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan
berfungsi karena adanya peransang dari luar.
4. Dukungan teman
Teman atau sahabat adalah sosok teramat penting dalam proses
keceriaan dengan adanya sahabat, meski terkadang ada sedikit
pertikaian/pertengkaran antar teman, namun itu merupakan sebuah
proses pendewasaan. Begitu juga dalam dunia maya. Keberadaan
teman atau sahabat mutlak diperlukan. Tak heran di dunia yang tak
dibatasi oleh jarak dan batas wilayah ini begitu banyak bermunculan
situs jejaring sosial atau forum jalinan teman semisal facebook, twitter,
dll yang bisa kita masuki demi menambah jumlah teman dari seluruh
penjuru dunia. Fenomena ini sangat menarik, kita bisa dengan begitu
mudahnya berinteraksi dengan siapapun di dunia ini yang sebelumnya
sama sekali tidak kita kenal. Sahabat bisa memberi kita dorongan
semangat dan membuat hidup kita menjadi jauh lebih berwarna.
Menurut Vembriarto (1993: 54), kelompok sebaya adalah
kelompok yang terdiri atas sejumlah individu yang sama, dalam hal
usia, status atau posisi sosial. Melalui kelompok sebaya itu, anak
belajar bagaimana menjadi manusia yang baik sesuai dengan gambaran
dan cita – cita masyarakatnya, tentang kejujuran, keadilan, kerja sama,
dan tanggung jawab (Vembriarto 1993: 61).
Melalui kelompok sosial seseorang mendapatkan manfaat sebagai
berikut (Vembriarto 1993: 61-62):
a. Kelompok sosial mengajarkan mobilitas sosial.
dari kelas sosial bawah menangkap nilai – nilai, cita – cita, dan pola – pola tingkah laku anak – anak dari golongan kelas menengah dan atas. Dengan mengadopsi nilai – nilai, cita – cita, dan pola – pola tingkah laku itu anak – anak dari kelas sosial bawah mempunyai motivasi untuk mobilitas sosial.
b. Dalam kelompok sebaya anak mempelajari peranan sosial yang baru.
Anak yang berasal dari keluarga yang bersifat otoriter mengenal suasana kehidupan yang demokratik dalam kelompok sebaya. Sebaliknya anak yang berasal dari keluarga yang demokratik mungkin menghadapi pimpinan yang otoriter dalam kelompok sebaya. Di dalam kelompok sebaya mungkin anak berperanan sebagai sahabat, musuh, pemimpin, pencetus ide, dan kambing hitam. Demikian pula di dalam kelompok sebaya itu anak
mempunyai kesempatan melakukan bermacam – macam
eksperimen sosial.
5. Sarana Belajar
a. Pengertian Sarana Belajar
Pemanfaatan sarana belajar yang baik akan memudahkan
anak dalam melakukan aktivitas belajar sehingga anak lebih
semangat dalam belajar. Sebaliknya, dengan kurangnya sarana
belajar akan mengakibatkan anak kurang bersemangat dan kurang
bergairah dalam belajar. Hal ini tentu saja akan mempengaruhi
prestasi belajar anak.
Menurut Slameto (1995: 28), salah satu syarat keberhasilan
belajar adalah “bahwa belajar memerlukan sarana yang cukup”.
Sarana atau fasilitas belajar yang menunjang kegiatan belajar siswa
dapat bermacam- macam bentuknya.
Sarana belajar memegang peranan yang sangat penting dalam
pemanfaatan sarana belajar yang tepat dalam pembelajaran
diharapkan mampu memberikan kemudahan dalam menyerap
materi yang disampaikan. Pemanfaatan sarana belajar yang tepat
merupakan faktor yang harus diperhatikan dalam kegiatan belajar,
sebab aktivitas belajar akan berjalan dengan baik apabila ditunjang
oleh sarana belajar yang baik dan memadai dan sebaliknya jika
tidak ada sarana dan prasarana yang baik menyebabkan siswa akan
terhambat dalam belajar sehingga dapat mempengaruhi prestasi
belajar siswa.
Dalam hubungannya dengan proses belajar mengajar, ada dua
jenis sarana pendidikan. Pertama, sarana pendidikan yang secara
langsung digunakan dalam proses belajar mengajar. Contohnya
kapur tulis, atlas dan sarana pendidikan lainnya yang digunakan
guru dalam mengajar. Kedua, sarana pendidikan yang secara tidak
langsung berhubungan dengan proses belajar mengajar, seperti
lemari arsip di kantor sekolah merupakan sarana pendidikan
yang secara tidak langsung digunakan oleh guru dalam proses
belajar mengajar.
