• Tidak ada hasil yang ditemukan

askep itp

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "askep itp"

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1 BAB 1 PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1.1.LATAR BELAKANG 1.1.LATAR BELAKANG

Trombositopenia adalah suatu kekurangan trombosit, yang merupakan bagian dari Trombositopenia adalah suatu kekurangan trombosit, yang merupakan bagian dari pembekuan darah. Pada orang normal jumlah trombosit didalam sirkulasi berkisar antara pembekuan darah. Pada orang normal jumlah trombosit didalam sirkulasi berkisar antara 150.000

150.000

 – 

 – 

450.000/ul, rata-rata berumur 7-10 hari. Kira-kira 1/3 dari jumlah trombosit di450.000/ul, rata-rata berumur 7-10 hari. Kira-kira 1/3 dari jumlah trombosit di dalam sirkulasi darah mengalami penghancurandidalam limpa. Oleh karena itu untuk  dalam sirkulasi darah mengalami penghancurandidalam limpa. Oleh karena itu untuk  mempertahankan jumlah trombosit supaya tetap normal, diproduksi 150.000-450.000 sel mempertahankan jumlah trombosit supaya tetap normal, diproduksi 150.000-450.000 sel trombosit perhari. Jika jumlah trombosit kurang dari 30.000/mL, bisa terjadi perdarahan trombosit perhari. Jika jumlah trombosit kurang dari 30.000/mL, bisa terjadi perdarahan abnormal, meskipun biasanya gangguan baru timbul jika jumlah trombosit mencapai kurang abnormal, meskipun biasanya gangguan baru timbul jika jumlah trombosit mencapai kurang dari 10.000/mL. (Sudoyo,dkk, 2006)

dari 10.000/mL. (Sudoyo,dkk, 2006)

Trombositopenia dapat bersifat congenital ataupun didapat, dan dapat terjadi akibat penuruna Trombositopenia dapat bersifat congenital ataupun didapat, dan dapat terjadi akibat penuruna reproduksi trombosit, seperti anemia aplastik, myelofibrosis, terapi radiasi atau leukemia, reproduksi trombosit, seperti anemia aplastik, myelofibrosis, terapi radiasi atau leukemia, peningkatan penghancuran trombosit, seperti pada infeksi tertentu: toksisitas obat, atau peningkatan penghancuran trombosit, seperti pada infeksi tertentu: toksisitas obat, atau koagulasi intravaskuler, diseminasi (DIC), distribusi abnormal atau sekuestrasi pada limpa, koagulasi intravaskuler, diseminasi (DIC), distribusi abnormal atau sekuestrasi pada limpa, atau trombositopenia delusional setelah hemoragia atau tranfusi sel darh merah. (Sandara, atau trombositopenia delusional setelah hemoragia atau tranfusi sel darh merah. (Sandara, 2003)

2003)

Trombositopenia (jumlah platelet kurang dari 80.000/mm

Trombositopenia (jumlah platelet kurang dari 80.000/mm33) paling sering disebabkan oleh) paling sering disebabkan oleh perdarahan abnormal karena produksi platelet menurun, ataupun peninggian sekuestrasi atau perdarahan abnormal karena produksi platelet menurun, ataupun peninggian sekuestrasi atau destruksi yang bertambah. Penyebab peninggian destruksi platelet diantaranya destruksi yang bertambah. Penyebab peninggian destruksi platelet diantaranya trombositopenia purpura idiopatik (autoimun), trombositopenia sekunder atau yang diinduksi trombositopenia purpura idiopatik (autoimun), trombositopenia sekunder atau yang diinduksi obat-obatan, sindroma uremik hemolitik dan vaskulitis. Penurunan produksi trombosit obat-obatan, sindroma uremik hemolitik dan vaskulitis. Penurunan produksi trombosit (platelets) dibuktikan dengan aspirasi dan biopsi sumsum tulang. Dimana akan dijumpai pada (platelets) dibuktikan dengan aspirasi dan biopsi sumsum tulang. Dimana akan dijumpai pada segala kondisi yang mengganggu atau yang menghambat fungsi sumsum tulang. Kondisi ini segala kondisi yang mengganggu atau yang menghambat fungsi sumsum tulang. Kondisi ini meliputi anemia aplastik, mielofibrosis (penggantian unsur-unsur sumsum tulang dengan meliputi anemia aplastik, mielofibrosis (penggantian unsur-unsur sumsum tulang dengan  jaringan

 jaringan fibrosa), fibrosa), leukemia leukemia akut, akut, dan dan karsinoma karsinoma metastametastatic tic lain lain yang yang mengggamenggganti nti unsure- unsure-unsur sumsum normal. Keadaan trombositopenia dengan produksi trombosit normal biasanya unsur sumsum normal. Keadaan trombositopenia dengan produksi trombosit normal biasanya disebabkan oleh penghancuran atau penyimpanan yang berlebihan.

