• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI. Diajukan Untuk Melengkapi Tugas Akhir Memenuhi Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum O L E H

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "SKRIPSI. Diajukan Untuk Melengkapi Tugas Akhir Memenuhi Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum O L E H"

Copied!
115
0
0

Teks penuh

(1)

PERLINDUNGAN HUKUM HAK CIPTA ATAS KARYA MUSIK DAN LAGU HUBUNGAN DENGAN PEMBAYARAN ROYALTI

BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG HAK CIPTA

(Studi pada PT. Nav Jaya Mandiri)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas Akhir Memenuhi Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

O L E H

Deardo Satya Citra Munthe 120200183

DEPARTEMEN: HUKUM KEPERDATAAN

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N

2 0 1 6

(2)

PERLINDUNGAN HUKUM HAK CIPTA ATAS KARYA MUSIK DAN LAGU HUBUNGAN DENGAN PEMBAYARAN ROYALTI

BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG HAK CIPTA

(Studi pada PT. Nav Jaya Mandiri)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas Akhir Memenuhi Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

O L E H

Deardo Satya Citra Munthe 120200183

DEPARTEMEN : HUKUM KEPERDATAAN (BW)

Disetujui oleh :

KETUA DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAAN

Prof. Dr. Hasim Purba, S.H., M.Hum .

Dosen Pembimbing I

Dr. OK. Saidin, S.H., M.Hum NIP. 196202131990031002

Dosen Pembimbing II

Syamsul Rizal,SH, M.Hum NIP.196402161989111001

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2016

(3)

ABSTRAK

Deardo Satya Citra Munthe * OK. Saidin, S.H., M.Hum**

Syamsul Rizal, S.H., M.Hum***

Suatu karya lagu atau musik adalah ciptaan yang utuh terdiri dari unsur lagu atau melodi syair atau lirik dan aransemen, termasuk notasinya dan merupakan suatu karya cipta mampu memberikan suatu kepuasan tersendiri terhadap penikmat musik maupun lagu yang sedang didengarkan dalam bentuk alunan nada. Adapun permasalahan dalam penulisan skripsi ini pembayaran royalti hak cipta karya musik dan lagu, cara perhitungan royalti dan praktek pembayaran royalti pada perusahaan Karoke PT. Nav Jaya Mandiri.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian normatif dan yuridis empiris. Penelitian empiris (empirical law research) adalah penelitian hukum positif tidak tertulis mengenai perilaku (behavior).

Pembayaran royalti hak cipta karya musik dan lagu, pembayaran royalty dilakukan si pencipta/pemegang Hak Cipta dapat saja menunjuk kuasa (baik seseorang ataupun lembaga) yang bertugas mengurus hal-hal tersebut. Dalam prakteknya di beberapa negara, pengurusan lisensi atau pengumpulan royalti dilakukan melalui suatu lembaga manajemen kolektif. Cara perhitungan royalti, standar Baku Perhitungan Biaya Lisensi Pengumuman Musik di Rumah Karaoke.

Praktek pembayaran royalti pada perusahaan karoke PT. Nav Jaya Mandiri, pelaksanaan ditetapkan secara proporsional dan didasarkan pada praktek yang terbaik yang berlaku, pembayaran dilakukan dalam setahun menurut ruang dan perhari.

Kata Kunci: Perlindungan Hukum Hak Cipta Atas Karya Musik, Lagu, Pembayaran Royalti

* Mahasiswa

** Dosen Pembimbing I

***Dosen Pembimbing II

(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmad dan karunia-Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Medan. Adapun judul dari skripsi ini adalah Perlindungan Hukum Hak Cipta Atas Karya Musik Dan Lagu Hubungan Dengan Pembayaran Royalti Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta (Studi pada PT. Nav Jaya Mandiri)

Untuk penulisan skripsi ini penulis berusaha agar hasil penulisan skripsi ini mendekati kesempurnaan yang diharapkan, tetapi walaupun demikian penulisan ini belumlah dapat dicapai dengan maksimal, karena ilmu pengetahuan penulis masih terbatas. Oleh karena itu, segala saran dan kritik akan penulis terima dari semua pihak dalam rangka penyempurnaan penulisan skripsi ini.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak sehingga pada kesempatan ini penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih kapada :

1. Prof. Dr. Runtung, SH, M.Hum selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Prof. Dr. Budiman Ginting, SH, MHum selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Dr. OK. Saidin, SH, MHum, selaku Wakil Dekan I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, sekaligus dosen pembimbing I, yang telah memberikan bimbangan dan saran kepada penulis.

(5)

4. Ibu Puspa Melati Hasibuan, SH, M.Hum selaku Wakil Dekan II Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

5. Bapak Dr. Jelly Leviza, SH., M.Hum selaku Wakil Dekan III Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

6. Bapak Syamsul Rizal, SH., M.Hum, selaku Dosen Pembimbing II, yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan petunjuk dan bimbingan pada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

7. Seluruh staf dan pengajar Fakultas Hukum USU yang dengan penuh dedikasi menuntun dan membimbing penulis selama mengikuti perkuliahan sampai dengan menyelesaikan skripsi ini.

8. Terima kasih yang sebesar-besarnya kepada kedua orang tua penulis ayahanda AKP Diarma Munthe, SH dan Ibunda Jenny br. Girsang, SKM, adinda Dearnovaldi Munthe dan Rodearni Munthe yang telah banyak memberikan dukungan moril, materil, dan kasih sayang mereka yang tidak pernah putus sampai sekarang dan selamanya.

9. Buat Chelsya Stepanie Anggrainidya Simanjuntak yang telah setia menamani penulis dalam penulisan skripsi dari awal hingga terselesaikannya skripsi ini.

10. Buat teman-teman Sapma Pemuda Pancasila, yang tak bisa penulis sebutkan satu persatu terima kasih atas dukungan dan motivasinya sehingga terselesaikan skripsi ini.

11. Untuk sahabat-sahabat saya Jhony Roganda Sinaga, Iwan Nero Samosir, Andika Keliat, Tommy Joko Putra Simbolon yang telah membantu dan memberikan semangat,do‟a serta dukungannya selama ini

(6)

12. Seluruh teman-teman mahasiswa Fakultas Hukum USU Stambuk 2012 lainnya yang tidak dapat Penulis sebutkan satu persatu. Terima kasih atas semangat yang diberikan kepada Penulis hingga penulisan skripsi ini selesai.

13. Bapak Hormat Ginting, SH, selaku Staf Dinas Pariwisata Kota Medan terima kasih atas kesempatan yang diberikan kepada penulis sehingga terselesaikan skripsi.

14. Ponimin, selaku Supervisor di PT. NAV Jaya Mandiri terima kasih atas kesempatan yang diberikan kepada penulis sehingga dapat terselesaikan skripsi ini.

Demikianlah yang dapat saya sampaikan, semoga apa yang telah kita lakukan mendapatkan Balasan dari Tuhan Yang Maha Esa. Penulis memohon maaf kepada Bapak atau Ibu dosen pembimbing, dan dosen penguji atas sikap dan kata yang tidak berkenan selama penulisan skripsi ini.

Medan, Oktober 2016 Penulis,

Deardo Satya Citra Munthe 120200183

(7)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Permasalahan... 6

C. Tujuan Penulisan ... 6

D. Manfaat Penulisan ... 6

E. Metode Penelitian ... 7

F. Keaslian Penulisan ... 10

G. Sistematika Penulisan... 10

BAB II PERLINDUNGAN HUKUM TENTANG HAK CIPTA ... 13

MUSIK DAN LAGU ... 13

A. Hak Cipta ... 13

B. Ruang Lingkup Hak Cipta ... 23

C. Hak Ekonomi dan Hak Moral ... 26

D. Hak Terkait ... 43

BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG ROYALTI ... 44

A. Pengertian Royalti ... 44

B. .Royalti dari Hak Cipta ... 47

C. Royalti dan Lagu Serta Macam – Macam Hak Kekayaan Intelektual menurut Hak Cipta ... 48

(8)

D. Dasar Pengaturan Royalti... 53

E. Lembaga yang menghimpun Royalti ... 57

BAB IV PERLINDUNGAN HUKUM HAK CIPTA ATAS KARYA MUSIK DAN LAGU HUBUNGAN DENGAN PEMBAYARAN ROYALTI BERDASARKAN UNDANG- UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG HAK CIPTA . 61 A. Pembayaran Royalti Hak Cipta Karya Musik dan Lagu ... 61

B. Cara Perhitungan Royalti ... 64

C. Praktek pembayaran Royalti pada perusahaan Karoke PT. NAV JAYA MANDIRI ... 84

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 96

A. Kesimpulan ... 96

B. Saran ... 99 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(9)

BAB I PENDAHULUAN

H. Latar Belakang

Pembangunan Nasional Indonesia adalah bertujuan untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur, materiil dan spirituil berdasarkan Pancasila dalam suatu wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Salah satu pemenuhan kebutuhan rohani dalam masyarakat yang modern sekarang ini adalah sarana hiburan, termasuk di dalamnya musik atau lagu.1 Di bidang ciptaan diperlukan campur tangan negara dengan tujuan untuk menyeimbangkan antara kepentingan pencipta dengan kepentingan masyarakat dan juga kepentingan negara itu sendiri.