Menurut Roestiyah (1982: 67), sarana belajar atau media
pendidikan adalah alat, metode, dan teknik yang dipergunakan
dalam rangka meningkatkan efektivitas komunikasi dan interaksi
Pengertian sarana belajar yang peneliti maksud di sini adalah
bahan, alat, media atau fasilitas yang digunakan oleh siswa untuk
belajar baik di sekolah ataupun di luar sekolah.
b. Fungsi Sarana Belajar
Beberapa fungsi sarana belajar (Mulyaningsih 2007)
1) Fungsi Edukatif, artinya dengan sarana belajar ini dapat memberikan pengaruh baik yang mengandung nilai-nilai pendidikan. Pengaruh ini berguna bagi diri sendiri maupun orang lain.
2) Fungsi Sosial, artinya dengan sarana belajar ini hubungan antara pribadi anak dapat lebih baik lagi, sebab mereka secara gotong royong dapat bersama-sama mempergunakan sarana belajar itu. 3) Fungsi Ekonomis, artinya dengan satu macam sarana belajar
pendidikan sudah dapat dinikmati oleh sejumlah anak didik dan bisa dipergunakan sepanjang waktu.
4) Fungsi Politis, artinya dengan sarana belajar ini berarti sumber pendidikan atau yang lain yang berasal dari pusat akan sama sampai di daerah-daerah bahkan di tiap-tiap sekolah.
5) Fungsi Seni (Budaya), artinya dengan adanya sarana belajar ini berarti kita bisa mengenalkan bermacam-macam hasil budaya manusia sehingga pengetahuan siswa tentang nilai-nilai budaya manusia makin lama makin bertambah.
c. Macam – Macam Sarana Belajar
Sedangkan bila tinjau dari fungsi dan peranannya dalam
proses belajar mengajar, maka sarana pendidikan dapat dibedakan
menjadi:
1) Alat pelajaran
Alat pelajaran adalah alat yang digunakan secara
langsung dalam proses belajar mengajar. Alat ini mungkin
berwujud buku tulis, gambar-gambar, alat-alat tulis-menulis
alat-alat praktek, semuanya termasuk ke dalam lingkup alat
pelajar.
2) Alat peraga
Alat peraga mempunyai arti yang luas. Alat peraga
adalah semua alat pembantu pendidikan dan pengajaran,
dapat berupa benda ataupun perbuatan dari yang
tingkatannya paling konkrit sampai ke yang paling abstrak
yang dapat mempermudah pemberian pengertian
(penyampaian konsep) kepada murid.
Dengan bertitik tolak pada penggunaannya, maka alat
peraga dapat dibedakan menjadi 2, yaitu:
a) Alat peraga langsung, yaitu jika guru menerangkan
dengan menunjukkan benda sesungguhnya (benda dibawa
ke kelas, atau anak diajak ke benda).
b) Alat peraga tidak langsung, yaitu jika guru mengadakan
penggantian terhadap benda sesungguhnya.
Berturut-turut dari yang konkrit ke yang abstrak, maka alat
peraga dapat berupa: Benda tiruan (miniatur), Film, Slide,
Foto, Gambar, Sketsa atau bagan. Disamping pembagian
ini, ada lagi alat peraga atau peragaan yang berupa
3) Media pengajaran
Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan
bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti
perantara atau pengantar. Media adalah alat bantu apa saja
yang dapat dijadikan sebagai penyalur pesan guna mencapai
tujuan pengajaran. Media merupakan sesuatu yang bersifat
menyalurkan pesan dan dapat merangsang pikiran,
perasaan dan kemauan audien (siswa) sehingga dapat
mendorong terjadinya proses belajar pada dirinya. Oleh
karena itu, Penggunaan media secara kreatif akan
memungkinkan audien (siswa) untuk belajar lebih baik
dan dapat meningkatkan performan mereka sesuai dengan
tujuan yang ingin dicapai.
6. Akuntansi
a. Pengertian Akuntansi
Menurut Setiyanto (2007: 146), pengertian akuntansi dapat
dilihat dari beberapa sudut pandang sebagai berikut:
1) Menekankan pada Proses
Akuntansi adalah suatu proses mengidentifikasi, mengukur, dan melaporkan informasi ekonomi dalam perusahaan sehingga dimungkinkan adanya penilaian dan keputusan yang jelas. 2) Menekankan pada Seni
Akuntansi adalah suatu aktivitas penghasil jasa berfungsi menyediakan informasi yang bersifat kualitatif tentang suatu modal untuk digunakan sebagai proses pengambilan keputusan akonomi.