(2)

Trombosit dapat dihancurkan oleh produksi antibody yang diinduksi oleh obat seperti yang Trombosit dapat dihancurkan oleh produksi antibody yang diinduksi oleh obat seperti yang ditemukan pada quidinin, atau oleh autoantibodi (antibodi yang bekerja melawan jaringannya ditemukan pada quidinin, atau oleh autoantibodi (antibodi yang bekerja melawan jaringannya sendiri). Antibodi - antibodi ini ditemukan pada penyakit seperti lupus eritematosus, sendiri). Antibodi - antibodi ini ditemukan pada penyakit seperti lupus eritematosus, leukemia limfositik kronis, limfoma tertentu dan ITP.

leukemia limfositik kronis, limfoma tertentu dan ITP.

ITP terutama ditemukan pada wanita muda, bermanifestasi sebagai trombositopenia yang ITP terutama ditemukan pada wanita muda, bermanifestasi sebagai trombositopenia yang mengancam jiwa dengan jumlah trombosit yang sering kurang dari 10.000/mm

mengancam jiwa dengan jumlah trombosit yang sering kurang dari 10.000/mm 33. Antibodi. Antibodi IgG yang ditemukan pada membrane trombosit dan meningkatnya pembuangan dan IgG yang ditemukan pada membrane trombosit dan meningkatnya pembuangan dan penghancuran trombosit oleh system makrofag. (Sylvia & Wilson, 2006)

penghancuran trombosit oleh system makrofag. (Sylvia & Wilson, 2006)

Trombositopenia berat dapat mengakibatkan kematian akibat kehilangan darah atau Trombositopenia berat dapat mengakibatkan kematian akibat kehilangan darah atau perdarahan dalam organ-organ vital. Insiden untuk ITP adalah 50-100 juta kasus baru setiap perdarahan dalam organ-organ vital. Insiden untuk ITP adalah 50-100 juta kasus baru setiap tahun. Dengan pasien anak hampir separuh dari bilangan tersebut. Kejadian kasus ITP tahun. Dengan pasien anak hampir separuh dari bilangan tersebut. Kejadian kasus ITP diperkirakan 5 kasus per 100.000 anak-anak dan 2 kasus per 100.000 pada dewasa. Kasus diperkirakan 5 kasus per 100.000 anak-anak dan 2 kasus per 100.000 pada dewasa. Kasus ITP pada umumnya

ITP pada umumnya terjadi pada anak-anak yang terjadi pada anak-anak yang kurang mendapat perhatian medis.kurang mendapat perhatian medis.

1.2.TUJUAN 1.2.TUJUAN 1.2.1.

1.2.1. Tujuan UmumTujuan Umum

Secara umum penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui secar garis besar Secara umum penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui secar garis besar tentang kasus pasien ITP secara menyeluruh

tentang kasus pasien ITP secara menyeluruh 1.2.2.

1.2.2. Tujuan KHususTujuan KHusus

1.2.2.1.Mengetahui pengertian ITP 1.2.2.1.Mengetahui pengertian ITP

1.2.2.2.Mengetahui etiologi, patofisiologi, dan manifestasi klinis 1.2.2.2.Mengetahui etiologi, patofisiologi, dan manifestasi klinis 1.2.2.3.Mengetahui penatalaksanaan dari penyakit ITP

1.2.2.3.Mengetahui penatalaksanaan dari penyakit ITP 1.2.2.4.Me

(3)

Trombosit dapat dihancurkan oleh produksi antibody yang diinduksi oleh obat seperti yang Trombosit dapat dihancurkan oleh produksi antibody yang diinduksi oleh obat seperti yang ditemukan pada quidinin, atau oleh autoantibodi (antibodi yang bekerja melawan jaringannya ditemukan pada quidinin, atau oleh autoantibodi (antibodi yang bekerja melawan jaringannya sendiri). Antibodi - antibodi ini ditemukan pada penyakit seperti lupus eritematosus, sendiri). Antibodi - antibodi ini ditemukan pada penyakit seperti lupus eritematosus, leukemia limfositik kronis, limfoma tertentu dan ITP.

leukemia limfositik kronis, limfoma tertentu dan ITP.

ITP terutama ditemukan pada wanita muda, bermanifestasi sebagai trombositopenia yang ITP terutama ditemukan pada wanita muda, bermanifestasi sebagai trombositopenia yang mengancam jiwa dengan jumlah trombosit yang sering kurang dari 10.000/mm

mengancam jiwa dengan jumlah trombosit yang sering kurang dari 10.000/mm 33. Antibodi. Antibodi IgG yang ditemukan pada membrane trombosit dan meningkatnya pembuangan dan IgG yang ditemukan pada membrane trombosit dan meningkatnya pembuangan dan penghancuran trombosit oleh system makrofag. (Sylvia & Wilson, 2006)

penghancuran trombosit oleh system makrofag. (Sylvia & Wilson, 2006)

Trombositopenia berat dapat mengakibatkan kematian akibat kehilangan darah atau Trombositopenia berat dapat mengakibatkan kematian akibat kehilangan darah atau perdarahan dalam organ-organ vital. Insiden untuk ITP adalah 50-100 juta kasus baru setiap perdarahan dalam organ-organ vital. Insiden untuk ITP adalah 50-100 juta kasus baru setiap tahun. Dengan pasien anak hampir separuh dari bilangan tersebut. Kejadian kasus ITP tahun. Dengan pasien anak hampir separuh dari bilangan tersebut. Kejadian kasus ITP diperkirakan 5 kasus per 100.000 anak-anak dan 2 kasus per 100.000 pada dewasa. Kasus diperkirakan 5 kasus per 100.000 anak-anak dan 2 kasus per 100.000 pada dewasa. Kasus ITP pada umumnya

ITP pada umumnya terjadi pada anak-anak yang terjadi pada anak-anak yang kurang mendapat perhatian medis.kurang mendapat perhatian medis.