Seperti diketahui bahwa pencipta mempunyai hak untuk mengontrol masyarakat dalam mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya, di lain pihak warga masyarakat dapat menggunakan ciptaan secara resmi dan menghindari peredaran barang bajakan, sedangkan negara kepentingannya dapat menjaga kelancaran dan keamanan masyarakat di bidang ciptaan.2

Untuk kepentingan tersebut alat yang dipergunakan adalah dengan cara membentuk undang-undang yang mengatur bidang ciptaan. Undang-udang pada hakikatnya adalah merupakan perjanjian antara rakyat dengan pemerintah sehingga peraturan ini mengikat seluruh rakyat maupun pemerintah ternasuk kepada para pejabatnya, sehingga siapapun yang melanggar undang-undang wajib

1 Linda Agustina, Perlindungan Hukum Pencipta Lagu Terhadap Website Penyedia Jasa Download Lagu Gratis Dalam Media Internet, Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin Makassar 2012, hal 1

2 Gatot Supramono, Hak Cipta dan Aspek-Aspek Hukumnya, Rineka Cipta, Jakarta, 2010, hal 3

(10)

dilakukan penindakan. Hal ini sejalan dengan negara Indonesia yang menganut paham negara hukum, bahwa semua tingkah laku warga negara dan para pejabatnya wajib dilandasi atas hukum yang berlaku.

Negara Indonesia sejak tahun 1982 telah mempunyai Undang-Undang Hak Cipta yang bersifat nasional dan sekarang telah disesuaikan dengan ketentuan Trade Related Aspect of Intellectual Property (selanjutnya disebut TRIPs) atau aspek-aspek Hak Kekayaan Intelektual (selanjutnya disebut HKI) yang terkait debgan perdagangan, karena Indonesia ikut menandatangani perjanjian Putaran Uruguay dalam rang pembentukan World Trade Organization (selanjutnya disebut WTO) dan telah meratifikasi dengan Undang-undang Nomor 7 Tahun 1994 tentang Pengesahan Agreement Establishing The World Trade Organization.

Setelah mengalami perubahan beberapa kali, Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta, atas perubahan Undang-undang Nomor 19 tahun 2002 tentang Hak Cipta.

Hak cipta merupakan bidang penting HKI yang mengatur perlindungan berbagai ragam karya cipta seperti karya tulis, termasuk ilmu pengetahuan, karya seni, drama, tari dan film atau sinematografi.3 Karya-karya tersebut diciptakan oleh penciptanya, baik secara sendiri maupun bersama orang lain. Dalam konteks ciptaan perlindungan hak cipta diperlukan untuk mendorong apresiasi dan membangun sikap masyarakat untuk menghargai hak seseorang atas ciptaan yang dihasilkan.

3 Henry Soelistyo, Hak Cipta tanpa Hak Moral, PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2011, hal 11

(11)

Suatu karya lagu atau musik adalah ciptaan yang utuh terdiri dari unsur lagu atau melodi syair atau lirik dan aransemen, termasuk notasinya dan merupakan suatu karya cipta mampu memberikan suatu kepuasan tersendiri terhadap penikmat musik maupun lagu yang sedang didengarkan dalam bentuk alunan nada. Lirik yang disampaikan dalam musik atau lagu tersebut tidak ada salahnya jika lagu tersebut dilantunkan kembali oleh orang atau penyanyi yang lain.4

Masalah pelanggaran hak cipta bukan barang baru lagi, sudah puluhan tahun yang lalu pelanggaran tersebut sudah melanda Negara Indonesia.

Pembajakan hak cipta sepertinya tiada henti-hentinya dari tahun ke tahun. Barang bajakan hak cipta bukan hanya beredar di kawasan perkotaan tetapi sudah sampai kepelosok-pelosok desa. Maklum harganya lebih murah dari yang aslinya sehingga daya belinya terjangkau semau lapisan masyarakat.5

Di era global keberadaan dan perkembangan karya cipta musik dan lagu sebagai salah satu bagian yang dilindungi hak cipta, tidak kalah pentingnya dibandingkan dengan industri teknologi (paten, know-how, dan lain-lainnya).

Industri ini dibentuk dari industri cultural yang menempati posisi yang cukup diperhitungkan. Posisi tersebut menurut Arnel Affandi dengan mencontohkan Amerika Serikat sebagai Negara Adidaya yang mengandalkan industri musik dan lagu sebagai sumber devisa dalam perdagangan internasionalnya. Industri ini juga merupakan salah satu komoditi yang paling potensial bagi transaksi perdagangan internasional, karena mempunyai segmen pasar yang sangat luas dan mampu

4 Hendra Tanu Admadja, Hak Cipta Musik atau Lagu, Program Pasca Sarjana, Fakultas Hukum, Universitas Indonesia, Jakarta, 2003, hal. 55.

5 Gatot Supramono, Op.Cit, hal 149

(12)

melewati batas-batas negara. Selain itu musik dan lagu juga dinikmati oleh seluruh kalangan masyarakat tanpa mengenal batas usia. Dengan demikian musik dan lagu sebagai sebuah komoditas yang mempunyai nilai ekonomis yang tinggi.6

Sebuah artikel mengenai pembajakan hak cipta yang ditulis oleh kelompok musik GIGI dan dimuat di Harian Kompas tentang maraknya pembajakan hak cipta karya-karya musik di Indonesia.7 Perlindungan hak cipta melalui UUHC tentunya akan memberikan perlindungan hukum bagi para penciptanya.

8Perlindungan terhadap hak cipta ini penting sekali, selain hak cipta ini dapat menghasilkan keuntungan bagi para pemilik. Hak cipta merupakan kekayaan yang tak ternilai harganya baik dilihat dari perspektif sosial, budaya, ekonomi, politik, maupun perspektif keberlanjutan sebuah karya yang mendapat perlindungan hukum. Oleh karena itu seharusnya undang-undang menjadi pelindung bagaimana system penegakan hukum Negara kita tidak hanya menjadi pelengkap semata.

Namun sekarang telah muncul undang-undang baru mengenai hak cipta yaitu UU No 28 Tahun 2014, namun masih ada kerancuan mengenai hak cipta yang belum di daftarkan yaitu seperti yang tercantum pada Pasal 40 ayat 3 yang berbunyi “ Pelindungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), termasuk pelindungan terhadap Ciptaan yang tidak atau belum dilakukan Pengumuman tetapi sudah diwujudkan dalam bentuk nyata yang memungkinkan Penggandaan Ciptaan tersebut.

6Riviantha Putra, Perlindungan Hukum Terhadap Hak Cipta Lagu Dan Musik Di Media Internet (Analisa Putusan Mahkamah Agung Nomor 385 K/Pdt.Sus/2009), Fakultas Syariah Dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah J A K A R T A, /2014, hal 8

7 Prayudi Setiadharma, Mari Mengenal HKI, Goodaith, Jakarta, 2010, hal 116

8 Khoirul Hidayah, Hukum Hak Kekayaan Intelektual Kajian Undang-Undang dan integrasi Islam, UIN Maliki Press,2013, hal37

(13)

Ada dua prinsip dalam TRIPs, yakni minimum standard dan national treatment.9 Prinsip minimum standard berintikan negara-negara penandatangan diberikan keleluasaan untuk mengatur perlindungan kekayaan intelektual sesuai kemampuan masing-masing. Klausul ini dimaksudkan agar memudahkan negaranegara belum maju menyesuaikan prinsip tersebut. 10Prinsip national treatment berisi pemberian perlakukan sama terhadap perlindungan kekayaan intelektual antara warga negara sendiri dan warga negara lain. 11

Dalam konteks ciptaan, perlindungan hak cipta diperlukan untuk mendorong apresiasi dan membangun sikap masyarakat untuk menghargai hak seseorang atas ciptaan yang dihasilkannya. Sikap apresiasi memang lebih menyentuh dimensi moral. Sedangkan sikap menghargai lebih bermuara pada aspek ekonomi. Yang terakhir ini lazim tampil dalam logika reward cycles sebagaimana disinggung diatas. Bagaimanapun perlindungan hak cipta diarahkan dan memberi manfaat ekonomi pada pencipta. Itu semua pada gilirannya juga akan memperkaya khazanah kehidupan masyarakat pada umumnya 12 Perlindungan hukum dalam kerangka HKI sesungguhnya merupakan pengakuan terhadap hak eksklusif, yaitu hak untuk menikmati sendiri manfaat ekonomi pada ciptaan atau invensi dengan mengecualikan orang lain yang tanpa persetujuannya turut menikmatinya.

Berdasarkan latar belakang di atas penulis memilih judul Perlindungan Hukum Hak Cipta Atas Karya Musik dan Lagu Hubungan Dengan Pembayaran

9 Article 1.1 dan Article 3 TRIPs.

10 Achmad Zen Umar Purba, Perjanjian TRIPs dan Beberapa Isu Strategis, kerjasama Badan Penerbit FH UI dengan Alumni, Bandung, 2011, hal. 29-30.

11 Ibid., hal. 30

12 Hendri Soelistyo, Op.Cit, hal 21

(14)

Royalti Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta (Studi pada PT. Nav Jaya Mandiri).

