BAB IV
PROFIL KABUPATEN SUKOHARJO
4.1 GAMBARAN GEOGRAFIS DAN BATAS ADMINISTRASI
Kabupaten Sukoharjo terletak di Provinsi Jawa Tengah, yang merupakan daerah
penyangga bagi Kota Surakarta. Secara geografis Kabupaten Sukoharjo terletak pada
posisi 7°32’17” - 7°49’32” Lintang Selatan dan 110°42’06,79” - 110°57’33,7” Bujur Timur
dengan Luas Wilayah keseluruhan sekitar 46.666 Ha atau 466,66 Km2, yang terbagi:
a. 12 Kecamatan
b. 167 Desa/Kelurahan
Kabupaten Sukoharjo merupakan salah satu kabupaten yang terletak pada posisi
strategis persimpangan JOGLOSEMAR yakni simpang Yogyakarta, Solo dan Semarang.
Termasuk di dalam kawasan andalan SUBOSUKA WONOSRATEN (Surakarta, Boyolali,
Sukoharjo, Karanganyar, Wonogiri, Sragen dan Klaten) yang dapat mendukung
perkembangan pembangunan, khususnya bidang industri, pariwisata dan pertanian.
Batas wilayah Kabupaten Sukoharjo secara administratif meliputi beberapa wilayah
sebagai berikut:
☼ Sebelah Utara : Kota Surakarta, Kabupaten Karanganyar ☼ Sebelah Timur : Kabupaten Karanganyar
☼ Sebelah Selatan : Kabupaten Wonogiri dan Kabupaten Gunungkidul (Provinsi DIY).
☼ Sebelah Barat : Kabupaten Klaten, dan Kabupaten Boyolali.
Secara administratif Kabupaten Sukoharjo terdiri dari 12 kecamatan yang terbagi dalam
150 Desa, 17 Kelurahan, 1.963 Dukuh, 529 Kebayanan, 4.622 RT dan 1.488 RW.
Dengan ibukota yang terletak di Kecamatan Sukoharjo yang berjarak 12 Km dari Kota
Surakarta (Solo). Banyaknya Kecamatan, Desa, Kelurahan, Dukuh, Kebayanan, RT dan
Tabel 4.1. Banyaknya Desa, Kelurahan, Dukuh, Kebayanan, RT dan RW menurut Kecamatan di Kabupaten Sukoharjo Tahun 2012
Kecamatan
Desa
Kelurahan
Dukuh
Kebayanan
RT
RW
Jumlah penduduk Kabupaten Sukoharjo tahun 2012 tercatat sebanyak 857.421 jiwa
yang terdiri dari 425.008 laki-laki (49,57%) dan 432.413 perempuan (50,43%). Apabila
dilihat dari penyebaran penduduk, Kecamatan Grogol paling tinggi prosentasenya yaitu
12,39%, kemudian Kecamatan Kartasura 10,96%, Kecamatan Sukoharjo 10,05%,
sedangkan yang terkecil Kecamatan Gatak 5,80%. Rasio Jenis Kelamin pada tahun 2012
sebesar 98,29% yang berarti bahwa setiap 100 penduduk perempuan terdapat 98
penduduk laki-laki, hampir di setiap kecamatan angka rasio jenis kelamin di bawah 100,
yaitu berkisar 93% hingga 99%, kecuali Kecamatan Baki dengan sex ratio 101,81% dan
Kecamatan Grogol sebesar 100,43%.
Tabel 4.2. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin Kabupaten Sukoharjo Tahun 2012
No Kecamatan Laki-Laki Perempuan Jumlah
No Kecamatan Laki-Laki Perempuan Jumlah
12 Kartasura 45.419 48.513 93.932
Jumlah 425.008 432.413 857.421 Prosentase 49,57% 50,43% 100%
Sumber: Sukoharjo dalam Angka 2013
Kepadatan penduduk dalam kurun waktu lima tahun (2008-2012) cenderung mengalami
kenaikan seiring dengan kenaikan jumlah penduduk. Pada tahun 2012 tercatat sebesar
1.837 jiwa setiap km2. Di sisi lain penyebaran penduduk masih belum merata. Kartasura
merupakan kecamatan dengan penduduk paling padat yaitu 4.885 jiwa per km2.
Sedangkan Kecamatan Bulu paling jarang kepadatan penduduknya yaitu 1.175 jiwa per
km2.
Tabel 4.3. Data Kepadatan Penduduk Kabupaten Sukoharjo Tahun 2012
No Kecamatan Luas (Km2)
Banyaknya Penduduk
Kepadatan Penduduk (Jiwa/Km2) 1 Weru 41,98 67,262 1.602 2 Bulu 43,86 51,516 1.175 3 Tawangsari 39,98 59,270 1.482 4 Sukoharjo 44,48 86,153 1.933 5 Nguter 54,88 64,681 1.179 6 Bendosari 52,99 68,205 1.287 7 Polokarto 62,18 75,279 1.211 8 Mojolaban 35,54 80,916 2.277 9 Grogol 30,00 106,274 3.542 10 Baki 21,97 54,207 2.467 11 Gatak 19,47 49,726 2.554 12 Kartasura 19,23 93,932 4.885 Jumlah 466,66 857,421 1.837 Sumber: Sukoharjo dalam Angka 2013
Menurut data Badan Pusat Statistik Kabupaten Sukoharjo Tahun 2013, jumlah penduduk
yang bekerja pada lapangan usaha industri pengolahan mencapai 59.804 orang dengan
jumlah tertinggi dibandingkan dengan lapangan usaha jenis lainnya. Kalau dilihat pada
tahun 2012 (Data BPS Kabupaten Sukoharjo) jumlah penduduk yang bekerja pada
lapangan usaha pertanian mencapai 131.001 orang dibanding lapangan usaha lainnya.