1.2.TUJUAN 1.2.TUJUAN 1.2.1.

1.2.1. Tujuan UmumTujuan Umum

Secara umum penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui secar garis besar Secara umum penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui secar garis besar tentang kasus pasien ITP secara menyeluruh

tentang kasus pasien ITP secara menyeluruh 1.2.2.

1.2.2. Tujuan KHususTujuan KHusus

1.2.2.1.Mengetahui pengertian ITP 1.2.2.1.Mengetahui pengertian ITP

1.2.2.2.Mengetahui etiologi, patofisiologi, dan manifestasi klinis 1.2.2.2.Mengetahui etiologi, patofisiologi, dan manifestasi klinis 1.2.2.3.Mengetahui penatalaksanaan dari penyakit ITP

1.2.2.3.Mengetahui penatalaksanaan dari penyakit ITP 1.2.2.4.Me

(4)

BAB 2 BAB 2 TINJAUAN TEORI TINJAUAN TEORI 2.1. PENGERTIAN 2.1. PENGERTIAN

ITP adalah singkatan dari Idiopathic Thrombocytopenic Purpura. Idiophatic berarti tidak  ITP adalah singkatan dari Idiopathic Thrombocytopenic Purpura. Idiophatic berarti tidak  diketahui penyebabnya. Thrombocytopenic berarti darah yang tidak cukup memiliki keping diketahui penyebabnya. Thrombocytopenic berarti darah yang tidak cukup memiliki keping darah (trombosit). Purpura berarti seseorang memiliki luka memar yang banyak (berlebihan). darah (trombosit). Purpura berarti seseorang memiliki luka memar yang banyak (berlebihan). ITP merupakan kelainan autoimun dimana autoantibody IgG dibentuk untuk mengikat ITP merupakan kelainan autoimun dimana autoantibody IgG dibentuk untuk mengikat trombosit. Insiden tersering pada usia 20-50 tahun dan lebih sering pada wanita disbanding trombosit. Insiden tersering pada usia 20-50 tahun dan lebih sering pada wanita disbanding pria (2:1). (Arief Mansjoer, dkk). ITP juga bisa dikatakan kelainan pada sel pembekuan darah pria (2:1). (Arief Mansjoer, dkk). ITP juga bisa dikatakan kelainan pada sel pembekuan darah yakni trombosit yang jumlahnya menurun sehingga menimbulkan perdarahan. Perdarahan yakni trombosit yang jumlahnya menurun sehingga menimbulkan perdarahan. Perdarahan pada umumnya terjadi pada permukaan kulit berupa bintik merah hingga ruam kebiruan. pada umumnya terjadi pada permukaan kulit berupa bintik merah hingga ruam kebiruan. Dalam tubuh seseorang yang menderita ITP, sel-sel darahnya, kecuali keping darah berada Dalam tubuh seseorang yang menderita ITP, sel-sel darahnya, kecuali keping darah berada dalam jumlah y

dalam jumlah yang normal. Keeping ang normal. Keeping darah (platelets) adalah sel-sel darah (platelets) adalah sel-sel yang sangat yang sangat kecil yangkecil yang menutupi area tubuh pasca luka atau akibat teriris/terpotong dan kemudian membentuk  menutupi area tubuh pasca luka atau akibat teriris/terpotong dan kemudian membentuk  bekuan darah. Seseorang dengan keeping darah yang terlalu sedikit dalam tubuhnya akan bekuan darah. Seseorang dengan keeping darah yang terlalu sedikit dalam tubuhnya akan sangat mudah mengalami luka memar dan bahkan mengalami perdarahan dalam periode sangat mudah mengalami luka memar dan bahkan mengalami perdarahan dalam periode cukup lama setelah mengalami trauma luka. Kadang bintik-bintik kecil merah (petechiae) cukup lama setelah mengalami trauma luka. Kadang bintik-bintik kecil merah (petechiae) muncul pula pada permukaan kulitnya. Jika jumlah keeping darah atau trombosit sangat muncul pula pada permukaan kulitnya. Jika jumlah keeping darah atau trombosit sangat rendah, penderita ITP bisa juga mengalami mimisan yang sukar berhanti, atau mengalami rendah, penderita ITP bisa juga mengalami mimisan yang sukar berhanti, atau mengalami perdarahan dalam organ ususnya.

perdarahan dalam organ ususnya.