I. Permasalahan

Berdasarkan latar belakang masalah sebagaimana diuraikan di atas, maka secara lebih konkrit, masalah penelitian yang penulis dapat rumuskan adalah sebagai berikut

1. Bagaimanakah pembayaran royalti hak cipta karya musik dan lagu?

2. Bagaimanakah cara perhitungan royalti?

3. Bagaimanakah Praktek pembayaran Royalti pada perusahaan Karoke PT.

Nav Jaya Mandiri?

J. Tujuan Penulisan

Berdasarkan pokok permasalahan di atas, ada beberapa tujuan yang melandasi penelitian ini yaitu :

1. Untuk mengetahui pembayaran royalti hak cipta karya musik dan lagu 2. Untuk mengetahui cara perhitungan royalti

3. Untuk mengetahui praktek pembayaran royalti pada perusahaan karoke PT. Nav Jaya Mandiri

K. Manfaat Penulisan

Diharapkan dalam penulisan karya ilmiah ini terdapat manfaat dan kegunaan yang dapat diambil atau dijadikan acuan dalam penelitian tersebut.

Adapun manfaat yang diperoleh pada penelitian ini adalah:

(15)

1. Manfaat teoritis

Diharapkan memberikan sumbangan pemikiran dalam pengembangan ilmu pengetahuan hukum Hak Cipta khususnya mengenai perlindungan hukum hak cipta atas karya musik dan lagu hubungan dengan pembayaran royalti.

2. Manfaat praktis

Sebagai bahan yang dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi pemerintah atau para pengambil keputusan dalam menentukan kebijakan yang berkaitan dengan perlindungan hukum hak cipta atas karya musik dan lagu hubungan dengan pembayaran royalti.

L. Metode Penelitian 1. Jenis penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian empiris. Penelitian empiris (empirical law research) adalah penelitian hukum positif tidak tertulis mengenai perilaku (behavior) anggota masyarakat dalam hubungan hidup masyarakat.13 Berdasarkan pengertian di atas, peneliti mengkaji tentang Perlindungan Hukum Hak Cipta Atas Karya Musik Dan Lagu Hubungan Dengan Pembayaran Royalti Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta (Studi pada PT. Nav Jaya Mandiri).

2. Sifat Penelitian

Adapun sifat penelitian yang akan diteliti oleh berdasarkan permasalahan di atas yaitu penelitian secara empiris/sosiologis. Penelitian hukum empiris atau

13 Abdulkadir Muhammad. Hukum dan Penelitian Hukum. Citra Aditya Bakti, Bandung .2004, hal 155

(16)

sosiologis yaitu penelitian hukum yang memperoleh datanya dari data primer atau data yang diperoleh langsung dari masyarakat.14 Sifat penelitian yang dilakukan oleh penulis bersifat Empiris/sosiologis. Penelitian sosial empiris didasarkan pada kenyataan di lapangan atau melalui observasi (pengamatan) langsung.

3. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini menggunakan data empiris bebas. Yaitu dalam materi penelitian ini, menggunakan jenis data primer dan sekunder.

a. Data primer, yaitu data yang diperoleh terutama dari hasil penelitian empiris, yaitu penelitian yang dilakukan dalam masyarakat berdasarkan observasi/pengamatan dan wawancara secara langsung. Bahan hukum primer ini bersifat otoritatif, artinya mempunyai otoritas, yaitu merupakan hasil tindakan atau kegiatan yang dilakukan oleh lembaga berwenang untuk permasalahan tersebut.15

b. Data sekunder adalah sumber data yang akan diperoleh melalui kajian pustaka karya ilmiah, jurnal, skripsi, artikel, tesis dan pendapat para ahli yang berhubungan dengan masalah yang akan dibahas.

c. Data tersier adalah ensiklopedia, bahan dari internet, bibiliografi dan sebagainya. Sementara data yang digunakan berasal dari data Primer, Sekunder dan juga didukung oleh data tersier.

14 Ronny Hanitijo Soemitro. Dalam bukunya Mukti Fajar dan Yulianto Achmad.

Dualisme Penelitian hukum (normative dan empiris). Yogyakarta. Pustaka Pelajar, 2010, hal. 154

15 Peter Mahmud Marzuki. Dalam bukunya Mukti Fajar dan Yulianto Achmad . Dualisme Penelitian Hukum (normative dan empiris), Yogyakarta. Pustaka Pelajar,2010, hal.157

(17)

4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpul data yang digunakan adalah melalui studi dokumentasi atau melalui penelusuran literatur serta dengan melakukan teknik wawancara.16 Wawancara dilakukan dengan Poniman selaku Supervisor PT. NAV Jaya Mandiri.

5. Analisis data

Analisa data adalah pengolahan data yang diperoleh baik dari penelitian pustaka maupun penelitian lapangan. Terhadap data primer yang didapat dari lapangan terlebih dahulu diteliti kelengkapannya dan kejelasannya untuk diklasifikasi serta dilakukan penyusunan secara sistematis serta konsisten untuk memudahkan melakukan analisis. Data primer inipun terlebih dahulu di korelasi untuk menyelesaikan data yang paling relevan dengan perumusan permasalahan yang ada dalam penelitian ini. Data sekunder yang didapat dari kepustakaan dipilih serta dihimpun secara sistematis, sehingga dapat dijadikan acuan dalam melakukan analisis. Dari hasil data penelitian pustaka maupun lapangan ini dilakukan pembahasan secara deskriptif analitis.

Data yang sudah terkumpul dan tersusun secara sistematis kemudian dianalisis dengan metode kualitatif, yaitu mengungkapkan dan memahami kebenaran masalah dan pembahasan dengan menafsirkan data yang diperoleh dari hasil penelitian, lalu data tersebut diuraikan dalam bentuk kalimat-kalimat yang disusun secara terperinci, sistematis dan analisis sehingga akan mempermudah dalam penarikan suatu kesimpulan.

16 Soerjono Soekanto. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta. UI-Press, 2010, hal.172 dan 173

(18)

M. Keaslian Penulisan

Berdasarkan hasil penelusuran perpustakaan Fakuktas Universitas Sumatera, penulisan yang berkaitan dengan perlindungan hukum hak cipta atas karya musik dan lagu hubungan dengan pembayaran royalti berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta (Studi pada PT. Nav Jaya Mandiri), adapun judul yang ada di perpustakaan Fakultas Hukum antara lain:

Melva Simanungkalit (2015), dengan judul penelitian Pembatasan Pengalihan Hak Ekonomi Dalam Bentuk Jual-Putus Melalui Perlindungan Hak Cipta Di Indonesia.

Widya Tresna Sinambela (2005) Perlidungan Hukum Atas Hak Cipta Karya Musik Dan Lagu (Putusan Pengadilan Niaga No.02/Hak Cipta/2005/PN.Niaga/Mdn), belum pernah ada dilakukan dan bukan merupakan hasil ciptaan atau penggamdaan dari karya tulis orang lain dan sudah diperbandingkan judulnya dikampus, dimana penulisan menimba ilmu di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

N. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan skripsi ini terbagi ke dalam bab-bab yang menguraikan permasalahannya secara tersendiri, di dalam suatu konteks yang saling berkaitan satu dengan yang lainnya. Penulis membuat sistematika dengan membagi pembahasan keseluruhan ke dalam lima bab terperinci adapun bagiannya, yaitu :

(19)

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini merupakan awal yang berisikan latar belakang, permasalahan, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penelitian, keaslian penulisan dan sistematika penulisan

BAB II PERLINDUNGAN HUKUM TENTANG HAK CIPTA MUSIK DAN LAGU

Bab ini berisikan mengenai hak cipta, ruang lingkup hak cipta, hak ekonomi dan hak moral dan hak terkait

BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG ROYALTI

Bab ini berisikan pengertian royalti, royalti dari hak cipta, royalti dan lagu serta macam – macam hak kekayaan intelektual menurut hak cipta dan dasar pengaturan royalti dan Lembaga yang menghimpun Royalti.

BAB IV PERLINDUNGAN HUKUM HAK CIPTA ATAS KARYA MUSIK DAN LAGU HUBUNGAN DENGAN PEMBAYARAN ROYALTI BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG HAK CIPTA

Bab ini berisikan pembayaran royalti hak cipta karya musik dan lagu, cara perhitungan royalti, praktek pembayaran royalti pada perusahaan Karoke PT. Nav Jaya Mandiri

(20)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Merupakan bab terakhir dariisi skripsi ini. Pada bagian ini, mengemukakan kesimpulan dan saran yang didapat sewaktu mengerjakan skripsi ini mulai dari awal hingga pada akhirnya.

