BAB 7 KETERPADUAN PROGRAM BERDASARKAN ENTITAS
BAB 7 RENCANA
7.1
Sektor Pengembangan Kawasan PermukimanBerdasarkan UU No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, permukiman diidentifikasikan sebagai bagian dari lingkungan hunian yang terdiri atas lebih dari satu satuan perumahan yang mempunyai prasarana, sarana, utilitas umum, serta mempunyai penunjang kegiatan fungsi lain di kawasan perkotaan atau pedesaan.
Kegiatan pengembangan permukiman terdiri dari pengembangan permukiman kawasan perkotaan terdiri dari pengembangan kawasan perdesaan. Pengembangan permukiman kawasan perkotaan terdiri dari pengembangan kawasan permukiman baru dan peningkatan kualitas permukiman kumuh, sedangkan untuk pengembangan kawasan perdesaan terdiri dari pengembangan kawasan permukiman perdesaan, kawasan pusat pertumbuhan, serta desa tertinggal.
Arahan kebijakan pengembangan permukiman mengacu pada amanat peraturan perundangan, antara lain :
1. Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional
Arahan RPIJM tahap 3(2015-2019) menyatakan bahwa pemenuhan kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana pendukung bagi seluruh masyarakat terus meningkat, sehingga kondisi tersebut mendorong terwujudnya kota tanpa permukiman kumuh pada awal tahapan RPJMN berikutnya.
2. Undang-undang No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman
3. Undang-undang No. 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun
Pasal 15 mengamanatkan bahwa pembangunan rumah susun umum, rumah susun khusus, dan rmuah susun negara merupakan tanggung jawab pemerintah.
4. Peraturan Presiden No. 15 Tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan
Peraturan ini menetapkan salah sarunya terkait dengan penanggulangan kawasan kumuh.
5. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 01/PRT/M/2014 tentang Standar Pelayananan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Tata Ruang
Peraturan ini menetapkan target berkurangnya luas permukiman kumuh di kawasan perkotaan sebesar 10% pada tahun 2014.
7.1.1 Kondisi Eksisting
Luas kawasan daerah permukiman di Kabupaten Tanggamus berdasarkan RTRW adalah 2,32 persen dari total luas pemanfaatan lahan di Kabupaten Tanggamus atau dengan luas mencapai ± 7.798,38 hektar. Kawasan permukiman ini terdiri atas kawasan permukiman perkotaan dan kawasan permukiman perdesaan. Kawasan permukiman perkotaan di Kabupaten Tanggamus terletak hampir di seluruh pusat pelayanan, yaitu Kecamatan Kota Agung, Talang Padang. Sedangkan kawasan pemukiman pedesaan tersebar di wilayah kecamatan – kecamatan dengan kepadatan penduduk yang relatif rendah, antara lain kecamatan Pulau Panggung, Pematang Sawa, Limau, Kelumbayan, Ulu Belu dan Bulok. Kondisi rumah dan lingkungan permukiman di Kabupaten Tanggamus secara umum cukup baik jika dilihat dari kondisi kelayakhunian, keamanan, dan kenyamanan.
Banten). Hampir keseluruhan kawasan permukiman kumuh di Kabupaten Tanggamus terdapat di kawasan perkotaan dengan klasifikasi kumuh sedang.
Tabel 7-1 Kepadatan Penduduk dan Bangunan Rumah di Pekon/Kelurahan Kawasan Permukiman Kumuh Kabupaten Tanggamus
No. Pekon / Kelurahan
Luas (ha)
Penduduk Rumah dan Bangunan Jumlah
(unit)
Kepadatan (jiwa/ha)
Jumlah (unit)
Kepadatan (unit)
1. Gisting Bawah 588 10422 17,72 2203 3,75
2. Baros 35 4039 115,40 490 14,0
3. Pasar Madang 44 6316 143,55 1287 29,25
4. Kuripan 67 8483 126,61 1233 18,40
5. Sukarame 158 4321 27,35 830 5,25
6. Sinar Banten 73 4990 68,36 831 11,38
Sumber : Bappeda Kabupaten Tanggamus, 2009
Berdasarkan data, jumlah penduduk Kabupaten Tanggamus pada tahun 2010 adalah mencapai 536.613 jiwa. Dengan asumsi bahwa satu KK terdiri atas 5 orang dan memiliki satu unit rumah tinggal, maka pada tahun 2010 idealnya jumlah unit rumah yang ada di Kabupaten Tanggamus guna memenuhi kebutuhan perumahan masyarakat adalah sebanyak 107.323 unit rumah.
Penyediaan perumahan di Kabupaten Tanggamus tidak hanya dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat sendiri, tetapi juga partisipasi para pengembang swasta (Developer). Pemerintah daerah bekerjasama dengan pihak pengembang (developer) berupaya mengatasi masalah pemenuhan kebutuhan perumahan dengan membangun berbagai rumah sederhana (RS) dan rumah sangat sederhana (RSS). Pembangunan RS dan RSS ini bertujuan agar masyarakat dapat memiliki rumah dengan harga yang relatif murah, terutama bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR).
Ketersediaan sarana dan prasarana dasar (PSD) bagi kawasan/lingkungan permukiman dan tingkat pelayanan fasilitas yang ada di Kabupaten Tanggamus pada saat ini masih belum dapat melayani sebagian kebutuhan penduduk. Di beberapa daerah permukiman baik di kawasan perkotaan maupun perdesaan masih terdapat yang belum memiliki Prasarana dan Sarana Dasar (PSD) yang memadai seperti ketersediaan MCK umum yang tidak didukung dengan ketersediaan air bersih. Selain itu, masih terdapat juga saluran drainase yang terputus, tidak berfungsi sehingga air menggenangi daerah tersebut dan menyebabkan daerah rawan banjir atau bahkan belum terbangunnya saluran drainase.
Tabel 7-2 Peraturan Daerah/Peraturan Gubernur/Peraturan
Walikota/Bupati/peraturan lainnya terkait Pengembangan Permukiman di Kabupaten Tanggamus
No Perda/Pergub/Perwal/Perbup/Peraturan lainnya Amanat Kebijakan Daerah
Jenis Produk
Pengaturan
No./Tahun Perihal
1 Surat Keputusan
Bupati Tanggamus
B.319/19/11/2014 Penetapan
Kawasan
Permukiman
Kumuh
Kabupaten
Tanggamus
Menetapkan lokasi
lingkunganperumahan dan
permukiman kumuh di
Kabupaten Tanggamus
tahun 2014.
Kondisi rumah dan lingkungan permukiman di Kabupaten Tanggamus secara umum cukup baik jika dilihat dari kondisi kelayakan hunian,keamanan,dan kenyamanan. Namun demikian, di Kabupaten Tanggamus juga masih terdapat daerah yang termasuk kawasan permukiman yang kurang layak huni, kawasan yang termasuk permukiman kurang layak huni tersebar dibeberapa desa antara lain terdapat di desa Purwodadi, Baros, Kuripan, Pasar Madang, Talang Padang, Suka Negri Jaya, Sinar Banten, dan Sinar Semendo.
Penyebaran perumahan dan permukiman di Kabupaten Tanggamus cenderung tidak merata yang dipengaruhi oleh kondisi dan karakteristik wilayah terutama kondisi topografi dengan tingkat kelerengan yang bervariasi. Permukiman dan perumahan penduduk lebih terkonsentrasi pada jalan utama dan pusat kegiatan. Sebagian besar wilayah Kabupaten Tanggamus memiliki kelerengan lebih dari 40%. Wilayah dengan kelerengan tersebut tersebar di kecamatan Wonosobo, Pulau Panggung, Kota Agung, Gisting, Talang Padang, dan Cukuh Balak. Kecamatan yang memiliki wilayah berlereng lebih dari 40% cukup luas meliputi Kecamatan Pulau Panggung yaitu seluas 53.911 hektar dari total luas wilayah 94.664 hektar, Kecamatan Cukuh Balak, dan Wonosobo sekitar 67% dari luas wilayahnya.
Kondisi permukiman di kawasan tersebut cenderung tidak teratur,kondisi Prasarana dan Sarana Dasar (PSD) yang ada kurang tertata dengan baik. Karakteristik permukiman kumuh di Kabupaten Tanggamus adalah sebagai berikut :
1) Kondisi fisik lingkungan yang kurang memenuhi persyaratan teknis dan kesehatan,yaitu tidak tersedianya prasarana dan sarana dasar (PSD) permukiman.
2) Tata letak bangunan yang tidak teratur dan kondisi fisik bangunan yang tidak layak huni , material / bahan bangunan yang digunakan umumnya bersifat semi permanen atau non permanen.
semakin tingginya harga tanah dan tingkat perekonomian dan penghasilan masyarakat di kawasan tersebut yang tergolong rendah.