2.2. ETIOLOGI 2.2. ETIOLOGI

Penyebab dari ITP tidak diketahui secara pasti. Mekanisme yang terjadi melalui Penyebab dari ITP tidak diketahui secara pasti. Mekanisme yang terjadi melalui pembentukan antibody yang menyerang sel trombosit, sehingga sel trombosit mati. (Imran, pembentukan antibody yang menyerang sel trombosit, sehingga sel trombosit mati. (Imran, 2008)

2008)

Penyakit ini diduga melibatkan reaksi autoimun, dimana tubuh menghasilkan antibody yang Penyakit ini diduga melibatkan reaksi autoimun, dimana tubuh menghasilkan antibody yang menyerang trombositnya sendiri. Dalam kondisi normal, antibody adalah respon tubuh yang menyerang trombositnya sendiri. Dalam kondisi normal, antibody adalah respon tubuh yang sehat terhadap bakteri atau virus yang masuk ke dalam tubuh. Tetapi untuk penderita ITP, sehat terhadap bakteri atau virus yang masuk ke dalam tubuh. Tetapi untuk penderita ITP, antibodinya bahkan menyerang sel-sel keeping darah tubuhnya sendiri.

(5)

ITP kemungkinan juga disebabkan oleh hipersplenisme, infeksi virus, intoksikasi makanan, ITP kemungkinan juga disebabkan oleh hipersplenisme, infeksi virus, intoksikasi makanan, obat atau bahan kimia, pengaruh fisis (radiasi, panas), kekurangan factor pematangan obat atau bahan kimia, pengaruh fisis (radiasi, panas), kekurangan factor pematangan (malnutrisi), DIC (mis: DSS, leukemia) dan terakhir dikemukakan bahwa ITP terutama yang (malnutrisi), DIC (mis: DSS, leukemia) dan terakhir dikemukakan bahwa ITP terutama yang menahun merupakan penyakit autoimun.

menahun merupakan penyakit autoimun.

2.3. EPIDEMIOLOGI 2.3. EPIDEMIOLOGI

ITP dibagi menjadi dua, yakni akut ITP dan kronik ITP. Batasan yang dipakai adalah waktu, ITP dibagi menjadi dua, yakni akut ITP dan kronik ITP. Batasan yang dipakai adalah waktu,  jika

 jika dibawah dibawah 6 6 bulan bulan di di sebut sebut akut akut ITP ITP dan dan diatas diatas 6 6 bulan bulan disebut disebut kronik kronik ITP. ITP. Akut Akut ITPITP sering terjadi pada anak-anak, biasanya anak-anak dengan usia 2-4 tahun.Sedangkan kronik  sering terjadi pada anak-anak, biasanya anak-anak dengan usia 2-4 tahun.Sedangkan kronik  ITP sering terjadi pada dewasa, sebagian besar dialami oleh wanita muda, tetapi dapat terjadi ITP sering terjadi pada dewasa, sebagian besar dialami oleh wanita muda, tetapi dapat terjadi pada siapa saja. Dan ITP bukanlah penyakit keturunan.

pada siapa saja. Dan ITP bukanlah penyakit keturunan.

2.4.

2.4. PATOFISIOLOGPATOFISIOLOGII

Kerusakan trombosit pada ITP melibatkan autoantibody terhadap glikoprotein yang terdapat Kerusakan trombosit pada ITP melibatkan autoantibody terhadap glikoprotein yang terdapat pada membrane trombosit. Penghancuran terjadi terhadap trombosit yang diselimuti pada membrane trombosit. Penghancuran terjadi terhadap trombosit yang diselimuti antibody, hal tersebut dilakukan oleh makrifag yang terdapat pada limpa dan organ retikulo antibody, hal tersebut dilakukan oleh makrifag yang terdapat pada limpa dan organ retikulo endothelial lainnya. Megakariosit pada sumsum tulang bisa normal atau meningkat pada ITP. endothelial lainnya. Megakariosit pada sumsum tulang bisa normal atau meningkat pada ITP. Sedangkan kadar trombopoitein dalam plasma, yang merupakan progenitor proliferasi dan Sedangkan kadar trombopoitein dalam plasma, yang merupakan progenitor proliferasi dan maturasi dari trombosit mengalami penuruna yang berarti, terutama pada ITP kronis.

maturasi dari trombosit mengalami penuruna yang berarti, terutama pada ITP kronis.

Adanya perbedaan secara klinis maupun epidemiologis antara ITP akut dan kronis, Adanya perbedaan secara klinis maupun epidemiologis antara ITP akut dan kronis, menimbulkan dugaan adanya perbedaan mekanisme patofisiologi terjadinya trombositopenia menimbulkan dugaan adanya perbedaan mekanisme patofisiologi terjadinya trombositopenia diantara keduanya. Pada ITP akut, penghancuran trombosit meningkat karena adanya diantara keduanya. Pada ITP akut, penghancuran trombosit meningkat karena adanya antibody yang dibentuk saat terjadi respon imun terhadap infeksi bakteri atau virus atau pada antibody yang dibentuk saat terjadi respon imun terhadap infeksi bakteri atau virus atau pada imunisasi, yang bereaksi silang ddengan antigen dari trombosit. Sedangkan pada ITP kronik  imunisasi, yang bereaksi silang ddengan antigen dari trombosit. Sedangkan pada ITP kronik  mungkin telah terjadi gangguan dalam regulasi system imun seperti pada penyakit autoimun mungkin telah terjadi gangguan dalam regulasi system imun seperti pada penyakit autoimun lainnya yang berakibat terbentuknya antibody spesifik terhadap antibody. Namun bagaimana lainnya yang berakibat terbentuknya antibody spesifik terhadap antibody. Namun bagaimana antibody antitrombosit meningkat pada ITP, perbedaan secara pastipatofisiologi ITP akut dan antibody antitrombosit meningkat pada ITP, perbedaan secara pastipatofisiologi ITP akut dan kronis, serta komponen yang terlibat dalam regulasinya masih belum diketahui secara pasti. kronis, serta komponen yang terlibat dalam regulasinya masih belum diketahui secara pasti.

