• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI. Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Tugas Akhir dan Memenuhi. Syarat-Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "SKRIPSI. Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Tugas Akhir dan Memenuhi. Syarat-Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum"

Copied!
105
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS YURIDIS PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PENERIMA BILYET GIRO KOSONG BERDASARKAN PERATURAN BANK INDONESIA

NOMOR 18/41/PBI/2016

SKRIPSI

Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Tugas Akhir dan Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

Oleh :

IRWAN GEOFANY S.

NIM : 150200315

DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2019

(2)
(3)

i

KATA PENGANTAR

Segala Puji Syukur kepada Tuhan Yesus Kristus, karena berkat dan kasih karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

Skripsi ini berjudul : ANALISIS YURIDIS PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PENERIMA BILYET GIRO KOSONG BERDASARKAN PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 18/41/PBI/2016.

Berkat bimbingan, arahan dan masukan serta petunjuk dari Dosen Pembimbing sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan- kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan masukan-masukan dan arahan- arahan yang bersifat membangun dan dapat berkenan bagi perkembangan ilmu penulis agar dapat lebih baik lagi di kemudian hari.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak menerima bantuan, bimbingan dan motivasi dari berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H., M.Hum. selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Budiman Ginting, S.H., M.Hum. selaku Dekan

Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

(4)

4. Ibu Puspa Melati Hasibuan, S.H., M.Hum. selaku Wakil Dekan II Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

5. Bapak Dr. Jelly Leviza, S.H., M.Hum. selaku Wakil Dekan III Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

6. Bapak Prof. Dr. Bismar Nasution, S.H., M.H, selaku Ketua Jurusan Departemen Hukum Ekonomi Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

7. Ibu Tri Murti Lubis, S.H., M.H selaku Sekretaris Jurusan Departemen Hukum Ekonomi Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang memberikan usulan bagi penulis untuk mendapatkan Judul Skripsi penulis dengan sabar.

8. Bapak Hemat Tarigan, S.H., M.Hum. selaku Dosen Penasihat Akademik penulis.

9. Bapak Prof. Dr. Bismar Nasution, S.H., M.H, selaku Dosen Pembimbing I, terima kasih atas segala arahan, masukan dan bimbingan Bapak kepada penulis selama penulisan skripsi ini hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

10. Ibu Dr. Tengku Keizeirina Devi Azwar, S.H., CN., M.Hum., selaku

Dosen Pembimbing II, terima kasih atas segala arahan, masukan dan

bimbingan Ibu kepada penulis selama penulisan skripsi ini hingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

(5)

iii

11. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Pengajar di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara dan secara khusus kepada seluruh Dosen Pengajar Departemen Hukum Ekonomi yang telah mengajar dan membimbing penulis dengan baik selama masa perkuliahan. Terima kasih buat ilmu dan bimbingan yang telah Bapak Ibu Dosen berikan kepada penulis.

12. Seluruh staff Departemen Hukum Ekonomi secara khusus dan seluruh staff Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

13. Seluruh Staff Perpustakaan baik Perpustakaan Universitas Sumatera Utara maupun Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara untuk bantuan dan petunjuk yang diberikan pada saat penulis melakukan peminjaman buku dan juga pada saat penulisan skripsi ini.

14. Secara khusus Bapak Burhan, Kak Rame, Kak Kristy, terima kasih untuk semua bimbingan, nasehat, dukungan doa, moril dan materi yang diberikan kepada penulis yang selalu menasehati dan mendukung penulis selama penulisan skripsi ini.

15. Terima kasih juga kepada Ruth Irene, Jesselyn, Gom Banu dan Melissa karena sudah memberikan petunjuk kepada penulis mengenai hal-hal yang perlu disiapkan dalam penyelesaian skripsi ini.

16. Kelompok Kecilku “ELDAD” kakakku Kak Sylvia V. Sinuhaji S.H,

saudara/iku Ayu Simatupang, Pesta P. Lumbanbatu, dan Kak Elizabeth

Purba, terima kasih untuk setiap kasih dan doa yang kalian berikan

terhadap penulis, terima kasih untuk setiap pertumbuhan bersama

penulis selama ini.

(6)

juga dorongan satu sama lain dalam pengerjaan skripsi terima kasih teman baik.

18. Rommy Anggara, Aswari Pohan, Aditya P, Fahrizal Rahman, Muji Wahana, Porman, Zastian, Reza Kurnia, Iman Tondi, Rizky, dan teman-teman yang lainnya, terima kasih untuk setiap kebersamaan kita dan semangat kalian terhadap penulis selama perkuliahan hingga penulisan skripsi ini.

19. Untuk seseorang yang mendukung dan mengingatkan penulis untuk tetap semangat dan tetap ingat untuk melakukan pengerjaan skripsi ini.

Penulis mengasihimu.

20. UKM KMK USU UP FH, tempat pertumbuhan selama perkuliahan, tempat dimana penulis diajarkan untuk semakin mengasihi Kristus, tempat menangis, tempat tertawa, tempat merenung. Terima kasih sudah diizinkan untuk dapat mengambil bagian dalam setiap pelayanan yang sudah dilakukan. Terimakasih sudah diberikan kesempatan untuk boleh bertumbuh bersama kalian.

21. Terima kasih kepada teman-teman komponen pelayanan dari setiap

angkatan yang telah mengizinkan penulis untuk mengenal kalian dan

bisa saling berbagi satu sama lain dalam setiap pengalaman yang kita

alami masing-masing. Kiranya kita dapat menjaga iman kita dengan

teguh hingga akhir hidup kita.

(7)

v

22. Terima kasih juga kepada abang dan kakak dari KK Shion yaitu Andree Sibarani, Chris Agave Berutu, Christina Sitorus, Irene Manik, Riris Panjaitan. Terima kasih untuk doa dan semangatnya selama perkuliahan dan penulisan skripsi ini.

23. Terima kasih juga kepada adik-adikku Bertha, Feny, Lulu, Rozalynd.

Terima kasih sudah mau bersama-sama dibimbing dalam kelompok kita. Terima kasih sudah mengizinkan penulis untuk menempah dan mengisi diri untuk bisa bertanggung jawab. Walaupun penulis tidak dapat membimbing dalam waktu yang lama, penulis berharap agar kalian tetap setia di dalam pelayanan selama kita masih di muka bumi ini. Terima kasih juga untuk doa dan semangatnya selama penulisan skripsi ini.

24. Teman seperjuangan di masa klinis Nazli, Hengki, Aswari, Rommy, Agus, Zulham, Irfansyah, Rizky, Irna, Akyun, Nurul, Alfi, Fernanda, Jesselyn. Terimakasih kawan, dengan kalian akhirnya masa-masa yang ditakuti itu terlewati dengan suka.

25. Teman-teman Grup B Fakultas Hukum USU 2015, dimana kita sudah melalui masa perkuliahan kita dengan canda tawa dan kebahagiaan yang kita lewati bersama dan tidak terlupakan. Kiranya kita tetap menjaga hubungan baik kita dan tetap berjuang meraih kesuksesan kita masing-masing.

Dan tak henti-hentinya penulis berterima kasih kepada orangtua penulis,

Ayah penulis Burhan Sidabariba yang selalu mengingatkan, mendoakan dan

membantu penulis untuk pengerjaan skripsi ini dan Ibu penulis Risma Sinaga juga

(8)

tercinta. Dan kepada adek-adek kandung penulis adek Junika Sidabariba dan adek yang memberikan senyuman kepada keluarga kami Grace Sidabariba yang telah memberikan dukungan kepada penulis dalam pengerjaan skripsi ini. Dan secara khusus keluarga besar Sidabariba yang selalu memberikan dukungan dan semangat kepada penulis.

Akhirnya, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung penulis baik dalam doa dan ucapan semangat yang tidak mungkin disebutkan satu per satu dalam kesempatan ini. semoga ilmu yang penulis peroleh selama ini dapat berguna bagi penulis, dan pihak lain yang membacanya.

Medan, Februari 2019 Penulis ,

Irwan Geofany S.