Tabel 7-3Sebaran Lokasi Kawasan Kumuh di Kabupaten Tanggamus
No Kecamatan Kel/Desa Lingkup
Agung Madang perkotaan
13 Kota
Baros RT 09 6.074 Pesisir
Pantai
*) *) 276
15 Kota
Agung
Baros RT 06 1.220 Di
perkotaan
*) *) 214
16 Kota
Agung
Baros RT 08 1.574 Di
perkotaan
*) *) 232
17 Kota
Agung
Baros RT 05 1.331 Di
perkotaan
*) *) 412
18 Kota
Agung
Baros RT 07 1.606 Di
perkotaan
*) *) 370
19 Kota
Agung
Baros RT 02 0.575 Di
perkotaan
*) *) 200
20 Kota
Agung
Kuripan RT 08 1.631 Di
No Kecamatan Kel/Desa Lingkup
26 Gisting Purwodadi Dusun
4
1.228 Di
perkotaan
*) *) 675
27 Gisting Purwodadi Dusun
5
4.869 Di
perkotaan
*) *) 523
28 Gisting Purwodadi Dusun
6
11.132 Di
perkotaan
*) *) 325
Total Luas Permukiman Kumuh 167.756
Sumber : Deliniasi Kawasan Kumuh, 2014 Keterangan : *) tidak ada data
Kondisi fisik bangunan rumah di Kabupaten Tanggamus secara umum terdiri atas rumah permanen, perumahan semi permanen dan selebihnya merupakan rumah tidak permanen. Sedangkan untuk status kepemilikan bangunan perumahan di Kabupaten Tanggamus, sebagian besar bangunan rumah berstatus milik sendiri dan sebagian kecil berstatus sewa / kontrak.
Kriteria pengelompokkan ini berdasarkan pada penilaian visual yang dilakukan pada saat observasi di lapangan.
a) Rumah Permanen
b) Rumah semi permanen
Rumah yang sebagian menggunakan konstruksi batu, sementara sisanya menggunakan kayu atau bahan sejenisnya. Bangunan dengan konstruksi semi permanen banyak terdapat pada wilayah kecamatan-kecamatan yang sedang berkembang. Pola rumah semi permanen ini kebanyakan bersifat linear disepanjang jalan utama dan menyebar diwilayah-wilayah yang masih luas.
c) Rumah Temporer
Bangunan dengan konstruksi temporer merupakan bangunan yang sifatnya sementara dan bahan bangunannya menggunakan kayu atau bambu. Jenis bangunan ini tidak mengelompok pada suatu kawasan perumahan, tetapi lokasinya menyebar. Kebanyakan berada dilokasi perkebunan dan pertanian.
Tabel 7-4Data Kondisi RSH
No Lokasi RSH (nama kaw, kec & kel)
Tahun
Pembangunan Pengelola
Jumlah
Penghuni
Kondisi
Prasarana
CK Yang
Ada 1
2
3
Tabel 7-5 Data Kondisi Rusunawa
No Lokasi Rusunawa
Tahun
Pembangunan Pengelola
Jumlah
Penghuni Kondisi
Prasarana CK
yang Ada
1
2
3
Pengertian rumah susun sederhana sewa (RUSUNAWA) yaitu bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu lingkungan yang terbagi dalam bagian-bagian yang distrukturkan secara fungsional dalam arah horizontal maupun vertikal dan merupakan satuan-satuan yang masing-masing digunakan secara terpisah, status penguasaannya sewa serta dibangun dengan menggunakan dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan/atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah dengan fungsi utamanya sebagai hunian.
Sampai dengan saat ini program pengembangan rumah susun sederhana sewa di Kabupaten Tanggamus belum ada sehingga program pembangunan prasarana cipta karya yang akan dikembangkan pada kawasan Rusunawa seperti (jalan lingkungan/drainase/ MCK/SPAM, TPST dan sebagainya) belum terlaksana.
Tabel 7-6Data Program Perdesaan
No Program/Kegiatan
Lokasi
Volume/Satuan Status Kondisi infrastruktur Kecamatan Desa
Program Tahun 2013
1 Jalan Rabat Beton Kota Agung Terbaya
2
Plengsengan/Talud
Perkuatan/Dinding
Penahan
Kota Agung Terbaya
3
Plengsengan/Talud
Perkuatan/Dinding
Penahan
No Program/Kegiatan
Lokasi
Volume/Satuan Status Kondisi infrastruktur Kecamatan Desa
4 Drainase/Saluran Jalan
Kota Agung Terbaya
5 Drainase/Saluran Jalan
Kota Agung Terbaya
6
Gorong-gorong
Plat beton/Plat Duiker
Kota Agung Terbaya
7
Gorong-gorong
Plat beton/Plat Duiker
Kota Agung Terbaya
8
Gorong-gorong
Plat beton/Plat Duiker
Kota Agung Terbaya
9 Jalan Rabat Beton Kota Agung Kusa
10
Plengsengan/Talud
Perkuatan/Dinding
Penahan
Kota Agung Kusa
11 Drainase/Saluran Jalan
Kota Agung Kusa
12
Saluran Irigasi
(Pembawa,
Pembuang)
Kota Agung Kusa
13
Gorong-gorong
Plat beton/Plat Duiker
Kota Agung Pasar
Madang
14 Jalan Rabat Beton Kota Agung Pasar
Madang
15
Plengsengan/Talud
Perkuatan/Dinding
Penahan
Kota Agung Pasar
Madang
16 Drainase/Saluran Jalan
Kota Agung Pasar
Madang
17
Gorong-gorong
Plat beton/Plat Duiker
Kota Agung Pasar
Madang
No Program/Kegiatan
Lokasi
Volume/Satuan Status Kondisi infrastruktur Kecamatan Desa
Permanen
19 Jembatan Beton / Permanen
Kota Agung Kota Batu
20
Kota Agung Kota Batu
22 Drainase/Saluran Jalan
Kota Agung Kota Batu
23 Jalan Rabat Beton Kota Agung Kota Batu
24 Jalan Rabat Beton Kota Agung Kota Batu
25
Plengsengan/Talud
Perkuatan/Dinding
Penahan
Kota Agung Kuripan
26
Plengsengan/Talud
Perkuatan/Dinding
Penahan
Kota Agung Kuripan
27 Drainase/Saluran Jalan
Kota Agung Kuripan
28 Jalan Rabat Beton Kota Agung Kuripan
29 Jalan Rabat Beton Kota Agung Kuripan
30 Jalan Rabat Beton Kota Agung Kuripan
31
Gorong-gorong
Plat beton/Plat Duiker
Kota Agung Kuripan
32
Gorong-gorong
Plat beton/Plat Duiker
Kota Agung Kuripan
33
Gorong-gorong
Plat beton/Plat Duiker
Kota Agung Kuripan
No Program/Kegiatan
Lokasi
Volume/Satuan Status Kondisi infrastruktur Kecamatan Desa
Plat beton/Plat Duiker
35
Plengsengan/Talud
Perkuatan/Dinding
Penahan
Kota Agung Kedamaian
36 Drainase/Saluran Jalan
Kota Agung Kedamaian
37 Drainase/Saluran Jalan
Kota Agung Kedamaian
38 Jalan Rabat Beton Kota Agung Kedamaian
39 Jalan Rabat Beton Kota Agung Kedamaian
40 Jalan Rabat Beton Kota Agung Kedamaian
41
Gorong-gorong
Plat beton/Plat Duiker
Kota Agung Kedamaian
42
Gorong-gorong
Plat beton/Plat Duiker
Kota Agung Kedamaian
43 Jalan Rabat Beton Kota Agung Kelungu
44 Drainase/Saluran Jalan
Kota Agung Kelungu
45 Drainase/Saluran Jalan
Kota Agung Negeri Ratu
46 Jalan Rabat Beton Kota Agung Negeri Ratu
47 MCK + Sumur Gali Kota Agung Negeri Ratu
48
Plengsengan/Talud
Perkuatan/Dinding
Penahan
Kota Agung Campang
Tiga
49 Jalan Rabat Beton Kota Agung
Barat Kanyangan
50
Gorong-gorong
Plat beton/Plat Duiker
Kota Agung
Barat Kanyangan
No Program/Kegiatan
Lokasi
Volume/Satuan Status Kondisi infrastruktur
52 Jalan Rabat Beton Kota Agung
Barat Bajar Masin
53
Plengsengan/Talud
Perkuatan/Dinding
Penahan
Kota Agung
Barat Bajar Masin
54
Gorong-gorong
Plat beton/Plat Duiker
Kota Agung
Barat Bajar Masin
55
Gorong-gorong
Plat beton/Plat Duiker
Kota Agung
Barat Bajar Masin
56
Gorong-gorong
Plat beton/Plat Duiker
Kota Agung
Barat Bajar Masin
57 Drainase/Saluran Jalan
Kota Agung
Barat Bajar Masin
58
Gorong-gorong
Plat beton Bertulang
Kota Agung
Barat Bajar Masin