Hal ini menunjukan bahwa sebagian besar penduduk mulai beralih dari lapangan usaha
4.3 GAMBARAN TOPOGRAFI
Berdasarkan relief, Kabupaten Sukoharjo dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu
daerah datar meliputi Kecamatan Kartasura, Baki, Gatak, Grogol, Sukoharjo dan
Mojolaban, sedangkan daerah yang miring meliputi Kecamatan Polokarto, Bendosari,
Nguter, Bulu, Weru, dan Tawangsari.
Tempat tertinggi di atas permukaan air laut adalah Kecamatan Polokarto yaitu 125m dpl
dan yang terendah adalah Kecamatan Grogol yaitu 80m dpl.
Kelerengan atau kemiringan lahan di Kabupaten Sukoharjo dapat dibedakan menjadi 7
(tujuh) klasifikasi, yaitu:
a. 0 - 2 %, meliputi 74,39% dari seluruh wilayah Kecamatan di Kabupaten Sukoharjo
b. 2 - 5 %, meliputi 9,16% dari seluruh wilayah Kabupaten Sukoharjo yang berada di
sebagian Kecamatan Weru, Bulu, Tawangsari, Nguter, Bendosari, dan Polokarto.
c. 5 - 8 %, meliputi 4,88% dari seluruh wilayah Kabupaten Sukoharjo yang berada di
sebagian Kecamatan Weru, Bulu, Tawangsari, Nguter, Bendosari, dan Polokarto.
d. 8 - 15 %, meliputi 6,75% dari seluruh wilayah Kabupaten Sukoharjo yang berada di
sebagian Kecamatan Weru, Bulu, Nguter, dan Polokarto.
e. 15 - 25 %, meliputi 2,25% dari seluruh wilayah Kabupaten Sukoharjo yang berada di
sebagian Kecamatan Weru, Bulu, dan Tawangsari.
f. 25 - 40 %, meliputi 1,77% dari seluruh wilayah Kabupaten Sukoharjo yang berada di
sebagian Kecamatan Bulu.
g. > 40 %, meliputi 0,80% dari seluruh wilayah Kabupaten Sukoharjo yang berada di
sebagian Kecamatan Bulu.
Berdasarkan lereng Kabupaten Sukoharjo keadaan daerah banyak yang terletak pada
lereng yang kemiringannya 0-2% sehingga dari kondisi tersebut daerah rawan longsor
akan sangat sedikit. Sedangkan yang lebih dari 40% hanya terdapat di daerah Bulu yaitu
di Desa Sanggang.
4.4 GAMBARAN GEOHIDROLOGI
Keadaan hidrologi ditunjukkan oleh keberadaan sungai, mata air dan waduk yang
terdapat di Kabupaten Sukoharjo. Keberadaan sungai di Kabupaten Sukoharjo
merupakan bagian dari Daerah Pengembangan Sungai (DPS) Solo Hulu, Samin, dan
Dengkeng; yang meliputi Sungai Bengawan Solo, Sungai Dengkeng, Sungai Brambang,
Sungai Jlantah, Sungai Samin, Sungai Ranjing, dan Sungai Walikan. Selain itu terdapat
beberapa mata air yang berada di Kabupaten Sukoharjo, yaitu: Banyubiru di Kecamatan
Pitu di Kecamatan Nguter. Sedangkan waduk yang terdapat di Kabupaten Sukoharjo
adalah Waduk Mulur dengan kapasitas air 3.435.000 m3 yang mampu mengairi sawah
19.300 Ha.
4.5. GAMBARAN GEOLOGI
Keadaan geologi di Kabupaten Sukoharjo, menurut Peta Geologi lembar
Surakarta-Giritontro ( Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Bandung, Tahun 1992; Skala
1 : 100.000) sebagian besar merupakan Aluvium (Qa), Lahar Lawu (Qlla), Batuan
Gunung Api Merapi (Qvm), Formasi Mandalika (Tomm), dan Formasi Wonosari-Punung
(Tmwl).
Alluvium (Qa) terdiri dari lempung, lumpur, lanau, pasir, kerikil, kerakal, dan berangkal.
Aluvium ini menyebar pada seluruh Kecamatan Sukoharjo, seluruh Kecamatan Grogol,
sebagian besar Kecamatan Mojolaban, sebagian besar Kecamatan Baki, sebagian besar
Kecamatan Nguter, sebagian besar Kecamatan Tawangsari, sebagian Kecamatan
Bendosari, sebagian Kecamatan Polokarto, sebagian Kecamatan Weru, sebagian
Kecamatan Bulu, dan sebagian kecil Kecamatan Gatak dan Kecamatan Kartasura.