(9)

vii DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... vii

ABSTRAK ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan ... 6

D. Keaslian Penulisan ... 7

E. Tinjauan Kepustakaan ... 8

F. Metode Penelitian ... 10

G. Sistematika Penulisan ... 13

BAB II KETENTUAN HUKUM PENGGUNAAN BILYET GIRO DI INDONESIA A. Pengertian Bilyet Giro dan Manfaat Penggunaan Bilyet Giro ... 15

1. Bilyet Giro adalah Surat yang Mempunyai Harga ... 21

2. Perjanjian Penyimpanan Dana dan Pembukaan Rekening Giro ... 22

3. Perlindungan Kepada Nasabah ... 30

B. Pengaturan Bilyet Giro di Indonesia ... 33

C. Prosedur Penggunaan Bilyet Giro di Indonesia ... 39

D. Perkembangan Penggunaan Bilyet Giro Dalam Praktek ... 42

(10)

A. Pengertian Perlindungan Hukum ... 45

B. Kedudukan Hukum Penarik dan Penerima Bilyet Giro ... 48

1. Para pihak yang Terlibat Dalam Penggunaan Bilyet Giro ... 48

2. Hubungan Hukum Antara Penerbit atau Penarik Dengan Bank ... 48

C. Hak dan Kewajiban yang Dimiliki oleh Penarik dan Penerima Bilyet Giro ... 55

D. Perlindungan Hukum Bagi Penerima Bilyet Giro Kosong pada saat penukaran Bilyet Giro Kosong di Bank ... 59

1. Alasan Penolakan Bilyet Giro ... 59

2. Perlindungan Hukum Bagi Penerima Bilyet Giro Kosong ... 63

E. Perlindungan Hukum Bagi Penerima Bilyet Giro Kosong Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor 18/41/PBI/2016 dan Beberapa Peraturan Pendukung Lainnya ... 66

BAB IV SANKSI HUKUM YANG DAPAT DITERAPKAN PADA PENARIK BILYET GIRO KOSONG A. Sanksi Hukum Bagi Penarik Bilyet Giro Kosong ... 68

B. Penyelesaian Hukum Terhadap Transaksi Menggunakan Bilyet Giro Kosong ... 75

C. Peranan Perbankan dan Pemerintah dalam Penggunaan Bilyet Giro ... 76

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 78

B. Saran ... 79

(11)

ix ABSTRAK

ANALISIS YURIDIS PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PENERIMA BILYET GIRO KOSONG BERDASARKAN PERATURAN

BANK INDONESIA NOMOR 18/41/PBI/2016 Oleh:

*Irwan Geofany S.

**Bismar Nasution

***T. Keizeirina Devi Azwar

Perlindungan Hukum merupakan suatu upaya yang dilakukan oleh pihak- pihak yang memiliki kemampuan untuk mengadakan suatu jaminan kepastian hukum, menjamin terwujudnya hak-hak dan juga kepentingan bagi setiap orang yang terlibat dalam suatu peristiwa hukum. Perlindungan Hukum inilah yang diharapkan dapat diwujudkan dalam setiap peristiwa hukum agar setiap pihak yang merasa dirugikan atas hak-haknya dapat tetap mendapatkan tindakan yang sewajarnya. Dalam hal ini perlindungan hukum bagi penerima bilyet giro kosong.

Adapun yang menjadi permasalahan dalam skripsi ini adalah tinjauan umum tentang penggunaan bilyet giro di Indonesia, perlindungan hukum terhadap penerima bilyet giro kosong berdasarkan peraturan yang ada, dan sanksi hukum yang diberikan kepada penarik bilyet giro kosong.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian hukum normative-kualitatif, yaitu dengan melakukan penelitian kepustakaan dan dengan mengumpulkan bahan hukum primer, sekunder, dan tersier yang relevan dengan permasalahan yang ada pada penelitian ini.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pertama, ketentuan mengenai penggunaan bilyet giro di Indonesia diatur dalam beberapa peraturan salah satunya Peraturan Bank Indonesia Nomor 18/41/PBI/2016. Kedua, penerima bilyet giro kosong akan mendapatkan penjelasan mengenai ditolaknya bilyet giro yang diunjukkan dan saran yang terbaik yang dapat ditempuh oleh penerima bilyet giro kosong. Dan ketiga penarik bilyet giro kosong akan mendapatkan sanksi administratif yang diberikan oleh bank.

Kata kunci : Pengaturan Bilyet Giro di Indonesia, Perlindungan Hukum terhadap penerima bilyet giro kosong, Sanksi bagi penarik bilyet giro kosong.

*Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

**Dosen Pembimbing I, Dosen Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

***Dosen Pembimbing II, Dosen Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

(12)

Lampiran 1 Matriks Pengkategorian Alasan Penolakan Bilyet Giro Lampiran 2 Surat Keterangan Penolakan Bilyet Giro

.

(13)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam kegiatan transaksi bisnis yang berkembang sedemikian rupa, baik secara nasional maupun internasional, pelaku bisnis menggunakan berbagai macam alat bayar. Pada awalnya sistem pembayaran tradisional dilakukan dengan sistem barter, yaitu transaksi dengan cara pertukaran barang antara para pihak (penjual dan pembeli). Kondisi saat itu masih memungkinkan untuk kegiatan barter, karena belum dikenal alat bayar lainnya berupa uang. 1

Setelahnya diciptakan alat pembayaran yang disebut sebagai uang. Jenis uang yang beredar dimasyarakat dapat dikelompokan menjadi tiga, yaitu uang kartal, uang giral, dan uang kuasi. Uang kartal terdiri dari uang kertas dan uang logam. Uang kartal adalah alat bayar yang sah dan wajib diterima oleh masyarakat dalam melakukan transaksi jual beli sehari-hari. Menurut Undang-undang Bank Sentral No. 13 tahun 1968 pasal 26 ayat 1, Bank Indonesia mempunyai hak tunggal untuk mengeluarkan uang logam dan kertas. Hak tunggal untuk mengeluarkan uang yang dimiliki Bank Indonesia tersebut disebut hak oktroi.

Menurut Undang-Undang pokok Bank Indonesia No. 11 tahun 1953, terdapat dua jenis uang kartal, yaitu uang negara dan uang bank.

1 Joni Emirzon, Hukum Surat Berharga dan Perkembangannya di Indonesia, (Jakarta: PT.

Prenhallindo, 2002), hal. 3

(14)

Uang negara adalah uang yang dikeluarkan oleh pemerintah, terbuat dari kertas yang memiliki ciri-ciri :

- Dikeluarkan oleh pemerintah

- Dijamin oleh undang undang

- Bertuliskan nama negara yang mengeluarkannya

- Ditanda tangani oleh menteri keuangan

Namun, sejak berlakunya Undang-undang No. 13 tahun 1968 tentang Bank Central, uang negara dihentikan peredarannya dan diganti dengan uang bank.Uang bank adalah uang yang dikeluarkan oleh Bank Sentral berupa uang logam dan uang kertas, ciri-cirinya sebagai berikut.

 Dikeluarkan oleh Bank Sentral

 Dijamin dengan emas atau valuta asing yang disimpan di Bank Sentral

 Bertuliskan nama bank sentral negara yang bersangkutan (di Indonesia : Bank Indonesia)

 Ditandatangani oleh gubernur bank sentral.

Uang giral tercipta akibat semakin mendesaknya kebutuhan masyarakat akan adanya sebuah alat tukar yang lebih mudah, praktis dan aman. Di Indonesia, bank yang berhak menciptakan uang giral adalah bank umum selain Bank Indonesia. Menurut UU No. 7 tentang Perbankan tahun 1992 yang telah diubah menjadi UU No. 10 tahun 1998, definisi uang giral adalah tagihan umum, yang dapat digunakan sewaktu-waktu sebagai alat pembayaran. Bentuk uang giral dapat berupa cek, bilyet giro, atau telegrafic transfer. Uang giral bukan merupakan alat pembayaran yang sah. Artinya, masyarakat boleh menolak dibayar dengan uang giral. Uang kuasi adalah surat-surat berharga yang dapat dijadikan sebagai alat pembayaran. Biasanya uang kuasi ini terdiri atas deposito berjangka dan tabungan serta rekening valuta asing milik swasta domestik. 2

(15)

3

Segala jenis uang yang telah disebutkan di atas diterbitkan oleh bank.

Secara sederhana bank adalah suatu badan usaha yang berbadan hukum yang bergerak di bidang jasa keuangan, yang dapat menghimpun dana dari masyarakat secara langsung dan menyalurkannya kembali ke masyarakat melalui pranata hukum perkreditan. 3 Mengingat bank sebagai lembaga jasa keuangan yang secara langsung dapat menarik dana dari masyarakat, perlu pengaturan khusus. Maka terdapat landasan yuridis hukum perbankan di Indonesia, baik diatur dalam bentuk Undang-undang, Peraturan Pemerintah maupun Peraturan Bank Indonesia (PBI), yaitu : 4

a. Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992, Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 1992 Tentang Perbankan yang diubah dengan Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998, Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 182 Tahun 1998 (UUP).

b. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1999 Tentang Bank Indonesia (UUBI Tahun 1999). Undang-undang ini kemudian diubah dengan Undang-undang Nomor 3 Tahun 2004 (UU No. 3 Tahun 2004). Selanjutnya undang-undang ini pun mengalami perubahan pada tahun 2009 yakni melalui Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perpu) Nomor 2 Tahun 2008 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-undang Nomor 23 Tahun 1999 Tentang Bank Indonesia Menjadi Undang- undang yakni Undang-undang Nomor 6 Tahun 2009.

c. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2004 Tentang Lembaga Penjamin Simpanan. Undang-undang ini kemudian diubah dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2008 Tanggal 13 Oktober 2008 Tentang Perubahan Atas Undang- undang Nomor 24 Tahun 2004 Tentang Lembaga Penjamin Simpanan, disahkan menjadi Undang-undang berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2009 tanggal 13 Januari 2009.