59 Jalan Rabat Beton Kota Agung
Barat
Plat beton/Plat Duiker
Kota Agung
Plat beton/Plat Duiker
Kota Agung
Plat beton/Plat Duiker
Kota Agung
Barat
Gedung
No Program/Kegiatan
Lokasi
Volume/Satuan Status Kondisi infrastruktur Kecamatan Desa
65
Gorong-gorong
Plat beton Bertulang
Kota Agung
Barat
Gedung
Jambu
66 Jalan Rabat Beton Kota Agung
Barat
Negara Batin
67
Gorong-gorong
Plat beton/Plat Duiker
Kota Agung
Barat Negara Batin
68 Drainase/Saluran Jalan
Kota Agung
Barat Negara Batin
69 Drainase/Saluran Jalan
Kota Agung
Barat P. Benawang
70 Drainase/Saluran Jalan
Kota Agung
Barat Kali Miring
71
Gorong-gorong
Plat beton/Plat Duiker
Kota Agung
Barat Kali Miring
72
Saluran Irigasi
(Pembawa,
Pembuang)
Kota Agung
Barat Pajajaran
73
Saluran Irigasi
(Pembawa,
75 Jalan Rabat Beton Kota Agung
Barat Pajajaran
76
Gorong-gorong
Plat beton/Plat Duiker
Kota Agung
Barat Pajajaran
77 Jalan Rabat Beton Kota Agung
Timur Umbul Buah
78 Jalan Rabat Beton Kota Agung
No Program/Kegiatan
Lokasi
Volume/Satuan Status Kondisi infrastruktur
Timur Umbul Buah
80
Plengsengan/Talud
Perkuatan/Dinding
Penahan
Kota Agung
Timur Umbul Buah
81 Drainase/Saluran Jalan
Kota Agung
Timur Umbul Buah
82 Jalan Rabat Beton Kota Agung
Timur Teba
Jalan Rabat Beton Kota Agung
Timur Karta
Jalan Rabat Beton Kota Agung
No Program/Kegiatan
Lokasi
Volume/Satuan Status Kondisi infrastruktur Kecamatan Desa
Gorong-gorong
Plat beton/Plat Duiker
Kota Agung
Timur Menggala
Jalan Rabat Beton Kota Agung
Timur Kagungan
Jalan Rabat Beton Kota Agung
Timur Kagungan
Plengsengan/Talud
Perkuatan/Dinding
Penahan
Kota Agung
Timur Kagungan
Plengsengan/Talud
Perkuatan/Dinding
Penahan
Kota Agung
Timur Kagungan
Jalan Rabat Beton Gisting Banjarmanis
Plengsengan/Talud
Perkuatan/Dinding
Penahan
Gisting Banjarmanis
Plengsengan/Talud
Perkuatan/Dinding
Penahan
Gisting Banjarmanis
Plengsengan/Talud
Perkuatan/Dinding
Penahan
Gisting Banjarmanis
Plengsengan/Talud
Perkuatan/Dinding
Penahan
Gisting Banjarmanis
Bak Penangkap air Gisting Lanbauw
Bak Penampung 1 Gisting Lanbauw
Bak Penampung 2 Gisting Lanbauw
Perpipaan Gisting Lanbauw
Drainase/Saluran
Jalan Gisting Purwodadi
No Program/Kegiatan
Lokasi
Volume/Satuan Status Kondisi infrastruktur Kecamatan Desa
Plat beton/Plat Duiker
Jalan Rabat Beton Ulu Belu Ulu Semong
Plengsengan/Talud
Perkuatan/Dinding
Penahan
Sumber Rejo Argopeni
Drainase/Saluran
Jalan Sumber Rejo Argopeni
Talud Sumber Rejo Kebumen
Jalan Rabat Beton Sumber Rejo Kebumen
Jalan Rabat Beton Sumber Rejo Sidomulyo
Jalan Rabat Beton Sumber Rejo Sidomulyo
Talud Sumber Rejo Tegal
Binangun
Jalan Rabat Beton Sumber Rejo Tegal
Binangun
Jalan Rabat Beton Sumber Rejo Tegal
Binangun
Jalan Rabat Beton Sumber Rejo Sidorejo
Drainase/Saluran
Jalan Sumber Rejo Sidorejo
Talud Sumber Rejo Sidorejo
Jalan Rabat Beton Sumber Rejo Sumber Rejo
Jalan Rabat Beton Sumber Rejo Argomulyo
Talud Semaka Sidodadi
Drainase/Saluran
Jalan Semaka Sidodadi
Jalan Rabat Beton Semaka Sidodadi
Gorong-gorong
Plat beton/Plat Duiker
Semaka Sidodadi
No Program/Kegiatan
Lokasi
Volume/Satuan Status Kondisi infrastruktur Kecamatan Desa
Jalan
Drainase/Saluran
Jalan
Semaka Sri Kuncoro
Jalan Rabat Beton Semaka Sri Kuncoro
Jalan Rabat Beton Semaka Sri Kuncoro
Talud Semaka Parda Waras
Drainase/Saluran
Jalan
Semaka Parda Waras
Talud Semaka Parda Waras
Talud Semaka Tulung
Asahan
Talud Semaka Tulung
Asahan
Talud Semaka Tulung
Asahan
Jalan Rabat Beton Semaka Tulung
Asahan
Jalan Rabat Beton Semaka Sri Purnomo
Talud Semaka Sri Purnomo
Gorong-gorong
Plat beton/Plat Duiker
Semaka Sri Purnomo
Drainase/Saluran
Jalan
Semaka
Sri Katon
Drainase/Saluran
Jalan
Semaka
Sri Katon
Drainase/Saluran
Jalan
Semaka Karang
Agung
Talud Semaka Sudimoro
Talud Semaka Sukaraja
No Program/Kegiatan
Lokasi
Volume/Satuan Status Kondisi infrastruktur Kecamatan Desa
Sawa Muda
Jalan Rabat Beton Pematang
Sawa
Jalan Rabat Beton Pematang
Sawa Karang Brak
Talud Gunung Alip Sukadamai
Talud Gunung Alip Sukadamai
Talud Gunung Alip Sukadamai
Jalan Rabat Beton Gunung Alip Sukadamai
Drainase/Saluran
Plat beton/Plat Duiker
Gunung Alip Ciherang
Gorong-gorong
Plat beton/Plat Duiker
Gunung Alip Ciherang
Talud Gunung Alip Way Halom
Drainase/Saluran
Jalan
Gunung Alip
Way Halom
Jalan Rabat Beton Gunung Alip Way Halom
Gorong-gorong
Plat beton/Plat Duiker
Gunung Alip Way Halom
No Program/Kegiatan
Lokasi
Volume/Satuan Status Kondisi infrastruktur Kecamatan Desa
Jembatan
Beton/Permanen Gunung Alip Sukabanjar
Talud Gunung Alip Sukabanjar
Talud Gunung Alip Sukabanjar
Talud Gunung Alip Sukabanjar
Jalan Rabat Beton Gunung Alip Sukabanjar
Gorong-gorong
Plat beton/Plat Duiker
Gunung Alip Sukabanjar
Jalan Rabat Beton Kelumbayan Umbar
Jalan Rabat Beton Limau Ketapang
Talud Limau Tegineneng
Jalan Paving Block Limau Tegineneng
Drainase/Saluran
Jalan Limau Tegineneng
Drainase/Pasang
Bronjong Limau Tegineneng
Program Tahun 2012
Drainase/Parit
Galian Tanah
Kota Agung Kuripan
Drainase/Parit
Galian Tanah
Kota Agung Kuripan
Drainase/Parit
Galian Tanah
Kota Agung Kuripan
Drainase/Parit
Galian Tanah
Kota Agung Kuripan
Jalan Rabat Beton Kota Agung Kuripan
Jalan Rabat Beton Kota Agung Kuripan
No Program/Kegiatan
Lokasi
Volume/Satuan Status Kondisi infrastruktur Kecamatan Desa
Plengsengan/Talud
Perkuatan/Dinding
Penahan
Kota Agung Kuripan
Plengsengan/Talud
Perkuatan/Dinding
Penahan
Kota Agung Kuripan
Plengsengan/Talud
Perkuatan/Dinding
Penahan
Kota Agung Kuripan
Gorong-gorong
Plat beton/Plat Duiker
Kota Agung Kuripan
Program Tahun 2011
Sumber : RIS PNPM Provinsi Lampung
7.1.1.1 Permasalahan dan Tantangan Pengembangan Permukiman
Pertambahan penduduk di Kabupaten Tanggamus disertai dengan laju pertumbuhan ekonomi mengakibatkan kebutuhan perumahan dan permukiman terus bertambah, permasalahan yang dihadapi dalam pembangunan dibidang perumahan dan permukiman sebagai berikut:
1. Terbatasnya dana pemerintah dalam penyediaan perumahan dan permukiman.
2. Masih sedikitnya perusahaan swasta yang bergerak dalam pembangunan. 3. Rendahnya tingkat pemenuhan kebutuhan perumahan yang layak dan
terjangkau. Kaitannya dengan rendahnya kemampuan/daya beli masyarakat
rumah tembok (dulunya kayu) dengan beraneka ragam gaya arsitektur (eropa) telah menggeser keberadaan rumah berciri tradisional yang berasal dari kayu. Di sisi lain keberadaan bahan dasar pembangunan rumah tradisional dari kayu juga semakin langka dan sulit di dapatkan serta harganya jauh lebih mahal.
