• Tidak ada hasil yang ditemukan

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI TURUNAN SENYAWA FENOLIK DARI DAUN TUMBUHAN JENGKOL(Archidendron Pauciflorum(Benth.) I.C. Nielsen SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ISOLASI DAN IDENTIFIKASI TURUNAN SENYAWA FENOLIK DARI DAUN TUMBUHAN JENGKOL(Archidendron Pauciflorum(Benth.) I.C. Nielsen SKRIPSI"

Copied!
67
0
0

Teks penuh

(1)

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI TURUNAN SENYAWA FENOLIK DARI DAUN TUMBUHAN JENGKOL(Archidendron

Pauciflorum(Benth.) I.C. Nielsen

SKRIPSI

NUR ASPIANI SIREGAR 150802039

PROGRAM STUDI S1 KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2019

(2)

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI TURUNAN SENYAWA FENOLIK DARI DAUN TUMBUHAN JENGKOL(Archidendron

Pauciflorum(Benth.) I.C. Nielsen

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapitugas dan memenuhi syarat mencapai gelar SarjanaSains

NUR ASPIANI SIREGAR 150802039

PROGRAM STUDI S1 KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2019

(3)

PENGESAHAN SKRIPSI

Judul :Isolasi dan Identifikasi Turunan Senyawa Fenolik Dari DaunTumbuhanJengkol (Archidendron Pauciflorum(Benth.)I.C. Nielsen

Kategori : Skripsi

Nama : Nur Aspiani Siregar

Nomor Induk Mahasiswa : 150802039

Program Studi : Sarjana (S1) Kimia

Fakultas : MIPA - Universitas Sumatera Utara

Disetujui di

Medan, September2019

Ketua Program Studi, Pembimbing,

Dr. Cut Fatimah Zuhra, M.Si Drs. Albert Pasaribu, M.Sc

NIP: 197404051999032001 NIP: 196408101991031002

(4)

PERNYATAAN ORISINALITAS

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI TURUNAN SENYAWA FENOLIK DARI DAUNTUMBUHAN JENGKOL(Archidendron

Pauciflorum(Benth.) I.C. Nielsen

SKRIPSI

Saya menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, September2019

Nur Aspiani Siregar

150802039

(5)

PENGHARGAAN

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunianya serta nikmat yang tak terhingga dan shalawat kepada Rasulullah Muhammad SAW, yang menjadi panutan sehingga penulis dapat menyelesaikan perkuliahan, penelitian dan penulisan skripsi ini dengan judulIsolasi dan Identifikasi Turunan Senyawa Fenolik dari Daun Tumbuhan Jengkol(Archidendron Pauciflorum(Benth.)I.C.Nielsendengan waktu yang telah ditetapkan-Nya.

Ucapan terimaksih penulis sampaikan dengan kerendahan hati kepada Bapak Dr. Albert Pasaribu, M.Sc selaku Dosen PA sekaligus dosen pembimbing skiripsi yang telah banyak memberikann bimbingan, pengajaran, motivasi, memberi ilmu dan waktu bagi penulis selama melakukan penelitian dan penulisan skripsi, serta Bapak Lamek Marpaung, M.phil, Ph.D yang telah banyak memberi ilmu, membantu dan membimbing dalam proses penelitian penulis. Ibu Dr. Helmina Br. Sembiring, S.Si., M.Si selaku ketua Laboratorium Kimia Bahan Alam Hayati, Ibu Dr. Cut Fatimah Zuhra, M.Si dan Ibu Dr. Sovia Lenny, M.Si selaku Ketua dan Sekretaris Departemen Kimia FMIPA USU, Dekan dan Wakil Dekan FMIPA USU, seluruh Staf dan Dosen program studi KimiaFMIPA USU, pegawai dan rekan-rekan kuliah.

Ucapan terimakasih yang setulusnya Penulis berikan kepada kedua orang tua Ayahanda dan Ibunda yang telah membimbing, memotivasi dan mendoakan penulis setiap saat. Serta seluruh keluarga besar yang telah memberikan doa dan dukungan kepada penulis.

Terimakasih juga penulis ucapkan kepada teman-teman seperjuangan stambuk 2015 terkhususnya teman-teman jojoba yang telah menyemangati penulis dalam proses pengerjaan skripsi, teman-teman seperjuangan penelitian, serta adik- adik stambuk 2016,2017 dan 2018 terimakasih atas doa dan dukungannya. Teman- teman KKN kelompok 5 Batubara yang telah banyak memberikan arti tentang kehidupan, sahabatpenulis Zizah, Nasya, Misbah, Fauza, Meli yang memberikan semangatdan kepada semua pihak yang turut membantu dan mendoakan penulis yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan.Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari pihak pembaca sangat diharapkan demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penelitian dan kemajuan ilmu pengetahuan untuk masa yang akan datang.

Medan, September 2019

Nur Aspiani Siregar

(6)

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI TURUNAN SENYAWA FENOLIK DARI DAUNTUMBUHAN JENGKOL(Archidendron

Pauciflorum(Benth.) I.C. Nielsen

ABSTRAK

Isolasi turunan senyawa fenolik yang terdapat pada daun tumbuhan jengkol(Archidendron Pauciflorum(Benth.)I.C. Nielsentelah dilakukan secara ekstraksi maserasi dengan pelarut metanol. Ekstrak pekat metanol dilarutkan dengan aquadest dan dipartisi dengan etil asetat. Kemudian ekstrak pekat etil asetat dilarutkan dengan metanol dan dipartisi dengan n- heksana.Kemudian ekstak pekat metanol dianalisa kromatografi lapis tipis sebelum kromatografi kolom dan didapat eluen yang sesuai untuk pemisahan adalah kloroform: metanol. Ekstrak metanol dipisahkan dengan kromatografi kolom dengan eluen kloroform: metanol 90:10;

80:20 (v/v).Senyawa yang diperoleh dimurnikan dengan kromatografi lapis tipis preparativemenghasilkan padatan amorf berwarna kuning kecoklatan dengan massa 21 mg dengan harga Rf = 0,73. Uji kemurnian senyawa yang diperoleh dilakukan dengan kromatografi lapis tipis menunjukkan noda tunggalmenggunakan eluen kloroform : etil asetat 50:50 v/v) dan benzena : etil asetat40:60 (v/v). Selanjutnya senyawa yang diperoleh dianalisis dengan Spektrofotometer UV-Visible,Inframerah (FT-IR) dan Spektrometer Resonansi Magnetik Inti Proton (

1

H-NMR). Dari data spektroskopi menunjukkan bahwa turunan senyawa fenolik yang diperoleh adalah metil galat.

Kata Kunci : Archidendron Pauciflorum(Benth.)I.C. Nielsen, Daun Jengkol,

Fenolik, Metil Galat, Spektroskopi

(7)

ISOLATION AND IDENTIFICATIONS DERIVATIVE OF PHENOLIC COMPOUNDS FROM JENGKOL LEAVES

(Archidendron Pauciflorum(Benth.) I.C. Nielsen

ABSTRACT

Isolation of phenolic compounds from JengkolLeaves (Archidendron Pauciflorum(Benth.)I.C.Nielsenhas been done by maceration techniquewith methanol solvent. The concentrated extract of methanol dissolved with aquadest and partition extracted with ethyl acetate. Then concentrated extract of ethyl acetate dissolved with methanol solvent, and partition with n-hexane. Then thin layer chromatography was analyzed before before column chromatographyand the eluent obtained that is suitable for separation is chloroform: methanol. The concentrated extract of methanol separated with column chromatography with eluent chloroform : methanol 90:10; 80:20; 70:30; 60:40; 50:50(v/v) as mobile phase.The compounds was purified with a thin layer preparative and purified yielding yellow cristal with massa 21 mg withRf=0,73. The test purity of compounds is done by thin layer chromathography show sigle spot with eluen cloroform : ethyl acetate (80:20 v/v) and benzene : ethly acetate (40:60). The next, compound was further identified by spectroscopy Ultraviolet Visible (UV-Vis), Fourier Transform Infra Red Spectroscopy (FT-IR) and Proton Nuclear Magnetic Resonancy Spectroscopy (

1

H- NMR). Spectroscopic data show that the compound phenolicestimate was methylgallate.