(6)

Gambaran klinis ITP:

a. Onset pelan dengan perdarahan melalui kulit atau mukosa, berupa: petechie, ekimosis, menorrhagia, epistaksis, atau perdarahan gusi.

b. Perdarah SSP (jarang terjadi, tetapi berakibat patal) c. Splenomegali pada < 10% kasus.

(7)

PATHWAY

Idiopathic, infeksi virus, hipersplenisme

Antigen (makrofag) menyerang trombosit

Destruksi trombosit dalam sel penyaji antigen (dipicu oleh antibody)

Pembentukan neoantigen

Splenomegali Trombositopenia

perdarahan

anemia

Nafsu makan menurun mudah lelah kadar Hb menurunpurpura

Nyeri Ggn integritas kulit Ggn pemenuhan kebutuhan O2 Ggn perfusi jaringan Intoleransi aktivitas Ggn kebutuhan nutrisi

(8)

2.5. PENCEGAHAN

2.5.1. ITP tidak dapat dicegah, tetapi yang dapat dicegah komplikasinya.

2.5.2. Menghindari obat-obatan seperti aspirin atau ibuprofen yang dapat mempengaruhi platelet dan meningkatkan resiko perdarahan.

2.5.3. Lindungi dari luka yang dapat menyebabkan memar atau perdarahan. Lakukan terapi dengan benar untuk mencegah infeksi berkembang

2.5.4. konsultasi ke dokter jika ada gejal infeksi, seperti demam, terutam untuk pasien ITP yang sudah tidak memiliki limpa

2.6. GEJALA DAN TANDA

2.6.1. Bintik-bintik merah pada kulit (terutama daerah kaki), seringnya bergerombol menyerupai rash (petechiae).

2.6.2. Memar atau kebiruan pada kulit dan membrane mukosa (seperti dibawah mulut) disebabkan perdarahan dibawah kulit tanpa alasan yang jelas (purpura). Pada perdarahn yang lebih sering dapat membentuk massa tiga dimensi yang disebut hematoma.

2.6.3. Hidung mengeluarkan darah atau perdarahan gusi, ada darah pada urine dan faeses, menstruasi yang berkepanjangan, perdarahan pada otak (jarang terjadi) menunjukkan tingkat keparahan penyakit.

2.6.4. Jumlah platelet yang rendah akan menyebabkan nyeri, fatique, dan sulit berkonsentrasi.

2.7. PEMERIKSAAN PENUNJANG

2.7.1. Hitung darah lengkap, menunjukkan penurunan jumlah Hemoglobin, Hematokrit, dan trombosit.

2.7.2. Anemia normositik: bila lama berjenis mikrositik hipokrom

2.7.3. Leukosit biasanya normal: bila terjadi perdarahan hebat dapat terjadi leukositosis. 2.7.4. sumsum tulang biasanya normal, tetapi megakariosit muda dapat bertambah dengan

maturion arrest pada stadium megakariosit

2.7.5. Masa perdarahan memanjang, masa pembekuan normal, retraksi pembekuan abnormal, prothrombin consumption memendek, RL test (+)

(9)

2.8. TERAPI

Terapi ITP lebih ditujukan untuk menjaga agar jumlah trombosit dalam kisaran aman sehingga mencegah terjadinya perdarahan mayor. Terapi untuk anak-anak dan dewasa hamper sama. Kortikosteroid (mis: prednisone) sering digunakan untuk terapi ITP. Dosis awalnya 0,5

 – 

1,2 mg/kgBB/hari selama 2 minggu. Respon terapi kortikosteroid terjadi dalam 2 minggu dan pada umumnya terjadi pada minggu pertama, bila respon membaik  dilanjutkan sampai 1 bulan, kemudian dilakukan tapering. Kortikosteroid meningkatkan  jumlah platelet dalam darah dengan cara menurunkan aktivitas system imun. Pasien yang

mengalami perdarahan parah membutuhkan tranfusi platelet dan dirawat di rumah sakit.

2.9. DAMPAK HOSPITALISASI

2.9.1. Pada Anak 

Masalah utama yang terjadi adalah karena dampak dari perpisahan dengan orangtuanya sehingga ada gangguan pembentukan rasa percaya dan kasih sayang. Respon terhadap nyeri atau adanya perlukaan biasanya menangis keras, pergerakan tubuh yang banyak  dan ekspresi wajah yang tidak menyenangkan.

2.9.2. Pada Orangtua

Perawatan anak di rumah sakit tidak hanya menimbulkan dampak bagi anak, tetapi juga bagi orangtuanya. Untuk itu, perasaan orangtua tidak boleh diabaikan, karena apabila orangtua merasa stress maka ddalam merawat anaknya menjadi kurang baik dan akan menyebabkan anak menjadi stress pula.