5. Terjadinya masalah lingkungan dan bencana yang serius, seperti banjir yang melanda daerah permukiman sepanjang sungai, baik di bantaran sungai maupun disekitarnya. Kejadian bencana alan khususnya banjir dapat meusak sarana dan prasarana lingkungan permukiman.
6. Masih rendahnya kualitas pelayanan dan prasarana lingkungan permukiman seperti air bersih, air limbah, persampahan dan drainase.
7. Pemberian ijin penguasaan lahan untuk kawasan perumahan dan permukiman belum dilandasi kerangka penataan wilayah yang lebih menyeluruh.
Analisa Pemasalahan
Ketersediaan Prasarana dan Sarana Dasar (PSD) permukiman yang belum memadai merupakan hambatan paling berpengaruh bagi pengembang, di sisi lain permintaan akan perumahan terus meningkat seiring laju pertumbuhan penduduk. Kondisi ini diperparah dengan terbatasnya lahan. Ini membuat masyarakat yang ingin memiliki rumah tempat tinggal yang layak maka harus mengeluarkan biaya yang cukup tinggi.
Bagi masyarakat dengan tingkat ekonomi rendah (MBR), tentunya akan kesulitan untuk memenuhi kebutuhan perumahan yang layak sehingga terpaksa untuk membangun rumah tinggal yang tidak memenuhi standar atau bahkan tidak layak huni. Hal ini mengakibatkan timbulnya daerah-daerah kumuh yang sangat rentan terhadap gangguan kesehatan bagi para penghuninya.
Analisis permasalahan dalam pengembangan permukiman di Kabupaten Tanggamus sebagai berikut:
Berdasarkan data, jumlah penduduk Kabupaten Tanggamus pada tahun 2010 adalah mencapai 536.613 jiwa. Dengan asumsi bahwa satu KK terdiri atas 5 orang dan memiliki satu unit rumah tinggal, maka pada tahun 2010 idealnya jumlah unit rumah yang ada di Kabupaten Tanggamus guna memenuhi kebutuhan perumahan masyarakat adalah sebanyak 107.323 unit rumah.
Kabupaten Tanggamus yang umumnya penduduk bermata pencaharian sebagai nelayan dan pertanian, sehingga perlu diprioritaskan pengembangan permukiman di wilayah ini yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat nelayan. Pada kawasan permukian nelayan terdapat wilayah kumuh sedang yaitu di Kecamatan Kota Agung tepatnya di Pekon Baros. Selain itu juga terdapat wilayah agropolitan yang perlu ada peningkatan prasarana permukiman
2. Analisis Permasalahan Prasarana dan Sarana Dasar (PSD) Permukiman.
a. Prasarana dan Sarana Air Bersih
Dengan menggunakan standar kebutuhan air di lingkungan perumahan 30 - 50 liter/orang/hari dan dengan asumsi bahwa setiap satu KK terdiri dari 4 orang, maka kebutuhan air bersih adalah sebesar ± 200 liter/KK/hari. Dengan demikian pada tahun 2015 Kebutuhan air bersih bagi perumahan di Kabupaten Tanggamus adalah sebesar 23.493.419 liter/hari.
b. Prasarana dan Sarana Persampahan
Dalam analisa kebutuhan Prasarana dan Sarana Persampahan, digunakan asumsi bahwa satu KK menghasilkan timbulan sampah sebanyak 10 liter/KK/hari. Dengan asumsi tersebut maka pada tahun 2015 timbulan sampah di Kabupaten Tanggamus akan mencapai 1.174.671 liter/hari atau 1.174 m3/hari.
c. Prasarana jalan lingkungan dan drainase
dengan lebar 2 – 5 meter. Dengan standar tersebut dan juga asumsi bahwa setiap satu hektar lingkungan permukiman memerlukan 60 meter jalan lingkungan, maka idealnya panjang jalan lingkungan pada lingkungan permukiman yang ada di Kabupaten Tanggamus pada tahun 2013 mencapai 232,75 Km dengan saluran drainase pada sisi kanan dan kiri jalan.
d. Prasarana dan Sarana Air Limbah.
Kondisi Prasarana dan Sarana Dasar (PSD) bidang air limbah di Kabupaten Tanggamus belum memadai dan belum sesuai dengan stándar pengolahan air limbah.
3. Analisis Masalah Kelembagaan.
Permasalahan kelembagaan di Kabupaten Tanggamus terkait penyediaan kebutuhan perumahan dan permukiman antara lain:
• Pemberian perizinan penguasaan lahan untuk kawasan perumahan dan permukiman terkadang tidak mengacu pada dokumen rencana tata ruang wilayah yang ada.
• Penyelenggaraan pembangunan perumahan dan pengembangan permukiman saat ini belum dijadikan prioritas bagi Pemerintah Daerah. • Mekanisme kerjasama antar instansi pemerintah di Kabupaten
Tanggamus dan lintas wilayah belum terkoordinasi dengan baik.
Alternatif Pemecahan Persoalan dan Rekomendasi
Untuk menangani permasalahan menyangkut pengembangan permukiman di Kabupaten Tanggamus, ada beberapa strategi yang telah diambil dalam penanganan masalah pengembangan permukiman adalah sebagai berikut: Melakukan penataan kawasan permukiman kumuh dengan cara menjalin kemitraan dengan pihak-pihak terkait dalam rehabilitasi rumah-rumah tak layak huni.
Peningkatan kesadaran masyarakat terhadap kesehatan dan lingkungan. Untuk mengantisipasi permasalahan pembangunan/pengembangan permukiman di Kabupaten Tanggamus pada masa akan datang, maka perlu disusun suatu pedoman yang mengakomodasi kepentingan–kepentingan dalam aspek permukiman yang meliputi prasarana sarana dasar dan kelembagaan yang mengelolanya serta aspek pembiayaan. Langkah– langkah penanganan permasalahan pengembangan permukiman yang direncanakan yaitu:
1. Mendorong peran serta masyarakat dalam proses perencanaan, pemanfaatan hingga pengendalian ruang melalui pengembangan forum komunikasi dan kerjasama.
2. Penyusunan Norma, Standar, Pedoman dan Manual (NSPM) yang dijadikan pedoman bagi penyelenggaraan pembangunan perumahan dan permukiman di daerah yang didasarkan pada kondisi daerah setempat.
3. Perencanaan yang matang dengan mempertimbangkan potensi masing-masing wilayah dengan mengedepankan prioritas kebutuhan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat.
4. Pengembangan program–program pembangunan perumahan dan permukiman serta perbaikan dan peningkatan Prasarana dan Sarana Dasar (PSD) permukiman.
5. Melakukan sosialisasi terhadap hasil – hasil perencanaan dan program-program pemerintah yang menyangkut masalah pembangunan perumahan dan pengembangan permukiman secara berkesinambungan.
Tabel 7-7 Identifikasi Permasalahan dan Tantangan Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Permukiman Perkotaan
No Permasalahan
Pengembangan
Permukiman
Tantangan Pengembangan Alternatif Solusi
1 Aspek Teknis
1. Pertumbuhan
2. Rendahnya tingkat
pemenuhan
kebutuhan
perumahan yang
layak dan terjangkau.
Kaitannya dengan
4. Semakin memudarnya
citra permukiman khas
peninggalan
kejayaan masa
lampau (tradisional)
5. Terjadinya masalah
lingkungan dan
bencana yang serius,
seperti banjir yang
melanda daerah
permukiman
sepanjang sungai,
baik di bantaran
1. Kesulitan terbentukmya
perumahan baru karena
tingginya tingkat kriminalitas,
sehingga sektor
perekonomian yang dapat
menambah pendapatan
tidak berkembang.
2. Pertumbuhan permukiman
linier dan terpusat sepanjang
jalan utama.
3. Permukiman kumuh nelayan
mengintervensi kawasan
pesisir pantai dan bantaran
sungai dengan menempati
lahan-lahan ilegal.
masyarakat baik di
lingkungan kumuh,
RSH, Agropolitan dan
minapolitan serta
pada pulau terpencil
sungai maupun
disekitarnya. Kejadian
bencana alan
khususnya banjir
dapat meusak sarana
dan prasarana
lingkungan
permukiman
6. Masih rendahnya
kualitas pelayanan
dan prasarana
lingkungan
permukiman seperti air
bersih, air limbah,
persampahan dan
drainase.