Keywords:Archidendron Pauciflorum (Benth.) I.C. Nielsen,Jengkol

Leaves,Phenolic,MethylGallate,Spectroscopy

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

PENGESAHAN SKRIPSI i

PERNYATAAN ORISINALITAS ii

PENGHARGAAN iii

ABSTRAK iv

ABSTRACT v

DAFTAR ISI vi

DAFTAR TABEL viii

DAFTAR GAMBAR ix

DAFTAR LAMPIRAN x

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang 1

1.2. Permasalahan 3

1.3. Tujuan Penelitian 3

1.4. Manfaat Penelitian 3

1.5. Lokasi Penelitian 3

1.6. Metodologi Penelitian 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tumbuhan Daun Jengkol 5

2.2.1 Morfologi Daun Tumbuhan Jengkol 5

2.2.3KlasifikasiDaun Tumbuhan Jengkol 6

2.2.3 Manfaat Tumbuhan Jengkol 6

2.2. Senyawa Organik Bahan Alam 6

2.3. Senyawa Metabolit Sekunder 7

2.4. Senyawa Fenolik 8

2.4.1 Definisi Senyawa Fenolik 8

2.4.2 Klasifikasi Senyawa Fenolik 9

2.4.3Manfaat Senyawa Fenolik 15

2.4.4 Asam Galat 16

2.5. Pengambilan Sampel 17

2.6. Teknik Pemisahan 18

2.6.1 Ekstraksi 18

2.6.2 Partisi 19

2.6.3 Kromatografi 19

2.6.3.1 Kromatografi Lapis Tipis 20

2.6.3.2 Kromatografi Kolom 23

(9)

2.6.3.3 Kromatografi Lapis Tipis Preparatif 25

2.7. Teknik Spektrofotometri 25

2.7.1 Spektrofotometri Ultra Violet (UV-Vis) 26 2.7.2 Spektrofotometri Inframerah (FT-IR) 27 2.7.3 Spektrofotometri Resonansi Magnetik Inti Proton(

1

HNMR) 28 BAB 3 METODE PENELITIAN

3.1. Waktu dan Tempat 30

3.2. Alat dan Bahan 30

3.2.1 Alat 30

3.2.2 Bahan 31

3.3. Metode Penelitian 32

3.3.1 Penyediaan Sampel 32

3.3.2 Uji Pendahuluan Terhadap Ekstrak Daun Tumbuhan Jengkol 32

3.3.3 Ekstraksi Daun Tumbuhan Jengkol 32

3.3.3.1 Ekstraksi Dau Tumbuhan Jengkol dengan Metanol 32

3.3.3.2 Pemisahan Tanin 33

3.3.4Analisis Kromatografi Lapis Tipis 33

3.3.5Isolasi Senyawa Fenolik dengan Kromatografi Kolom 34

3.3.6Pemurnian 34

3.3.7 Uji Kemurnian Hasil Isolasi dengan Kromatografi Lapis Tipis 35

3.3.8 Identifikasi Senyawa Hasil Isolasi 35

3.3.8.1 Identifikasi dengan Spektrofotometer Ultra Violet Visible (UV-Vis)

35 3.3.8.2 Identifikasi dengan Spektrofotometer

Inframerah (FT-IR)

35 3.3.8.3Identifikasi dengan Spektrofotometer Resonansi

Magnetik Inti Proton (

1

H-NMR)

36

3.4. Bagan Penelitian 37

3.4.1 Bagan Skrinning Fitokimia dengan Pelarut Metanol 37 3.4.1 Bagan Isolasi Senyawa Fenolik Daun Jengkol 38 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian 40

4.2 Pembahasan 43

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan 46

5.2 Saran 46

DAFTAR PUSTAKA 48

LAMPIRAN 52

(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Tabel

Judul Halaman

2.1 Klasifikasi kelas utama senyawa fenolik berdasarkan jumlah atom karbon

10 4.1 Panjang gelombang UV-Visible senyawa hasil isolasi 40 4.2 Interpretasi spektrum FT-IR senyawa hasil isolasi 41 4.3 Pergeseran kimia

1

H-NMR senyawa hasil isolasi 42 4.4 Perbandinganproton

1

H-NMRsenyawahasil isolasi

dansenyawapembanding

46

(11)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar

2.1 Tumbuhan Daun Jengkol Archidendron Pauciflorum (Benth.)I.C. Nielsen

5

2.2 Stuktur Fenol 9

2.3 Stuktur Floroglukinol 11

2.4 Struktur Asam Galat 11

2.5 Struktur(a)2-hidroasefenon;(b)Asam2- hidroksifenil 12 2.6 Struktur (a) Asam p-kumarat;(b) p-koumarilAldehid; 12

(c) p-koumaril Alkohol

2.7 Struktur Plumbagin 13

2.8 Struktur(a) Xanton;(b)Stilben 13

2.9 Struktur Flavon 14

2.10 Stuktur Koniferil Alkohol 14

2.11 Struktur Hinokiflavon 15

2.12 Struktur(a)Metil Galat;(b) Fenil Galat;(c) 3,4,5Triaseton 16 Asam Galat; (d) Trimetil Asam GalatMetil Ester; (e) Etil

Galat

4.1 Spektrum UV-Visible Senyawa Hasil Isolasi 40

4.2 Spektrum Inframerah (FT-IR) Senyawa HasilIsolasi 41

4.3 Spektrum

1

H-NMR Senyawa Hasil Isolasi 42

4.4 Struktur Senyawa Metil Galat 46

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

Lampiran

1 Hasil Determinasi daun tumbuhan Jengkol Archidendron 52 Pauciflorum (Benth.)I.C. Nielsen

2 Kromatogram lapisan tipis ekstrak pekat 53

Metanol tumbuhan JengkolArchidendron Pauciflorum (Benth.)I.C. Nielsensebelum kromatografi kolom

3 Kromatografi lapis tipis penggabungan ekstrak pekat 54 Metanol daun tumbuhan Jengkol fraksi I-IIIsetelah

kromatografi kolom

4 Kromatografilapis tipis sebelum preparatif 54

5 Kromatografilapis tipispreparatif 55

6 Kromatogram lapis tipis senyawa hasilisolasi 55

7 Ekspansi spektrum

1

H-NMR senyawa hasil Isolasi 56

8 Spektrum

1

H-NMR senyawa pembandingMetilGalat 56

(13)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penggunaan tumbuhan baik sebagai obat, bahan makanan, bumbu, kosmetik telah dikenal sejak zaman kuno seperti yang ditemukan dalam berbagai catatan bangsa Cina, Mesir, Mesopotamia, Yunani dan Roma. Perhatian terhadap penelitian tumbuhan sangat luas, baik dalam bidang maupun kedalaman penelitian. Hampir separuh dari obat yang digunakan sekarang adalah bahan alam (Wiryowidagdo, 2008).

Indonesia kaya akan tumbuhan obat yang mengandung senyawa bioaktif dan telah digunakan secara tradisional dari generasi ke generasi untuk menyembuhkan berbagai penyakit. Jumlah spesies tumbuhan yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia diperkirakan sekitar 40.000 jenis dan lebih kurang 1000 spesies telah terpakai sebagai obat tradisional (Hargono, 2012). Berbagai senyawa bioaktif yang dimiliki oleh tumbuhan–tumbuhan tersebut telah banyak diidentifikasi, diisolasi dan diekstraksi sehingga senyawa bioaktifnya dapat dimanfaatkan sebagai antibakteri, antifungi, antivirus dan antiparasit dan lainnya (Keller dan Nugraha, 2011).

Senyawa metabolit sekunder merupakan senyawa kimia yang terdapat dalam suatu organisme yang tidak terlibat secara langsung dalam proses pertumbuhan, perkembangan, dan reproduksi organisme. Salah satu senyawa metabolit sekunder adalah senyawa-senyawa fenolik (Herbert, 1996).

Senyawa fenolik merupakan senyawa yang memiliki satu atau lebih gugus hidroksil yang menempel pada cincin aromatik (Vermeris dan Nicholson, 2006).

Senyawa fenolik mudah ditemukan pada bagian tanaman seperti batang, daun,

bunga, dan buah. Banyaknya variasi gugus yang mungkin tersubtitusi pada kerangka

utama fenol menyebabkan variasi struktur yang luas pada senyawa fenolik. Terdapat

lebih dari 8000 jenis senyawa yang termasuk dalam golongan senyawa fenolik dan

yang telah diketahui strukturnya antara lain flavonoid, fenol monosiklik sederhana,

fenil propanoid, polifenol (lignin, melanin, tannin) dan kuinon fenolik (Marinova et

al., 2005).

(14)

Famili Fabaceae (Polong-polongan) sebagian besar berkhasiat sebagai tumbuhan obat. Bagian yang dimanfaatkan sebagai obat antara lain daun, bunga, kulit akar, dan kulit batang. Jenis-jenis fabaceae mengandung berbagai zat metabolit yang mengandung khasiat sebagai obat demam, batuk, TBC, obat cacing, obat sakit perut, obat kulit, pegal-pegal, dan salep mata. Senyawa yang dihasilkan dari tumbuhan dapat berpotensi sebagai antimikroba/ bakterisida/ bakteriostatik (senyawa alkaloida, flavonoida, glikosida, minyak atsiri danorganik); antidiabetik(flavonoida, antosianin, sulfur organik, alkaloida); antitumor (alkaloida, terpenoida, flavonoida, liginan); dan antifertilitas (Solikin, 2007).

Tumbuhan jengkol merupakan salah satu tumbuhan yang digunakan oleh masyarakat Indonesia sebagai obat tradisional. Hal ini, pada daun jengkol sudah sejak lama digunakan untuk mengobati penyakit infeksi. Di masyarakat, daun jengkol dikenal berkasiat sebagai obat eksim, kudis, luka, dan bisul. Sedangkan kulit buahnya digunakan sebagai salep untukobat borok. Biji, daun jengkol mengandung saponin, flavonoid dan tanin. Diduga kekhasiatan tumbuhan jengkol disebabkan adanya kandungan senyawa yang bersifat antibakteri (Salniet al., 2011).

Beberapa penelitian mengenai isolasi senyawa fenolik dan aktivitas dari tanaman famili fabaceae antara lain: penelitian terbaru yang dilakukan oleh Lubis etal (2018) yang mengisolasi senyawa fenolik berupa metil galat dari kulit jengkol (Archidendron jiringa) familifabaceae yang terbukti memiliki daya antioksidan yang sangat kuat.