(21)

BAB II

PERLINDUNGAN HUKUM TENTANG HAK CIPTA MUSIK DAN LAGU

A. Hak Cipta

Hak Cipta adalah hak privat. Hak keperdataan yang melekat pada diri si pencipta. Pencipta boleh pribadi, kelompok orang, bahan hukum publik atau badan hukumm privat. Hak Cipta lahir atas kreasi pencipta. Kreasi yang muncul dari “ olah pikir ” dan “ olah hati ”. Atau dalam terminologi antropologi, hak yang lahir dari cipta, rasa dan karsa manusia. Oleh karena itu, hak cipta haruslah benar- benar lahir dari kreativitas manusia, bukan yang telah ada diluar aktivitas atau diluar kreativitas manusia.17

Dari segi sejarahnya, konsep perlindungan hak cipta mulai tumbuh dengan pesat sejak ditemukannya mesin cetak oleh J. Gutenberg pada pertengahan abad kelima belas di Eropa. Keperluan di bidang ini timbul karena dengan mesin cetak, karya cipta khususnya karya tulis dengan mudah diperbanyak secara mekanikal.

Peristiwa inilah yang pada awalnya menumbuhkan copyright.18

Dari definisi tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa hak cipta adalah hak kebendaan yang bersifat eksklusif bagi seorang pencipta atau penerima hak atas suatu karya atau ciptaannya di bidang ilmu pengetahuan, seni, dan sastra

Kreativitas dan aktivitas manusia menjadi kata kunci dalam kelahiran atau kemunculan hak cipta. Itu jugalah sebabnya hak cipta itu disebut sebagai hak

17 OK. Saidin, Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual (Inttellectual Property Right), Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2015, hal 191

18 Sudarmanto, KI & HKI serta implementasinya bagi Indonesia Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2012, hal 13

(22)

ekslusif (exlusive rights). Hanya manusia yang melakukan “ olah otak ” dan “ olah hati ” yang dapat melahirkan hak cipta. Hasil olah otak dan oleh hati itu berupa benda tidak berwujud meliputi ilmu pengetahuan seni dan sastra. Ilmu pengetahuan, seni dan sastra itu tidak dalam bentuk nyata (wujud dan konkret), tetapi dalam bentuk immateriil. Sebagai contoh :19

Contoh 1

Si A adalah seorang peneliti. Hasil penelitiannya dibutuhkan dalam bentuk karya cipta laporan penelitian. Wujudnya dalam bentuk buku yang diterbitkan oleh penerbit R atau dalam bentuk jurnal yang dipublikasikan dan diterbitkan oleh penerbit R juga. Buku dan jurnal dijual di took – took buku. Buku atau jurnal itu dibeli si B. Pertanyaan : hak apa yang dimiliki si A dan hak apa pula yang dimiliki si B?

Si A tetaplah pemegang atau pemilik hak cipta atau benda tidak berwujud yang dialihkannya kepada penerbit sebagai pihak yang menerima pengalihan dari pencipta. Penerbitan juga pemegang hak cipta berupa benda tidak berwujud . berbeda engan hak yang dimiliki oleh a dan R, si B setelah membeli buku atau jurnal itu ditoko buku, ia (si B ) adalah pemilik mhak atas buku dan jurnal itu. Hak yang dimilikinya adalah hak atas buku atau jurnal itu adalah hak atas benda berwujud, hak atas benda materiil.

Contoh 2 :

Di A adalah seorang pelukis. Setiap hari ia melukis, terkadang menghasilkan satu lukisan sehari, tetapi tak jarangb pula sudah satu bulan satu lukisan pun tak kunjung selesai. Setelah lukisan selesai, si A menjual lukisan itu dan dibeli oleh si B. Lukisan itu ternyata menarik para pengamat dan pencinta lukisan. Akan tetapi karena kerya lukisan itu hanya satu dan telah di beli oleh si B, maka sudah pasti karya lukisasn itu tidak ada duplikasinya.dalam perjalanannya, lukisasn itu sangat digandrungi seumpama lukisan Monalisa yang dibuat oleh Leonardo Da Vinci atau lukisan “Barong” yang dilukis oleh Affandi. Sehingga banyaklah perusahaan penerbitan ingin untuk memperbanyak lukisan itu dalam bentuk offset.

Pertanyaannya : kepada siapa pihak penerbit meminta izin untuk dapat menerbitkan dalam bentuk cetakan offset atas lukisan.

Jawabnya : izin itu diminta kepada si A. bukan kepada si B, sekalipun si B telah emebli lukisan itu. Alasannya si A pemegang sekaligus pemilik hak cipta lukisan berupa benda tidak berwujud, sedangkan di B pemilik lukisan (sebab telah ia beli dari si A) berupa benda berwujud.

19 Ibid

(23)

Contoh 3 :

Hamka adalah pengarang novel “ Di bawah Lindungan Kabah ”. Naskah novel itu kemudian disusun dalam bentuk cerita (scenario film) yang dituangkan (difiksasikan) dalam bentuk film, cerita layar lebar yang ditulis oleh Armantono dan Titien. Novel itu adalah novel sastra, sebuah karya sastra yang bernuasa religius yang hanya ditulis dalam 66 halaman.

Setelah cerita itu diangkat ke layar lebar yang produsernya adalah Dhamoo Punjabi dan Manoj Punjabi, Produksi MD Pictures dengan sutradara Hanny R. Syahputra, banyaklah orang yang menonton. Produser film itupun kemudian memperbanyak karya film itu dan difiksasikan dalam kepingan DVD. Kepingan DVD itu kemudian dijual di counter – counter penjualan si A kemudian membeli kepingan DVD itu. Pertanyaannya : hak apa saja yang melekat pad karya sibenatografi itu? Jawabnya :

1. Hamka pemegang hak cipta atas novel.

2. Armantono dan Titien pemegang hak cipta atas naskah skenario.

3. Shamoo Punjabi dan Manoj Punjabi adalah pemegang hak atas prosedur – prosedur rekaan gambar dan suara.

4. MD. Pictures pemegang hak produksi atas karya sinematografi itu.

5. Si A membeli kepingan DVD adalah pemilik atas benda berwuud dalam bentuk kepinginan DVD.

Butir 1 s/d 4 adalah pemegang hak cipta atas benda tidak berwujud, sedangkan butir 5 pemiliki benda tidak berwujud yaitu dalam bentu kepingan DVD. Tiga contoh tersebut di atas, adalah sebuah gambaran tentang ruang lingkupn hak cipta yang dilahirkan atas hasil olah otak dan olah hati. Contoh 1 adalah karya dalam bidang ilmu pengetahuan, contoh 2 karya dalam bidang seni dan contoh 3 karya dalam bidang sastra. Jika disederhanakan ruang lingkup hak cipta itu dapat dilihat pada diagram berikut ini :

Term atau frase hak cipta berasal dari terminology asing yaitu copyrights dalam bahasa Inggris ata auteurrecht dalam bahasa Belanda. sebelum uraian ini sampai pada pemehaman penurut terminologi hukum Indonesia, pada bagian ini terlebih dahulu diperkenalkan serba sedikit latar belakang dikeluarkannya Undang

(24)

– Undang Nomor 28 Tahun 2014, pengganti Undang – Undang hak Cipta Nomor 19 Tahun 200220.

Pada mulanya Indonesia berkeinginan untuk membuat Undang – Undang Hak Cipta sendiri yang merujuk pada nilai-nilai the original paradigmatic value of Indonesia culture yang terkristalisasi dalam ideologi Pancasila. Untuk itulah bangsa Indonesia mencoba dalam pemulihan politik hukumnya untuk merumuskan Undang-Undang hak Cipta yang berlaku di Indonesia disesuaikan dengan nilai-nilai dimaksud. Undang-Undang hak Cipta yang pertama kali dilahirkan di Indonesia untuk menggantikan Auteurswet 1912 Staatblad Nomor 600 peninggalan Kolonial Belanda adalah Undang-Undang Hak Cipta Nomor 6 Tahun 1982 alasan filosofis dan alasan pilitis kelahiran undang- undang ini dapat dirujuk dalam konsiderans undang-undang tersebut sebagai berikut :

Undang – undang ini dikeuarkan dalam rangka merealisasi amanah GBHN (tahun 1978) khususnya pembangunan dibidang hukum yang dimaksudkan untuk mendorong dan melindungi pencipta dan hasil karya ciptaannya.

dengan demikian diharapkan penyebarluasan hasil kebudayaan dibidang karya ilmu, seni dan sastra dapat dilindungi secara yuridis, yang pada gilirannya dapat mempercepat proses pertumbuhan kecerdasan kehidupan bangsa.

Kecerdasan intelektual masyarakat dalam suatu bangsa memang sangat ditentukan oleh seberapa jauh penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi oleh

20 Undang – Undang Hak Cipta yang diatur dalam Undang – Undang Nomor 28 Tahun 2014 adalah Undang – Undang Hak Cipta yang telah mengalami 5 (lima) kali revisi. Undang – Undang Hak Cipta yang pertama kali berlaku di Indonesia adalah Undang – Undang yang diberlakukan oleh Pemerintah Hindia, Belanda, yakni Auteurswet 1912 Staatblad Nomor 600.

Setelah kemerdekan Wet peninggalan Kolonil Belanda ini digantikan oleh Undang – Undang Nomor 6 Tahun 1982 yang kemudian secara berturut – turut direvisi tahu 1987 melalui Undang – Undang Nomor 7 Tahun 1987 dan kemudian direvisi kembali pada Tahun 1997 melalui Undang – Undang Nomor 19 Tahun 2002 dan terakhir Tahun 2014 Undang – Undang Nomor 28 Tahun 2014.