2 Aspek Kelembagaan
1. Pemberian perizinan
penguasaan lahan
tata ruang wilayah
yang ada.
2. Mekanisme kerjasama
antar instansi
pemerintah di
Kabupaten
Tanggamus dan lintas
wilayah belum
permukiman saat ini belum
dijadikan prioritas bagi
Pemerintah Daerah.
Lokasi pengembangan
perumahan khususnya kepada
developer / pengembang
dimana pembangunan
perumahan dan permukiman
tidak sesuai dengan arahan
perencanaan tata ruang yang
berlaku
terutama bagi
masyarakat segmentasi
ekonomi menengah ke
bawah dan masyarakat
berpenghasilan rendah
(MBR), pemerintah
memberikan program
sistem Kredit Kepemilikan
Rumah bagi
masyarakat,dan TAPERUM
bagi PNS / TNI / Polri.
3 Aspek Pembiayaan
pengembangan
kawasan permukiman
terutama Prasarana dan
Sarana Dasar (PSD)
penunjangnya saat ini
belum mampu memenuhi
kebutuhan seluruh
masyarakat Kabupaten
Tanggamus.
pembiayaan pembangunan
mengakibatkan tidak seluruh
wilayah Kabupaten
Tanggamus dapat menikmati
pembangunan Prasarana
dan Sarana Dasar (PSD)
permukiman yang memadai.
3. Antara masyarakat, swasta
dan pemerintah harus
meningkatkan pola
kerjasama agar
pembangunan di Kabupaten
Tanggamus dapat berjalan
sebagaimana yang sudah
direncanakan.
prasarana dan sarana
dasar yang dilakukan
perlu memperhatikan
skala prioritas
pembangunan yaitu
mendahulukan wilayah –
wilayah yang benar –
benar membutuhkan
penanganan prioritas
4 Aspek Peran Serta Masyarakat / Swasta
1. Masyarakat cenderung
kurang peduli dengan
kenyamanan dan
keamanan dalam
bertempat tinggal,
sehingga identik
dengan segala atribut
kekumuhan dan
ilegalitas
2. Masyarakat masih
mengharapkan setiap
pembangunan di
lingkungannya
dilakukan oleh
Pemerintah.
Adanya campur tangan dari
pihak luar dalam keterlibatan
masyarakat dalam
pembangunan
1. Menempatkan
masyarakat sebagai
pelaku yang sangat
menentukan dalam
proses pembangunan
permukiman terutama
masyarakat yang
kurang mampu dalam
penyediaan housing
dengan konsep rumah
sederhana tetapi
sehat;
2. Memposisikan
pemerintah sebagai
fasilitator dalam proses
pembangunan
permukiman terutama
permukiman untuk
masyarakat kurang
mampu;
7.1.2 Sasaran Program
Secara garis besar Program Pembangunan Perumahan dan Pemukiman di Kabupaten Tanggamus yang diusulkan dalam lima tahun mendatang sebagai berikut:
1) Peningkatan kualitas lingkungan permukiman perkotaan dan pedesaan, serta penyediaan permukiman dengan kegiatan-kegiatan peningkatan pemberdayaan masyarakat.
2) Program penyehatan lingkungan permukiman yang meliputi kegiatan penanganan drainase pengendalian banjir flood control.
3) Peningkatan pemanfaatan kapasitas produksi yang sudah terpasang melalui perluasan jaringan distribusi sambungan rumah, hidran umum dan terminal air.
4) Program penataan bangunan, yakni penyusunan pengendalian tata bangunan dan lingkungan.
Program penataan kota dalam rangka mendorong pemantapan fungís-fungsi kawasan kota Kecamatan sehingga dapat meningkatkan produktifitas kota, melalui pembangunan Kampung Improvement Project (KIP) di wilayah kota Kecamatan yang akan menjadi pelayanan wilayah pembangunan, terutama pengembangan kawasan permukiman kumuh di Kecamatan Kota Agung, Kecamatan Talang Padang dan Kecamatan Gisting.
7.1.3 Usulan Kebutuhan Program
Jumlah penduduk di Kabupaten Tanggamus pada tahun 2010 adalah sebanyak 529.842 jiwa dengan konsentrasi penduduk paling banyak tedapat di Kecamatan Pugung, yaitu sebanyak 53.081 jiwa. Konsetrasi penduduk paling sedikit adalah di Kecamatan Kelumbayan Barat, yaitu 10.283 jiwa.
Tahun 2010 jumlah ketersediaan rumah di wilayah Kabupaten Tanggamus mencapai 132,257 unit. Jumlah tersebut meningkat menjadi 292,115 unit di tahun 2031. Peningkatan ini berkaitan dengan bertambahnya penduduk di wilayah Tanggamus. Kondisi ini diperkirakan akan terus berlangsung hingga 10 tahun kedepan.
Kondisi tersebut juga terjadi di hampir seluruh wilayah kecamatan di Kabupaten Tanggamus, hanya saja tingkat pertumbuhan kebutuhan rumah tidak sama pada masing-masing kecamatan. Wilayah kecamatan yang ditaksir memiliki tingkat kebutuhan rumah paling rendah adalah kecamatan Bulok. Dari hasil perhitungan, pertumbuhan kebutuhan rumah di Kecamatan Bulok rata-rata mencapai 0,04% per tahun, sehingga kebutuhan rumah pada tahun 2031 diperkirakan sebanyak 2,567 unit. Untuk lebijelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 7-8 Proyeksi Jumlah Rumah Tangga Di Kabupaten Tanggamus
NO KECAMATAN JUMLAH
PENDUDUK
Th 2010
(JIWA)
JUMLAH
PENDUDUK
Th 2031 (JIWA)
JUMLAH RUMAH
TANGGA Th 2031
(JIWA)
KEBUTUHAN
RUMAH
Th 2031 (UNIT)
1 Wonosobo 34,431 48,305 12,076 7,342
2 Semaka 34,852 46,683 11,671 6,694
3 B Negeri
Semuong
17,931 27,708 6,927 4,674
4 Kota Agung 37,574 45,793 11,448 5,705
5 Pematang
Sawa
17,370 35,650 8,913 7,464
6 Kota Agung
Timur
18,251 37,813 9,453 7,961
7 Kota Agung
Barat
18,341 83,045 20,761 23,015
8 Pulau
Panggung
29,115 31,143 7,786 2,974
9 Air Naningan 36,140 27,874 6,969 2,641
10 Ulu Belu 25,686 58,972 14,743 13,122
11 Talang Padang 42,699 49,809 12,452 5,740
NO KECAMATAN JUMLAH
Th 2031 (JIWA)
JUMLAH RUMAH
TANGGA Th 2031
(JIWA)
KEBUTUHAN
RUMAH
Th 2031 (UNIT)
13 Gisting 33,389 34,170 8,543 2,895
14 Gunung Alip 18,414 27,381 6,845 4,442
15 Pugung 53,081 68,125 17,031 9,204
16 Bulok 19,694 22,732 5,683 2,567
17 Cukuh Balak 22,470 43,072 10,768 8,641
18 Kelumbayan 10,995 49,035 12,259 13,548
19 Limau 19,366 42,733 10,683 8,019
20 Kelumbayan
Barat
10,283 31,905 7,976 150,716
Jumlah 529,842 848,919 212,230 292,115
Sumber: hasil analisis, 2014
Proyeksi kebutuhan perumahan dan permukiman berdasarkan proyeksi penduduk dan backlog dihitung berdasarkan laju pertumbuhan penduduk pada tiap-tiap kecamatan wilayah perencanaan.
Tabel 7-9Proyeksi Kebutuhan Rumah DanBacklogKabupaten Tanggamus
NO KECAMATAN RUMAH
TANGGA
1 Wonosobo 11,477 8,760 2,717 16,102 4,625 7,342
2 Semaka 11,617 8,867 2,750 15,561 3,944 6,694
3 B Negeri
Semuong
5,977 4,562 1,415 9,236 3,259 4,674
4 Kota Agung 12,525 9,559 2,965 15,264 2,740 5,705
5 Pematang
Sawa
5,790 4,419 1,371 11,883 6,093 7,464
6 Kota Agung
Timur
NO KECAMATAN RUMAH
7 Kota Agung
Barat
6,114 4,666 1,447 27,682 21,568 23,015
8 Pulau
Panggung
9,705 7,407 2,298 10,381 676 2,974
9 Air Naningan 8,713 6,650 2,063 9,291 578 2,641
10 Ulu Belu 8,562 6,535 2,027 19,657 11,095 13,122
11 Talang
Padang
14,233 10,863 3,370 16,603 2,370 5,740
12 Sumberejo 9,920 7,571 2,349 12,324 2,404 4,752
13 Gisting 11,130 8,495 2,635 11,390 260 2,895
14 Gunung Alip 6,138 4,685 1,453 9,127 2,989 4,442
15 Pugung 17,694 13,505 4,189 22,708 5,015 9,204
16 Bulok 6,565 5,011 1,554 7,577 1,013 2,567
17 Cukuh Balak 7,490 5,717 1,773 14,357 6,867 8,641
18 Kelumbayan 3,665 2,797 868 16,345 12,680 13,548
19 Limau 6,455 4,927 1,528 14,244 7,789 9,317
20 Kelumbayan
Barat
3,428 2,616 811 10,635 7,207 8,019
Jumlah 173,281 132,257 41,024 282,973 109,692 150,716
Sumber: hasil analisis, 2014
Pengembangan perumahan dan permukiman Kabupaten Tanggamus dan sekitarnya dilakukan dengan model Tridaya. Tiga aspek utama pemberdayaan masyarakat, yakni aspek fisik, ekonomi, dan sosial diimplementasikan secara terpadu satu sama lain.
lingkungan permukiman yang memadai, bersih, dan sehat. Tiga pendekatan tersebut adalah pendekatan peningkatan pendapatan, pendekatan modernisasi, dan pendekatan pemberdayaan.