Salni et al (2011) telahmelakukan penelitianmelaporkan bahwa isolasi senyawa aktivitas antibakteri dari daun jengkol (Pithecolobium Lobatum Benth) dan penentuan nilai KHM-nya terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli menunjukkan senyawa antibakteri terdapat dalam fraksi etil asetat, senyawa antibakteri dalam jengkol merupakan senyawa terpenoid dan mempunyai nilai Rf 0,75 dengan eluen etilasetat : n-heksana 8:2 dan konsentrasi hambat minimum (KHM) isolat E18 terhadap Staphylococcus aureus adalah 160 𝜇𝑔/𝑚𝑙 dan terhadap Escherichia coli 200 𝜇𝑔/𝑚𝑙.

Hartatiet al (2018)telah melakukan penelitiandimana ekstrak metanol daun A.

pauciflorum menunjukkan penghambatan tergantung konsentrasi terhadaptekanan

JFH1 dari HCV genotipe 2a dengan IC

50

adalah 72,5 μg/ml. Fraksi butanol

(15)

menunjukkan aktivitas anti-HCV tertinggi dengan IC

50

6,3 μg/ml. Fraksi butanol difraksinasi yang menghasilkan 13 fraksi. Fraksi 5 dan13 menunjukkan aktivitas anti-HCV yang tinggidengan IC

50

adalah 5,0 μg/ml dan 8,5 μg/ml dan studi waktu tambahan menunjukkan bahwa fraksi 5 menghambat infeksi virus pada langkah pasca masuk, sedangkan fraksi 13 terutama menghambat langkah masuknya virus.

Berdasarkan studi literatur yang dilakukan sejauh ini belum ditemukan literatur penelitian tentang isolasi senyawa fenolik padadaun tumbuhan jengkol.

Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti tertarik untuk meneliti dan mengisolasi kandungan senyawa fenolik dari daun tumbuhan jengkol. Dari uji pendahuluan yang dilakukan dengan pereaksi FeCl

3

5% menunjukkan bahwa ekstrak metanol daun tumbuhan jengkol positif mengandung senyawa fenolik.

1.2 Permasalahan

Permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah kandungan senyawa fenolikyang terdapat pada daun tumbuhan jengkol dapat diisolasi dan diidentifikasi dengan metode penelitian yang dilakukan.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengisolasi dan menentukan kandungan senyawa fenolikyang terdapat pada daun tumbuhan jengkol.

1.4 Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumber informasi ilmiah pada bidang kimia bahan alam hayatikhususnya tentang senyawa fenolik yang terkandung dalam tumbuhan daun jengkol.

1.5 Metodologi Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan metode isolasi senyawa fenolik terhadap

tumbuhan jengkol berupa daun kering halus sebanyak 2000 gram. Tahap awal

dilakukan uji skrining fitokimia untuk senyawa fenolik, yaitu dengan menggunakan

pereaksi FeCl

3

5%.

(16)

Tahap Isolasi yang dilakukan adalah ekstraksi maserasi dengan menggunakan pelarut metanol. Kemudian ekstrak pekat metanol dilarutkan dengan aquades untuk memisahkan lemak atau senyawa organik lainnya. Kemudian tahap pemisahan tanin dilakukan dengan ekstrasi partisi dengan etil asetat. Ekstrak bebas tanin dilarutkan dengan pelarut metanol. Kemudian diekstrasi partisi dengan pelarut n-heksan.

Kemudian dianalisa dengan kromatografi lapis tipis dan pemisahan dilakukan dengan

kromatografi kolom sehingga dihasilkan fraksi-fraksi fenolik. Fraksi-fraksi fenolik

yang dihasilkan kembali dianalisis kromatografi lapis tipis, kemudian dimurnikan

dengan kromatografi lapis tipis preparatif dan dimurnikan sehingga dihasilkan

senyawa fenolik yang murni yang kemudian dianalisa dengan kromatografi lapis

tipis.Senyawa hasil isolasi yang diperoleh dianalisis Spektrofotometer Resonansi

Magnetik Inti Proton (

1

H-NMR), Analisa Spektrofotometer Inframerah (FT-IR)

danSpektrofotometerUV-Visible.

(17)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tumbuhan Daun Jengkol (Archidendron Pauciflorum(Benth.)I.C. Nielsen 2.1.1 Morfologi Tumbuhan Jengkol

Tumbuhan Jengkol atau lebih dikenal dengan tumbuhan Jering seperti gambar 2.1 adalah termasuk dalam Famili Fabaceae (suku biji-bijian). Tumbuhan daun jengkolini dapat dikenal dengan nama latinnya yaitu (Pithecellobium lobatum Benth.) dengan sinonimya antara lain yaitu A.Jiringa, Pithecollobioum jiringadanArchindendron pauciflorumadalah tumbuhankhas di wilayah Asia Tenggara (Wiasihet al., 2013).

Gambar 2.1 Tumbuhan Daun Jengkol

Nama daerah dari tumbuhan jengkol adalah jering (Gayo), jering, joring (Batak), jarieng (Minangkabau), jaring (Lampung), jengkol (Sunda), jengkol, jingkol, jering (Jawa), blandingan (Bali), lubi (Sulawesi Utara). Jengkol merupakan salah satu tumbuhan dengan ukuran pohon yang tingginya yaitu ± 20 m , tegak bulat berkayu, licin, percabangan simpodial, cokelat kotor. Bentuk majemuk, lonjong, berhadapan, panjang 10 - 20 cm, lebar 5 - 15 cm, tepi rata, ujung runcing, pangkal membulat, pertulangan menyirip, tangkai panjang 0,5 – 1 cm, warna hijau tua.

Struktur majemuk, berbentuk seperti tandan, diujung dan ketiak daun, tangkai bulat,

panjang ± 3 cm , berwarna ungu kulitnya, bentuk buah menyerupai kelopak

mangkok, benang sari kuning, putik silindris, kuning mahkota lonjong, putih

kekuningan. Bulat pipih berwarna cokleat kehitaman, berkeping dua dan berakar

tunggang.Pohon Jengkol sangat bermanfaat dalam konservasi air disuatu tempat hal

(18)

ini dikarenakan ukuran pohonnya yang sangat tinggi dan paling baik tumbuh di daerah dengan musim kemarau yang tidak terlalu panjang (Hutapea, 1994).

2.1.2 KlasifikasiTumbuhan Jengkol

Hasil identifikasi dari Herbarium Medanense Biologi Universitas Sumatera Utara menjelaskan sistematika tumbuhan daun Jengkol sebagai berikut:

Kindom : Plantae

Divisi : Spermatophyta Kelas : Dicotyledoneae Ordo : Fabales

Famili : Fabaceae Genus : Archidendron

Spesies :Archidendron Pauciflorum (Benth.)I.C.Nielsen

2.1.3 Manfaat Tumbuhan Jengkol

Tanaman jengkol banyak mengandung zat, antara lain seperti protein, kalsium, fosfor, asam jengkolat, karbohidrat, vitamin A, dan B1, minyak atsiri, saponin, alkaloid, terpenoid, steroid, tanin, dan glikosida. Karena kandungan zat-zat tersebut, maka tanaman jengkol memberikan petunjuk dan peluang sebagai bahan obat, seperti yang telah dimanfaatkan orang pada masa lalu. Biji, kulit batang, kulit buah dan daun jengkol mengandung beberapa senyawa kimia, diantaranya saponin, flavonoid dan tanin (Wiasih et al., 2013).

2.2 Senyawa Organik Bahan Alam

Pada hakikatnya kimia bahan alam merupakan pengetahuan yang telah dikenal sejak peradaban manusia tumbuh. Contoh yang dapat segera diketahui adalah bahan makanan, pewarnaan benda, obat-obatan atau stimulan dan sebagainya (Sastrohamidjojo,1995).

Bahan alam dapat didefinisikan sebagai suatu senyawa organik dengan bobot

molekul antara 100 hingga 2000. Bahan alam telah menjadi dasar pengobatan di

kalangan masyarakat, dan bahkan sekarang banyak senyawa yang penting bagi

farmasi dan kedokteran diperoleh dari sumber alam. Keuntungan senyawa yang

(19)

berasal dari sumber alam adalah zat-zat ini ramah lingkungan dan dapat diproduksi sebagai sumber yang dapat diperbaharui dengan cara menanam tumbuhan atau memfermentasikan mikroorganisme senyawa alam (Heinrichet al., 2010).

Senyawa alam ada yang digunakan sebagai zat essensial untuk hidup dan zat yang mendukung kehidupan. Zat essensial untuk hidup digunakan untuk dasar-dasar kehidupan. Sedangkan zat pendukung kehidupan digunakan sebagai zat pertahanan dari gangguan makhluk lain, untuk menarik makhluk lain, dan untuk mendominasi suatu kawasan dan menetralkan racun. Senyawa alam secara umum adalah molekul kimia berupa mineral, metabolit primer, dan metabolit sekunder (Saifudin, 2014).

2.3 Senyawa Metabolit Sekunder

Metabolit sekunder adalah senyawa organik yang dihasilkan tumbuhan yang tidak memiliki fungsi langsung pada fotosintesis, pertumbuhan atau respirasi, transport solut, translokasi, sintesis protein, asimilasi nutrien, diferensiasi, pembentukan karbohidrat, protein dan lipid. Metabolit sekunder seringkali hanya dijumpai pada satu spesies atau sekelompok spesies berbeda dengan metabolit primer (asam amino, nukleotida, gula, lipid) yang dijumpai hampir di semua kingdom tumbuhan.