(25)

individu-individu dalam suatu negara. kreativitas manusia untuk melahirkan karya-karya intelektualitas yang bermutu seperti hasil penelitian, karya sastra yang bernilai tinggi serta apresiasi budaya yang memiliki kualitas seni yang tinggi serta apresiasi budaya yang memiliki kualitas seni yang tinggi, tidak lahir begitu saja. Kelahirannya memerlukan banyak “energi” dan tidak jarang diikuti dengan pengeluarannya biaya-biaya yang besar.

Untuk melahirkannya karya ilmu pengetahuan misalnya, seorang penelitian menghabiskan dana ratusan juta rupiah. Demikian pula untuk menghasilkan karya sinematografi yang berkualitas seorang produser menghabiskan dana miliaran rupiah. Belum lagi karya-karya dalam bidang musik dan rekaman suara. Untuk menghasilkan suara yang berkualitas baik, para produser harus mempersiapkan studio rekaman yang berkualitas baik pula (sudah barang tentu memerlukan dana yang mengharuskan para komponis dan krewnya

“menguras talenta seni ” yang melekat pada dirinya. Kesemua itu menunjukkan betapa rumit dan beratnya beban yang dipikul oleh segenap pihak-pihak terkait untuk kelahiran sebuah karya cipta. Dengan begitu, pantaslah hak yang terbit karenanya dirumuskan sebagai property rights yang bersifat eksklusif dan diberi penghargaan yang setinggi-tingginya, dalam wujud perlindungan hukum.

Sekalipun kelahiran Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1982 itu dapat dipastikan sebagai upaya untuk mengakhiri masa berlakunya Auteurswet 1912 Stb. No. 600, akan tetapi harapan untuk mewujudkan UUHC yang sesuai dengan nilai-nilai ke Indonesia masih jauh dari harapan, karena dalam perjalannannya pengaruh asing begitu kuat dan egitu kental dalam upaya untuk menjadikan

(26)

Negara-negara maju melalui berbagai kesepakatan internasional. Kesepakatan internasional itu dijadikan dasar pijakan guna keikutsertaan Indonesia dalam persetujuan pembentukan organisasi perdagangan dunia (Agreement Establishing the World Trade Organization) yang didalamnya tercakup persetujuan TRIPs.

Instrumen hukum internasional yang disebut terakhir ini, mengharuskan pula Indonesia untuk turut meratifikasi beberapa konvensi ikutannya antara lain Konvensi Bern dan WIPO Copyrights Treaty, Rome Convention dan lain- lain.

Atas dasar itu pula Indonesia berkewajiban untuk menyesuaikan undang-undang hak cipta nasionalnya dengan TRIPs Agreement tersebut beserta konvensi ikutannya.21

Perjalanan peradaban suatu bangsa terus berkembang mengikuti arus perubahan yang terjadi dalam masyarakat, sebagai akibat dari berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi. Sejalan dengan itu, hukum sebagai bagian dari peradaban manusia juga menuntut perubahan secara terus-menerus. Kekuatan politis dan tarik menarik dalam memenuhi kebutuhan ekonomi suatu negara dalam kerangka global, menyebabkan negara-negara didunia menentukan strategi perberdayaan ekonomi di negaranya masing-masing. kebijakan ekonomi nasional suatu negara biasanya dituangkan dalam peraturan perundang – undangan. Tak pelak lagi, negara-negara yang memiliki kemampuan yang kuat secara ekonomis, akan menang dalam persaingan global tersebut. Beberapa negara didunia menerapkan pratik monopoli, oligopoly, dumping, diskriminasi dalam tarif (bea

21 Ibid.

(27)

masuk), kebijakan proteksi, pembatasan impor dengan sistem kuota dan lain – lain yang menimbulkan banyak ketidakadilan.

Meskipun Indonesia menyadari bahwa pengaruh kapitalis dan semangatb liberal begitu kuat mewarni kebijakan perekonomian dunia yang merasuk pada seluruh sendi kehidupan ekonomi diberbagai negara didunia, akan tetapi banyak faktor yang menyebabkan negeri ini tak mampu untuk menghindarinya. Dalam bidang hak cipta misalnya, Indonesia tak mampu melawan keinginan negara – negara maju dalam menyuarakan keinginannya untuk memprotek karya cipta mereka. Ini terbukti dari 3 (tiga) kali perubahan terakhir Undang-Undang Hak Cipta Indonesia terlihat dominasi nilai-nilai kapitalis terselit dalam norma Undang – Undang Hak Cipta Indonesia. Pengaruh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang didominasi oleh Negara maju menyebabkan ketergatungan Indonesia semakin hari semakin besar dan itu berbanding terbalik dengan kemandirian Indonesia dalam percaturan politik (termasuk ekonomi) internasional. Hal ini terungkap dari latar belakang kelahiran Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 menggantikan Undang – Undang Nomor 19 Tahun 2002.

Pada penjelasan umum undang – undang itu dinyatakan bahwa :

Hak cipta merupakan salah satu bagian dari kekayaan intelektual yang memiliki ruang lingkup objek dilindungi paling luas, karena mencakup ilmu pengetahuan, seni dan sastra (art and literary) yang didalamnya mencakup pula program computer. Perkembangan ekonomi kreatif yang menjadi salah satu andalan Indonesia dan berbagai negara dan berkembang pesatnya teknologi informasi dan komunikasi mengharuskan adanya pembaruan UUHC, mengingat hak Cipta menjadi basis terpenting dari ekonomi kreatif nasional. Dengan Undang – Undang Hak Cipta yang memenuhi unsur perlindungan dan pengembangan ekonomi kreatif ini, maka diharapkan kontribusi sektor Hak Cipta dan hak terkait bagi perekonomian Negara dapat lebih optimal.22

22 Ibid

(28)

Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi telah menjadi salah satu variable penting yang memberikan pengaruh besar terhadap perubahan UUHC. Teknologi Informasi dan komunikasi disatu sisi memiliki peran strategis dalam pengembangan hak Cipta, tetapi di sisi lain juga menjadi media pelanggaran hukum dibidang hak cipta23. Pengaturan yang proporsional sangat diperlukan, agar fungsi positif dapat optimalkan dan dampak negatifnya dapat diminimalkan. Itulah salah satu alasan pemerintah untuk mengganti Undang- Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta dengan Undang – Undang Nomor 28 Tahun 2014. Pemerintah menyebutnya sebagai upaya sungguh – sungguh dari Negara untuk melindungi hak moral dan hak ekonomi Pencipta dan pemilik Hak terkait sebagai unsur penting dalam pembangunan kreativitas nasional. Alasannya adalah, teringkarinya hak moral dan hak ekonomi dapat mengikis motivasi para pencipta dan pemilik hak terkait untuk berkreasi.

Hilangnya motivasi seperti ini akan berdampak luas pada runtuhnya kreativitas makro bangsa Indonesia. Bercermin kepada negara-negara maju tampak bahwa perlindungan yang memadai terhadap Hak Cipta telah berhasil membawa pertumbuhan ekonomi kreatif secara signifikan dan memberikan kontribusi nyata bagi perekonomian dan kesejahteraan rakyat.24

Adapun bagian – bagian penting yang diubah dalam undang – undang yang baru ini adalah :

23 Sebut saja misalnya pembajakan terhadap karya cipta sinematografi, music dan lagu – lagu kerap kali menggunakan media yang dihasilkan oleh teknologi informasi dan teknologi komunikasi. lagu – lagu dan karya sinematografi tersebut diunduh melalaui website tanpa mendapat izin dari pencipta atau pemegang hak atas karya cipta tersebut

24 Republik Indonesia, Undang – Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta, Lembaran Negara Tahun 2014 Nomor 266, Tertanggal 16 Oktober 2014, bagian Penjelasan

(29)

1. Pelindungan Hak Cipta dilakukan dengan waktu lebih panjang sejalan dengan penerapan aturan diberbagai negara sehingga jagka waktu perlindungan Hak Cipta dibidang tertentu diberlakukan selama hidup pencipta ditambah 70 (tujuh puluh) tahun setelah pencipta meninggal dunia.

2. Perlindungan yang lebih baik terhadap hak ekonomi para Pencipta dan atau pemilik Hak terkait, termasuk membatasi pengalihan hak ekonomi dalam bentuk jual putus (sold flat)

3. Penyelesaian sengketa secara efektif melalui proses mediasi, arbitrase atau pengadilan, serta penerapan delik aduan untuk tuntutan pidana.

4. Pengelola tempat sengketa perdagangan bertanggung jawab atas tempat penjualan dan atau Pelanggaran Hak Cipta dan atau hak terkait dipusat tempat perbelanjaan yang dikelolanya.

5. Hak cipta sebagai benda bergerak tidak berwujud dapat dijadikan objek jaminan fidusia.

6. Menteri diberi kewenangan untuk menghapus ciptaan yang sudah dicatatkan, apabila Ciptaan tersebut melanggar norma agama, norma susila, ketertiban umum, pertahanan dan keamanan negara, serta ketentuan peraturan perundang- undangan.