Tabel 7-1Perkiraan Kebutuhan Program Pengembangan Permukiman di Perkotaan Untuk 5 Tahun
NO URAIAN UNIT TAHUN KET
I II III IV V
1 Jumlah Penduduk Jiwa
Kepadatan
Penduduk
Jiwa/Km2
Proyeksi Persebaran
Penduduk
Jiwa
Proyeksi Persebaran
Penduduk Miskin
Jiwa
2 Sasaran Penurunan
Kawasan Kumuh
Ha
3 Kebutuhan
Rusunawa
TB
4 Kebutuhan RSH unit
5 Kebutuhan
Pengembangan
Permukiman Baru
Kws
Tabel 7-2Perkiraan Kebutuhan Program Pengembangan Permukiman di Perdesaan Untuk 5 Tahun
NO URAIAN UNIT TAHUN KET
I II III IV V
1 Jumlah
Penduduk
Jiwa
Kepadatan
Penduduk
Jiwa/Km2
Proyeksi
Persebaran
Penduduk
NO URAIAN UNIT TAHUN KET
2 Desa Potensial
untuk
3 Desa Potensial
untuk
7 Desa Kategori
Miskin
Kws Gisting Wonosobo
7.2
Sektor Penataan Bangunan dan LingkunganPenataan bangunan dan lingkungan adalah serangkaian kegiatan yang diperlukan sebagai bagian dari upaya pengendalian pemanfaatan ruang, terutama untuk mewujudkan lingkungan binaan, baik di perkotaan maupun di perdesaan, khususnya wujud fisik bangunan gedung dan lingkungannya. Visi penataan bangunan dan lingkungan adalah terwujudnya bangunan gedung dan lingkungan yang layak huni dan berjati diri, sedangkan misinya adalah: (1) Memberdayakan masyarakat dalam penyelenggaraan bangunan gedung yang tertib, layak huni, berjati diri, serasi dan selaras, dan (2) Memberdayakan masyarakat agar mandiri dalam penataan lingkungan yang produktif dan berkelanjutan.
Secara idealnya perlu disusun dan diberlakukan upaya pengendalian pemanfaatan untuk setiap bagian kota berdasarkan hasil identifikasi pemerintah daerah setempat. Prioritas penanganan terutama dilakukan pada daerah atau pusat-pusat kota yang mempunyai pertumbuhan cepat dan memerlukan pengendalian yang lebih tepat, ketat dan khusus, seperti pada pusat-pusat perdagangan, kawasan wisata, kawasan bersejarah, kawasan permukiman, atau pada kawasan-kawasan yang dari segi geografis memerlukan perhatian khusus, seperti perairan, perbukitan dan lain-lain.
Rencana Penataan Bangunan Lingkungan dimaksudkan untuk memberikan panduan dan arahan terhadap lingkungan binaan pada daerah-daerah yang dapat memenuhi kepentingan atau aspirasi masyarakat, pemanfaatan sumber daya setempat dan daya dukung lahan yang optimal. Panduan dan arahan lingkungan binaan (urban design guidelines) tersebut dapat melalui panduan yang bersifat mengendalikan pengembangan bagian kota / lingkungan, panduan perancangan kelompok bangunan / lingkungan, panduan perlindungan bangunan dan lingkungan bersejarah, panduan perijinan maupun melalui panduan program investasi.
1) UU No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman
UU No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman memberikan amanat bahwa penyelanggaraan perumahan dan kawasan permukiman adalah kegiatan perencanaan, pembangunan, pemanfaatan, dan pengendalian, termasuk didalamnya pengembangan kelembagaan, pendanaan dan sistem pembiayaan, serta peran masyarakat yang terkoordinasi dan terpadu.
Pada UU No. 1 Tahun 2011 juga di amantkan pembangunan kaveling tanah yang telah dipersiapkan harus sesuai dengan persyaratan dalam pembangunan, penguasaan, pemilikan yang tercantum pada rencana rinci tata ruang dan Rencana tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL)
2) UU No. 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung
UU No. 28 Tahun 2002 memberikan amanat bangunan gedung diselenggarakan secara tertib hukum dan diwujudkan sesuai dengan fungsinya, serta dipenuhinya persyaratan administratif dan teknis bangunan gedung.
Persyaratan administratif yang harus dipenuhi adalah :
a. Status hak atas tanah, dan/atau izin pemanfaatan dari pemegang hak atas tanah ;
b. Status kepemilikan bangunan gedung; dan
c. Izin mendirikan bangunan gedung.
3) PP 36/2005 tentang Peraturan Pelaksanaan UU No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung
Secara lebih rinci UU No. 28 tahun 2002 dijelskan dalam PP No. 36 Tahun 2005 tentang peraturan pelaksanaan dari UU No. 28/2002. PP ini membahas ketentuan fungsi bangunan gedung, persyaratan bangunan gedung, penyelenggaraan bangunan gedung, peran masyarakat, dan pembinaan dalam penyelenggaraan bangunan gedung. Dalam peraturan ini ditekankan pentingnya bagi pemerintah daerah untuk menyusun Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) sebagai acuan rancang bangun serta alat pengendalian pengembangan bangunan dan lingkungan.
4) Permen PU No. 06/PRT/M/2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan
Sebagai panduan bagi semua pihak dalam menyusun dan pelaksanaan dokumen RTBL, maka telah ditetapkan Permen PU No. 06/PRT/M/2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan. Dalam peraturan tersebut, dijelaskan bahwa RTBL disusun pada skala kawasan baik di perkotaan maupun perdesaan yang meliputi kawasan baru berkembang cepat, kawasan terbangun, kawasan dilestarikan, kawasan rawan bencana, serta kawasan gabungan dari jenis-jenis kawasan tersebut. Dokumen RTBL yang disusun kemudian ditetapkan melalui peraturan walikota/bupati.
5) Permen PU No. 01/PRT/M/2014 tentang Standar Pelayanan Minimal bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang
7.2.1 Kondisi Eksisting
Bangunan-bangunan di wilayah Kabupaten Tanggamus secara umum saat ini diarahkan kepada penataan sesuai dengan fungsi kawasan yang telah direncanakan yaitu perdagangan dan jasa, pemukiman, perkantoran dan pendidikan. Dari sisi tata letak kota, bangunan-bangunan memiliki fungsi sebagaimana disebutkan di atas.
Bangunan-bangunan yang berfungsi sebagai fasilitas umum adalah sebagian dari bangunan yang memiliki fungsi jasa, misalnya rumah sakit, kantor pos, kantor dinas pemadam kebakaran dan lain-lain. Secara umum bangunan-bangunan fasilitas umum ini seharusnya dijadikan fasilitas pendukung dari fungsi-fungsi bangunan lainnya sehingga lokasi dan keberadaannya tidak berjauhan dari bangunan lainnya terurama kawasan pemukiman. Namun hal ini sering tidak bisa tertata secara baik karena perkembangan pembangunan kota yang kurang terkendali dan cenderung tidak terencana. Dari sisi historis banyak bangunan – bangunan dan kawasan di Kabupaten Tanggamus yang memiliki nilai historis tinggi karena merupakan bangunan dan kawasan peninggalan sejarah.
Tabel 7-3Peraturan Daerah/Peraturan Gubernur/Peraturan Walikota/Bupati/peraturan lainnya terkait Penataan Bangunan dan
Lingkungan di Kabupaten Tanggamus
No Perda/Pergub/Perwal/Perbup/Peraturan lainnya Amanat Kebijakan
Daerah Jenis Produk
Pengaturan
No./Tahun Perihal
1 Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun
2013
Bangunan Gedung memuat perizinan,
perencanaan,
pelaksanaan
konstruksi,
pemanfaatan,
kelayakan bangunan
gedung agar sesuai
dengan peraturan
perundang-undangan.