Sedangkan menurut kamus akuntansi, akuntansi adalah
aktivitas-aktivitas yang menyediakan informasi biaya yang bersifat
kuantitatif dan disajikan dalam satuan uang, untuk pengambilan
keputusan, perencanaan, pengendalian sumber operasi, serta
mengevaluasi prestasi kerja Setiyanto (2007: 146). Akuntansi
merupakan seperangkat pengetahuan dan menjadi bagian penting
kehidupan bisnis (Suwardjono 1994: 4).
b. Tujuan Akuntansi
Tujuan akuntansi adalah menyediakan informasi yang
menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi
keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar
pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi (Kardiman 2006:
3). Akuntansi menyediakan cara-cara untuk mengumpulkan dan
melaporkan data ekonomi kepada bermacam-macam individu dan
pihak-pihak yang membutuhkannya. Pemilik dan calon pemilik
perusahaan ingin mengetahui bagaimana posisi keuangan
perusahaan dan prospeknya di masa datang. Pihak bank ingin
menilai kemampuan keuangan perusahaan dan mempertimbangkan
B. Kajian Hasil Penelitian yang Relevan
Menurut Anastasia Yuni Astuti dengan judul “Hubungan antara
Motivasi Belajar Siswa, Dukungan Teman, Bimbingan Guru dengan
Prestasi Belajar” studi kasus di SMK YPKK 3 Sleman, hasilnya yaitu: (1)
Ada hubungan positif dan signifikan antara motivasi belajar dengan
prestasi belajar (r = 0,545, p = 0,000), (2) Ada hubungan positif dan
signifikan antara dukungan teman dengan prestasi belajar (r = 0,537, p =
0,000), (3) Ada hubungan positif dan signifikan antara bimbingan guru
dengan prestasi belajar (r = 0,542, p = 0,000), (4) Ada hubungan positif
dan signifikan secara bersama – sama antara motivasi belajar, dukungan
teman, dan bimbingan guru dengan prestasi belajar (r = 0,654, p = 0,000).
Menurut Vina Christina dengan judul “Hubungan antara Bimbingan
Guru Akuntansi, Motivasi Belajar Akuntansi, dan Dukungan Teman
Sekelas dengan Prestasi Belajar Akuntansi” studi kasus di SMA Santa
Maria Yogyakarta, hasilnya yaitu: (1) Ada hubungan antara bimbingan
guru akuntansi dengan prestasi belajar akuntansi (
, (2) Ada hubungan antara motivasi belajar akuntansi dengan prestasi belajar akuntansi ( , (3) Ada hubungan antara dukungan teman sekelas dengan prestasi belajar
akuntansi ( , (4) Ada hubungan secara bersama – sama antara motivasi belajar akuntansi, dukungan teman
sekelas, dan bimbingan guru akuntansi dengan prestasi belajar akuntansi
Menurut Puji Astuti Mulyaningsih dengan judul “Hubungan antara
Persepsi Mahasiswa tentang Metode Mengajar Dosen, Intensitas Belajar,
Sarana Belajar, dan Lingkungan Belajar dengan Prestasi Belajar
Mahasiswa” studi kasus Mahasiswa Program Studi Pendidikan Akuntansi
Angkatan 2002-2003 Universitas Sanata Dharma, hasilnya yaitu: (1) Ada
hubungan positif dan signifikan antara persepsi mahasiswa tentang metode
mengajar dosen dengan prestasi belajar mahasiswa (
, (2) Ada hubungan positif dan signifikan antara intensitas belajar dengan prestasi belajar mahasiswa (
, (3) Ada hubungan positif dan signifikan antara sarana belajar dengan prestasi belajar mahasiswa ( , (4) Ada hubungan positif dan signifikan antara Lingkungan Belajar dengan
prestasi belajar mahasiswa ( , (5) Ada hubungan positif dan signifikan antara persepsi mahasiswa tentang metode
mengajar dosen, intensitas belajar, sarana belajar, dan lingkungan belajar
dengan prestasi belajar mahasiswa (
.
C. Kerangka Berfikir
1. Hubungan antara bimbingan guru dan prestasi belajar.
Bimbingan guru merupakan proses pemberian bantuan secara
terus menerus dan sistematis oleh guru kepada siswa dalam rangka
siswa memiliki kemampuan untuk mencapai keberhasilan dalam
belajar (Sukirman 2011: 24). Dalam upaya mencapai prestasi belajar
yang tinggi, bimbingan guru mempunyai peranan yang penting.
Bimbingan guru membantu siswa di dalam memecahkan segala
persoalan ketika siswa mengikuti pelajaran. Dengan bimbingan guru,
siswa menjadi lebih mudah memahami materi pelajaran dan prestasi
belajar siswa akan menjadi lebih baik. Hal ini menandakan adanya
hubungan antara bimbingan guru dan prestasi belajar.