7. Pencipta, Pemegang Hak cipta, Pemilik Hak Terkait menjadi anggota Lembaga Manajemen Kolektif agar dapat menarik imbalan atau Royalti.

8. Pencipta dan atau pemilik hak Terkait mendapat imbalan Royalti untuk Ciptaan atau poduk Hak Terkait yang dibuat dalam hubungan dinas dan digunakan secara komersial.

(30)

9. Lembaga Manajemen Kolektif yang berfungsi menghimpun dan mengelola hak ekonomi Pencipta dan pemilik Hak Terkait wajib mengajukan permohonan izin operasional kepada Menteri.

10. Penggunaan Hak Cipta dan hak Terkait dalam sarana multimedia untuk merespon perkembangan teknologi informasi dan komunikasi.

Ditingkat Internasional, Indonesia telah ikut serta menjadi anggota dalam Agreement Establishing the World Trade Organization (persetujuan Pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia) yang mencakup Trade Related Aspects of Intellectual Property Rights (Persetujuan tentang Aspek – Aspek Dagang Hak Kekayaan Intelektual) yang selanjutnya disebut TRIPs, melalui Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994. Selain itu, Indonesia telah meratifikasi Berne Convention for the Protection of Artistic and Literary Works (Konvensi Bern tentang Pelindugan Karya Seni dan sastra) melalui keputusan Presiden Nomor 18 Tahun 1997 dan World Intellectual Propery Organization Copyright Treaty ( Perjanjian Hak Cipta WIPO) yang selanjutnya disebut WCT, melalui Keputusan Presiden Nomor 19 Tahun 1997, serta World Intellectual Propery Organization Perfomances and Phonograms Treaty (Perjanjian Karya – Karya Pertunjukkan dan Karya – Karya Fonogram WIPO) yang selanjutnya disebut WPPT, melalui Keputusan Presiden Nomor 74 Tahun 2004. Penggantian Undang – undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta dengan undang – undang ini dilakukan dengan mengutamakan kepentingan nasional dan memerhatikan keseimbangan antara kepentingan Pencipta, Pemegang Hak Cipta, atau pemilik Hak Terkait,

(31)

dengan masyarakat serta memerhatikan ketentuan dalam perjanjian internasional dibidang Hak Cipta dan Hak Terkait.25

B. Ruang Lingkup Hak Cipta

Sebagai karya yang dilahirkan atas ide dan gagasan yang dimiliki oleh insan ciptaan Tuhan Yang Maha Kuasa, maka hak cipta menjadi objek hukum (kebenaran immateriil) yang tidak terbatas. Semakin maju peradaban umat manusia semakin memberikan kemungkinan untuk melahirkan karya – karya cipta yang baru. Meskipun demikian, secara yuridis normatif baik dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku secara internasional (konvensi internasional, perjanjian bilateral atau multilateral) maupun dalam peraturan perundang- undangan hak cipta nasional, hak cipta hanya dibatasi dalam tiga hal yaitu :

a. Karya dalam bidang ilmu pengetahuan.

b. Karya dalam bidang kesenian.

c. Karya dalam bidang kesusastraan.

Ketiga karya tersebut diatas, dapat dirinci lagi dalam berbagai objek ciptaan yang akan diuraikan berikut ini :

a. Karya dalam bidang ilmu pengetahuan yang terdiri dari : 1) Buku ilmiah

2) Artikel ilmiah 3) Diktat ilmiah 4) Makalah 5) Skripsi

25 Ibid.

(32)

6) Tesis 7) Disertasi

8) Materi kuliah yang bersifat ilmiah 9) Laporan hasil penelitian

10) Ceramah ilmiah

11) Pidato ilmiah dan berbagai karya ilmiah lainnya 12) Tafsir dan saduran

13) Program komputer b. Karya dalam bidang kesenian.

1) Seni lukis.

2) Seni bela diri 3) Seni musik

4) Seni suara / lagu / senandung 5) Seni pahat

6) Seni patung 7) Seni batik

8) Seni arsitektur / seni rangcang bangun 9) Seni animasi

10) Seni tari (seni koreografi) 11) Seni baca Al – Qur‟an 12) Seni songket / tenun 13) Seni fotografi

14) Seni sablon

(33)

15) Seni pantomime 16) Seni anyaman 17) Seni sulap 18) Seni sulaman 19) Seni ilusionis

20) Seni permainan (hipnotis) 21) Seni rancang busana 22) Seni penataan rambut

23) Seni visualisasi gambar / foto bergerak 24) Seni visualisasi audio

c. Karya dalam bidang sastra 1) Novel

2) Puisi

3) Cerita pendek 4) Prosa

5) Hikayat

6) Naskah cerita (skenario) 7) Lirik lagu

d. Gabungan A – B – C

- Karya sinematografi (film dokumenter), meliputi : a. Karya ilmiah sejarah (ilmu pengetahuan) b. Seni visualisasi gambar (seni)

c. Seni visualisasi (seni)

(34)

d. Skenario naskah cerita (sastra) e. Gabungan A dan B

- Karya peta f. Gabungan A dan C

- Novel sejarah g. Gabungan B dan C

- Lagu

C. Hak Ekonomi dan Hak Moral

Dalam bahasa Belanda hak kebendaan ini disebut zakelijk recht. Sri Soedewi Masjchoen Sofwan, memberikan rumusan tentang hak kebendaan yakni :

“hak mutlak atas suatu benda dimana hak itu memberikan kekuasaan langsung atas suatu benda dan dapat dipertahankan terhadap siapa pun juga.26

Rumusan bahwa hak kebendaan itu adalah hak mutlak yang juga berarti hak absolut yang dapat dipertentangkan atau dihadapkan dengan hak relatif, hak nisbi atau biasanya disebut juga persoonlijk atau hak perorangan. Hak yang disebut terakhir ini hanya dapat dipertahankan terhadap orang tertentu, tidak terhadap semua orang seperti pada hak keberadaan.

Ada beberapa ciri yang membedakan hak kebendaan ini dengan hak relatif atau hak perorangan yaitu :

a. Merupakan hak yang mutlak, dapat dipertahankan terhadap siapa pun juga.

26 Sri Soedewi, Masjchoen Sofwan, Hukum Perdata Hukum Benda, Liberty, Yogyakarta, 1981, hal. 24.

(35)

b. Mempunyai zaaksgevolg atau droit de suite hak yang mengikuti). Artinya hak itu terus mengikuti bendanya dimana pun juga (dalam tangan siapa pun juga) benda itu berada. Hak itu terus saja mengikuti orang yang mempunyainya.

c. Sistem yang dianut dalam hak kebendaan dimana terhadap yang lebih dahulu terjadi mempunyai kedudukan dan tingkat yang lebih tinggi dari pada yang terjadi kemudian. Misalnya, seorang pemilik meghipotekkan tanahnya, kemudian tanah tersebut juga diberikan kepada orang lain dengan hak memungut hasil, maka disini hak hipotek itu masih ada pada tanah yang dibebani hak memungut hasil itu. Dan mempunyai derajat dan tingkat yang lebih tinggi dari pada hak memungut hasilyang baru terjadi kemudian.

d. Mempunyai sifat droit de preference (hak didahulukan).

e. Adanya apa yang dinamakan gugat kebendaan.

f. Kemungkinan untuk dapat memindahkan hak kebenaran itu dapat secara sepenuhnya dilakukan.27

Demikian cirri-ciri kebendaan itu meskipun dalam praktik cirri-ciri itu kelihatan tidak tajam lagi. Jika dihadapkan dengan hak perorangan. Artinya perbedaan yang semacam itu tidak begitu penting lagi dalam praktik. Sebab dalam kenyataannya ada hak perorangan yang mempunyai cirri-ciri sebagaimana ciri – ciri yang terdapat pada hak kebendaan. Hal ini dapat kita lihat sifat absolut terhadap hak sewa, yang dilindungi berdasarkan pasal 1365 KUHPerdata. Juga hak sewa ini mempunyai sifat mengikuti bendanya (droit de suit). Hak sewa itu akan terus mengikuti bendanya meskipun berpindahnya atau dijualnya barang

27 Ibid, hlm. 25 – 27.

(36)

yang disewa, perjanjian sewa tidak aka putus. Demikian juga halnya sifat droit de preference.

Oleh Mariam darus Badrulzaman, mengenai hak kebendaan ini dibaginya atas dua bagian, yaitu :

Hak kebendaaan yang sempurna dan hak kebendaan yang terbatas. Hak kebendaan yang sempurna adalah hak kebendaan yang memberikan kenikmatan yang sempurna (penuh) bagi sipemilik. Sedangkan hak kebendaan terbatas adalah hak yang memberikan kenikmatan yang tidak penuh atas suatu benda. Jika dibandingkan dengan hak milik. Artinya, hak kebendaan terbatas itu tidak penuh atau kurang sempurananya jika dibandingkan dengan hak milik.28

Jadi, jika disimpulkan padangan Mariam Darus Badrulzaman di atas, maka yang dimaksud dengan kebenaran yang sempurna itu adalah hanya hak milik,sedangkan selebihnya termasuk dalam kategori hak kebendaan yang terbatas.