Pengelompokan senyawa kimia tanaman berdasarkan sifat khas yang dimilikinya (antara lain warna, rasa, bau, pH, kelarutan) merupakan hal penting sehingga sampai sekarang masih banyak dipakai. Berikut ini adalah pengelompokan senyawa kimia yaitu:

1. Minyak Atsiri memiliki bau khas dan dapat dipisahkan dari senyawa kimia tanaman lainnya, karena sukar larut dalam air dan dapat menguap bersama uap air.

2. Alkaloid adalah senyawayang bersifat basa dapat dipisahkan dari netral dan asam. Penyebab sifat basa sangat erat kaitannya dengan kerja farmakologi pada tubuh binatang dan manusia.

3. Zat pahit, berpedoman pada rasa pahit adalah suatu metode yang mudah untuk memisahkan senyawa kimia tanaman, perlu yang cukup hingga seluruh rasa pahit dalam sari menjadi zat yang dapat dikristalkan.

4. Zar warna, jumlah zat warna pada tanaman diperkirakan ± 2000jenis. Pigmen

(20)

tanaman mempunyai struktur kimia yang berlainan, begitu juga sifat fisika, kelarutan, warna, fluoresensi dan sebagainya(Sirait, 2007).

Menurut Saifudin (2014) ciri metabolit sekunder sebagai berikut:

- Tidak terlibat langsung dalam metabolisme/kehidupan dasar : pertumbuhan, perkembangan reproduksi.

- Tidak esensial, ketiadaan jangka pendek tidak berakibat kematian. Ketiadaan jangka panjang mengakibatkan kelemahan dalam pertahanan diri, survival, estetika, menarik serangga.

- Golongan metabolit sekunder distribusi hanya pada spesies pada filogenetik atau familia tertentu.

- Sering kali berperan di dalam pertahanan terhadapmusuh.

- Senyawa organik dengan berat molekul 50-1500 Dalton. Sehingga disebut mikro molekul.

- Penggolongan utama : terpenoid, fenil propanoid, poliketida, dan alkaloid aladah metabolitsekunder.

- Pemanfaatan oleh manusia : ontuk obat, parfum, aroma, bumbu, bahan rekreasi dan relaksasi.

2.4 Senyawa Fenolik

2.4.1 Definisi Senyawa Fenolik

Fenol adalah senyawa dengan gugus OH yang terikat pada cincin aromatik.

Fenolik merupakan metabolit sekunder yang tersebar dalam tumbuhan. Senyawa fenolik dalam tumbuhan dapat berupa fenol sederhana, antraquinon, asam fenolik, kumarin, flavonoid, lignin dan tanin (Harborne, 1987).

Senyawa fenolik secara struktural berhubungan dengan flavonoida dan berfungsi sebagai bahan awal (prekursor) biosintesis flavonoida. Senyawa fenol memiliki spektrum luas dengan sifat kelarutan pada suatu pelarut yang berbeda-beda.

Hal ini disebabkan oleh gugus hidroksil pada senyawa tersebut yang dimiliki berbeda

jumlah dan posisinya. Dengan demikian, ekstraksi menggunakan berbagai pelarut

akan menghasilkan komponen fenolik yang berbeda pula. Dalam keadaan murni,

senyawa fenol berupa zat padat yang tidak berwarna, tetapi jika teroksidasi akan

(21)

berubah menjadi gelap. Kelarutan fenol dalam air akan bertambah, jika gugushidroksil makin banyak. Sifat antibakteri yang dimiliki oleh setiap senyawa yang diperoleh dari ekstraksi tersebut juga berbeda (Pambayun et al., 2007).

Senyawa fenol meliputi aneka ragam senyawa yang berasal dari tumbuhan, yang memiliki ciri yang sama, yaitu cincin aromatik yang mengandung satu atau dua gugus hidroksi. Senyawa fenol cenderung mudah larut dalam air karena sering berikatan dengan gula sebagai glikosida, dan biasanya terdapat dalam vakuola sel (Harborne, 1987).Berikut struktur fenol terdapat pada (Gambar 2.2) yaitu:

Gambar 2.2 Struktur Fenol

Senyawa fenolik merupakan kelompok terbesar metabolit sekunder pada tanaman. Senyawa ini termasuk dalam alkohol aromatik karena gugus hidroksilnya selalu melekat pada cincin benzen. Senyawa fenolik secara umum memiliki potensi sebagai bakterisidal, antiseptik, antosianidan, dan sebagainya (Pangelly, 2006).

2.4.2 Klasifikasi Senyawafenolik

Berdasarkan segi biogenetik, senyawa fenol pada dasarnya dapat dibedakan atas dua jenis utama. Pertama adalah senyawa fenol yang berasal dari jalur shikimat dan yang kedua adalah senyawa fenol yang berasal dari jalur asetat-malonat.

Ditemukan juga golongan senyawa fenol lain yang berasal dari kombinasi antara

kedua jalur biosintesis ini yaitu senyawa flavonoida (Kristanti et al., 2008)

(22)

Tabel 2.1. Klasifikasi senyawa fenolik berdasarkan jumlah atom karbon Jumlah

atom karbon

Kerangka dasar

Kelas Contoh

6 C

6

Fenol sederhana

Benzokuinon

Katekol, hidrokuinon 2,6-

Dimetoksibenzokuinon

7 C

6

-C

1

Asam fenolat p-hidroksibenzoat,

salisilat

8 C

6

-C

2

Asetofenon

Asam fenil asetat

3-asetil-6-

metoksibenzaldehid p-hidroksi fenil asetat

9 C

6

-C

3

Asamhidroksi sinamat

Fenilpropana

kafeat, ferulat Mirisitin, eugenol Kumarin Umbelliferon, aeskuletin

Isokumarin Bergenin

Kromon Eugenin

10 C

6

-C

4

Naptokuinon Juglone, plumbagin

13 C

6

-C

1

-C

6

Xanthone Mangiferin

14 C

6

-C

2

-C

6

Stilbenes Antarakuinon

Asam lunularat Emodin 15 C

6

-C

3

-C

6

Flavonoida

Isoflavonoid

kuersetin, sianidin Genistein

18 (C

6

-C

3

)

2

Lignans Neolignan

Pinoresinol Eusiderin 30 (C

6

-C

3

-C

6

)

2

Biflavonoid Amentoflavon,

Hinokiflavon

(Harborne,1987)

(23)

1. C

6

: FenolikSederhana

Senyawa dari gugus ini merupakan hasil substitusi dari gugus fenol, dimana substituennya dapat berupa substitusi satu atau dua gugus hidroksil pada posisi orto,meta atau para. Berikut senyawa fenolik sederhana yang tersubtitusi oleh dua gugus hidroksil pada(Gambar 2.3) (Vermerriset al.,2006).

Gambar 2.3 Floroglukinol

2. C

6

-C

1

: AsamFenolat

Senyawa fenolik dari golongan asam fenolat adalah fenol yang tersubstitusi oleh gugus karboksil.Contohnya adalah asam galat yang merupakan trifenol yang biasa terdapat dalam daun teh dalam bentuk teresterifikasi bersama katekin (Vermerris et al., 2006). Berikut struktur asam galat (Gambar 2.4):

Gambar 2.4 Struktur Asam Galat 3. C

6

-C

2

: Asetofenon dan asamFenilasetat

Asetofenon dan asam fenil asetat adalah golongan senyawa fenolik yang

jarang ditemukan dialam.Asetofenon dikenali dengan adanya gugus aseton yang

tersubsitusi difenol.Asam fenilasetat juga memiliki gugus karboksil, namun berbeda

dengan asam fenolat, gugus karboksil pada asam fenilasetat tidak berikatan langsung

dengan cincin benzen.Contoh senyawa dari golongan asam asetofenon adalah 2-

(24)

hidroksiasetofenon dan contoh senyawa dari asam fenilasetat adalah asam 2- hidroksifenil asetat (Vermerriset al., 2006).Berikut contoh senyawa golongan asetofenon dan asam fenilasetat (Gambar 2.5) berturut-turut:

Gambar 2.5 Struktur (a) 2-hidroasetofenon; (b) Asam 2-hidroksifenil

Beberapa senyawa dari golongan asetofenon seperti aposinin dan bentuk glikosidanya memiliki kemampuan sebagai antiasmatik. Kedua senyawa tersebut dapat ditemukan pada tanaman Pichorhiza Kurroa (Andarwulan, 2012).

4. C

6

-C

3

: Asam sinamat, sinamil aldehid, dan sinamilalkohol

Keberadaan senyawa fenolik ini berlimpah di tanaman. Asam sinamat memiliki ciri- ciri dengan rangka cincin benzen terikat pada atom karbon yang terikat dengan gugus karboksil. Sinamil aldehid dan sinamil alkohol memiliki struktur yang sama dengan asam sinamat namun gugus karboksil dinganti dengan gugus aldehid dan hidroksil. Berikut (Gambar 2.6)contoh asam sinamat, sinamil aldehid, sinamil alkohol berturut-turut yaitu:

Gambar 2.6 (a) Asam p-kumarat; (b) p-koumaril Aldehid; (c) p-koumaril Alkohol

(25)

5. C

6

-C

4

:Naptakoinon

Naftokuinon adalah senyawa fenolik yang tersebar luas dalam tanaman, jamur dan bakteri. Contoh dari naftokuinon adalah plumbagin, Lawson dan alkanin.