3 Sembiring Sentosa, Hukum Perbankan Edisi Revisi, (Bandung: CV. Mandar Maju, 2012), hal. 2

4 Ibid, hal. 3-4

(16)

d. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah (UUPS) tanggal 16 Juli 2008 LNRI Tahun 2008 Nomor 94 TLN Nomor 4867.

e. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1999 Tentang Merger, Konsolidasi dan Akuisisi Bank.

f. Peraturan Bank Indonesia Nomor: 8/26/PBI/2006, tanggal 8 November 2006, Tentang Bank Perkreditan Rakyat.

g. Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/1/PBI/2009 tanggal 27 Januari 2009 Tentang Bank Umum.

Bilyet giro adalah surat perintah dari nasabah kepada bank penyimpan dana untuk memindahbukukan sejumlah uang dari rekening yang bersangkutan kepada pihak penerima yang disebutkan namanya pada bank yang sama atau lain.

Dengan demikian, pembayaran dana bilyet giro tidak dapat dipindahtangankan melalui endosemen. 5 Di dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor 18/41/PBI/2016 tentang Bilyet Giro, bilyet giro harus memenuhi syarat formal sebagai berikut:

a. nama “Bilyet Giro” dan nomor Bilyet Giro;

b. nama Bank Tertarik;

c. perintah yang jelas dan tanpa syarat untukmemindahbukukan sejumlah dana atas beban rekening giro penarik;

d. nama dan nomor rekening Penerima;

e. nama Bank Penerima;

f. jumlah dana yang dipindahbukukan baik dalamangka maupun dalam huruf secara lengkap;

g. Tanggal Penarikan;

h. Tanggal Efektif;

i. nama jelas Penarik; dan j. tanda tangan Penarik.

Dari pengertian dan persyaratan formal bilyet giro yang ditentukan Peraturan Bank Indonesia Nomor 18/41/PBI/2016 dapat disimpulkan :

1. Penarikan bilyet giro tidak dilakukan secara tunai, tetapi dilakukan dengan cara pemindahbukuan;

2. Bilyet giro berklausul atas nama;

3. Bilyet giro tidak dapat diperdagangkan;

4. Bilyet giro harus dituliskan secara jelas pihak yang terlibat di dalamnya.

5 Widjanarto, Hukum dan ketentuan perbankan di Indonesia, (Jakarta: Pustaka Utama

(17)

5

Pembentukan Peraturan Bank Indonesia Nomor 18/41/PBI/2016 tentang Bilyet Giro merupakan produk hukum yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia dalam pengaturan secara khusus terhadap penggunaan bilyet giro. Peraturan Bank Indonesia ini digunakan sebagai acuan bagi bank-bank yang ada di Indonesia dalam proses transaksi yang menggunakan bilyet giro. Terdapat aturan-aturan secara khusus baik bagi penarik maupun penerima bilyet giro. Hal ini bertujuan untuk menghilangkan potensi kecurangan yang dapat dilakukan oleh pihak yang terlibat dalam transaksi menggunakan bilyet giro. Salah satu kecurangan yang akan diantisipasi yaitu kasus bilyet giro kosong.

Pengertian dari bilyet giro kosong adalah bilyet giro yang diajukan pada tanggal sesuai tanggal efektif, tetapi saldo rekening yang bersangkutan tidak ada atau kurang mencukupi, maka bilyet giro tersebut tidak dapat diuangkan. Apabila bilyet giro kosong tersebut diajukan kepada bank, maka bank wajib menolaknya dengan alasan dana yang tersedia tidak cukup atau dananya tidak ada. Penolakan tersebut harus disertai Surat Keterangan Penolakan (SKP) yang antara lain memuat nama dan alamat penarik yang bersangkutan.

Tentunya bilyet giro kosong ini akan sangat merugikan penerima bilyet giro tersebut. Penerima bilyet giro tersebut, tidak dapat mencairkan dana sesuai dengan perjanjian yang telah dilakukan dengan pihak penarik bilyet giro tersebut.

Oleh karena itu, diperlukan sebuah pengaturan yang dapat menjamin perlindungan

hukum bagi penerima bilyet giro kosong. Pengaturan ini diharapkan dapat

memberikan jaminan bagi penerima bilyet giro kosong untuk tetap menerima hak

yang dimilikinya walaupun sudah menerima bilyet giro kosong.

(18)

Dengan uraian di atas, maka peneliti akan melakukan beberapa kajian dalam bentuk skripsi yang akan mengulas mengenai “Analisis Yuridis Perlindungan Hukum Terhadap Penerima Bilyet Giro Kosong Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor 18/41/PBI/2016”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan di atas, maka permasalahan yang akan dibahas dalam skripsi ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana ketentuan hukum dalam penggunaan bilyet giro di Indonesia?

2. Bagaimana perlindungan hukum yang diberikan terhadap penerima bilyet giro kosong berdasarkan peraturan yang ada?

3. Bagaimana sanksi hukum yang dapat diberikan kepada penarik bilyet giro kosong?

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah tersebut di atas maka tujuan yang diharapkan dari penulisan skripsi ini adalah :

1. Untuk mengetahui ketentuan hukum yang digunakan dalam penggunaan bilyet giro di Indonesia.

2. Untuk mengetahui perlindungan hukum yang diberikan terhadap penerima bilyet giro kosong berdasarkan peraturan yang ada.

3. Untuk mengetahui sanksi hukum yang dapat diberikan kepada penarik bilyet

giro kosong.

(19)

7

Berdasarkan tujuan yang akan dicari dan menjadi isi dari penulisan skripsi ini, sesuai dengan perumusan masalah yang telah disebutkan di atasnya. Maka dengan itu, penulis mengharapkan hal-hal yang menjadi manfaat dari penulisan skripsi ini adalah :

1. Secara teoritis

Penulisan skripsi ini diharapkan dapat membantu untuk menjadi bahan kajian dan dapat menjadi sumbangan pikiran dalam rangka perkembangan ilmu pengetahuan bidang hukum dan juga menjadi hal yang membantu bank dalam membuat pengaturan khususnya dalam penggunaan bilyet giro.

2. Secara praktek

Uraian yang ada dalam penulisan skripsi ini diharapkan dapat menambah wawasan secara khusus bagi penulis juga secara umum kepada masyarakat dan dunia perbankan dalam menganalisis dan memahami perlindungan hukum bagi pihak yang dirugikan dalam penggunaan bilyet giro kosong dan sanksi hukum yang bisa diberikan kepada penarik bilyet giro kosong dalam prakteknya.

Penulisan skripsi ini juga diharapkan dapat bermanfaat bagi akademisi dan peneliti lainnya untuk dapat melakukan penelitian yang lebih mendalam untuk menjawab setiap permasalahan secara hukum dalam dunia perbankan.

D. Keaslian Penulisan

Penulisan dalam skripsi ini adalah mengenai Analisis Yuridis

Perlindungan Hukum Terhadap Penerima Bilyet Giro Kosong Berdasarkan

Peraturan Bank Indonesia Nomor 18/41/PBI/2016 merupakan hal yang belum

pernah dibahas dan diteliti sebelumnya. Sebelum melakukan penulisan skripsi ini,

(20)

penulis melakukan pemeriksaan dan penelusuran yang dilakukan terhadap berbagai judul skripsi yang tercatat di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara dengan hasil tidak ditemukannya judul yang sama dalam bentuk hasil penelitian yang telah dibukukan. Hal ini sesuai dengan surat yang dikeluarkan oleh Perpustakaan Universitas Cabang Fakultas Hukum USU/Pusat Dokumentasi dan Informasi Hukum Fakultas Hukum USU melalui surat tertanggal 03 Juli 2018 yang menyatakan bahwa “tidak ada judul yang sama”. Maka berdasarkan pemeriksaan dan penelusuran yang dilakukan terhadap hasil-hasil penelitian yang pernah ada, dapat disimpulkan bahwa penelitian dengan judul “Analisis Yuridis Perlindungan Hukum Terhadap Penerima Bilyet Giro Kosong Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor 18/41/PBI/2016” belum pernah dilakukan sebelumnya dengan topik dan judul penelitian yang sama.

Penelitian ini akan dilakukan berdasarkan hasil olah pikiran penulis, yang

didasarkan kepada beberapa pengertian, aturan hukum yang berlaku, teori-teori

yang berkembang, yang nantinya akan diperoleh melalui referensi buku, media

elektronik, dan juga berdasarkan pendapat pihak yang dapat menjadi sumber yang

terpercaya dalam bidang bilyet giro. Penelitian ini akan dilakukan dengan

menelusuri beberapa peraturan terkait tentang bilyet giro, dimana nantinya penulis

akan melakukan kajian terhadap peraturan-peraturan terkait tersebut guna dapat

menyimpulkan rumusan permasalahan yang telah disebutkan diatas dan akan

dibuat dengan mempelajari peraturan terkait tersebut guna merumuskan,

menyusun dan juga memberikan beberapa rekomendasi untuk terjadinya

perlindungan hukum terhadap pihak yang dirugikan dan tetap menjamin kepastian

hukum dari pihak-pihak yang terlibat dalam transaksi penukaran bilyet giro.