Lahar Lawu (Qlla) terdiri dari komponen Andesit, basal dan sedikit batu apung beragam
ukuran yang bercampur dengan pasir gunung api. Lahar lawu menyebar pada sebagian
besar Kecamatan Polokarto, sebagian Kecamatan Bendosari, sebagian Kecamatan
Nguter dan sebagian kecil Kecamatan Mojolaban.
Batuan Gunung Api Merapi (Qvm) terdiri dari breksi gunung api, lava dan tuff. Batuan
Gunung Api Merapi berada pada sebagian besar Kecamatan Gatak dan Kecamatan
Kartasura, serta sebagian kecil Kecamatan Baki.
Formasi Mandalika (Tomm) terdiri dari lava dasit-andesit dan tuff dasit dengan retas
diorit. Penyebarannya meliputi sebagian Kecamatan Bulu, sebagian Kecamatan Weru,
dan sebagian Kecamatan Tawangsari.
Formasi Wonosari-Punung (Tmwl) terdiri dari batu gamping, batu gamping
napalan-tufan, batu gamping konglongmerat, batu pasir napalan-tufan, dan batu lanau. Penyebarannya
meliputi sebagian Kecamatan Weru, sebagian kecil Kecamatan Tawangsari dan sebagian
Gambar 4.1 Peta Geologi
Jenis tanah di Kabupaten Sukoharjo meliputi Regosol Kelabu (9.948 Ha), Asosiasi Aluvial
kelabu dan Aluvial Coklat Kelabu (11.162 Ha), Grumosol Coklat Kelabu (9.292 Ha),
Grumosol Kelabu Tua (6.084 Ha), Litosol (94.03 Ha), Mediteran Coklat (1.965 Ha),
Aluvial Kelabu (1.837 Ha), Latosol Coklat Kemerahan (1.652 Ha), serta asosiasi litosol
dan meditran Coklat (691 Ha).
Tanah Regosol di wilayah Kabupaten Sukoharjo ini berasal dari bahan induk abu vulkan
dari material batuan gunung api merapi, dengan karateristik belum banyak berkembang
dan belum ada diferensiasi horizon, tekstur geluh pasiran sampai lempung berdebu,
struktur remah dengan granulair butir tunggal, konsistensi lepas-lepas, permeable,
coklat kelabu dan kelabu tua, pH 6,0-7,0, drainase dan aerase baik, dan kandungan
bahan organik rendah. Kandungan hara banyak tergantung dari bahan indukanya.
Produktivitas tanah regosol vulkan yang berstuktur agak lepas dan bertekstur lempung
berdebu biasanya sedang sampai tinggi. Apabila di berikan pemupukan dengan bahan
organik dan pengairan yang cukup, maka tanah ini bisa untuk persawahan, palawija,
tembakau, tebu, dan sayur-sayuran.
Tanah Aluvial berkembang dari bahan endapan alluvial yang berasal dari Sungai
Bengawan Solo, dengan karateristik tekstur geluh pasiran sampai lempung berdebu,
Kandungan unsur haranya relatif kaya dan banyak tergantung dari bahan induknya.
Sebaran tanah ini terletak pada daerah sepanjang aliran Sungai Bengawan Solo. Secara
keseluruhan tanah aluvial ini memounyai sifat-sifat fisika kurang baik-sedang, sifat-sifat
kimia sedang-baik, oleh sebab itu produktivitas tanahnya dari rendah sampai tinggi,
pada umumnya merupakan daerah pertanian utama. Untuk pertanian biasanya di pakai
persawahan, perkebunan tebu, sayur-sayuran, palawija, dan usaha perikanan darat.
Tanah Grumosol merupakan tanah lempung/liat berwarna kelam yang mempunyai sifat
fisik berat. Sifat-sifat tanah ini tekstur geluh lempungan-lempung, tanpa horizon eluviasi
dan iluviasi, struktur lapisan permukaan atas granuler seperti buang kubis (cauliflower
stucture) dan lapisan bawah gumpal atau pejal, mengandung kapur, mempunyai
kemampuan mengembang dan mengkerut jika terjadi perubahan kadar air, bahan induk
berkapur dan berlempung sehingga kedap air, konsistensi sangat liat, warna kelam, dan
pH 7,5-8,5. Keadaan tanah pada musim hujan mengembang dan lekat sekali, sedang
apabila musim kemarau sampai sangat kering tanah ini akan retak, retak-retakan ini
didalamnya dapat sampai 60 cm dan lebar 5 cm, serta keras berbongkah-bongkah.
Secara umum tanah ini memiliki sifat-sifat fisik dan kimia dari agak jelek sampai sedang,
oleh sebab itu nilai produktivitas tanahnya rendah sampai sedang. Untuk pertanian bisa
di pergunakan untuk tegalan, tebu, kapas, tembakau, tanaman kehutanan/jati, dan
apabila cukup air dapat untuk persawahan.
Tanah mediteran mempunyai lapisan solum yang cukup tebal yaitu antara 90-200 cm,
tetapi batas antara horizon tidak begitu jelas, warna tanah adalah coklat sampai merah.