Sumber : Perda, Tahun 2013
Berdasarkan peraturan ini, fungsi bangunan di Kabupaten Tanggamus terdiri dari 6 fungsi, yakni bangunan rumah tinggal, bangunan sarana pendidikan, bangunan tempat usaha, bangunan sarang walet, bangunan industri dan bangunan lain-lain (pagar, menara/tower, tempat menjemur padi/huller dan lain-lain). Kualitas bangunan di Kabupaten Tanggamus dapat diklasifikasikan kedalam 3 kategori, yaitu bangunan dengan kualitas baik, bangunan dengan kualitas sedang dan bangunan dengan kulaitas kurang baik. Sebaran bangunan berdasarkan klasifikasi tersebut di Kabupaten Tanggamus adalah sebagai berikut:
1. Bangunan dengan kualitas baik.
Bangunan dengan kualitas baik ini terdapat di kawasan perdagangan di jalan-jalan utama kota dan kawasan perumahan formal dan bangunan-bangunan baru.
2. Bangunan dengan kualitas sedang.
3. Bangunan dengan kualitas kurang baik.
Bangunan dengan kualitas kurang baik ini tersebar di beberapa kawasan teruatama di perdesaan dan permukiman yang berada di kawasan pesisir pantai. Jumlah bangunan kelompok ini permanen kecil dan lokasinya tersebar diantara bangunan-bangunan dengan kualitas sedang, kebanyakan merupakan bangunan semi permanen dan temporer. Tata letak bangunan tidak teratur sehingga menimbulkan kesan kumuh serta kondisi lingkungan kurang baik.
Tabel 7-4Penataan Lingkungan Permukiman
Kawasan
Tradisional/Bersejarah RTH Pemenuhan SPM
Penanganan
Pencapaian Penataan Bangunan Gedung dan Lingkungan
Program/kegiatan penataan bangunan gedung dan lingkungan yang telah dilakukan di Kabupaten Tanggamus adalah sebagai berikut :
a. Kegiatan Pembinaan Teknis Bangunan dan Gedung
1) Kegiatan diseminasi peraturan perundang-undangan penataan bangunan dan lingkungan;
2) Pengelolaan bangunan gedung dan rumah negara;
4) Rehabilitasi bangunan gedung negara; b. Kegiatan Penataan Lingkungan Permukiman
1) Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL). 2) Bantuan teknis pengelolaan Ruang terbuka Hijau (RTH).
3) Pembangunan prasarana dan sarana peningkatan lingkungan permukiman kumuh dan nelayan.
c. Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat di Perkotaan
1) Bantuan teknis penanggulangan kemiskinan di perkotaan;
2) Bantuan penanggulangan kemiskinan terpadu (PAKET) dan replikasi.
Tabel 7-5Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara
No Kawasan/
Kecamatan
Juml BG Negara
Berdasarkan
Fungsi
Status
Kepemilikan
Kondisi
Bangunan
Keter
sediaan
Utilitas BG
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1 ... Fungsi Hunian :
...Unit
Fungsi
Keagamaan :
...Unit
Fungsi Usaha :
...Unit
Fungsi Sosial
Budaya :
...Unit
Fungsi Khusus :
...Unit
Tabel 7-6Pemberdayaan Komunitas dalam Penanggulangan Kemiskinan
No Kecamatan Kegiatan PNPM
Perkotaan
Kegiatan
Pemberdayaan
Lainnya
(1) (2) (3) (4)
Penataan bangunan dan lingkungan adalah serangkaian kegiatan yang diperlukan sebagai bagian dari upaya pengendalian pemanfaatan ruang, terutama untuk mewujudkan lingkungan binaan, baik di perkotaan maupun di perdesaan, khususnya wujud fisik bangunan gedung dan lingkungan. Visi penataan bangunan dan lingkungan adalah terwujudnya bangunan gedung dan lingkungan yang layak huni dan berjati diri, sedangkan misinya adalah: i) Memberdayakan masyarakat dalam penyelenggaraan bangunan gedung yang tertib, berjati diri, serasi dan selaras, ii) Memberdayakan masyarakat agar mandiri dalam penataan lingkungan yang produktif dan berkelanjutan. Dalam penataan bangunan dan lingkungan terdapat beberapa permasalahan dan tantangan yang antara lain:
1. Permasalahan dan tantangan di bidang Bangunan Gedung
Kurang ditegakkannya aturan keselamatan, keamanan dan kenyamanan Bangunan Gedung termasuk pada daerah-daerah rawan bencana.
Kurangnya prasarana dan sarana hidran kebakaran, bahkan yang ada banyak yang tidak berfungsi dan kurang mendapat perhatian.
Lemahnya pengaturan penyelenggaraan Bangunan Gedung serta rendahnya kualitas pelayanan publik dan perijinan.
2. Permasalahan dan tantangan di Bidang Gedung dan Rumah Negara
Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara kurang tertib dan efisien.
Masih banyaknya asset Negara yang tidak teradministrasi dengan baik. 3. Permasalahan dan tantangan di bidang Penataan Lingkungan.
Masih adanya permukiman kumuh di sebelas pekon / kelurahan seluas 2088 hektare yang tersebar di lima kecamatan dan dihuni kurang lebih 85.133 Jiwa.
Kurang diperhatikannya permukiman-permukiman tradisional dan bangunan gedung bersejarah, padahal mempunyai potensi wisata.
Terjadinya degradasi kawasan strategis, padahal mempunyai potensi ekonomi untuk mendorong pertumbuhan ekonomi wilayah.
Sarana lingkungan hijau/open space atau public space, sarana olah raga, dan lain-lain
4. Permasalahan dan tantangan di bidang Pemberdayaan Masyarakat
Jumlah penduduk miskin yang ada di Kabupaten Tanggamus.
Belum mantapnya kelembagaan komunitas untuk meningkatkan peran masyarakat.
Belum dilibatkannya masyarakat secara aktif dalam proses perencanaan dan penetapan prioritas pembangunan di wilayahnya. Pokok-pokok permasalahan dan tantangan dalam penataan lingkungan di Kabupaten Tanggamus adalah sebagai berikut :
1. Menurunnya daya dukung lingkungan diantaranya dengan meningkatnya lingkunngan permukiman kumuh di kawasan perkotaan.
2. Kondisi fisik dan lingkungan yang tidak memenuhi persyaratan teknis dan kesehatan serta kondisi fisik lingkungan yang tidak kurang memenuhi persyaratan teknis dikarenakan tidak tersedianya prasarana dan sarana permukiman yang memadai.
4. Sangat berkurangnya taman-taman dan ruang terbuka hijau di beberapa lingkungan permukiman dan di pusat–pusat kegiatan masyarakat.
5. Kurang prasarana dan sarana pendukung di kawasan cagar budaya dan kawasan wisata.
6. Hutan kota di wilayah belum optimal berfungsi sebagai ruang terbuka hijau karena kondisi tanaman yang tidak terpelihara dengan baik
7. Masih sangat kurangnya pohon-pohon peneduh dan pohon untuk mengurangi polusi di sepanjang jalan-jalan utama kota dan di sekitar wilayah industri.
Tabel 7-7Identifikasi Permasalahan dan Tantangan Penataan Bangunan dan Lingkungan
No Aspek PBL Permasalahan Yang
DIhadapi
Tantangan
Pengembangan
Alternatif Solusi
I Kegiatan Penataan Lingkungan Permukiman
1 Aspek Teknis
2 Aspek Kelembagaan
3 Aspek Pembiayaan
4 Aspek Peran Serta
Masyarakat/swasta
5 Aspek Lingkungan
Permukiman
II Kegiatan Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara
1 Aspek Teknis
2 Aspek Kelembagaan
3 Aspek Pembiayaan
4 Aspek Peran Serta
Masyarakat/swasta
5 Aspek Lingkungan
No Aspek PBL Permasalahan Yang
DIhadapi
Tantangan
Pengembangan
Alternatif Solusi
III Kegiatan Pemberdayaan Komunitas dalam Penanggulangan Kemiskinan
1 Aspek Teknis
2 Aspek Kelembagaan
3 Aspek Pembiayaan
4 Aspek Peran Serta
Masyarakat/swasta
5 Aspek Lingkungan
Permukiman
7.2.2 Sasaran Program
7.2.3 Usulan Kebutuhan Program
Dari permasalahan penataan bangunan dan lingkungan di Kabupaten Tanggamus saat ini, maka untuk mengatasi permasalahan – permasalahan tersebut dibutuhkan beberapa upaya penanganan. Kebutuhan program / kegiatan dalam penataan bangunan dan lingkungan antara lain:
A. Kegiatan Penataan Lingkungan Permukiman
1. Rencana Penataan Bangunan dan Lingkungan (RTBL).
Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) adalah bagian dari sistem manajemen pembangunan karena merupakan panduan wujud bangunan dan lingkungan dalam bentuk tiga dimensi serta pengendali pengembangan suatu kawasan. Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) diperlukan bertujuan untuk memenuhi kriteria perencanaan tata bangunan dan lingkungan yang berkelanjutan, meliputi: a. Pemenuhan persyaratan tata bangunan dan lingkungan.
b. Peningkatan kualitas hidup masyarakat melalui perbaikan kualitas lingkungan dan ruang publik.