(21)

9

Penelitian ini dibuat dalam rangka memenuhi tugas akhir dan memenuhi syarat untuk dapat memperoleh gelar Sarjana Hukum di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

E. Tinjauan Kepustakaan

Penulis dalam tulisan ini, tertarik untuk membahas bagaimana peranan hukum dalam kegiatan perbankan salah satunya dalam pengaturan untuk penggunaan bilyet giro. Dimana bilyet giro merupakan salah satu produk yang ditawarkan oleh bank kepada setiap nasabahnya. Tentunya harus ada pengaturan yang mengatur tentang penggunaan bilyet giro ini.

Negara Indonesia telah menyatakan diri sebagai negara hukum sebagaimana tertuang dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 dimana Pasal 1 ayat (3) yang berbunyi “Negara Indonesia adalah Negara Hukum”. Hal ini berarti bahwa hukum yang berlaku harus dijunjung, ditegakkan dan ditinggikan oleh setiap Warga Negara Indonesia. Dalam negara hukum, supremasi hukum harus menjadi landasan dalam perilaku kehidupan dan kesetaraan dihadapan hukum harus dijunjung tinggi. Hukum merupakan suatu sarana untuk menciptakan ketentraman dan ketertiban dalam masyarakat. Hukum tidak lain adalah perlindungan kepentingan manusia yang berbentuk norma atau kaedah.

Hukum sebagai kumpulan peraturan atau kaedah mengandung isi yang bersifat

umum dan normatif. Umum karena berlaku untuk setiap orang, normatif karena

(22)

menentukan apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan, serta menentukan bagaimana cara melaksanakan kepatuhan kepada kaedah. 6

Hukum itu merupakan sarana untuk memberikan adanya kepastian hukum dalam masyarakat dan hukum itu harus pula bersendikan keadilan, yaitu asas-asas keadilan dari masyarakat itu.Hukum mengatur hubungan hukum yang terdiri dari ikatan-ikatan antara individu dengan masyarakat dan antara individu itu sendiri.

Dalam hubungan hukum selalu memiliki 2 (dua) segi yaitu hak dan kewajiban, tidak ada hak tanpa kewajiban demikian juga sebaliknya.Hak adalah kepentingan yang dilindungi hukum, sedangkan kepentingan adalah tuntutan perorangan atau kelompok yang diharapkan akan terpenuhi. Dengan demikian di dalamnya terkandung prinsip bahwa setiap permasalahan yang terjadi di Indonesia haruslah diselesaikan menurut aturan yang berlaku agar tercipta keadilan, kemanfaatan dan kepastian hukum di dalam masyarakat. Perlindungan hukum dapat diartikan juga sebagai suatu pemberian jaminan atau kepastian bahwa seseorang akan mendapatkan apa yang telah menjadi hak dan melaksanakan apa yang menjadi kewajibannya. 7

Oleh karena hukum dijadikan dasar bagi kerangka berpikir dan bertindak yang diterapkan oleh pemerintah kepada seluruh masyarakat Indonesia, maka dapat disimpulkan bahwa hukumlah yang menjadi pedoman bagi masyarakat dalam menjalani kehidupannya. Lalu dengan dijadikannya hukum sebagai dasar bagi pola kehidupan bermasyarakat maka hukum itu harus berada di posisi tegak dan independen. Tidak diperbolehkan adanya keberpihakan hukum bagi pihak- pihak yang memiliki kuasa. Selanjutnya dengan adanya hukum tersebut maka

6 Burhan Sidabariba , Perlindungan Hukum Terhadap Para Pihak dalam Pelaksanaan

Lelang Eksekusi Hak Tanggungan, 2018, Disertasi Ilmu Hukum, Universitas Gadjah Mada, hal. 23.

(23)

11

masyarakat dapat memperoleh perlindungan terhadap hak yang dimilikinya dengan asas kepastian hukum. Tentunya perlindungan hukum bagi setiap pihak merupakan hasil dari kinerja yang baik dari pemerintah dalam menciptakan hukum bagi masyarakat. Maka diperlukan integritas dari pemerintah untuk menciptakan hukum tersebut.

Transaksi menggunakan bilyet giro melibatkan antara dua pihak. Pihak pertama adalah penarik bilyet giro. Penarik bilyet giro merupakan nasabah dari sebuah bank yang memerintahkan untuk memindahkan sejumlah dana dari rekening milik penarik bilyet giro ke rekening pihak kedua atau disebut dengan penerima bilyet giro.Lalu pemerintah dalam hal ini Bank Indonesia yang mengatur setiap tindak tanduk setiap bank yang ada di Indonesia ini, mengambil langkah dengan menciptakan secara khusus peraturan yang berguna untuk mengatur setiap penggunaan bilyet giro ini. Peraturan yang saat ini berlaku merupakan Peraturan Bank Indonesia Nomor 18/41/PBI/2016. Peraturan ini dibuat guna meningkatkan perlindungan bagi setiap pengguna bilyet giro dan juga untuk dapat meningkatkan integritas yang dimiliki oleh pengguna bilyet giro.

Setiap pekerjaan pasti memiliki risiko. Risiko yang bisa dihadapi oleh pihak penerima bilyet giro yaitu tidak adanya sejumlah dana yang tertera di bilyet giro yang dipegangnya pada rekening penarik pada saat penukaran bilyet giro.

Bilyet giro yang dipegangnya itu disebut sebagai bilyet giro kosong.

F. Metode Penelitian

Penelitian hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah, yang didasarkan pada

metode, sistematika, dan pemikiran tertentu, yang bertujuan untuk mempelajari

(24)

sesuatu atau beberapa gejala hukum tertentu, dengan jalan menganalisisnya. Di samping itu, juga diadakan pemeriksaan yang mendalam terhadap faktor hukum tersebut, untuk kemudian mengusahakan suatu pemecahan atas permasalahan- permasalahan yang timbul di dalam gejala yang bersangkutan. 8

Penulisan skripsi ini dibuat berdasarkan data dan keterangan yang dijadikan bahan analisis untuk dapat membahas masalah. Untuk mendapatkan dan mengumpulkan data dan keterangan tersebut penulis menggunakan metode sebagai berikut :

1. Spesifikasi penelitian

Jenis penelitian yang akan dilakukan oleh penulis adalah penelitian deskriptif yang bersifat normatif, karena penulis ingin memberikan argumentasi, ataupun konsep baru sebagai pedoman dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi. Penelitian hukum normatif dilakukan dengan meneliti bahan pustaka yang dimiliki dan bahan sekunder yaitu dengan inventarisasi peraturan-peraturan yang berkaitan dengan penulisan skripsi penulis. 9

Skripsi ini bersifat deskriptif yaitu jenis penelitian yang tujuannya untuk menyajikan gambaran lengkap mengenai pengaturan sosial atau dimaksudkan untuk eksplorasi dan klarifikasi mengenai suatu fenomena atau kenyataan sosial, dengan jalan mendeskripsikan sejumlah variabel yang berkenaan dengan masalah dan unit yang diteliti antara fenomena yang diuji. Dalam penelitian ini, penulis akan melakukan pengkajian terhadap permasalahan berdasarkan peraturan- peraturan yang berlaku. 10

8 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: UII Press, 1981), hal. 43

9 Soerjono Soekamto & Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif: Suatu TInjauan Hukum

SIngkat, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003), hal. 13.

(25)

13

2. Jenis data

Materi dalam skripsi ini diambil dari data sekunder seperti dimaksud di bawah ini :

a. Bahan hukum primer yaitu bahan hukum yang terdiri dari peraturan perundang-undangan dan peraturan yang dibuat oleh pemerintah dalam bidang perbankan, antara lain :

- Undang-undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan

- Peraturan Bank Indonesia No.18/9/PBI/2016 tanggal 3 Juni 2016 perihal Pengaturan dan Pengawasan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Rupiah

- Peraturan Bank Indonesia Nomor 18/40/PBI/2016 tentang Sistem Transaksi Pembayaran

- Peraturan Bank Indonesia Nomor 18/41/PBI/2016 tentang Bilyet Giro

- Peraturan Bank Indonesia Nomor 18/43/PBI/2016 Tahun 2016Tentang Perubahan Atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/29/PBI/2006 tentang Daftar Hitam Nasional Penarik Cek dan/atau Bilyet Kosong

b. Bahan hukum sekunder yaitu bahan hukum yang berkaitan dengan bahan

hukum primer yang akan digunakan untuk menganalisis dan memahami

bahan hukum primer. Semua bahan hukum sekunder dapat berupa hasil

karya para ahli hukum berupa buku, media massa, pendapat-pendapat

sarjana yang berhubungan dengan pembahasan dalam skripsi ini.

(26)

c. Bahan hukum tersier yaitu bahan hukum yang dapat memberikan petunjuk dan penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder termasuk di dalamnya alat bantu pengalih bahasa asing.

3. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam bentuk bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder dikumpulkan dengan melakukan studi pustaka yaitu serangkaian usaha untuk mendapatkan data-data dengan cara membaca, menganalisis, mengidentifikasi dan memahami terhadap pembacaan buku-buku literatur, peraturan perundang-undangan, buku, media massa, dan juga pendapat sarjana.

Studi pustaka ini dilakukan untuk melakukan olah pikiran yang dapat membantu penyelesaian permasalahan penelitian.