Teksturnya agak bervariasi dari lempung samapai liat, dengan struktur gumpal sampai
gumpal dengan bahan organik umumnya rendanh samapai sangat rendah, pada horizon
A atau lapisan tanah atas mengandung paling tinggi 3 %. Reaksi tanah yang dicirikan
dari nilai pH sekitar 6,0-7,5. Kadar unsur hara yang terkandung umumnya tinggi, tetapi
banyak tergantung pada bahan induknya. Tanah ini di sebut juga tanah kapur merah
atau Red Lateric Limestone Soil, bahan induknya adalah batu kapur, batuan endapan
dan tuff vulkan. Daya menahan air adalah sedang, begitu pula permeabilitasnya adalah
sedang, air pada tanah ini kadang-kadang merupakan faktor pembatas. Tanah ini
umumnya mempunyai sifat-sifat fisika yang sedang sampai baik, sehingga nilai
produktivitasnya sedang sampai tinggi. Untuk pertanian dapat di gunakan untuk padi
sawah atau tadah hujan, perkebunan, buah-buahan, dan tegalan.
Tanah Litosol memiliki solim tanah yang sangat dangkal, paling tebal sekitar 50 cm,
belum berkembang, dengan tekstur relatif paling kasar, masih mempunyai sifat dan ciri
pekembangan tanah, karena terletak pada topografi yang miring atau bergelombang.
Tanah ini terdapat di daerah perbukitan struktural denudasional. Tanah ini sangat peka
erosi, secara umum mempunyai sifat-sifat fisik dan kimia yang jelek sehingga
produktivitasnya rendah. Tanah ini relatif tipis dan kurang potensial untuk pertanian.
Tanaman penutup tanah sangat bervariasi sampai tidak ada tanaman, sebagian
diberakan atau tidak ditanami. Sebagian masih dapat ditanami dengan rerumputan
untuk ternak, tegalan dengan tanaman palawija atau tanaman keras.
Tanah latosol berkembang dari bahan induk material tuff vulkan (abu vulkanik) dari
Lahar Lawu terdiri dari komponen Andesit, basal dan sedikit batu apung beragam
ukuran yang bercampur dengan pasir gunung api. Tanah ini memiliki solum tanah yang
tebal sampai sangat tebal, yaitu dari 130 cm - 300 cm. karateristik tanah ini adalah
mempunyai horizon A, B2t, C, tekstur geluh lempungan-lempung, strukturnya remah,
konsistensi gembur, lekat, warnanya merah-coklat-merah kekuningan, pH 5,5-6,5. Pada
umumnya tanah ini kadar unsur hara dan bahan organiknya cukup rendah, tetapi
mempunyai sifat-sifat fisik yang baik, sehingga produktivitasnya dari sedang sampai
tinggi dimana diperlukan input yang memadai. Tanah ini dapat dimanfaatkan untuk
pertanian lahan kering, dengan tanaman palawija, sayur-sayuran, buah-buahan, karet,
kopi, dan lainnya.
4.6 GAMBARAN KLIMATOLOGI
Kabupaten Sukoharjo merupakan suatu daerah yang dapat di kategorikan mempunyai
tanah yang subur hal ini dikarenakan mempunyai cukup air dengan curah hujan yang
cukup tinggi sehingga akan membantu tumbuh dan dapat berkembangnya tanaman hal
ini di dukung pula dengan sistem irigasi yang dimiliki.
Berdasarkan banyaknya hari hujan pada Tahun 2012, maka banyaknya hari hujan
terbanyak di Kecamatan Nguter yakni berjumlah 115 hari hujan. Sedangkan banyaknya
hari hujan paling sedikit di Kecamatan Gatak yakni berjumlah 60 hari hujan. Adapun
untuk Kecamatan Bulu tidak ada data karena alat rusak.