2. Hubungan antara motivasi belajar dan prestasi belajar.
Motivasi dapat diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam
diri individu, yang menyebabkan individu tersebut bertindak atau
berbuat (Sukirman 2011: 25). Setiap siswa membutuhkan motivasi
belajar untuk meningkatkan prestasi belajarnya. Ketika siswa
mempunyai motivasi belajar yang tinggi, siswa tersebut akan
mempunyai harapan untuk berhasil dan mempunyai sikap positif untuk
mendapatkan hasil yang maksimal. Namun, ketika siswa tidak
mempunyai motivasi belajar, siswa tersebut cenderung acuh tak acuh
terhadap segala sesuatu sehingga tidak ada harapan untuk mencapai
hasil yang maksimal. Hal ini menandakan adanya hubungan antara
motivasi belajar dan prestasi belajar.
3. Hubungan antara dukungan teman dan prestasi belajar.
Dukungan teman sekelas juga mempunyai andil yang besar
siswa tentu saja akan lebih termotivasi untuk belajar sehingga prestasi
belajar akan meningkat. Dukungan teman dapat dilakukan dengan cara
mengerjakan tugas secara berkelompok sehingga jika ada siswa yang
kurang memahami materi pelajaran, dapat ditanyakan langsung kepada
temannya. Hal ini menandakan adanya hubungan antara dukungan
teman dan prestasi belajar.
4. Hubungan antara sarana belajar dan prestasi belajar.
Sarana belajar atau alat bantu belajar termasuk salah satu unsur
dinamis dalam belajar (Imron 1996: 35). Sarana belajar merupakan
sarana penunjang kegiatan pembelajaran yang penting. Dengan sarana
belajar yang kurang lengkap, kegiatan pembelajaran tentu saja akan
terganggu. Akan tetapi, jika sarana belajar tersedia lengkap, kegiatan
pembelajaran tentu saja akan berjalan dengan lancar sehingga prestasi
belajar akan meningkat. Hal ini menandakan adanya hubungan antara
sarana belajar dan prestasi belajar.
D. Paradigma Penelitian
Keterikatan antara variabel-variabel penelitian dapat disusun dalam
Keterangan:
= Variabel Bimbingan Guru
= Variabel Motivasi Belajar
= Variabel Dukungan Teman
= Variabel Sarana Belajar
Y = Variabel Prestasi Belajar Mata Pelajaran Akuntansi
= Hubungan antara Variabel Bimbingan Guru dan Variabel Prestasi Belajar
= Hubungan antara Variabel Motivasi Belajar dan Variabel Prestasi Belajar
= Hubungan antara Variabel Dukungan Teman dan Variabel Prestasi Belajar
= Hubungan antara Variabel Sarana Belajar dan Variabel Prestasi Belajar
E. Hipotesis Penelitian
1. Hipotesis I
= Tidak ada hubungan positif dan signifikan antara bimbingan guru dan prestasi belajar.
= Ada hubungan positif dan signifikan antara bimbingan guru dan
prestasi belajar.
2. Hipotesis II
= Tidak ada hubungan positif dan signifikan antara motivasi
belajar dan prestasi belajar.
= Ada hubungan positif dan signifikan antara motivasi belajar dan
prestasi belajar.
3. Hipotesis III
= Tidak ada hubungan positif dan signifikan antara dukungan
teman dan prestasi belajar.
= Ada hubungan positif dan signifikan antara dukungan teman dan
prestasi belajar.
4. Hipotesis IV
= Tidak ada hubungan positif dan signifikan antara sarana belajar
dan prestasi belajar.
= Ada hubungan positif dan signifikan antara sarana belajar dan
42
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang akan digunakan adalah penelitian studi kasus
dan penelitian korelasional. Penelitian studi kasus mencoba
menggambarkan subjek penelitian di dalam keseluruhan tingkah laku,
yakni tingkah laku itu sendiri beserta hal – hal yang melingkunginya,
hubungan antara tingkah laku dengan riwayat timbulnya tingkah laku,
demikian pula lain – lain hal yang berkaitan dengan tingkah laku tersebut
(Arikunto 2005: 238). Penelitian korelasional merupakan penelitian yang
dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara dua atau
beberapa variabel (Arikunto, 2000: 326). Teknik ini dapat mengetahui
hubungan variasi dalam sebuah variabel dengan variasi yang lain.
Besarnya atau tingginya hubungan tersebut dinyatakan dalam bentuk
koefisien korelasi.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat
Penelitian dilaksanakan di SMA Stella Duce 1 Yogyakarta, Jalan
Sabirin 1 – 3 Yogyakarta.
2. Waktu Penelitian