Reaksi orangtua terhadap perawatan anak di rumah sakit dan latar belakang yang menyebabkan stress, yaitu:

a. Perasaan cemas dan takut

Perasaan cemas dan takut dapat muncul ketika orangtua melihat anaknya mendapat prosedur menyakitkan seperti pengambilan darah, pemasangan infus, injeksi, pungsi lumbal dan prosedur invasive lainnya. Seringkali orangtua tidak tega bahkan

(10)

menangis melihatnya. Pada kondisi ini, perawat harus bijaksana bersikap pada anak  dan orangtua.

b. Perasaan sedih

Perasaan ini sering muncul pada saat anak berada pada kondisi terminal dan orangtua mengetahui bahwa tidak ada lagi harapan anaknya untuk sembuh. Bahkan, pada saat menghadapi anaknya yang menjelang ajal, rasa sedih dan berduka akan dialami orangtua. Pada kondisi ini orangtua menunjukkan perilaku isolasi atau tidak  mau didekati oleh orang lain, bahkan bersikap tidak kooperatif terhadap petugas kesehatan.

c. Perasaan frustasi

Pada kondisi anak yang sudah dirawat terlalu lama tetapi tidak mengalami perubahan serta tidak adekuatnya dukungan psikologis yang diterima orangtua baik  dari keluarga maupun kerabat lainnya, maka orang tua akan merasa putus asa, bahkan frustasi. Oleh karena itu sering kali orangtua menunjukkan perilaku tidak  kooperatif, putus asa, menolak tindakan bahkan menginginkanpulang paksa.

2.10. ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ITP

2.10.1. PENGKAJIAN

a. Keluhan utama : memar, bintik pada kulit, keluar darah pada hidung dan gusi. b. RPS : pasien dengan ITP biasanya mengalami memar, bintik merah

pada kulit, keluar darah dari hidung dan ada perdarahan gusi

c. RPD : kemungkinan ada kelainan hematologi dan penyakit HIV AIDS dari orangtuanya

d. Riwayat lingkungan : kondisi lingkungan yang kurang baik atau kumuh, karena penyakit ini biasanya disebabkan oleh virus atau bakteri dan vaksinasi dengan virus aktif  e. Aktivitas/ istirahat : keletihan, kelemahan, malaise umum, toleransi terhadap latihan

rendah

f. Sirkulasi : riwayat kehilangan darah kronis, mis: perdarahan GI kronis, menstruasi berat

(11)

g. Integritas ego : keyakinan agama/ budaya mempengaruhi pilihan pengobatan, penolakan transfusi darah

h. Eliminasi : hematemesis, faeses dengan darah segar, melena, diare, konstipasi

i. Makanan/ cairan : penurunan masukan diet, mual dan muntah

 j. Neurosensori : sakit kepala, pusing, kelemahan, penurunan penglihatan k. Nyeri/ kenyamanan : nyeri abdomen, sakit kepala

l. Pernafasan : nafas pendek pada saat istirahat dan aktivitas

m. Keamanan : penyembuhan luka buruk, sering infeksi, riwayat transfusi darah sebelumnya

2.10.2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

a. Gangguan kebutuhan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b. d anoreksia b. Nyeri akut b.d cedera agen

c. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan fisik 

d. Resiko gangguan integritas kulit b.d faktor imunologis

e. Gangguan perfusi jaringan b.d penurunan komponen seluler yang diperlukan untuk  pengiriman oksigen dan nutrisi ke sel

f. Gangguan pemenuhan kebutuhan oksigen b.d penurunan kapasitas pembawa oksigen darah

(12)

2.10.3. INTERVENSI KEPERAWATAN

No Dx Tujuan Intervensi Rasionalisasi

1 1. Tupan: setelah dilakukan tindakan keperawatan 2x24  jam, diharapkan kebutuhan nutrisi klien terpenuhi

2. Tupen: mual dan muntah hilang atau berkurang

3. KH: BB stabil, makan habis sesuai porsi

1. beri makan dalam porsi kecil tapi sering

2. pantau intake dan timbang BB setiap hari

3. kolaborasi dengan ahli diet

4. kolaborasi pemberian antiemetik 

5. libatkan keluarga dalam perencanaan diet sesuai program

1. porsi kecil dapat meningkatkan masukan sesuai kebutuhan

2. intake kurang dapat mengakibatkan

penurunan BB

3. untuk penyesuaian dan penghitungan program diet

4. antiemetik dapat mengurangi keluhan mual dan muntah

5. rasa keterlibatan

keluarga akan

memberikan pemahaman keluarga akan program diet 2 1. Tupan: setelah dilakukan tindakan keperawatan 2x24  jam, diharapkan klien dapat melaporkan dan mengontrol nyerinya 2. Tupen: nyeri yang

dirasakan klien berkurang

1. Tentukan riwayat nyeri, lokasi, durasi dan intensitas

2. Evaluasi therapy: pembedahan, radiasi, khemotherapi

3. Berikan pengalihan seperti reposisi dan aktivitas menyenangkan

1. Memberikan informasi yang diperlukan untuk  merencanakan asuhan 2. Untuk mengetahui

therapy yang dilakukan sesuai atau tidak 

3. Meningkatkan

kenyamanan dengan mengalihkan perhatian klien dari rasa nyeri

(13)