Naftokuinon di biosintesis melalui jalur yang berbeda, yaitu melalui jalur asetat dan mevalonatyang dipadukan dengan jalur sikimat (Nollet,2015). Berikut (Gambar 2.7) struktur contoh dari naftokuinon:

Gambar 2.7 Struktur Plumbagin

6. C

6

-C

1

-C

6,

C

6

-C

2

-C

6,

: Xanton,Stilben

Xantonmemiliki struktur kerangka C

6

-C

1

-C

6

sedangkan stilben C

6

-C

2

-C

6

merupakanpigmen berwarna kuning yang biasanya terdapat pada bunga- bungaan.

Xanton yang ditemukan di tanaman Garcinia dulcis diketahui memiliki kemampuan menghamabat pertumbuhan Plamadium falciparum. Dua jenis benzofenon yaitu guttiferon dan gambogenon memiliki sifat sitotoksik pada kanker usus. Sedangkan stilben merupakan senyawa yang memiliki aktivitas antifungal pada (Gambar 2.8) menunjukkan senyawa golongan xanton, stilben secara berurut ( Vermerriset al., 2006).

Gambar 2.8 (a) Struktur Xanton; (b) Struktur Stilben

(26)

7. C

6

-C

3

-C

6

: Flavonoid danIsoflavonoid

Senyawa flavonoida diturunkan dari unit C

6

-C

3

(fenil propana) yang bersumber dari asam sikimat (via fenilalanin) dan unit C

6

yang diturunkan dari jalur poliketida. Fragmen poliketida ini disusun dari tiga molekul malonil-KoA yang bergabung dengan unit C

6

-C

3

(sebagai KoA tioester) untuk membentuk unit awal triketida. Oleh karena itu, flavonoid yang berasal dari biosintesis gabungan terdiri atas unit-unit yang diturunkan dari asam sikimat dan jalur poliketida (Robinson, 1995). Berikut struktur dari Flavon pada (Gambar 2.9):

Gambar 2.9 Struktur Flavon

8. (C

6

-C

3

)

2

:Lignan, Neolignan, danLignin

Lignan merupakan dimer atau oligomer dari monolignol. Istilah lignan dan neolignan dibedakan berdasarkan posisi ikatan monolignol dengan monolignol lainnya. Berbeda dengan lignan dan neolignan, lignin merupakan polimer dari monoligol. Contoh (Gambar 2.10) monolignol yaitu koniferil alkohol seperti dibawah ini:

Gambar 2.10 Struktur Koniferil Alkohol 9. (C

6-

C

3

-C

6

)

2

: Biflavonoida

Merupakan senyawa fenolik yang memiliki rangka yang disusun atas 30 atom

karbon dan merupakan dimer dari flavon. Flavon merupakan salah satu anggota dari

(27)

flavonoid (Vermerriset al, 2006).Flavonoid digabungkan menjadi biflavonoid bisa bejenis sama atau berbeda dan letak ikatannya berbeda-beda. Sebagai contoh jenis ikatan eter yang sering terjadi ikatan -6,4 seperti tampak pada (Gambar 2.11) (Markham, 1988).

Gambar 2.11Struktur Hinokiflavon

2.4.3 Manfaat senyawafenolik

Senyawa fenolik atau polifenol merupakan salah satu kelompok senyawa terpenting yang terdapat pada tumbuhan. Polifenol merupakan suatu produk hasil dari metabolisme sekunder tumbuhan. Fenolik berperan sebagai scavenger (pemakan) radikal peroksil karena fenol mamiliki stuktrur molekul penting yaitu cincin aromatik dan gugus hidroksil yang mengandung hidrongen yang dapat berpindah (Yuslianti,2008). Dari sekian banyak senyawa fenolik yang ada dialam, flavonoid merupakan golongan terbesar, disusul fenolmonosiklik sederhana, fenilpropanoid, dan kuinon fenolik.

Di alam senyawa fenolik kerap dijumpai terikat pada protein, alkaloid, dan terdapat diantara terpenoid. Aktivitas flavonoid sebagai antioksidan sudah tidak diragukan lagi kerena dapat menangkap radikal bebas dengan melepaskan atom hidrogen dari gugus hidroksilnya (Ide, 2008).

Senyawa fenol merupakan kelas utama antioksidan yang berada dalam

tumbuh-tumbuhan. Kandungan senyawa fenolik banyak diketahui sebagai terminator

radikal bebas dan pada umumnya kandungan senyawa fenolik berkorelasi positif

(28)

terhadap aktivitas antiradikal Polifenol berperan penting dalam stabilisasi oksidasi lipid dan berhubungan langsung dengan aktivitas antioksidan (Huang et al., 2005).

Senyawa antioksidan alami tumbuhan umumnya adalah senyawa fenolikatau polifenolik yang dapat berupa golongan flavonoid, turunan asam sinamat,kumarin tokoferol dan asam-asam organik polifungsional. Senyawa antioksidanalami polifenolik ini bersifat multifungsional karena dapat bereaksi sebagaipenangkapradikal bebas, pengkelat logam dan peredam terbentuknya singletoksigen (Trilaksani, 2003).

2.4.4 AsamGalat

Asam galat atau nama lain 3,4,5-trihidroxyi benzoic acid merupakan salah satusenyawa fenol yang memiliki aktifitas antijamur, antivirus, memiliki kemampuan sitotoksik melawan sel kanker tanpa merusak sel tubuh lainnya, antioksidan dan agen antikarsinogenik. Kemampuan antioksidan dari asam galat lebih kuat dari trolox, suatu analog dari vitamin E yang larut dalam air (Sohi et al., 2003).

Struktur asam galat terdiri dari kelompok fenolik yang memiliki sumber hidrogen. Asam galat dan sejenisnya umumnya hadir dalam berbagai buah dan jumlah tanaman. Selain itu asal alami, sejumlah besar turunanan asam galat yang didintesis juga tersedia. Studi tentang asam galat telah menunjukkan potensinya untuk memerangi kerusakan oksidatif, manifestasi kanker, dan infestasi mikroba.

Asam galat diekstraksi dari sumber alam yang berbeda telah terlibat untuk memiliki

potensi untuk memperbaiki gangguan neudegeneratif dan penuaan dan juga

menujukkan kemampuannya dalam perawatan diabetes, penyakit jantung iskemik,

dan penyakit lainnya. Berikut stuktur dari beberapa turunan asam galat seperti

tampak pada (Gambar 2.12) (Nayeem et al., 2016).

(29)

Gambar 2.12 Turunan asam galat : (a) Metil galat;(b) Fenil galat;(c) 3,4,5 Triaseton asam galat;(d)Trimetilasam galat metil ester;(e) Etil galat

2.5 PengambilanSampel

Pada tahap pengambilan sampel pencemaran tumbuhan jelas harus diperhatikan.Satu hal yang penting harus menggunakan tumbuhan yang tidak berpenyakit yaitu, tidak terjangkit oleh virus, bakteria, atau jamur. Bukan saja hasil sintesis mikroba terdeteksi, tetapi infeksi mungkin mengubah metabolisme tumbuhan secara serius dan membentuk hasil yang tidak diharapkan, bahkan dalam jumlah besar (Harborne, 1987).

Aturan umum yang pasti mengenai cara pengambilan sampel dan berapa besarnya sampel yang harus diambil tidak dapat dirumuskan secara umum sebab cara pengambilan sampel sangat bergantung pada sifat dan jumlah bahan yang dianalisis.

Cara pengambilan sampel padat akan berbeda dengan cara pengambilan zat cair dan akan berbeda pula dengan zat gas. Namun, pada prinsipnya sampel untuk dianalisa harus bersifat representatif, artinya sampel yang akan dianalisis benar-benar mewakili populasinya (Rohman, 2009).

Idealnya, untuk analisis fitokimia, harus digunakan jaringan tumbuhan segar, tetapi dapat juga digunakan jaringan tumbuhan yang telah dikeringkan (tergantung golongan senyawa yang akan diisolasi) dengan catatan proses pengeringan harusdilakukan dengan hati-hati. Kemungkinan pencemaran terhadap tumbuhan yang ditelaah juga harus diperhatikan (Kristanti et al, 2008).

Bila menggunakan tumbuhan segar, disarankan untuk mengeringkan

secepatnya dalam tanur bersuhu kira-kira 100

0

C. Kemudian bahan tumbuhan yang

telah dikeringkan dapat disimpan dalam kantung plastik yang ditutup rapat dan

(30)

digiling menjadi serbuk untuk diekstraksi dengan pelarut (Markham, 1988).Sampel yang berasal dari tanaman setelah diidentifikasi, kemudian digolongkan menjadi spesies dan famili, sampel kemudian dikumpulkan dari bagian arialnya (daun, batang, kulit kayu pada batang, kulit batang, dan akar). Sampel ini kemudian dikeringkan dengan cara diangin-anginkan untuk menghindari penguraian komponen oleh udara atau mikroba (Heinrich et al.,2010).

2.6 Teknik Pemisahan

Tujuan dari teknik pemisahan adalah untuk memisahkan komponen yang akan ditentukan berad dalam keadaan murni, tidak tercampur dengan komponen- komponen lainnya. Ada 2 jenis teknik pemisahan :

1. Pemisahan Kimia

Pemisahan ini berdasarkan adanya perbedaan yang besar dari sifat-sifat fisikakomponen dalam campuran yang akan dipisahkan.