4. Analisis Data

Data yang dikumpulkan merupakan data sekunder yang kemudian akan

dianalisa dengan menggunakan teknik analisis metode deskriptif dan metode

kualitatif. Metode deskriptif ialah menggambarkan secara menyeluruh tentang

pokok permasalahan. Metode kualitatif yaitu dengan mengumpulkan bahan

hukum primer, sekunder, dan tersier yang relevan dengan permasalahan yang ada

pada penelitian ini, melalukan penelitian terhadap bahan-bahan hukum yang

relevan tersebut untuk menjawab permasalahan-permasalahan yang dibahas,

mengolah dan menginterpretasikan data guna mendapat kesimpulan dari

permasalahan, memaparkan kesimpulan, yang dalam hal ini adalah kesimpulan

kualitatif, yaitu kesimpulan yang dituangkan dalam bentuk pernyataan dan tulisan.

(27)

15

G. Sistematika Penulisan

Skripsi ini diuraikan dalam 5 (lima) Bab dan tiap-tiap bab dibagi atas beberapa sub-sub bab yang bertujuan mempermudah dalam memaparkan materi dalam skripsi ini yang dapat digambarkan sebagai berikut :

Bab I merupakan pendahuluan, bab ini mengemukakan apa yang melatarbelakangi penulisan skripsi ini, rumusan permasalahan yang menggambarkan topik yang akan dibahas secara mendalam, tujuan dan manfaat penulisan, keaslian penulisan, tinjauan pustaka, metode penelitian yang digunakan serta sistematika penulisan skripsi.

Bab II tentang pengaturan hukum mengenai penggunaan bilyet giro, prosedur penggunaannya dan juga bagaimana penggunaan dan pemanfaatan bilyet giro ini.

Bab III tentang pengaturan hukum terhadap Bilyet Giro Kosong, bab ini nantinya akan membahas tentang kedudukan hukum penarik dan penerima bilyet giro, hak dan kewajiban yang dimiliki oleh penarik dan penerima Bilyet Giro, perlindungan hukum bagi penerima Bilyet Giro Kosong pada saat penukaran Bilyet Giro Kosong di bank, perlindungan hukum bagi penerima Bilyet Giro Kosong berdasarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor 18/41/PBI/2016 dan beberapa peraturan pendukung lainnya.

Bab IV tentang sanksi hukum bagi penarik Bilyet Giro Kosong,

bagaimana dapat dilakukan penyelesaian hukum terhadap transaksi menggunakan

Bilyet Giro Kosong, peranan perbankan dan pemerintah dalam penggunaan bilyet

giro.

(28)

Bab V merupakan bab penutup, dimana bab ini berisi kesimpulan dari

masalah-masalah yang dirumuskan dan akan diberikan saran-saran yang dapat

membantu menjadi alat kajian ke depannya.

(29)

17 BAB II

KETENTUAN HUKUM PENGGUNAAN BILYET GIRO DI INDONESIA

A. Pengertian Bilyet Giro dan Manfaat Penggunaan Bilyet Giro

Bilyet giro adalah surat perintah dari nasabah kepada bank penyimpan dana untuk memindahbukukan sejumlah uang dari rekening yang bersangkutan kepada pihak penerima yang disebutkan namanya pada bank yang sama atau lain.

Dengan demikian, pembayaran dana bilyet giro tidak dapat dipindahtangankan melalui endosemen. 11

Giro sebagai salah satu bentuk simpanan pada Bank Umum, sering disebut sebagai sumber dana murah bagi bank. Terdapat asumsi bahwa biaya dana giro relatif ringan karena pada umumnya tingkat persentase jasa giro yang ditetapkan oleh Bank Umum kepada nasabah penyimpan lebih rendah bila dibandingkan dengan tingkat persentase bunga tabungan atau bunga deposito walaupun secara kasuistik mungkin tidak lagi sepenuhnya berlaku seperti demikian. Unsur jasa giro sama sekali tidak tercantum dalam rumusan pengertian giro yang ditetapkan oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku. 12

Beberapa ciri yang melekat pada giro sehingga dapat pula dibandingkan dengan bentuk simpanan yang lainnya yaitu sebagai berikut : 13

1. Giro adalah salah satu bentuk simpanan

Bank umum dapat melakukan penghimpunan dana dari masyarakat penghimpunan dana dari masyarakat melalui berbagai cara, antara lain dalam

11 Widjanarto, Hukum dan ketentuan perbankan di Indonesia, (Jakarta: Pustaka Utama Grafiti, 1993), hal 185

12 M. Bahsan, Giro dan Bilyet Giro Perbankan Indonesia, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2005), hal.16

13 Ibid, hal. 17

(30)

bentuk simpanan atau pinjaman. Giro, sesuai dengan sifat transaksinya yang berkaitan dengan penyimpanan dana, digolongkan sebagai salah satu bentuk simpanan. Simpanan yang berbentuk giro hanya terdapat pada Bank Umum dan ditatausahakannya dalam rekening yang disebut rekening giro. Rekening tersebut dibuka oleh bank untuk dan dengan nasabah pemilik dana. Pemilik dana disebut sebagai nasabah penyimpan dana sering juga disebut sebagai nasabah giro atau nasabah pemilik giro. UU Perbankan Indonesia No. 7 tahun 1992 sebagaimana telah diubah menjadi UU No. 10 tahun 1998 melarang Bank Perkreditan Rakyat menerima simpanan yang berbentuk giro.

Sesuai dengan unsur perjanjian penyimpanan dana yang terdapat dalam pengertian simpanan, untuk penyelenggaraan giro harus desertai dengan pembuatan perjanjian penyimpanan dana antara Bank Umum dengan nasabah penyimpan yang lazim disebut Perjanjian Pembukaan Rekening Giro.

2. Penarikan Dana Giro Dapat Ditarik Setiap Saat

Dana yang disimpan dalam bentuk giro dapat ditarik setiap saat oleh pemiliknya dengan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam ketentuan peraturan perundang-undangan. Perjanjian Pembukaan Rekening Giro, dan peraturan intern masing-masing Bank Umum. Nasabah penyimpan dapat melakukan penarikan dana yang tersimpan dalam rekening gironya setiap saat dan Bank Umumyang bersangkutan akan menyetujuinya sepanjang persyaratannya telah dipenuhi oleh nasabah penyimpan dan penerima dana.

Penarikan dana giro yang dapat dilakukan pada setiap saat tersebut akan

memberikan kemudahan kepada pihak-pihak yang berkepentingan terutama

bagi nasabah penyimpan yang ingin menyelesaikan kewajiban pembayarannya

(31)

19

kepada pihak lain. Sebagaimana diketahui kegiatan transaksi pembayaran di antara anggota masyarakat dapat terjadi setiap saat dan tidak harus selalu diselesaikan melalui penyerahan sejumlah uang secara fisik karena berbagai pertimbangan dari pihak-pihak yang bertransaksi. Di antara anggota masyarakat yang memanfaatkan fasilitas giro adalah terutama para pihak di lingkungan dunia usaha. Giro merupakan sarana yang paling sesuai untuk menampung kepentingan pengelolaan dananya terutama yang berkaitan dengan penyelesaian transaksi pembayaran yang mungkin terjadi setiap saat.

3. Bilyet Giro sebagai Sarana Penarikan

Kecuali dalam hal-hal tertentu, penarikan dana giro pada prinsipnya hanya menggunakan cek dan bilyet giro. Kedua warkat (dokumen) ini diatur oleh peraturan perundang-undangan yang berbeda dan berlaku mengikat seluruh anggota masyarakat. Cek dan Bilyet giro disebut sebagai warkat perbankan yang dapat digunakan oleh anggota masyarakat untuk menyelesaikan sesuatu kewajiban pembayaran melalui rekening giro pada bank. Sehubungan dengan itu, kedua warkat tersebut merupakan sarana penarikan giro.

4. Sarana Penarikan Berupa Perintah Pembayaran Lainnya atau Pemindahbukuan

Selanjutnya, mengenai sarana perintah pembayaran lainnya atau dengan

pemindahbukuan sebagaimana disebutkan dalam pengertian giro dapat berupa

surat permohonan atau surat perintah nasabah kepada banknya. Kedua jenis

surat tersebut merupakan sarana untuk melakukan penarikan dana giro,

terutama untuk giro valuta asing. Cek dan Bilyet giro tidak dapat digunakan

sebagai warkat untuk menarik dana dari giro valuta asing. Mengenai

permohonan pemindahbukuan atau surat perintah pembayaran sebagai sarana

(32)

penarikan giro valuta asing tersebut perlu dicantumkan dan ditetapkan secara tegas dalam ketentuan Perjanjian Pembukaan Rekening Giro valuta asing antara Bank Umum dengan nasabah. Di samping itu, diatur pula secara tegas dalam peraturan intern bank yang bersangkutan. Tindakan pelaksanaan dari penerimaan surat perintah pemindahbukuan dan surat perintah pembayaran biasanya berupa pembuatan warkat lain oleh Bank Umum. Warkat disebut berupa nota debet dan nota kredit sesuai dengan ketentuan intern masing- masing Bank Umum. Dalam praktik perbankan, biasanya kepada nasabah diminta untuk mengisi warkat (slip) penarikan di samping surat tersebut di atas.