Tabel 4.4. Banyaknya Hari Hujan menurut Bulan dan Kecamatan di Kabupaten Sukoharjo ( Dalam Hari ) Tahun 2012
Kecamatan B u l a n ke- Jumlah
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
010. W e r u 15 11 14 11 8 0 0 0 0 2 10 16 87 020. B u l u ts ts ts ts ts ts ts ts ts ts ts ts 0 030. Tawangsari 24 16 16 9 8 3 1 0 0 2 14 21 114 040. Sukoharjo 17 17 12 10 6 3 0 0 0 4 18 21 108 050. Nguter 23 21 14 11 6 0 0 0 0 2 18 20 115 060. Bendosari 12 10 12 6 6 1 0 0 0 2 19 13 81 070. Polokarto 21 14 8 10 3 1 0 0 0 7 13 18 95 080. Mojolaban 21 14 17 9 3 3 0 0 0 8 9 12 96 090. Grogol 19 14 8 8 4 2 0 0 0 9 12 17 93 100. B a k i 17 8 8 7 4 2 0 0 0 4 8 19 77 110. G a t a k 8 10 8 15 0 2 0 0 0 3 6 8 60 120. Kartasura 18 10 8 12 1 2 0 0 0 4 9 25 89
JUMLAH 180 134 111 97 41 19 1 0 0 45 126 174 928
Sumber: Sukoharjo dalam Angka 2013
Berdasarkan jumlah curah hujan pada Tahun 2012, maka jumlah curah hujan terbanyak
di Kecamatan Nguter yakni berjumlah 2.535 mm. Sedangkan jumlah curah hujan paling
sedikit di Kecamatan Gatak yakni berjumlah 1.092 mm. Adapun untuk Kecamatan Bulu
Tabel 4.5. Banyaknya Curah Hujan menurut Kecamatan dan Bulan di Kabupaten Sukoharjo (mm) Tahun 2012
Kecamatan
Bulan
Jumlah1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
010. W e r u 216 401 158 224 155 8 0 0 0 20 189 323 1694
020. B u l u ts ts ts ts ts ts ts ts ts ts ts ts 0
030. Tawangsari 275 363 261 154 209 18 1 0 0 8 197 218 1704
040. Sukoharjo 294 278 230 205 93 32 0 0 0 37 311 457 1937
050. Nguter 326 462 310 362 193 0 0 0 0 24 375 483 2535
060. Bendosari 353 379 248 294 163 5 0 0 0 19 383 361 2205
070. Polokarto 459 352 118 163 38 1 0 0 0 111 233 391 1866
080. Mojolaban 413 331 201 101 71 9 0 0 0 58 138 201 1523
090. Grogol 488 345 236 205 82 5 0 0 0 118 278 506 2263
100. B a k i 397 305 126 224 119 27 0 0 5 47 98 314 1662
110. G a t a k 315 222 66 166 0 24 0 0 0 16 126 157 1092
120. Kartasura 300 184 75 147 9 53 0 0 0 40 88 330 1226
Sumber: Sukoharjo dalam Angka 2013
4.7 KONDISI SOSIAL DAN EKONOMI
4.7.1 Kondisi Sosial
Masyarakat Kabupaten Sukoharjo mempunyai budaya Jawa dan budaya Islam,
campuran kedua budaya tersebut yang mewarnai kehidupan masyarakat Sukoharjo.
Budaya Jawa sebagai budaya asli dan budaya Islam masuk bersama ajaran agama Islam.
Ciri-ciri budaya Jawa adalah semangat gotong-royong, toleransi, ikatan kekerabatan
yang kental, atau lebih dikenal dengan paguyuban. Pengaruh budaya islam dapat dilihat
pada acara ritual keagamaan yang hidup di masyarakat seperti selamatan, kenduri dan
upacara lain.
Kondisi sosial budaya masyarakat Kabupaten Sukoharjo tidak lepas dari kondisi
kesehatan masyarakatnya, sebagai indikator adalah angka kematian bayi dan ibu,
angka kelahiran, angka kematian, umur harapan hidup dan sebagai indikator lainnya
yang tidak langsung adalah air bersih, tempat permukiman, sarana pembuangan air
limbah. Kondisi kesehatan masyarakat selama tahun 2012 yang dilaporkan Puskesmas
se Kabupaten Sukoharjo akibat penyakit yang sering timbul dapat dilihat dalam tabel
Tabel 4.6. Banyaknya Penderita Penyakit menurut Kecamatan Tahun 2012.
No. KECAMATAN JUMLAH PENDERITA
DIARE DHF DSS PES
Sumber : Dinas Kesehatan Kab. Sukoharjo, 2012
Keterangan : DHF = Dengie Hemorrogien Fever (Demam Berdarah) DSS = Dengue Shoc Syndrom (Demam Berdarah)
Sarana pelayanan kesehatan di Kabupaten Sukoharjo pada tahun 2009 adalah sebagai berikut :
Dokter dan Tenaga Paramedis pada Puskesmas dan Dinas Kesehatan sebanyak = 695 orang yang terdiri dari PNS = 571 orang, PTT = 121 orang dan Honorer = 3 orang
Sedangkan penderita penyakit menular di Kabupaten Sukoharjo pada tahun 2009 adalah sebagai berikut :
Tingkat kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Sukoharjo dapat diketahui melalui data
52.060 (24%) dan untuk Keluarga Sejahtera I sebanyak 46.566 (21,21%), untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.7. Pentahapan Keluarga Sejahtera Menurut Kecamatan Tahun 2012
Sumber : Kantor Pemberdayaan Perempuan dan KB Kab. Sukoharjo
Berdasarkan data jumlah penduduk miskin di Kabupaten Sukoharjo berdasarkan data
TKPK Kabupaten Sukoharjo Tahun 2012 menunjukkan bahwa jumlah penduduk miskin
Kabupaten Sukoharjo relatif tinggi. Untuk lebih jelasnya jumlah penduduk miskin di
Kabupaten Sukoharjo dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.8. Jumlah Penduduk Miskin Kabupaten Sukoharjo Tahun 2012
Sedangkan pendekatan tingkat kemiskinan di Kabupaten Sukoharjo diukur berdasarkan
ukuran jumlah orang (head-count measure) yaitu memperkirakan jumlah orang yang
berada di bawah garis kemiskinan adalah sebagai berikut :
K = q x 100 = 334.888 x 100= 0,36
n 942.591
Dimana :
K = Tingkat Kemiskinan
q = Jumlah penduduk mikin atau berada dibawah garis kemiskinan
(jumlah keluarga Miskin x 4 jiwa/kk)
n = Jumlah penduduk
K = 0,36
Dari perhitungan diatas, maka tingkat kemiskinan di Kabupaten Sukoharjo pada tahun
2012 sebesar 0,36 %.