2. Pemisahan Fisika

Pemisahan ini berdasarkan pada perbedaan-perbedaan kecil dari sifat-sifat fisik antara senyawa-senyawa yang termasuk dalam suatu golongan (Muldja, 1995).

Pemisahan dan pemurnian kandungan tumbuhan terutama dilakukan dengan menggunakan salah satu dari empat teknik kromatografi atau gabungan teknik tersebut, antara lain kromatografi kertas (KKt), kromatografi lapis tipis (KLT), kromatografi gas cair (KGC), dan kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT).

Pemilihan teknik kromatografi sebagian besar bergantung pada sifat kelarutan dan keatsirian dari senyawa yang akan dipisah (Harbone,1987).

2.6.1 Ekstraksi

Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan substansi dari campurannya dengan menggunakan pelarut yang sesuai. Contoh ekstraksi padat-cair yaitu maserasi.

Maserasi adalah suatu metode ekstraksi padat-cair bertahap yang dilakukan dengan

jalan membiarkan padatan terendam dalam suatu pelarut. Proses perendaman dalam

usaha mengekstraksi suatu substansi dari bahan alam ini bisa dilakukan tanpa

pemanasan (pada temperatut kamar), dengan pemanasan atau bahkan pada suhu

(31)

pendidihan. Sesudah disaring, residu dapat diekstraksi kembali menggunakan pelarut yang baru. Pelarut yang baru dalam hal ini bukan mesti berarti berbeda zat dengan pelarut yang terdahulu tetapi dapat pelarut dari zat yang sama. Proses ini dapat diulang beberapa kali menurut kebutuhan.

Jika maserasi dilakukan dengan pelarut air, maka diperlukan proses ekstraksi lebih lanjut yaitu ekstraksi fasa air yang diperoleh dengan pelarut organik. Jika maserasi langsung dilakukan dengan pelarut organik maka filtrat hasil ekstraksi dikumpulkan menjadi satu, kemudian dievaporasi atau didistilasi. (Kristanti et al., 2008).

Ekstraksi dianggap selesai bila tetesan terakhir memberikan reaksi negatif terhadap senyawa yang diekstraksi. Untuk mendapatkan larutan ekstrak yang pekat biasanya pelarut ekstrak diuapkan dengan menggunakan alat rotarievaporator (Harborne, 1987).

2.6.2 Partisi

Metode pemisahan yang mungkin paling sederhana adalah partisi, yang banyak digunakan sebagai tahap awal pemurnian ekstrak. Partisi menggunakan dua pelarut tak bercampur yang ditambahkan kedalam ekstrak tersebut, hal ini dapat dilakukan secara terus menerus dengan menggunakan dua pelarut yang tak bercampur yang kepolarannya meningkat. Partisi biasanya dilakukan melalui dua tahap:

a. Air/petroleum eter ringan (heksana) untuk menghasilkan fraksi nonpolar di lapisanorganik.

b. Air/diklorometan atau air/kloroform atau air/etil asetat untuk membuat fraksi agak polar di lapisan organik. Ini merupakan metode pemisahan yangmudahdan mengandalkan kelarutan bahan alam dan bukan interaksi fisik dengan medium lain(Heinrichet al.,2010).

2.6.3 Kromatografi

Kromatografi merupakan teknik analisis yang paling sering digunakan dalam

analisis sediaan farmasetik. Suatu pemahamanterhadap parameter-parameter yang

(32)

berpengaruh terhadap kinerja kromatografi akan meningkatkan sistem kromatografi sehingga akan dicapai suatu pemisahan yang baik.

Kromatografi merupakan suatu proses pemisahan yang mana analit-analit dalam sampel terdistribusi antara 2 fase, yaitu fase diam dan fase gerak. Fase diam dapat berupa bahan padat atau porus dalam bentuk molekul kecil, atau dalam bentuk cairan yang dilapiskan pada pendukung padat atau dilapiskan pada dinding kolom (Rohman, 2009).

Cara-cara kromatografi dapat digolongkan sesuai dengan sifat-sifat dari fase diam, yang dapat berupa zat padat atau zat cair. Jika fase diam berupa zat padat disebut kromatografi serapan, jika berupa zat cair atau gas maka ada empat macam system kromatografi yaitu :

1. Fase gerak cair-fase diam padat (kromatografi serapan) - Kromatografi lapis tipis

- Kromatografi penukar ion

2. Fase gerak gas-fase diam padat, yakni kromatografi gas padat

3. Fase gerak cair-fase diam cair (kromatografi partisi), yakni kromatografi kertas 4. Fase gerak gas-fase diam zat cair, yakni :

- Kromatografi Gas-Cair - Kromatografi Kolom Kapiler

Semua pemisahan dengan kromatografi tergantung pada kenyataan bahwa senyawa-senyawa yang dipisahkan terdistribusi diantara fase gerak dan fase diam dalam perbandingan yang sangat berbeda-beda dari suatu senyawa terhadap senyawa yang lain (Sastrohamidjojo, 1991).

2.6.3.1 Kromatografi Lapis Tipis

Kromatografi Lapis Tipis pada plat berlapis yang berukuran lebih besar, biasanya 5 x 20 cm, 10 x 20 cm, atau 20 x 20 cm. Biasanya memerlukan waktu pengembangan 30 menit sampai satu jam. Pada hakikatnya KLT melibatkan dua fase yaitu fase diam atau sifat lapisan, dan fase gerak atau campuran pelarut pengembang.

Fase diamdapat berupa serbuk halus yang berfungsi sebagai permukaan penyerap

atau penyangga untuk lapisan zat cair. Fase gerak dapat berupa hampir segala macam

pelarut atau campuran pelarut (Sudjadi, 1986).

(33)

Pemisahan senyawa dengan Kromatografi Lapis Tipis seperti senyawa organik alam dan senyawa organik sintetik dapat dilakukan dalam beberapa menit dengan alat yang harganya tidak terlalu mahal. Jumlah cuplikan beberapa mikrogram atau sebanyak 5 g dapat ditangani. Kelebihan KLT yang lain ialah pemakaian jumlah pelarut dan jumlah cuplikan yang sedikit. Kromatografi Lapis Tipis (KLT) merupakan salah satu metode pemisahan yang cukup sederhana yaitu dengan menggunakan plat kaca yang dilapisi silika gel dengan menggunakan pelarut tertentu (Gritter,1991).

Pemilihan fasa gerak yang tepat merupakan langkah yang sangat penting untuk keberhasilan analisis dengan KLT. Umumnya fasa gerak dalam KLT ditemukan dengan coba-coba dan jarang sekali yang didasarkan pada pengetahuan yang mendalam (Sriatun, 2014).

Beberapa contoh penyerap yang digunakan untuk pemisahan dalam kromatografi lapis tipis adalah sebagai berikut :

1. Silika gel

Ada beberapa jenis silika gel, yaitu : a. Silika gel G

Silika gel G adalah silika gel yang mengandung 13 % kalsium sulfat sebagai perekat.Jenis silika gel ini biasanya mengandung ion logam, terutama ion besi.

Kandungan ion besi dapat dihilangkan dengan mengembangkan plat TLC silika gel G dengan sistem pelarut metanol : asam HCl pekat 9 : 1.

b. Silika gel H

Perbedaan silika gel G dan silika gel H ialah, bahwa silika gel H tidak mengandungperekat kalsium sulfat. Silika gel H dipakai untuk pemisahan yang bersifat spesifik, terutama lipida netral

c. Silika gel PF

Jenis silika gel ini diketemukan belakangan, yang dibuat sedemikian rupa

sehingga senyawa-senyawa organik terikat pada plat ini dapat mengadakan

fluoresensi. Oleh karena itu visualisasinya dapat dikerjakan dengan menempatkan

plat yang telah dikembangkan di dalam ruangan gelap atau dengan sinar ultra violet

yang bergelombang pendek.

(34)

2. Alumina

Penggunaan alumina dalam TLC, yang semula diperkenalkan oleh peneliti dari Cekoslowakia, tidak sesering silika gel. Sebenarnya alumina netral mempunyai kemampuan untuk memisahkan bermacam-macam senyawa, seperti terpena, alkaloid, steroid, dan senyawa-senyawa alisklik, alifatik, serta aromatik.Sebagai zat perekat alumina tidak mengandung zat perekat, memepunyai sifat alkalis dan dapat digunakan baik tanpa maupun dengan aktivasi.

3. Kieselguhr

Kieselguhr merupakan adsorben yang lebih lemah dari silika gel dan alumina, oleh karena itu lebih cocok untuk memisahkan senyawa-senyawa polar(Adnan, 1997).

Nilai utama KLT pada penelitian flavonoid ialah sebagai cara analisis cepat yang memerlukan bahan sangat sedikit. Menurut Markham, KLT memiliki peranan penting dalam metoda pemisahan dan isolasi yaitu :

a. Mencari pelarut untuk kromatografi kolom

b. Analisis fraksi yang diperoleh dari kromatografi kolom

c. Melihat arah atau perkembangan reaksi seperti hidrolisis atau metilasi d. Identifikasi flavonoida secara ko-kromatografi

e. Isolasi flavonoida murni skala kecil.

Mengidentifikasi noda-noda dalam lapisan tipis lazim menggunakan harga Rf yang diidentifikasikan sebagai perbandingan antara jarak perambatan suatu zat dengan jarak perambatan pelarut yang dihitung dari titik penotolan pelarut zat. Jarak yang ditempuh oleh tiap bercak dari titik penotolan diukur dari pusat bercak. Untuk mengidentifikasi suatu senyawa, maka harga Rf senyawa tersebut dapat dibandingkan dengan harga Rf senyawa pembimbing.