No Dx Tujuan Intervensi Rasionalisasi 3. KH: ekpresi wajah

rileks

4. Ajarkan tehnik relaksasi

5. Evaluasi nyeri, berikan pengobatan bila perlu

6. Diskusikan rencana penanganan nyeri dengan dokter dan klien 7. Kolaborasi pemberian

analgetik 

4. Meningkatkan kontrol diri atas efek samping dengan menurunkan stress dan ansietas

5. Untuk mengetahui efektivitas penanganan nyeri, tingkat nyeri dan untuk mengetahui kebutuhan klien akan obat analgetik 

6. Agar terapi yang diberikan tepat sasaran

7. Analgetik untuk  mengatasi nyeri

3 1. Tupan: setelah

dilakukan tindakan keperawatan 2x24  jam, diharapkan klien dapat melakukan aktivitas sendiri tanpa bantuan orang lain 2. Tupen: klien dapat

berpartisipasi dalam setiap aktivitas 3. KH: klien menunjukkan peningkatan toleransi aktivitas

1. Kaji kemampuan klien untuk aktivitas normal, catat adanya kelemahan dan keletihan

2. Awasi TTV

3. Berikan lingkungan yang tenang

4. Ubah posisi pasien dengan perlahan dan

1. Untuk menentukan pilihan intervensi

2. Peningkatan nilai TTV menunjukkan adanya upaya jantung dan paru untuk membawa oksigen ke jaringan

3. Lingkungan yang tenang klien dapat beristirahat untuk menurunkan kebutuhan oksigen tubuh 4. Hipotensi postural

(14)

No Dx Tujuan Intervensi Rasionalisasi

pantau adanya pusing berdenyut dan

meningkatkan resiko cedera 4 1. Tupan: setelah dilakukan tindakan keperawatan 2x24  jam, diharapkan kerusakan kulit bisa berkurang

2. Tupen: klien dapat berpartisipasi dalam pencegahan

komplikasi kerusakan  jaringan kulit

3. KH: jaringan kulit tetap utuh, tidak ada luka, tidak ada infeksi

1. Kaji integritas kulit

2. Anjurkan klien untuk  tidak menggaruk dengan keras bagian yang gatal 3. Ubah posisi secara

teratur

4. Anjurkan klien untuk  menghindari pemakaian cream kulit tanpa rekomendasi dokter

1. Memberikan informasi untuk menentukan rencana asuhan

2. Menghindari perlukaan yang dapat menimbulkan infeksi

3. Menghindari penekanan pada lokasi yang sama secara terus menerus

4. Mencegah trauma berlanjut pada kulit

5 1. Tupan: setelah dilakukan tindakan keperawatan 2x24  jam, diharapkan gangguan perfusi  jaringan teratasi 2. Tupen: hasil TTV stabil 3. KH: TD 120/80, CRT < 3 dtk, 1. Awasi TTV, kaji pengisian kapiler

2. Atur posisi semifowler sesuai toleransi

3. Kaji adanya respon verbal melambat, mudah

1. Memberika informasi tentang keadekuatan perfusi jaringan dan membantu menentukan intervensi 2. Meningkatkan ekspansi paru dan memaksimalkan oksigenasi untuk  kebutuhan seluler 3. Mengidentifikasi adanya

(15)

No Dx Tujuan Intervensi Rasionalisasi terangsang

4. Awasi upaya pernafasan. Auskultasi bunyi nafas

gangguan serebral karena hipoksia 4. Adanya dispnoe menunjukkan regangan  jantung yang lama/peningkatan kompensasi jantung 6 1. Tupan: setelah dilakukan tindakan keperawatan 2x24  jam, diharapkan kebutuhan oksigen terpenuhi 2. Tupen: kengurangi distress pernafasan 3. KH: RR normal 1. Kaji frekuensi, kedalaman dan irama pernafasan

2. Tempatkan klien dalam lingkungan yang nyaman

3. Atur posisi tidur yang nyaman

4. Bantu tehnik nafas dalam 1. Perubahan pada pernafasan menunjukkan kebutuhan upaya intervensi 2. Lingkungan yang nyaman dapat memaksimalkan dalam pemenuhan kebutuhan oksigen 3. Memaksimalkan ekspansi paru, menurunkan kerja pernafasan, menurunkan resiko aspirasi 4. Membantu

meningkatkan difusi gas dan ekspansi jalan nafas

(16)

BAB 3

TINJAUAN KASUS

Nama Mahasiswa : Mas Iyo

Tempat praktek : Paviliun Kenanga

Tanggal pengkajian : 14

 – 

17 Desember 2011

I. DATA IDENTITAS

Nama : An L

Usia : 2 tahun 6 bulan Med Rec : 04 64 61 61 Nama Ayah : Tn B

Pekerjaan : buruh Pendidikan : SMP Nama Ibu : Ny. R

Pekerjaan : ibu rumah tangga Pendidikan : SMP

Alamat : jln Sukamulya 3 no 34 Rt 03/05 Kel. Sukasari Tangerang

Agama : Islam

Suku Bangsa : Sunda / Indonesia

II. KELUHAN UTAMA

Keluarga klien mengatakan klien demam dan bintik merah di badan sejak 2 hari SMRS

III. RIWAYAT MASA LAMPAU

Keluarga klien mengatakan klien pernah dirawat di RSU Tangerang selama satu minggu karena sakit paru-paru, tetapi orangtua (ayah) klien lupa waktu perawatannya.