4.7.2 Kondisi Ekonomi
Untuk mengetahui perkembangan perekonomian dapat dilihat salah satunya dari
besarnya Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dari tahun ke tahun. Untuk tahun
2012 perekonomian Kabupaten Sukoharjo tumbuh sebesar 5,03%, lebih rendah
dibanding pada tahun 2011 yang tumbuh sebesar 4,59%.
Sektor Industri di Kabupaten Sukoharjo merupakan sektor yang cukup memiliki andil
besar dalam perkembangan perekonomian, secara sektoral peranan sektor industri di
Kecamatan Grogol masih andil bagi perekonomian Kabupaten Sukoharjo dan
penyumbang PDRB terbesar yaitu 25,10%, kemudian Kecamatan Sukoharjo sebesar
19,95% dan Kecamatan Kartasura sebesar 17,00%.
Secara sektoral peranan sektor industri di Kecamatan Grogol masih merupakan sektor
yang mempunyai andil terbesar penyumbang PDRB kabupaten yaitu sebesar 12,01%.
Demikian halnya dengan sektor industri di Kecamatan Sukoharjo yang memberikan andil
sebesar 8,23% juga cukup signifikan bagi perekonomian di Kabupaten Sukoharjo. Di
Kecamatan Grogol memang merupakan daerah dengan potensi industri besar – sedang
yang cukup besar, baik menyangkut jumlah perusahaan maupun tingkat produksinya.
Sedangkan di Kecamatan Sukoharjo, walaupun secara jumlah tidak sebesar Kecamatan
Grogol namun perusahaan yang ada merupakan perusahaan dengan skala besar dengan
Tabel 4.9. Kontribusi PDRB Kecamatan Terhadap PDRB Kabupaten Tahun 2012 4. Sukoharjo 2.446.192,62 19,95 1.103.927,20 20,19 5. Nguter 460.180,00 3,75 206.572,64 3,78 12. Kartasura 2.084.825,31 17,00 925.243,06 16,92
Jumlah 12.262.175,12 100,00 5.468.708,95 100,00
Sumber : PDRB Kabupaten Sukoharjo tahun 2013
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Sukoharjo atas dasar harga berlaku
pada tahun 2008 sebesar Rp. 8.041.276.350.000,- sedangkan dengan atas dasar harga
konstan sebesar Rp. 4.540.751.530.000,-. Sehingga dalam kurun waktu 4 (empat) tahun
PDRB Kabupaten Sukoharjo atas dasar harga berlaku mengalami kenaikan 1,53 kali
sedangkan atas dasar harga konstan mengalami kenaikan 1,20 kali.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam gambar dan tabel berikut ini :
Tabel 4.10.
PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan serta Perkembangannya di Kabupaten Sukoharjo Tahun 2008 – 2012
No. Tahun
PDRB Atas Dasar Harga Berlaku PDRB Atas Dasar Harga Konstan Jumlah
Sumber : PDRB Kabupaten Sukoharjo Tahun 2013
Secara umum kondisi perekonomian nasional telah mengarah pada kondisi yang lebih
baik. Adanya kebijakan-kebijakan Pemerintah di bidang ekonomi memberikan tanda ke
arah perubahan ekonomi yang lebih baik. Sejalan dengan kondisi ekonomi Nasional dan
Dasar Harga Berlaku Tahun 2010 mengalami peningkatan sebesar 303,02%, begitu pula
pada tahun berikutnya menunjukan perkembangan.
Gambaran komoditas masing-masing sektor dan sub sektor dapat diuraikan sebagai
berikut :
a. Sektor Pertanian
1) Tanaman Bahan Makanan
Sub Sektor ini mencakup komoditi tanaman bahan makanan, seperti : padi,
Jagung, Ubi kayu, Ubi Jalar, Kacang Tanah, Kedelai, Kacang Hijau,
sayur-sayuran, buah-buahan, kentang, tanaman pangan lainnya dan hasil-hasil produk
ikutannya. Komoditas yang mempunyai nilai produksi terbesar pada sub sektor
ini adalah padi dan jagung.
2) Tanaman Perkebunan Rakyat
Komoditi tanaman perkebunan rakyat yang diusahakan oleh rakyat antara lain :
Kepala, Cengkeh, Kapuk, Mete, Tebu, Kemiri, Tembakau Jawa, Empon-empon,
Wijen, Kapas dan produk ikutannya.
3) Peternakan dan hasil-hasilnya
Sub sektor ini mencakup produksi ternak besar, ternak kecil, unggas, hasil-hasil
ternak, seperti : sapi, kerbau, babi, kuda, kambing, domba, telur dan susu segar.
Produksi ternak diperkirakan sama dengan jumlah ternak yang dipotong
ditambah perubahan stok populasi ternak dan ekspor ternak netto.
4) Kehutanan
Sub sektor kehutanan mencakup kegiatan penebangan kayu yang dilakukan di
wilayah huutan negara dan tanaman yang dikelola oleh rakyat serta
pengambilan hasil hutan lainnya. Kegiatan penebangan kayu menghasilkan kayu
gelondongan dan kayu bakar, sedangkan hasil kegiatan pengambilan hasil hutan
lainnya berupa getah pinus, dan sebagainya.