Berikut ini adalah contoh bentuk Bilyet Giro

Contoh Bilyet Giro Tampak Depan

(33)

21

Contoh Bilyet Giro Tampak Belakang

Bilyet Giro:

1. Tidak dapat dibatalkan dan tidak dapat dipindahtangankan.

2. Diterbitkan dalam mata uang Rupiah.

3. Tidak dapat ditarik tunai.

4. Hanya dapat ditagihkan ke Bank sejak Tanggal Efektif.

5. Wajib diisi lengkap sejak diterbitkan.

6. Tanggal Efektif harus berada dalam masa berlaku Bilyet Giro.

7. Masa berlaku Bilyet Giro 70 (tujuh puluh) hari sejak Tanggal Penarikan.

8. Tunduk pada ketentuan yang diterbitkan oleh Bank Indonesia.

9. Maksimal 3 (tiga) kali koreksi.

Berdasarkan Pasal 1 Peraturan Bank Indonesia Nomor 18/41/PBI/2016, terdapat beberapa pengertian dari :

1. Bank adalah bank umum sebagaimana dimaksud dalam undang-undang

yang mengatur mengenai perbankan termasuk kantor cabang dari bank

yang berkedudukan di luar negeri dan bank umum syariah termasuk unit

usaha syariah sebagaimana dimaksud dalam undang-undang yang

mengatur mengenai perbankan syariah.

(34)

2. Rekening Giro adalah rekening giro Rupiah yang dananya dapat ditarik setiap saat dengan menggunakan cek dan/atau Bilyet Giro, sarana perintah pembayaran lainnya, atau dengan pemindahbukuan.

3. Bilyet Giro adalah surat perintah dari Penarik kepada Bank Tertarik untuk melakukan pemindahbukuan sejumlah dana kepada rekening Penerima.

4. Penarik adalah pemilik Rekening Giro yang menerbitkan Bilyet Giro.

5. Penerima adalah pemilik rekening yang disebutkan namanya dalam Bilyet Giro unuk menerima sejumlah dana.

6. Bank Tertarik adalah Bank yang diperintahkan oleh Penarik untuk melakukan pemindahbukuan sejumlah dana dengan menggunakan Bilyet Giro.

7. Bank Penerima adalah Bank yang menatausahakan rekening Penerima.

8. Tenggang Waktu Pengunjukan adalah jangka waktu berlakunya Bilyet Giro.

9. Tenggang Waktu Efektif adalah jangka waktu yang disediakan oleh Penarik kepada Penerima untuk meminta pelaksanaan perintah dalam Bilyet Giro kepada Bank Tertarik.

10. Bilyet Giro adalah surat perintah dari Penarik kepada Bank Tertarik untuk melakukan pemindahbukuan sejumlah dana kepada rekening Penerima.

11. Penarik adalah pemilik Rekening Giro yang menerbitkan Bilyet Giro.

12. Penerima adalah pemilik rekening yang disebutkan namanya dalam

Bilyet Giro untuk menerima sejumlah dana.

(35)

23

13. Bank Tertarik adalah Bank yang diperintahkan oleh Penarik untuk melakukan pemindahbukuan sejumlah dana dengan menggunakan Bilyet Giro.

14. Bank Penerima adalah Bank yang menatausahakan rekening Penerima.

15. Tenggang Waktu Pengunjukan adalah jangka waktu berlakunya Bilyet Giro.

16. Tenggang Waktu Efektif adalah jangka waktu yang disediakan oleh Penarik kepada Penerima untuk meminta pelaksanaan perintah dalam Bilyet Giro kepada Bank Tertarik.

17. Tanggal Penarikan adalah tanggal yang tercantum pada Bilyet Giro dan merupakan tanggal diterbitkannya Bilyet Giro.

18. Tanggal Efektif adalah tanggal yang tercantum pada Bilyet Giro dan merupakan tanggal mulai berlakunya perintah pemindahbukuan.

Beberapa hal yang perlu diketahui mengenai Bilyet Giro, yaitu : 1. Bilyet Giro adalah Surat yang Mempunyai Harga

Dari teori yang berkembang mengenai berbagai dokumen yang digunakan

dalam kegiatan perekonomian sering dibedakan dari segi hukum antara surat

berharga dengan surat yang mempunyai harga. Pembedaan demikian sering

dikemukakan terutama dari tinjauan teoritis. Pasal 1 angka 10 UU Perbankan

Indonesia No. 7 tahun 1992 sebagaimana telah diubah dengan UU No. 10 tahun

1998 menetapkan pengertian surat berharga sebagai berikut: “Surat berharga

adalah surat pengakuan utang, wesel, saham, obligasi, sekuritas kredit, atau

setiap derivatifnya, atau kepentingan lainnya atau suatu kewajiban dari penerbit,

dalam bentuk yang lazim diperdagangkan dalam pasar modal dan pasar uang”.

(36)

Pengertian surat berharga sebagaimana tersebut di atas digunakan pula oleh peraturan perundang-undangan Bank Indonesia akhir-akhir ini, misalnya dalam Ketentuan Umum Peratuan Bank Indonesia No. 7/2/PBI/2005. Beberapa surat berharga yang beredar di lingkungan perbankan misalnya Sertifikat Bank Indonesia (SBI). Surat Berharga Pasar Uang (SBPU), Surat Berharga Komersial (Commercial Paper), Sertifikat Reksadana dan Medium Term Note. 14

Pengertian Bilyet Giro seperti tercantum dalam ketentuan Pasal 1 angka 3 Peraturan Bank Indonesia No. 18/41/PBI/2016 adalah sebagai berikut: “Bilyet Giro adalah surat perintah dari Penarik kepada Bank Tertarik untuk melakukan pemindahbukuan sejumlah dana kepada rekening Penerima”.

Maka jika kita melihat dan mencermati pengertian-pengertian tentang surat berharga dan juga pengertian bilyet giro, dapat kita simpulkan bahwa bilyet giro tidak dapat dikategorikan sebagai surat berharga. Hal ini dikarenakan bilyet giro tidak dapat diperdagangkan dalam pasar uang dan pasar modal karena bilyet giro hanya dapat digunakan sebagai warkat pemindahbukuan.

Dengan memerhatikan pengertian surat berharga dan pengertian bilyet giro tersebut di ats, bilyet giro seharusnya tidak dikategorikan sebagai surat berharga, tetapi hanya tergolong sebagai surat yang mempunyai harga seperti halnya polis asuransi, surat gudang, konosemen, dan sebagainya. Dokumen-dokumen seperti tersebut mempunyai suatu nilai secara ekonomi sehingga dikategorikan sebagai surat yang mempunyai harga. 15

14 Ibid, hal. 97

(37)

25

2. Perjanjian Penyimpanan Dana dan Pembukaan Rekening Giro

Bila Bank Umum dapat menyetujui permohonan calon nasabah untuk diterima sebagai nasabah giro, maka dilakukan pengikatan berupa Perjanjian Pembukaan Rekening Giro atau perjanjian sejenisnya dan tindak lanjut lainnya seperti pembukaan rekening giro, penyerahan buku blanko warkat cek/bilyet giro dan sebagainya sesuai dengan peraturan intern bank. 16

Di dalam perjanjian penyimpanan dana dan pembukaan rekening giro akan dibahas di dalam 4 poin di bawah ini, sebagai berikut :

a. Perjanjian Pembukaan Rekening Giro

Hubungan usaha antara bank dengan nasabah giro yang disetujui permohonannya dilanjutkan dengan pengikatan dalam bentuk perjanjian. Dalam rumusan nasabah penyimpan yang ditetapkan oleh ketentuan Pasal 1 angka 17 ditegaskan adanya perjanjian bank dengan nasabah Perjanjian tersebut diatur lebih lanjut oleh peraturan perundang-undangan Bank Indonesia. Perjanjian antara bank dengan nasabah sesuai dengan Surat Edaran Bank Indonesia No. 2/10/DASP tanggal 8 Juni tahun 2000 Perihal Tata Usaha Penarikan Cek/Bilyet Giro Kosongsebagaimana telah dilakukan perubahan kedua dengan Surat Edaran Bank Indonesia No. 8/17/DASP tanggal 25 Juli tahun 2006 dan telah diubah dengan perubahan ketiga dengan Surat Edaran Bank Indonesia No. 8/33/DASP tanggal 20 Desember tahun 2006,adalah perjanjian pembukaan rekening, dan dalam praktik perbankan yang berkaitan dengan simpanan giro disebut Perjanjian Pembukaan Rekening Giro atau dengan sebutan lain yang maksudnya sama. Perjanjian Pembukaan Rekening Giro atau dengan sebutan lain yang maksudnya sama.

16 Ibid, hal. 47-55

(38)

Perjanjian tersebut ditandatangani oleh nasabah dan Bank Umum yang bersangkutan. Suatu perjanjian secara umum tunduk kepada ketentuan hukum perikatan yang tercantum dalam KUH Perdata dan kepada ketentuan larangan pencantuman klausul baku yang tercantum dalam UU Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Akan tetapi, dalam rangka perjanjian di bidang perbankan wajib pula dipatuhi peraturan perundang-undangan Bank Indonesia.