Jika dihubungkan dengan hak cipta, maka dapatlah disimpulkan bahwa hak cipta itu merpaakan hak kebenara dan dialam Pasal 16 ayat (1) Undang – Undang Nomor 28 Tahun 2014 rumusan hak cipta sebagai hak kebendaan.

Diadopsi dengan baik dengan menyebutkan hak cipta merupakan benda bergerak tidak berwujud.29

Sebagai suatu hak kebenaran yang oleh Undang – Undang hak cipta No.

28 tahun 2014 ditegaskan sebagai hak ekonomi (economi rights), maka hak cipta itu harus dilingdungi sebagai harta kekayaan. Setiap orang yang memanfaatkan hak tersebut tanpa persetujuan atau izin dari pemengang hak dapat dikategorikan

28 Mariam Darus Badrulzaman, Mencari Sistem Hukum Benda Nasional , BPHN – Alumni, Bandung, 1983, hlm. 43.

29 Ibid

(37)

pelanggaran terhadap harta kekayaan sebagaimana diatur dalam Pasal 112 sampai dengan Pasal 120 Undang –Undang Nomor 28 Tahun 2014.

Dalam kaitanya dengan kejahatan hak cipta, Mahadi mengatakan, Perlindungan terhadap hak cipta memberikan hak kepada instansi terkait untuk menyita benda yang diumumkan bertentangan dengan hak cipta itu serta perbanyakan yang tidak diperolehkan, dengan cara dan dengan memerhatikan ketentuan yang ditetapkan untuk penyitaan benda bergerak baik untuk menuntut suat benda itu dimusnahkan atau dirusak sehingga tidak dapat dipakai lagi. Hak cipta tersebut juga memberikan hak yang sama untuk menyitaan dan penuntutan terhadap jumlah uang tanda masuk yang dipungut untuk menghadairi ceramah pertunjukkan atau pameran yang melanggar hak cipta.30

Pandangan Mahadi tersebut jelas menunjukkan bahwa hak cipta itu termasuk dalam ruang lingkup hak kebendaan. Sebab disamping mempunyai sifat mutlak juga hadirnya sifat doit de suit. Dalam terminologi hukum Belanda istilah droit de suit itu, adalah zaak gevolg yang dimaknai bahwa hak kebendaan itu akan terus mengikuti dimanapun benda itu berada. Oleh karena itu, terhadap hak cipta sekalipun pelanggarannya berlangsung diluar negeri, hak cipta tersebut tetap akan dapat dipertahankan melalui prinsip atau asas hukum droit de suit itu. Dengan mengacu pada asas ini, maka seharusnya tidak menjadi alasan apakah negara yang bersangkutan memiliki kesepakatan internasional (konvensi atau perjanjian bilateral maupun perjanjian multilateral) dengan negara yang bersangkutan (tempat karya cipta itu dilanggar).

30 Ida Hariatiu dengan Mahadi, Tentang hak Cipta, 16 Oktober 1987, dikutip dari skripsi yang ditulis oleh Sdr. Ida Hariati.

(38)

Mengenai padanagan tentang penerapan asas droit de suit, Mahadi berpendapat lain. Beliau menegaskan bahwa :

Sifat droit de suit itu tidak hilang disebabkan adanya ketentuan tentang perjanjian internasional, oleh karena perjanjian internasiona itu gunanya untuk melindungi, jadi kalau tidak menjadi anggota konvensi internasional, negara lain tidak wajib melindungi. Ini telah menjadi kebiasaan internasional.31

Sifat droit de suite, tidak hilang meskipun antara warga negara pemegang hak cipta dengan pihak yang melakukan pelanggaran tidak terikat dengan konvensi internasional (karena sama – sama tidak menjadi negara peserta) akan tetapi pencipta atau sipemegang hak tetap saja dapat saja melakukan penuntutan dengan menggunakan instrumen hukum perdata (hukum perdata internasional).32

Namun saat ini, hampir seluruh negara-negara didunia terikat dengan konvensi internasional tentang hak cipta bahkan beberapa negara mengikatkan diri dalam perjanjian yang bersifat bilateral.

1. Hak Cipta Sebagai Hak Moral

Berbicara tentang hak cipta tidak dapat dilepaskan dari masalah moral karena didalam hak cipta itu sendiri melekat hak moral sepanjang jangka waktu perlindungan hak cipta masih ada. Masalah moral muncul disebabkan pada dasarnya setiap orang mempunyai keharusan untuk menghormati atau menghargai karya cipta orang lain. Orang lain tidak dapat dengan sesuka hatinya mengambil maupun mengubah karya cipta seseorang menjadi atas namanya.

31 Mahadi, op.cit, hlm. 75.

32 Doit de suite, dalah merupakan asas hukum, setiap asas hukum mempunyai sifat pengecualian. Sifat pengecualian dari asas hukum itulah membuat ia menjadi supel dan fleksibel, mampu mengikuti perkembangan dan secara terus menerus menyesuaikan diri dengan tuntutan peradaban manusia. Jadi, pengecualian dalam asas hukum itu sudah dengan tuntutan peradapan manusia. Jadi, pengecualian dalam asas hukum itu sudah merupakan sifat dari setiap asas hukum.

(39)

Sesuai dengan Pasal 24, Pasal 25 dan Pasal 26 UU Hak Cipta 2002 hak moral yang dimiliki pencipta adalah sebagai berikut :

a. Pencipta atau ahli warisnya berhak menuntut peegang hak cipta supaya nbam pencipta tetap dicantumkan dalam ciptaannya.

b. Suatu ciptaan tidak boleh diubah walaupun hak ciptanya telah diserahkan kepada pihak lain kecuali dengan persetujuan pencipta atau ahli warisnya.

c. Pencipta tetap berhak mengadakan perubahan pada ciptaannya sesuai dengan kepatutan dalam masyarakat.

d. Dalam informasi elektronik tentang informasi manajemen hak pencipta tidak boleh ditiadakan atau diubah.

e. Hak cipta atas suatu ciptaan tetap berada ditangan pencipta selama kepada pembeli ciptaan itu tidak diserahkan seluruh hak ciptanya oleh pencipta.

f. Hak cipta yang dijual sebagian atau seluruhnya tidak dapat dijual lagi untuk kedua kalinya oleh penjual yang sama.

Dari hak moral di atas dapat diketahui bahwa hak tersebut sebagian berlaku bagi pencipta terhadap pihak lain, tetapi ada juga yang berlaku bagi pencipta sendiri. Hak moral yang berlaku bagi pencipta adalah yang huruf f di atas, bahwa menjual kedua kalinya hak cipta oleh pemilik yang sama tidak diperolehkan karena sebagai perbuatan yang tidak wajar atau tidak patut dan dapat merugikan pada para pembelinya.

2. Hak Cipta Sebagai Hak Economy Rights

Dalam terminologi hukum perdata, hak cipta adalah hak privat, hak keperdataan. Dalam hak keperdataan itu terdapat nilai yang dapat diukur secara

(40)

ekonomi, yaitu berupa hak kebendaan. Oleh Undang – Undang Hak Cipta No. 28 Tahun 2014, hak itu disebut sebagai hak ekonomi atau economy rights yang dibedakan dengan hak moral yang tidak mempunyai nilai ekonomi. Hak ekonomi merupakan hak eksklusif Penciptaan hak ekonomi Pemegang hak Cipta untuk mendapatkan manfaat ekonomi atas Ciptaan.33

Pencipta pemegang Hak Cipta memiliki hak ekonomi untuk melakukan.

a. Penerbitan Ciptaan.

b. Penggandaan Ciptaan dalam segala bentuknya c. Penerjemahan Ciptaan

d. Pengadaptasian, pengaransemenan atau pentransformasian Ciptaan.

e. Pendistribusian Ciptaan atau salinannya.

f. Pertunjukkan Ciptaan g. Pengumuman Ciptaan h. Komunikasi Ciptaan, dan i. Penyewaan Ciptaan.

Setiap orang yang melaksanakan hak ekonomi tersebut wajib mendapatkan izin pencipta atau Pemegang Hak Cipta. Setiap orang yang tanpa izin pencipta atau pemegang hak cipta dilarang melakukan penggandaan dan atau penggunaan secara komersial ciptaan.34

33 Republik Indonesia, Undang – Undang Nomor 28 Tahun 2014, op, cit, Pasal 8.

34 Ibid, Pasal 9. Termasuk perbuatan Penggadaan di antaranya perekanan menggunakan kamera video (camcorder) didalam gedung bioskop dan tempat pertunjukan langsung (live perfomance).