5) Perikanan
Komoditi yang dicakup adalah semua kegiatan perikanan darat, yang meliputi :
perikanan kolam, mina padi, ikan sungai dan ikan waduk/cekdam.
b. Sektor Pertambangan dan Penggalian
Komoditi yang dicakup sektor ini adalah batu, pasir, tanah liat, batu kapur, trass,
kalsit serta segala jenis hasil penggalian. Output merupakan perkalian antara
produksi dengan harga masing-masing.
Secara umum sektor ini terdiri dari dua sub sektor yaitu industri pengolahan non
migas, dan pengilangan minyak bumi. Untuk Kabupaten Sukoharjo hanya ada satu
sub sektor yaitu sub sektor industri pengolahan non migas yang dibedakan atas
industri besar dan sedang, kecil dan kerajinan rumah tangga.
Industri Besar dan Sedang
Ruang lingkup penghitungan nilai tambah bruto industri besar dan sedang
didasarkan pada tenaga kerja yang bekerja di sektor industri. Industri besar
mempunyai batasan jumlah tenaga kerja 100 orang ke atas, dan industri
sedang antara 20-99 orang.
Industri Kecil dan Kerajinan Rumah Tangga
Nilai tambah bruto industri kecil dan kerajinan rumah tangga diperoleh dengan
mengeluarkan biaya antara dari outputnya.
d. Sektor Listrik dan Air Bersih
Sub sektor listrik mencakup produksi dan distribusi listrik, baik yang diusahakan oleh
PT. PLN (Persero), maupun listrik non PLN. Produksi listrik meliputi yang dijual,
dipakai sendiri, hilang dalam transmisi dan listrik yang dicuri.
Sub sektor air bersih mencakup kegiatan air minum yang diusahakan oleh
Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM).
e. Sektor Bangunan
Sektor Bangunan mencakup kegiatan pembangunan fisik kontruksi, berupa gedung,
jembatan, jalan, terminal, pelabuhan, dam, irigasi, jaringan listrik, air, telepon dan
sebagainya. Kegiatan bangunan/kontruksi mencakup kegiatan fisik yang dilakukan
di Kabupaten Sukoharjo, tanpa melihat asal kontraktor.
f. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran
Perdagangan Besar dan Eceran
Penghitungan nilai tambah sub sektor perdagangan besar dan eceran dilakukan
dengan pendekatan arus barang yaitu dengan cara menghitung besarnya nilai
komoditi pertanian, pertambangan dan penggalian, industri dan impor yang
diperdagangkan.
Berdasarkan nilai komoditi yang diperdagangkan dihitung nilai margin
perdagangan. Margin perdagangan ini merupakan output perdagangan dan
dipakai menghitung nilai tambahnya.
Sub sektor ini mencakup semua hotel, baik berbintang, maupun tidak
berbintang serta berbagai jenis penginapan lainnya. Output hotel dihitung
dengan mengalikan jumlah malam kamar dan tarip per malam kamar.
Restoran/Rumah Makan
Data penghitungan sub sektor Restoran/Rumah Makan meliputi cakupan jumlah
tenaga kerja dan didasarkan besarnya pemasukan Pajak Pembangunan I,
apabila dibagi dengan banyaknya tenaga kerja akan menghasilkan rata-rata
output per tenaga kerja.
g. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi
Pengangkutan
Untuk sub sektor pengangkutan mencakup 3 (tiga) kegiatan yaitu Angkutan
Kereta Api, Angkutan Jalan dan Jasa Penunjang Angkutan. Pada kegiatan
Angkutan Kereta Api, Nilai Tambah Bruto dihitung dengan cara ekstrapolasi,
yaitu menggunakan indeks produksi gabungan tertimbang penumpang dan
ton-Km barang yang diangkut.
Kegiatan Angkutan Jalan, meliputi kegiatan pengangkutan barang dan
penumpang yang dilakukan perusahaan angkutan umum, baik bermotor
ataupun tidak bermotor, seperti bis, truk, taksi, dokar, becak dan sebagainya.
Nilai Tambah Bruto atas dasar harga berlaku dihitung didasarkan pada data
jumlah armada angkutan umum wajib uji.
Jasa Penunjang Angkutan meliputi kegiatan pemberian jasa penyediaan fasilitas
yang menunjang dan berkaitan dengan pengangkutan, seperti terminal dan
parkir, ekspedisi, bongkar muat, serta jasa penunjang lainnya.
Komunikasi
Mencakup jasa pos dan giro, telekomunikasi, jasa penunjang komunikasi
(wartel dan warpostel). Kegiatan pemberian jasa pos dan giro mencakup
pengiriman surat, wesel, paket, jasa giro, jasa angkutan dan sebagainya. Nilai
Tambah Bruto dilakukan dengan ekstrapolasi yaitu menggunakan indeks
gabungan dari jumlah surat yang dikirim dan barang yang dipaketkan.
Telekomunikasi melliputi pemberian jasa pemakaian telepon. Nilai Tambah
Bruto dihitung menggunakan indeks produksi gabungan tertimbang, meliputi
jumlah pulsa otomat, menit interlokal, jumlah menit radio telepon, banyaknya
kata telegram dan sebagainya,
Jasa Penunjang Telekomunikasi mencakup Wartel / Warpostel dan Warnet.