Beberapa ketentuan dan peraturan yang mengatur tentang perjanjian seperti tercantum dalam poin-poin dibawah ini, yaitu :

1. Ketentuan KUH Perdata

Salah satu ketentuan KUH Perdata yang wajib dipatuhi adalah Pasal 1320 yang mengatur syarat-syarat sah perjanjian. Ketentuan Pasal 1320 KUH Perdata menetapkan syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk sahnya perjanjian adalah : a) Sepakat dari pihak-pihak yang berjanji;

b) Kecakapan hukum dari pihak-pihak yang berjanji;

c) Suatu hal tertentu;

d) Sebab yang halal.

Syarat-syarat yang tersebut pada huruf a) dan huruf b) disebut syarat subjektif, dan bila salah satu di antaranya tidak dipenuhi, perjanjian yang telah dibuat dapat dimintakan pembatalannya kepada pengadilan oleh pihak yang berkepentingan. Adapun syarat-syarat pada huruf c) dan huruf d) disebut syarat objektif, dan bila salah satu syarat tidak dipenuhi, perjanjian yang telah dibuat menjadi batal demi hukum.

Sehubungan dengan ketentuan Pasal 1320 KUH Perdata tersebut, setiap

Perjanjian Pembukaan Rekening Giro antara Bank Umum dengan nasabah harus

(39)

27

memenuhi persyaratan sahnya perjanjian agar tidak menimbulkan permasalahan di kemudian hari. Bila syarat-syarat sah perjanjian tidak dipenuhi dalam membuat Perjanjian Pembukaan Rekening Giro, maka dapat mempunyai akibat hukum sebagaimana dikemukakan di atas misalnya dapat dimintakan pembatalannya ke pengadilan atau batal demi hukum. Keadaan yang demikian lebih lanjut tentunya akan merugikan bank.

2. Ketentuan UU No 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen

Di samping keharusan memenuhi ketentuan hukum perikatan yang tercantum dalam KUH Perdata, Perjanjian Pembukaan Rekening Giro harus mematuhi pula ketentuan UU No 8 Tahun 1999, antara lain mengenai ketentuan larangan pencantuman klausul baku. Pasal 18 Undang-undang tersebut melarang pencantuman klausul baku dalam suatu perjanjian dan bila ketentuan larangan itu dilanggar, klausul perjanjian yang dibuat menjadi batal demi hukum. Pelaku usaha (misalnya Bank Umum) yang melanggar ketentuan larangan klausul baku dapat pula dikenakan sanksi berdasarkan ketentuan undang-undangnya, yaitu sebagaimana yang tercantum pada Pasal 61 sampai dengan Pasal 63.Dimana masing-masing berbunyi sebagai berikut: Pasal 61, yaitu “Penuntutan pidana dapat dilakukan terhadap pelaku usaha dan/atau pengurusnya.” Pasal 62, yaitu

“Pelaku usaha yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8,

Pasal 9, Pasal 10, Pasal 13 ayat (2), Pasal 15, Pasal 17 ayat (1) huruf a, huruf b,

huruf c, huruf e, ayat (2) dan Pasal 18 dipidana dengan pidana penjara paling lama

5 (lima) tahun atau pidana denda paling banyak Rp 2.000.000.000,00 (dua miliar

rupiah). Pelaku usaha yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 11, Pasal 12, Pasal 13 ayat (1), Pasal 14, Pasal 16, dan Pasal 17 ayat (1)

(40)

huruf d dan huruf f dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun atau pidana denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah). Terhadap pelanggaran yang mengakibatkan luka berat, sakit berat, cacat tetap atau kematian diberlakukan ketentuan pidana yang berlaku.” Pasal 63, yaitu “Terhadap sanksi pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 62, dapat dijatuhkan hukuman tambahan, berupa: a. perampasan barang tertentu; b. pengumuman keputusan hakim; c. pembayaran ganti rugi; d. perintah penghentian kegiatan tertentu yang menyebabkan timbulnya kerugian konsumen; e. kewajiban penarikan barang dari peredaran;atau f. pencabutan izin usaha.”

Ketentuan-ketentuan KUH Perdata dan UU No 8 Tahun 1999 wajib sepenuhnya dipatuhi oleh anggota masyarakat termasuk Bank Umum. Dalam rangka pengelolaan Bank Umum, telah ditetapkan peraturan yang mengatur tentang pihak yang ditugaskan mengawasi ketaatan bank terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku, yaitu sebagaimana yang ditetapkan dalam Peraturan Bank Indonesia No 1/6/PBI/1999,tentang Penugasan Direktur Kepatuhan (Compliance Director) dan Penerapan Standar Pelaksanaan Fungsi Audit Intern Bank Umum dan telah diubah dengan Peraturan Bank Indonesia No.

13/2/PBI/2011 tentang Pelaksanaan Fungsi Kepatuhan Bank Umum.

Ketentuan-ketentuan hukum perikatan yang ditetapkan dalam KUH

Perdata dan ketentuan tentang larangan pencantuman klausul baku dalam suatu

pembuatan suatu perjanjian sepenuhnya harus dipatuhi oleh semua pihak yang

berjanji, termasuk oleh Bank Umum dalam melakukan perikatan dengan

nasabahnya. Walaupun demikian, dalam praktik perbankan sepertinya masih

(41)

29

dapat ditemukan beberapa perikatan antara Bank Umum dengan nasabah gironya yang perlu diteliti ulang agar dapat memenuhi ketentuan hukum yang berlaku.

Beberapa perikatan yang dibuat oleh Bank Umum dalam rangka Perjanjian Pembukaan Rekening Giro kelihatannya masih perlu diteliti bila ditinjau dari ketentuan KUH Perdata dan atau UU No 8 Tahun 1999, antara lain mengenai Perjanjian Pembukaan Rekening Giro yang sudah dibakukan oleh bank, kemudian kepada nasabah langsung diminta menyetujui dan menandatangani di atas materai.

Perjanjian yang telah dibakukan tersebut memuat kalimat yang berupa pernyataan persetujuan (tunduk) dari nasabah atas peraturan intern bank tentang ketentuan atau syarat-syarat umum pembukaan rekening yang pada hakikatnya tidak pernah diketahui oleh nasabah. Pada perjanjian yang dibakukan seperti tersebut di atas belum terlihat adanya pemenuhan syarat-syarat sahnya suatu perjanjian sebagaimana yang diatur dalam ketentuan KUH Perdata dan kepatuhan kepada larangan pencantuman klausul baku sebagaimana yang diatur oleh UU No 8 Tahun 1999. Salah satu bentuk klausul baku lainnya misalnya mengenai pencantuman klausul pada perjanjian yang isinya sebagai berikut: “Pemegang rekening tunduk dan menyetujui ketentuan-ketentuan ini, termasuk setiap perubahannya serta semua ketentuan yang berlaku pada bank, baik yang sekarang ada maupun yang akan ada di kemudian hari. Klausul yang demikian kiranya dapat dipermasalahkan berdasarkan ketentuan mengenai larangan pencantuman klasula baku yang ditetapkan dalam UU No 8 Tahun 1999.

b. Pembukaan Rekening

Bila Perjanjian Pembukaan Rekening Giro telah ditandatangani oleh kedua

pihak dan dokumen lainnya sudah diselesaikan dan dilengkapi oleh nasabah

(42)

penyimpan, Bank Umum yang bersangkutan segera membuka suatu rekening giro untuk dan dengan nama nasabah penyimpan sesuai dengan peraturan internnya.

Setiap rekening yang dibuka akan mempunyai nomor rekening tersendiri yang mengacu kepada sistem akun yang berlaku pada masing-masing Bank Umum.

Nomor rekening mempunyai fungsi yang sangat penting bagi nasabah penyimpan dan banknya terutama untuk penyelesaian transaksi yang terjadi terhadap giro nasabah penyimpan. Nomor rekening merupakan salah satu aspek yang terkait dengan nasabah penyimpan dan simpanannya yang wajib dirahasiakan oleh bank dan pihak terafiliasi sebagaimana yang diatur oleh ketentuan rahasia bank.

Dalam rangka pembukaan rekening giro tersebut, nasabah penyimpan diminta untuk melakukan setoran pertama, menyerahkan surat kuasa tentang orang-orang yang ditunjuk untuk berhubungan dengan bank (sepanjang diperlukan pemberian kuasa), dan melakukan pengambilan contoh tanda tangan (specimen) dari pihak yang berwenang dan/atau yang diberikan kuasa dalam hubungan rekening giro. Semua transaksi yang berkaitan dengan nasabah penyimpan akan ditatausahakan ke dalam rekening gironya.

c. Penyerahan Blanko Cek/Bilyet Giro

Setelah semua persyaratan administratif diselesaikan, Bank Umum memberikan blanko warkat yang diperlukan nasabah penyimpan untuk melakukan penarikan dana yang tersimpan dalam rekening gironya. Blanko warkat yang diberikan kepada nasabah penyimpan adalah blanko cek dan blanko bilyet giro.