(41)

Pengelola tempat perdagangan dilarang membiarkan penjualan dan atau penggadaan barang hasil pelanggaran Hak Cipta dan atau Hak terkait di tempat perdagangan yang dikelolanya.35

Hak ekonomi untuk melakukan Pendistribusian Ciptaan atau salinannya tidak berlaku terhadap Ciptaan atau salinannya yang telah dijual atau yang telah dialihkan kepemilikan Ciptaan kepada siapa pun. Hak ekonomi untuk menyewakan Ciptaan atau salinannya tidak berlaku terhadap Program Komputer dalam hal Program Komputer tersebut bukan merupakan objek esensial dari penyewaan.36

Setiap orang dilarang melakukan Penggunaan Secara Komersial, Penggadaan, Pengumuman, Pendistribusian, dan atau Komunikasi atas Potret yang dibuatnya guna kepentingan reklame atau periklanan secara komersial tanpa persetujuan tertulis dari orang yang dipotret atau ahli warisnya. Penggunaan Secara Komersial, Penggadaan, Pengumuman, Pendistribusian, dan atau Komunikasi Potret tersebut yang memuat potret 2 (dua) orang atau lebih, wajib meminta persetujuan dari orang yang ada dalam Potret ahli warisnya.37

Pengumuman, Pendistribusian, dan atau Komunikasi Potret seorang atau beberapa orang pelaku Pertunjukan dalam suatu pertunjukan umum tidak dianggap sebagai pelanggaran Hak Cipta, kecuali dinyatakan lain atau diberi

35 Ibid, Pasal 10

36 Ibid, Pasal 11 yang dimaksud dengan “objek esensial ” adalah perangkat lunak komputer yang menjadi objek utama perjanjian penyewaan.

37 Ibid, Pasal 12. Yang dimaksud dengan “kepentingan reklame atau periklanan ” adalah pemuatan potret antara lain pada iklan, benner, billboard, kalender dan pamflet yang digunakan secara komersial.

(42)

persetujuan oleh Pelaku Pertunjukkan dan pemegang hak atas pertujukan tersebut sebelum atau pada saat pertunjukan berlangsung.38

Untuk kepentingan keamanan, kepentingan umum dan atau keperluan proses peradilan pidana, instansi yang berwenang dapat melakukan Pengumuman Pendistribusian atau Komunikasi Potret tanpa harus mendapatkan persetujuan dari seorang atau beberapa orang yang ada dalam potret.39

Kecuali diperjanjikan lain, pemilik dan atau pemegang Ciptaan fotografi lukisan, gambar, karya arsitektur, patung atau karya seni lain berhak melakukan Pengumuman Ciptaan dalam suatu pameran umum atau Penggadaan dalam suatu katalog yang diproduksi untuk keperluan pameran tanpa persetujuan Pencipta, ketentuan Pengumuman Ciptaan tersebut berlaku juga terhadap Potret sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan sebagai dimaksud dalam Pasal 12 Undang – Undang Nomor 28 Tahun 2014.40

Sejarah perkembangan hak cipta di Indonesia sama seperti diluar negeri yakni dipengaruhi oleh kemajuan ilu pengetahuan (sciences)dan teknologi.

Namun landasan berpijaknya tetap dipengaruhi oleh landasan filosofi dan budaya hukum suatu negara. Demikian jika kita lihat dalam Auteurswet 1912 hak cipta hanya dibatasi jangka waktunya sampai 50 tahun, tetapi dalam UHC 1982, dibatasi hanya 25 tahun. Kemudian dalam UHC No. 7 Tahun 1978 dan UHC No.

38Ibid, Pasal 13. Yang dimaksud dengan “kecuali dinyatakan lain atau diberi persetujuan oleh Pelaku pertunjukkan atau pemegang hak atas pertunjukan ” misalnya, seorang penyanyi dalam suatu pertunjukkan musik dapat berkeberatan jika dipotret untuk dipublikasikan,didistribusikan, atau dikomunikasikan kepada publi oleh orang lain untuk penggunaan secara komersial.

39 Ibid, Pasal 14. Yang dimaksud dengan “instansi yang berwenang” dalam ketentuan ini antara lain kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan dibidang komunikasi dari informasi, Komisi pemberatasan Tidak Pidana Korupsi, atau aparat penegak hukum lainnya.

40 Ibid, Pasal 15. Yang dimaksud dengan “pemilik” dalam ketentuan ini adalah orang yang menguasai secara sah Ciptaan, antara lain kolektor atau Pemegang Hak Cipta.

(43)

12 Tahun 1997 kembali dimajukan menjadi selama hidup pencipta dan 50 tahun mengikuti ketentuan Berne Convention (sebelum direvisi) Tahun 1967 yang diketahui diadopsi oleh Auteurswet 1912. Perubahan-perubahan dalam ketentuan tersebut membuktikan begitu kuatnya pengaruh budaya hukum asing kedalam budaya hukum Indonesia. Ketika UHC 1982 dilahirkan, banyak alasan yang disepakatilah jangka waktu hak cipta selama hidup sipencipta ditambah dengan 25 tahun setelah meninggalnya si pencipta. Dalam Undang – Undang Hak Cipta No.

19 Tahun 2002 jangka waktu pemilikan hak cipta ditetapkan menjadi 50 Tahun 2002 jangka waktu pemilikan hak cipta ditetapkan menjadi 50 tahun. Terakhir dalam Undang – Undang Nomor 28 Tahun 2014 khusus untuk ciptaan :

a. Buku, pamflet, dan semua hasil karya tulis lainnya.

b. Ceramah, kuliah, pidato dan Ciptaan sejenis lainnya.

c. Alat peraga yang dibuat untuk kepentingan pendidikan dan ilmu pengetahuan.

d. Lagu atau musik dengan atau tanpa teks

e. Drama, drama musikal, tari, koreografi, pewayangan dan pantomim.

f. Karya seni rupa dalam segala bentuk seperti bentuk lukisan, gabar, ukiran, kaligrafi, seni pahat, patung atau kolase.

g. Karya arsitektur.

h. Peran dan

i. Karya seni batik atau seni motif lain,

Berlaku selama hidup Penciptaan dan terus berlangsung selama 70 (tujuh puluh) tahun setalah pencipta meninggal dunia, terhitung mulai tanggal 1 Januari tahun berikutnya. Khusus dalam hal ciptaan dimiliki oleh 2 (dua) orang atau lebih,

(44)

perlindungan Hak Cipta selama hidup Pencipta yang meninggal dunia paling akhir dan berlangsung selama 70 (tujuh puluh) tahun sesudahnya, terhitung mulai tanggal 1 Januari tahun berikutnya. Demikian juga untuk ciptaan yang dimiliki atau dipegang oleh badan hukum berlaku selama 50 (lima puluh) tahun sejak pertama kali dilakukan Pengumuman.41

Ide mengenai pembatasan jangka waktu hak cipta, sebenarnya didasarkan atas landasan filosofi tiap-tiap hak kebendaan termasuk hak cipta fungsi sosial.

Sehingga dengan diberinya pembatasan jangka waktu pemilikan hak cipta, maka diharapkan hak cipta itu dikuasai dalam jangka waktu yang panjang ditangan sipencipta yang sekaligus sebagai pemiliknya. Sehingga dengan demikian dapat dinikmati oleh rakyat atau masyarakat luas sebagai pengejawantahan dari asas tiap-tiap hak mempunyai fungsi sosial. Meskipun kenyataan tidak persis demikian. Selama ini hak cipta yang telah berakhir masa berlakunya hanya mengutungkan pihak tertentu, khususnya pihak prosedur dalam hal karya cipta lagu dan pihak penerbit dalam hal karya cipta berupa bukun atau hasil karya ilmiah lainnya.

Hak cipta bisa kita sepintas lalu adalah merupakan hak cipta mutlak dari sipencipta atau sipemegang hak. Namun, sifat kemutlakannya itu berkurang setelah adanya pembatasan terhadap pemilikkan hak cipta.

Dalam hal ini dapat kita cermati apa yang diungkapkan oleh Mahadi yang menyatakan :

“ ….. hak cipta, jika dibangdingkan dengan hak milik lainnya, kalah kuatnya dan kalah penuhnya. Hal ini karena hak cipta berlaku haya selama

41 Ibid, Pasal 58.

Referensi

Dokumen terkait

Dalam perkara ini, perbuatan terdakwa didakwa dengan dakwaan pertama yaitu dalam Pasal 120 ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2011 tentang

Perumusan masalah dalam penelitian skripsi ini adalah bagaimana pengawasan sebagai sarana penegakan hukum dalam Hukum Administrasi Negara, Bagaimana tugas pokok dan

73 Ahmad Miru & Sutarman Yodo, Hukum Perlindungan Konsumen, Edisi Revisi , Jakarta, PT RajaGrafindo Persada, 2004, hal 77.. regulasi-regulasi yang relevan untuk

Pengertian Bilyet Giro seperti tercantum dalam ketentuan Pasal 1 angka 3 Peraturan Bank Indonesia No. 18/41/PBI/2016 adalah sebagai berikut: “Bilyet Giro adalah surat

Kelemahan dalam pasal ini adalah, tidak disebutkannya bentuk perjudian apa yang diperbolehkan tersebut, ataukah sama bentuk perjudian sebagaimana yang

memperoleh kompensasi atas kerugian yang diderita maka konsumen dapat menuntut pertanggungjawaban secara perdata kepada pelaku usaha. Terdapat dua bentuk pertanggungjawaban

Meskipun Koperasi Kredit Harapan Kita Kota Medan adalah Koperasi yang masih menimbulkan faktor kekeluargaan, Koperasi Harapan Kita Kota Medan lebih ,mengambil

Dakwaan tesebut merupakan rujukan majelis hakim dalam menjatuhkan putusan kepada terdakwa yang menyatakan tindak pidana pencurian dengan kekerasan “(2) Diancam dengan