Sektor ini meliputi kegiatan bank, asuransi, pengadaian, koperasi simpan pinjam,
lembaga keuanga lainnya, persewaan bangunan tempat tinggal, dan jasa
perusahaan.
Sub sektor bank mencakup kegiatan bank pemerintah maupun swasta, juga
termasuk kegiatan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) yang beroperasi di wilayah
Kabupaten Sukoharjo.
Penghitungan output dan nilai tambah bruto sub sektor asuransi atas dasar harga
berlaku diperoleh dari Data Pokok dan Data Penunjang Regional Income. Nilai
Tambah Bruto diperoleh menggunakan deflasi dengan deflator IHK Umum.
Sub sektor jasa penunjang keuangan mencakup kegiatan pedagang valas, pasar
modal, pialang, penjamin emisi dan jasa penunjang keuangan lain.
Sub sektor sewa bangunan mencakup kegiatan jasa atas penggunaan
rumah/bangunan sebagai tempat tinggal tanpa memperhatikan kempemillikan
bangunan tersebut.
Sub sektor jasa perusahaan mencakup kegiatan advokat, akuntan/pembukuan,
notaris, konsultan, periklanan dan jasa perusahaan lain.
i. Sektor Jasa-jasa
Sektor Jasa-jasa meliputi Jasa Pemerintahan dan Hankam, Jasa Sosial
Kemasyarakatan, Jasa Hiburan dan Jasa Perorangan dan Rumah Tangga.
Jasa Pemerintahan dan Hankam
Nilai tambah sub sektor jasa pemerintahan dan hankam terhadap PDRB terdiri
upah dan gaji rutin pegawai pemerintah pusat dan daerah sipil dan ABRI,
perkiraan komponen upah dari belanja pembangunan, ditambah perkiraan
penyusutan sebesar 5%.
Jasa Swasta
Sub sektor jasa swasta adalah seluruh kegiatan ekonomi jasa-jasa yang dikelola
oleh swasta sedangkan yang dikelola pemerintah sudah tercakup di sub sektor
Pemerintah dan Hanka. Sub sektor jasa swasta meliputi jasa sosial dan
kemasyarakatan, jasa hiburan dan rekreasi, jasa perorangan dan rumah tangga.
Jasa sosial dan kemasyarakatan meliputi jasa pendidikan, jasa kesehatan dan
jasa kemasyarakatan lainnya seperti jasa palang merah, panti asuhan, panti
wredha, yayasan pemeliharaan anak cacat, rumah ibadah dan sejenisnya
terbatas yang dikelola oleh swasta saja. Data yang digunakan untuk
memperkirakan nilai tambah Jasa pendidikan adalah jumlah murid sekolah
rumah sakit, dokter praktek dan jasa kesehatan lain yang dikelola oleh swasta.
Perkiraan output diperoleh dari perkalian rata-rata output per tempat tidur
rumah sakit dengan jumlah tempat tidur, rata-rata output perpasien dengan
jumlah pasien di dokter praktek, rata-rata output per bidan dengan jumlah
bidan praktek. Kegiatan jasa sosial dan kemasyarakatan lainnya, hasil survey
khusus terhadap panti asuhan dan panti wredha, diperoleh rata-rata output per
anak yang diasuh dan rata-rata orang tua yang dilayani. Sub sektor jasa
hiburan dan kebudayaan mencakup bioskop, panggung/taman hiburan, studio
radio swasta, klub malam, klub wisata, obyek wisata dan jasa hiburan lainnya.
Jasa Perorangan dan Rumah Tangga
Mencakup jasa perbengkelan, reparasi, jasa perorangan dan pembantu rumah
tangga.
Fasilitas perekonomian di Kabupaten Sukoharjo berupa pasar, kios dan toko tersebar di
hampir semua kecamatan. Perkembangan perekonomian tidak lepas dari kemudahan
aksesbilitas manusia, barang dan jasa. Kondisi infrastruktur jalan yang baik akan
memperlancar arus distribusi demand and supply yang ada di wilayah Kabupaten
Sukoharjo. Sarana perhubungan pada umumnya cukup memadai, baik jalan provinsi,
jalan kabupaten maupun jalan antar kecamatan.
Data perkembangan kondisi jalan baik yang ada di Kabupaten Sukoharjo pada 2 (dua)
tahun terakhir dapat dilihat dalam tabel berikut ini :
Tabel 4.11.
Panjang Jalan menurut Keadaan dan Status Jalan Di Kabupaten Sukoharjo Tahun 2012
No. KEADAAN JALAN STATUS JALAN (Km)
JALAN NEGARA JALAN PROVINSI JALAN KABUPATEN
1 2 3 4 5
Jenis Permukaan
1 Aspal 25,19 59,41 594,48
2 Kerikil - - 1,40
3 Tanah - - 9,24
Jumlah 25,19 59,41 605,12
Kondisi Jalan
1 Baik 25,19 38,41 176,78
2 Sedang - 10,20 159,42
3 Rusak - 10,80 163,51
4 Rusak Berat - - 105,41
Jumlah 25,19 59,41 605,12