Blanko cek dan blanko bilyet giro tersebut diserahkan dalam bentuk buku yang

masing-masing umumnya berisi 25 lembar dan disertai dengan lembar tanda

terima. Setiap lembar blanko dapat dipisah menjadi bagian pertinggal dalam buku

(43)

31

yang diisi untuk catatan penarik dan bagian yang diedarkan sebagai warkat cek/bilyet giro. Bagian pertinggal berfungsi untuk menampung pencatatan pengedaran cek/bilyet giro dan untuk membantu nasabah penyimpan mengetahui tentang dana yang ditarik dari rekeningnya. Lembar tanda terima (biasanya disebut lembar pertama) harus dikembalikan kepada bank. Pada lembar tanda terima tersebut tercantum pernyataan tanggung jawab penggunaan blanko oleh nasabah penyimpan, jumlah dan nomor blanko dan sebagainya.

Pengembalian lembar tanda terima dilakukan setelah ditandatangani oleh nasabah penyimpan. Bila lembar tanda terima belum diserahkan kembali kepada Bank Umum yang bersangkutan, maka terhadap cek atau bilyet giro yang ditarik (diedarkan) oleh nasabah penyimpan bila diajukan kepada Bank Umum sebagai pihak tertarik akan ditolak pelaksanaan perintahnya. Pemberian blanko cek/ bilyet giro kepada nasabah yang baru pertama kali membuka rekening giro seharusnya disertai dengan pemberian penjelasan penggunaannya oleh Bank Umum yang bersangkutan. Bank harus menjelaskan penggunaan rekening giro dan perbedaannya dengan deposito atau tabungan, penggunaan warkat-warkat penarikannya dan sebagainya. Penjelasan tersebut diharapkan akan dapat mengurangi kesalahan pengisian atau penyimpangan penggunaannya oleh nasabah.

Selanjutnya mengingat sifat blanko cek/bilyet giro sebagai warkat yang

sangat berkaitan dengan uang, nasabah perlu mengamankannya dengan baik untuk

mencegah terjadinya hal-hal yang merugikannya. Blanko yang tidak digunakan

karena salah tulis atau sebab lainnya yang mengakibatkannya tidak jadi diedarkan,

wajib dikembalikan kepada Bank Umum yang bersangkutan. Blanko cek/bilyet

(44)

giro yang tidak diedarkan tersebut oleh Bank Umum ditatausahakan dan dicatat sebelum dimusnahkan sesuai dengan peraturan intern bank.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam membuka rekening Giro, yaitu: 17

1. Kembalikan dengan segera lembar pertama bukti penerimaan Cek/Bilyet Giro, agar rekening Giro anda dapat diaktifkan oleh bank dan bisa Anda gunakan.

2. Catat setiap pengeluaran anda, baik tanggal, nomor, dan jumlah uang di lembar sebelah kiri buku Cek/Bilyet Giro anda yang akan berguna sebagai alat kontrol, agar pengeluaran dapat disesuaikan dengan dana yang tersedia.

3. Berhati-hatilah dalam menggunakan atau mengeluarkan Cek Atas Unjuk dan jangan sampai hilang, karena setiap Cek yang telah dibubuhi tanda tangan anda serta materai yang cukup dapat segera dibayarkan oleh bank tanpa melakukan verifikasi kepada pembawa Cek.

4. Jangan melakukan pembayaran dengan Cek/Bilyet Giro, apabila dana anda tidak cukup, karena bank akan menolak pembayaran.

5. Pastikan anda memiliki dana yang cukup, setiap kali anda menerbitkan Cek/Bilyet Giro untuk menghindari dicantumkannya nama anda dalam Daftar Hitam Nasional yang disebarkan oleh Bank Indonesia ke seluruh perbankan di wilayah Indonesia.

6. Segera lapor kepada bank anda, jika anda kehilangan 1 (satu) lembar Cek/Bilyet Giro atau buku cek/bilyet, sehingga bank dapat memblokir

(45)

33

rekening anda. Lengkapi laporan anda dengan surat keterangan kehilangan dari pihak yang berwajib.

7. Cek/Bilyet Giro anda hanya berlaku selama 70 hari setelah tanggal penerbitan. Setelah melampaui waktu tersebut, warkat tersebut tidak dapat digunakan (kadaluarsa).

8. Untuk pembukaan rekening Giro dalam valuta asing sebaiknya anda berkonsultasi dengan bank anda.

9. Apabila rekening Giro anda ditutup, segera serahkan sisa lembar warkat Cek/Bilyet Giro kepada bank anda.

3. Perlindungan Kepada Nasabah

Nasabah yang menyimpan dananya di bank umumnya mempunyai berbagai tujuan dan motivasi. Nasabah sangat menginginkan agar dana yang disimpannya pada bank terjamin aman dari segala sesuatu yang dapat merugikannya dan adanya balas jasa dari bank atas penggunaan dana tersebut.

Secara umum perlu adanya perlindungan terhadap nasabah agar tidak dirugikan oleh pihak bank atau pihak lain yang tidak bertanggung jawab. Sehubungan dengan itu sepanjang yang diatur oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku, dapat dikemukakan hal-hal sebagai berikut:

1. Lembaga Penjamin Simpanan

Dari ketentuan Pasal 37 B UU Perbankan Indonesia 1992/1998 dapat

diketahui bahwa setiap bank wajib menjamin dana masyarakat yang disimpan

pada bank yang bersangkutan melalui Lembaga Penjamin Simpanan. Dengan

demikian, undang-undang sudah mengatur tentang kewajiban bank untuk

(46)

melakukan penjaminan atas dana masyarakat yang diterimanya sebagai simpanan, termasuk yang berbentuk giro. Untuk pelaksanaannya, tentunya bank harus membuat suatu perjanjian dengan lembaga tersebut sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Perlu pula dikemukakan bahwa sampai tahun kelima setelah ketentuan undang-undang tersebut berlaku, ternyata Lembaga Penjamin Simpanan belum beroperasi sehingga penjaminan simpanan masyarakat pada bank masih dilakukan oleh pemerintah.

Penjaminan tersebut dapat dilaksanakan dengan memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh pemerintah walaupun suatu saat nantinya akan berakhir.

Dengan adanya ketentuan undang-undang mengenai kewajiban bank untuk menjamin dana masayarakat dan adanya program penjaminan yang sudah berjalan tentunya akan memberikan perlindungan kepada nasabah penyimpan dalam hal terjadinya penutupan atas bank yang bersangkutan. Nasabah penyimpan diharapkan akan tetap memperoleh kembali dana yang disimpannya dalam hal terjadi penutupan pada banknya.

2. Ketentuan Rahasia Bank

Perlindungan yang lainnya bagi nasabah penyimpan dapat diperhatikan

dari ketentuan mengenai rahasia bank. Ketentuan Pasal 40 sampai dengan

Pasal 45 UU Perbankan Indonesia No. 7 tahun 1992 dan telah diubah dengan

UU Perbankan Indonesia No. 10 tahun 1998 mengatur mengenai ketentuan

rahasia bank di Indonesia. Rahasia bank adalah segala sesuatu yang

berhubungan dengan keterangan mengenai nasabah penyimpan dan

simpanannya (Pasal 1 UU Perbankan Indonesia No. 7 tahun 1992dan telah

diubah dengan UU Perbankan Indonesia No. 10 tahun 1998). Menurut

Referensi

Dokumen terkait

Meskipun hak ulayat diatur dalam UUPA, pihak Keraton tidak memilih status hak ulayat sebab melalui hak ulayat Keraton hanya bisa memberikan tanah dalam jangka waktu tertentu

Perumusan masalah dalam penelitian skripsi ini adalah bagaimana pengawasan sebagai sarana penegakan hukum dalam Hukum Administrasi Negara, Bagaimana tugas pokok dan

73 Ahmad Miru & Sutarman Yodo, Hukum Perlindungan Konsumen, Edisi Revisi , Jakarta, PT RajaGrafindo Persada, 2004, hal 77.. regulasi-regulasi yang relevan untuk

Meskipun Koperasi Kredit Harapan Kita Kota Medan adalah Koperasi yang masih menimbulkan faktor kekeluargaan, Koperasi Harapan Kita Kota Medan lebih ,mengambil

Kelemahan dalam pasal ini adalah, tidak disebutkannya bentuk perjudian apa yang diperbolehkan tersebut, ataukah sama bentuk perjudian sebagaimana yang

memperoleh kompensasi atas kerugian yang diderita maka konsumen dapat menuntut pertanggungjawaban secara perdata kepada pelaku usaha. Terdapat dua bentuk pertanggungjawaban

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa penyelesaian kredit yang mengalami kemacetan pada Kredit Usaha Rakyat di PT.Bank Rakyat Indonesia Cabang Kota Binjai

Dalam UU Nomor 5 Tahun 1999, kartel adalah apabila pelaku usaha membuat perjanjian dengan pelaku usaha lainnya yang bermaksud untuk mempengaruhi harga dengan