2. Pembangunan Ruang Terbuka Hijau (RTH).
Ketersediaan dokumen pengelolaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) dan pembangunan serta penataannya diperlukan dalam memberikan ruang publik bagi masyarakat
3. Penataan dan Pengembangan Kawasan Cagar Budaya.
Penataan dan Pengembangan Kawasan Cagar Budaya dibutuhkan guna menunjang potensi daerah yang ada dan peningkatan pendapatan daerah.
4. Pengelolaan Sistem Proteksi Kebakaran
Pengelolaan memalui Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran (RISPK) dan dukungan PSD kebakaran sangat dperlukan dalam mencegah adanya gangguan bahaya kebakaran terutama untuk pusat-pusat kota yang kategori penduduknya terbilang padat dan bangunan yang berhimpit, mudah sekali terjadi bahaya kebakaran.
Tabel 7-17SPM Sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan
No. Jenis Pelayanan Dasar Standar
PelayananMinimal
pengurusan IMB di
kabupaten/ kota.
100
%
2014 Dinas yang
membidangi
Gedung Negara di
kabupaten/kota.
100
%
2014 Dinas yang
membidangi
luasan RTH publik
sebesar 20% dari
luas wilayah kota/
kawasan
perkotaan.
25% 2014 Dinas/SKPD
yang
membidangi
Penataan
Ruang.
Sumber: Standar Pelayanan Minimal
B. Kegiatan Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara
Kegiatan penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara meliputi: 1) Menguraikan kondisi bangunan gedung negara yang belum
memenuhi persyaratan keandalan yang mencakup (keselamatan, keamanan, kenyamanan dan kemudahan);
2) Menguraikan kondisi Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara;
3) Menguraikan aset negara dari segi administrasi pemeliharaan.
C. Kegiatan Pemberdayaan Komunitas dalam Penanggulangan Kemiskinan Program yang mencakup pemberdayaan komunitas dalam penanggulangan kemiskinan adalah PNPM Mandiri, yang dilaksanakan dalam bentuk kegiatan P2KP (Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan). P2KP merupakan program pemerintah yang secara substansi berupaya menanggulangi kemiskinan melalui pemberdayaaan masyarakat dan pelaku pembangunan lokal lainnya, termasuk Pemerintah Daerah dan kelompok peduli setempat.
Tabel 7-18Kebutuhan sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan
No Uraian Satuan Kebutuhan Ket
Tahun I Tahun II Tahun
III
Tahun
IV
Tahun V
I Kegiatan Penataan Lingkungan Permukiman
1 Ruang Terbuka
Hijau (RTH)
M2
2 Ruang Terbuka M2
3 PSD unit
4 PS Lingkungan unit
5 HSBGN laporan
6 Pelatihan Teknis
Tenaga
Pendata
HSBGN
laporan
7 lainnya
II Kegiatan Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara
1 Bangunan
Fungsi Hunian
unit
2 Bangunan
Fungsi
Keagamaan
unit
3 Bangunan
Fungsi Usaha
unit
4 Bangunan
Fungsi Sosial
Budaya
unit
5 Bangunan
Fungsi Khusus
6 Bintek
Pembangunan
Gedung
Negara
laporan
7 lainnya
III Kegiatan Pemberdayaan Komunitas dalam Penanggulangan Kemiskinan
1 P2KP
2 lainnya
N
o Output/Sub Output
Lokas
Sumber Pendanaan x Rp.
1000,-APBN D Rp. Murni PHLN
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
1
.
A
KAWASAN STRATEGIS YANG TERTATA DAN
DIREVITALISASI
Dukungan PSD Penataan dan Revitalisasi
Kawasan
Pembangunan Gerbang dan Jalan Masuk
Kawasan Wisata Muara Indah
N
o Output/Sub Output
Lokas
Sumber Pendanaan x Rp.
1000,-APBN D Rp. Murni PHLN
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
2
.
A
KAWASAN RUANG TERBUKA HIJAU YANG
MENINGKAT KUALITASNYA
Dukungan PSD RTH
DED Ruang Terbuka Hijau 1 Lok
asi
KAWASAN PERMUKIMAN TRADISIONAL DAN
BERSEJARAH YANG MENINGKAT
KUALITASNYA
Penyediaan Prasarana Wisata Budaya
N
o Output/Sub Output
Lokas
Sumber Pendanaan x Rp.
1000,-APBN D Rp. Murni PHLN
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Penyediaan Prasarana Wisata Budaya
Caga
Penyediaan Prasarana Wisata Budaya
N
o Output/Sub Output
Lokas
Sumber Pendanaan x Rp.
1000,-APBN D Rp. Murni PHLN
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Penyediaan Prasarana Wisata Budaya
N
o Output/Sub Output
Lokas
Sumber Pendanaan x Rp.
1000,-APBN D Rp. Murni PHLN
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Penyediaan Prasarana Wisata Budaya
Caga
Penyediaan Prasarana Wisata Budaya
N
o Output/Sub Output
Lokas
i
Vol
um
e Sat
ua
n Ta
hu
n
Sumber Pendanaan x Rp.
1000,-APBN D
A
K
APBD
Provin
si
APBD
Kab/Kot
a
BUMD KCP/S wasta
Masya
rakat CSR Rp. Murni PHLN
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Islam)
Kec.
Wono
sobo
Total
6.100.000 - - 100.000 - - -
-Sub Total 2015
4.500.000 - - - - - -
-Sub Total 2016
1.600.000 - - - - -
-Sub Total 2017
- - - - - - -
-Sub Total 2018
-Dalam hal pembiayaan proyek penyediaan pengelolaan Penataan Bangunan dan Lingkungan (PBL) Kabupaten Tanggamus, anggaran dana pelaksanaan program dibebankan pada tiga sumber pendanaan yaitu APBD Kabupaten Tanggamus, APBD Provinsi Lampung, dan pemerintah pusat (APBN). Dukungan pembiayaan dari Pemerintah Pusat dan Provinsi masih sangat dibutuhkan dalam meningkatkan kualitas bangunan gedung dan lingkungan. Tiap-tiap kegiatan program yang diusulkan akan dilakukan ploting anggaran sesuai dengan klasifikasi tanggung jawab dari perintah kabupaten, pemerintah provinsi dan pemerintah pusat.
7.3
Sektor Pengembangan Sistem Penyediaan Air MinumPelayanan air minum atau air bersih merupakan komponen yang strategis dalam pembangunan dan merupakan salah satu entry point dalam penanggulangan kemiskinan. Pengembangan dan pelayanan air minum adalah untuk meningkatkan pelayanan air minum di perdesaan maupun perkotaan, khususnya bagi masyarakat miskin di kawasan rawan air dan meningkatkan keikutsertaan swasta dalam investasi pembangunan prasarana dan sarana air minum di perkotaan.
7.3.1 Kondisi Eksisting
Pelayanan air minum jaringan perpipaan di Kabupaten Tanggamus yang dikelola oleh PDAM Way Agung saat ini meliputi 9 kecamatan dari 20 kecamatan yang ada di Kabupaten Tanggamus. Ke 9 kecamatan tersebut dalam pengelolaannya dibagi menjadi 2) cabang dan 5 unit yaitu ;
1. Cabang Kota Agung yang sistem perpipaannya meliputi pelayanan daerah Kecamatan Kota Agung dan sebahagian wilayah Kecamatan Kota Agung Timur.
2. Cabang Talang Padang yang sistem perpipaannya meliputi pelayanan daerah Kecamatan Talang Padang, sebahagian wilayah Kecamatan Gunung Alip dan sebahagian wilayah Kecamatan Gisting.
4. Unit Kota Agung Timur yang sistem perpipaannya meliputi pelayanan daerah Kecamatan Kota Agung Timur dan sebahagian wilayah Kecamatan Kota Agung.
5. Unit Pulau Panggung yang sistem perpipaannya meliputi pelayanan daerah Kecamatan Pulau Panggung.
6. Unit Air Naningan yang sistem perpipaannya meliputi pelayanan daerah Kecamatan Air Naningan.
7. Unit PEMDA yang sistem perpipaannya meliputi pelayanan daerah Komplek Perkantoran PEMDA Kabupaten Tanggamus.
Sistem Penyediaan dan Pengelolaan
Secara umum Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Kabupaten Tanggamus berdasarkan penyelenggara SPAM dapat diklasifikasikan dalam 2 (dua) jenis, yaitu :
SPAM yang diselenggarakan oleh PDAM Way Agung
SPAM yang diselenggarakan oleh masyarakat