Rumus:

Rf = 𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡 𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝐹𝑎𝑠𝑒 𝑔𝑒𝑟𝑎𝑘

Beberapa banyak diantaranya faktor yang mempengaruhi harga Rf adalah:

1. Struktur senyawa yang dipisahkan

2. Sifat dari adsorben dan derajat aktivitasnya

(35)

3. Tebal dan kerataan permukaan adsorben 4. Kemurnian pelarut

5. Derajat kejenuhan uap pelarut dalam bejana pengembangan 8. Jumlah cuplikan

9. Temperatur (Rubiyanto, 2017) 2.6.3.2 Kromatografi Kolom

Kromatografi cair yang dilakukan dalam kolom besar merupakan metode kromatografi terbaik untuk pemisahan dalam jumlah besar (lebih dari 1 g). Pada kromatografi kolom, campuran yang akan dipisahkan diletakkan berupa pita pada bagian atas kolom penyerap yang berada dalam tabung kaca, tabung logam, dan tabung plastik. Pelarut atau fasa gerak dibiarkan mengalir melalui kolom karena aliran yang disebabkan oleh gaya berat atau didorong dengan tekanan. Pita senyawa linarut bergerak melalui kolom dengan laju yang berbeda, memisah, dan dikumpulkan berupa fraksi ketika keluar dari atas kolom (Gritter,1991).

Adsorben yang digunakan hendaknya memenuhi persyaratan sebagai berikut:

1. Tidak larut dalam pelarut yangdigunakan 2. Inert (tidak bereaksi dengan sampel)

3. Cukup aktif sehingga memungkinkan perambatansampel 4. Tidak berwarna agar pemisahan dapatdiamati

5. Memungkinkan fase gerak mengalir dengan baik (Harmita,2015).

Kromatografi kolom adalah metode yang digunakan untuk memurnikan bahan kimia tunggal dari campurannya. Metode ini sering digunakan untuk aplikasi preparasi pada skala mikrogram hingga kilogram. Keuntungan utama kromatografi kolom adalah biaya yang rendah dan kemudahan membuang fasa diam yang telah digunakan. Kemudahan pembuangan fasa diam ini mencegah kontaminasi silang dan degradasi fasa diam akibat pemakaian ulang atau daur ulang. Pengisian kolom dengan adsorben dapat dilakukan dengan berdasarkan dua cara : metode kering dan metodebasah.

a. Pada metode kering, kolom pertama kali diisi dengan serbuk kering fasa diam,

kemudian kolom dialiri fasa gerak hingga seluruh kolom terbasahi. Mulai titik ini,

(36)

fasa diam tidak diperkenankanmengering.

b. Pada metode basah, fasa diam dibasahi dengan fasa gerak hingga menjadi bubur diluar kolom, dan kemudian dituangkan perlahan-lahan ke dalam kolom.

Pencampuran dan penuangan harus ekstra hati-hati untuk mencegah munculnya gelembung udara. Larutan bahan organik diletakkan di bagian atas fasa diam menggunakan pipet. Lapisan ini biasanya ditutup dengan lapisan kecil pasir atau katun atau wol kaca untuk melindungi bentuk lapisan organik dari tuangan eluen.

Eluen kemudian dialirkan perlahan melalui kolom sambil membawa sampel bahan organik. Sering kali, wadah eluen sferis atau corong pisah bersumbat yang sudah diisi eluen diletakkan di bagian ataskolom.

Zat cair sebagai fasa gerak akan membawa cuplikan senyawa mengalir melalui fasa diam sehingga terjadi interaksi berupa adsobsi senyawa-senyawa tersebut oleh padatan dalam kolom. Kecepatan bergerak suatu komponen dalam cuplikan tergantung pada seberapa besar/lama komponen tersebut tertahan oleh padatan penyerap dalam kolom. Hasil yang diperoleh berupa fraksi-fraksi senyawa (eluat) yang ditampung pada bagian bawah kolom (Rubiyanto,2017).

2.6.3.3 Kromatografi Lapis Tipis Preparatif

Sebagian besar pemakaian kromatografi lapis tipis preparatif hanya dalam jumlah miligram. Kromatografi lapis tipis preparatif bersama-sama dengan kromatografi kolom terbuka, dijumpai sebagian besar dalam isolasi bahan alam.

Penjerap yang paling umum digunakan adalah silika gel dan dipakai untukpemisahan campuran senyawa lipofil maupun campuran senyawa hidrofil. Ukuran partikel dan porinya kurang lebih sama dengan ukuran tingkat KLT.

Cuplikan sebanyak 10-100 mg dapat dipisahkan pada lapisan silika gel atau

aluminium oksida 20 x 20 cm yang tebalnya 1 mm. Pengembangan plat KLTP

biasanya dilakukan dalam bejana kaca yang dapat menampung beberapa plat. Bejana

dijaga tetap jenuh dengan pelarut pengembang dengan bantuan sehelai kertas saring

yang tercelup ke dalam pengembang. Kebanyakan penjerap KLTP mengandung

indikator fluorosensi yang membantu mendeteksi kedudukan pita yang terpisah

sepanjang senyawa yang dipisahkan menyerap sinar UV. Pita yang kedudukannya

telah diketahui dikerok dari plat dengan spatula atau pengerok berbentuk tabung.

(37)

Senyawa harus diekstraksi dari penjerap dengan pelarut yang paling kurang polar yang mungkin (sekitar 5 ml pelarut untuk 1 g penjerap). Harus diperhatikan bahwa semakin lama senyawa berkontak dengan penjerap makin besar kemungkinan penguraian (Hostettmann et al, 1995).

2.7 Teknik Spektroskopi

Teknik spektroskopi adalah salah satu teknik analisis kimia–fisika yang mengamati tentang interaksi atom atau molekul dengan radiasi elektromagnetik. Ada dua macam instrumen pada teknik spektroskopi yaitu spektrometer dan spektrofotometer. Instrumen yang memakai monokromator celah tetap pada bidangfokus disebut sebagai spektrometer. Apabila spektrometer tersebut dilengkapi dengan detektor yang bersifat fotoelektrik maka disebut spektrofotometer (Muldja, 1955).

Informasi Spektroskopi Inframerah menunjukkan tipe – tipe dari adanya gugus fungsi dalam satu molekul dan Resonansi Magnetik Inti yang memberikan informasi tentang bilangan dari setiap tipe dari atom hidrogen dan juga memberikan informasiyang menyatakan tentang lingkungan dari setiap tipe dari atom hidrogen (Pavia et al., 1979).

2.7.1 Spektroskopi Ultra Violet Visible (UV-Vis)

Spektrofotometer UV-Vis adalah pengukur panjang gelombang dan intensitas sinar ultraviolet dan cahaya tampak yang diabsorbsi oleh sampel. Sinar ultraviolet dan cahaya tampak memiliki energi yang cukup untuk mempromosikan elektron pada kulit terluar ke tingkat energi yang lebih tinggi. Spektrum UV-Vis mempunyai bentuk yang lebar dan hanya sedikit informasi tentang struktur yang bisa didapatkan dari spektrum ini. Tetapi spektrum ini sangat berguna untuk pengukuran secara kuantitatif. Konsentrasi dari analit di dalam larutan bisa ditentukan dengan mengukur absorban pada panjang gelombang tertentu dengan menggunakan hukum Lambert- Beer. Hukum Lambert-beer adalah hubungan linearitas antara absorban dengan konsentrasi larutan analit. Hukum Lambert-beer dapat ditulis dengan:

A = ɛ .b . C

(38)

Keterangan: A = absorban (serapan)

ɛ = koefisien ekstingsi molar(M-1cm-1) b = tebal kuvet(cm)

C = konsentrasi(M)

Sinar ultraviolet berada pada panjang gelombang 200-400 nm sedangkan sinar tampak berada pada panjang gelombang 400-800 nm. Sebagai sumber cahaya biasanya digunakan lampu hidrogen atau deuterium untuk mengukur UV dalam lampu tungsten untuk pengukuran pada cahaya tampak. Panjang gelombang dari sumber cahaya akan dibagi oleh pemisah panjang gelombang seperti prisma atau monokromotor. Spektrum didapatkan pengukuran dengan cara scanningoleh wavelength separator sedangkan pengukuran kuantitatif bisa dibuat dari spektrum atau pada panjang gelombang tertentu (Dachriyanus, 2004).

Spektroskopi UV-Vis merupakan teknik yang umum untuk mendeteksi senyawa fenolik dan juga untuk melihat kemurniandalam pemisahan kromatografi.

Semua senyawa fenol, tanpa terkecuali menunjukkan satu atau lebih karakteristikmaksimum dalam daerah UV antara 230 dan 290 nm (Harbone, 1989).

2.7.2 Spektroskopi Infra Merah (FT-IR)

Spektrum inframerah suatu molekul adalah hasil transisi antara tingkat energi getaran yang berlainan. Pancaran inframerah memiliki suatu kerapatan kurang dari 100 cm-1 (panjang gelombang lebih daripada 100 μm) diserap oleh sebuah molekul organik dan diubah menjadi putaran energi molekul.Penyerapan ini tercantum, namun spektrum getaran terlihat bukan sebagai garis–garis melainkan berupa pita–

pita. Hal ini disebabkan perubahan energi getaran tunggal selalu disertai sejumlah perubahan energi putaran (Silverstein, 1986).

Dalam molekul sederhana beratom dua atau beratom tiga tidak sukar untuk

menentukan jumlah dan jenis vibrasinya dan menghubungkan vibrasi-vibrasi tersebut

dengan energi serapan. Tetapi untuk molekul-molekul beratom banyak, analisis

jumlah dan jenis vibrasi itu menjadi sukar sekali atau tidak mungkin sama sekali,

karena bukan saja disebabkan besarnya jumlah pusat – pusat vibrasi, melainkan

karena juga harus diperhitungkan terjadinya saling mempengaruhi (interaksi)

(39)

beberapa pusat vibrasi. Suatu ikatan dalam sebuah molekul dapat mengalami berbagai vibrasi molekul. Secara umum terdapat dua tipe vibrasi molekul:

1. Streching (vibrasi regang/ulur): vibrasi sepanjang ikatan sehingga terjadi perpanjangan atau pemendekanikatan.

2. Bending (vibrasi lentur/tekuk): vibrasi yang disebabkan oleh sudut ikatan sehingga terjadi pembesaran atau pengecilan sudutikatan.

Oleh karena itu suatu ikatan tertentu dapat menyerap energi lebih dari satu panjang gelombang. Contohnya, ikatan O-H menyerap energi pada frekuensi 3330 cm

-1

, energi pada panjang gelombang ini menyebabkan kenaikan vibrasi regang ikatan O-H itu. Suatu ikatan O-H itu juga menyerap pada kira-kira 1250 cm

-1

, energi pada panjang gelombang ini menyebabkan kenaikan vibrasi lentur. Tipe vibrasi yang berlain-lainan ini disebut cara vibrasi fundamental (Supratman, 2010).

Spektroskopi inframerah pada umumnya digunakan untuk:

a. Menentukan gugus fungsi suatu senyawa organik.

b. Mengetahui informasi struktur suatu senyawa organik dengan membandingkan daerah sidik jarinya.

Jika suatu frekuensi tertentu dari inframerah dilewatkan pada sampel senyawa organik maka akan terjadi penyerapan oleh senyawa tersebut. Banyaknya frekuensi yang melewati suatu senyawa ini akan diukur sebagai persen transmitan. Persen transmitan 100 berarti tidak ada frekuensi IR yang diserap oleh senyawa. Transmitan 5% berarti bahwa hampir seluruh frekuensi yang dilewakan diserap senyawa.

Serapan yang sangat tinggi ini akan memberikan informasi penting tentang ikatan dalam senyawa ini (Dachriyanus,2004).

2.7.3 Spektroskopi Resonansi Magnetik Inti Proton (

1

H-NMR)

Spektroskopi Resonansi Magnetik Inti Proton (

1

H-NMR) didasarkan pada

kenyataan bahwa setiap kelompok proton dalam molokul organik akan beresonansi

pada frekuensi yang spesifik. Hal ini disebabkan kelompok proton suatu molekul

organik dikelilingi oleh elektron yang berbeda. Karena setiap atom proton suatu

molekul organik mempunyai lingkungan kimia berbeda maka akan menyebabkan

frekuensi resonansi yang berbeda (Sitorus, 2009).

(40)

Spektrum NMRdapat melengkapi keterangan yang berharga yaitu memberikan informasi tentang tipe proton yang berbeda kekimiawaanya dalam molekul. Kenyataan, spektrum NMR tidak hanya dapat memberikan indikasi berapa banyak proton yang berbeda dalam molekul, namun pada NMR juga dapat mengungkapkan berapa banyak/jumlah setiap tipe proton yang berbeda yang terdapat dalam molekul (Sasrohamidjojo,2013).

Spektrometri Resonansi Magnetik Inti pada umumnya digunakan untuk :

a. Menentukan jumlah proton yang memiliki lingkungan kimia yang sama pada suatu senyawaorganik.

b. Mengetahui informasi mengenai struktur suatu senyawa organik (Dachriyanus, 2004).

Pergeseran kimia adalah pengukuran medan dalam keadaan bebas. Semua proton-proton dalam satu molekul yang ada dalam lingkungan kimia yang serupa kadang-kadang menunjukkan pergeseran kimia yang sama. Setiap senyawa memberikan penaikan menjadi puncak absorbsi tunggal dalam spektrum NMR. Di dalam medan magnet, perputaran elektron-elektron valensi dari proton menghasilkan medan magnet yang melawan medan magnet yang digunakan. Hingga setiap proton dalam molekul dilindungi dari medan magnet yang digunakan dan bahwa besarnya perlindungan ini tergantung pada kerapatan elektron yang mengelilinginya. Makin besar kerapatan elektron yang mengelilingi inti, maka makin besar pula medan yang dihasilkan yang melawan medan yang digunakan (Bernasconi,1995).

Senyawa yang paling lazim dan paling berguna dipakai sebagai acuan adalah tetrametilsilan (TMS).Beberapa keuntungan dari pemakaian standar internal TMS yaitu: TMS mempunyai 12 proton yang setara sehingga dapat memberikan spektrum puncak tunggal yangsangat kuat.TMS merupakan cairan yang mudah menguap, dapat ditambahkan kedalam larutan sampel dalam pelarut CDCl

3

atau CCl

4

(Silverstein,1986)

Pada spektrometri NMR integrasi sangat penting. Harga integrasi

menunjukkan daerah atau luas puncak dari tiap – tiap proton. Sedangkan luas daerah

atau luas puncak tersebut sesuai dengan jumlah proton. Dengan demikian

perbandingan tiap integrasi proton sama dengan perbandingan jumlah proton dalam

molekul (Muldja, 1995).

(41)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2019 sampai Agustus 2019 di laboratorium Kimia Bahan Alam Hayati dan Laboratorium Pascasarjana Kimia FMIPA USU. Sampel yang diteliti adalah daun tumbuhan jengkol yang diperoleh dari daerah Sidempuan KabupatenTapanuli Selatan, Sumatera Utara. Identifikasi sampel dilakukan di Laboratorium Herbarium medanense(MEDA) Universitas Sumatera Utara (Lampiran 1).

Identifikasi senyawa meliputi analisis Spektrofotometer Resonansi Magnetik Inti Proton (

1

H-NMR) dengan menggunakan pelarut metanol dilakukan di Laboratorium ITB pada tanggal 3 September 2019, Spektrofotometer Inframerah (FT-IR), dan Analisis Spektrofotometer UV –Visible dilakukan di LaboratoriumKimia Organik FMIPA UGM pada tanggal 30 Agustus 2019.

3. 2 Alat dan Bahan 3.2.1 Alat Penelitian

Spektrofotometer

1

H-NMR (Agilent 2 NMR 500 MHz), Spektrofotometer FT- IR (Shimadzu),Spektrofotometer UV –Vis (Hewlett Packard Agilant), Kolom Kromatografi (Pyrex), Rotarievaporator (Heidolph), Lampu UV (254nm/356nm), UVGL 58), Neraca Analitis (Mettler AE 200), Chamber, Ekstraktor, Alat Destilasi, Corong Pisah (Pyrex), Kaca Corong (Pyrex), Chember ,Alat-alat Gelas, Pipa Kapiler, Hair Dryer,Bejana Kromatografi Lapis Tipis, Plat KLT Silika Gel 60 F

254

(E. Merck.

Art554), Pipet Tetes, Tabung Reaksi (Pyrex), Batang Pengaduk, Botol Vial, Blender (Yamaha), Tabung Reaksi, Statif dan Klem.

3.2.2 Bahan Penelitian

Serbuk daun tumbuhan daun jengkol, Metanol (Teknis), Etil Asetat(Teknis),

n-Heksan(Teknis), Aquadest, Aseton (P.a Merck), Benzen (P.a Merck), Kloroform

Referensi

Dokumen terkait

Variasi penambahan kadar abu gosok dengan lama perendaman memberikan pengaruh nyata terhadap beberapa parameter uji kualitas minuman serbuk biji petai cina, yakni kadar air,

penelitian dalam meningkatkan hasil belajar kimia dengan judul : “ Pengaruh Penggunaan Model Mengajar Menginduksi Perubahan Konsep (M3PK) Simson Tarigan Terhadap

kemampuan anak-anak usia 8-15 tahun dalam memainkan alat musik Tradisional Batak Toba pada grup musik Anak Siampudan di desa Batunadua Kabupaten Tapanuli Utara

Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah diperoleh informasi mengenai jenis-jenis dan prevalensi parasit pada itik yang dipelihara secara intensif dan

Serupa dengan responden secara umum, pada mahasiswi nilai korelasi antara pembelian nyata es krim Wall’s Magnum oleh mahasiswa perempuan dengan faktor yang

“Mungkin itu adalah suara jelmaan Dewata yang telah mengutuk anak kita, Bu,” ujar ayah Dauppare sambil menatap mata istrinya untuk meyakinkan dirinya sendiri yang masih

Hasil analisa multivariat dengan menggunakan regresi logistik disimpulkan bahwa faktor yang dominan mempengaruhi tindakan masyarakat kurang baik dalam pemberantasan malaria

Vol.. dalam hal ketaatan, keimanan, dan kejujuran adalah sebanding. Setiap perbuatan yang dilakukan oleh manusia, balasannya disesuaikan dengan amal dan perbuatan