(17)

Menurut ayah klien, klien mendapatkan therapy untuk sakit paru-parunya. Tetapi setelah selesai pengobatan 6 bulan orangtua klien tidak pernah membawa klien untuk  kontrol ulang.

IV. RIWAYAT KELUARGA (GENOGRAM)

HT, DM Ket: : perempuan : laki-laki : hubungan keluarga : tinggal serumah an. L

(18)

V. RIWAYAT SOSIAL

AnLadalahanak ke 2 dari 3 bersaudara. An L saat ini berumur 2 tahun 6 bulan, dan diasuh oleh kedua orangtuanya. An L merupakan anak kandung dari ibu R dan bpk B. An L suka bermain dengan temannya.An L memiliki sifat yang sedikit pendiam dan agak pemalu jika bertemu dengan orang yang baru ia kenal. Lingkungan tempat An L tinggal merupakan pemukiman padat penduduk yang mayoritas warganya suka merokok dan jauh dari pabrik.

VI. KEBUTUHAN DASAR

1. a. makanan yang disukai : mie goreng, jajanan warung b. makanan yang tidak disukai: klien kurang suka sayuran c. minum 100 cc setiap kali minum

d. alat makan yang digunakan : piring dan sendok, kadang memakai tangan 2. Pola tidur : 8-10 jam perhari

3. Mandi : 2x sehari

4. Bermain : klien suka bermain boneka dengan ayahnya (selama dirawat)

5. Eliminasi : BAK: 5-6 kali perhari,warna kuning jernih BAB: 1x/hari, konsistensi lunak, warna kuning

VII. KEADAAN KESEHATAN SAAT INI 1. Diagnosa medis : ITP

2. Tindakan operasi : tidak ada

3. Status nutrisi : Klien hanya makan 4-6 sendok setiap kali makan selama 3 hari SMRS, minum air putih sebanyak ± 100 cc setiapkali minum (± 8-10x/ hari)

(19)

5. Obat-obatan : a. Ranitidine 2x10 mg/ IV b. PCT 3x100 mg/ PO

c. prednisone 3x/hari (7,5 mg - 7,5 mg - 5 mg)/ PO d. Tranfusi Trombosit 1x 3 unit

6. Aktivitas : fatique, hanya istirahat di tempat tidur 7. Tindakan keperawatan: injeksi IV tangan kanan

8. Hasil lab tanggal 14 Desember 2011:

a. Hemoglobin : 9,9 gr/dL (N: 10 - 15 gr/dL) b. Leukosit : 7000 µL (N: 600 - 17.000µL)

c. Hematokrit : 29 % (N: 29% - 40%)

d. Trombosit : 32.000 µL (N: 150.000

 – 

400.000 µL) e. Eritrosit : 4,20 juta/µL (N: 3,8

 – 

5,5 juta/µL) nilai rata-rata eritrosit :

MCV : 70cuu (N: 82

 – 

92 cuu)

MCH : 26 pg (N: 27

 – 

31 pg)

MCHC :36 % (N: 32% - 36%)

9. Hasil Rontgen : tidak ada 10. Data tambahan : tidak ada

VIII. PEMERIKSAAN FISIK

1. Keadaan Umum : Compos mentis 2. PB/BB : 75 cm / 10 kg.

3. Mata : simetris, konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik  4. Hidung : simetris, mukosa tidak pucat, hidung tampak bersih 5. Mulut : simetris, mukosa bibir kering, perdarahan dari gusi,

rongga mulut tampak agak kotor karena darah dari gusi

6. Telinga : simetris, tidak ada nyeri tekan dan keluaran serumen 7. Dada : simetris, ekspansi dada positif, tidak ada retraksi dada 8. Jantung : bj1 bj2 positif , Murmur positif, Gallop negatif 

9. Paru-paru : vesikuler di kedua lapang paru, Wheezing negatif, Ronchi negatif 

(20)

10. Abdomen : tidak buncit, lemas saat di palpasi, BU 10x/ mnt, hepar dan limpa tak teraba

11. Genitalia : bentuk normal, tidak ada keputihan dan bersih 12. Punggung : simetris, tidak ada skoliosis dan lordosis

13. Ekstremitas : tonus otot baik, kekuatan otot baik (nilai 5 untuk semua ekstremitas), klien mampu bergerak bebas

14. Kulit : turgor normal, kulit elastis, bintik merah kehitaman di seluruh permukaan kulit

15. TTV : N 108x/ mnt, S 39OC, RR 30x / mnt

IX. PEMERIKSAAN TINGKAT PERKEMBANGAN

1. Kemandirian : An L tidak bisa memakai baju sendiri, makan masih Dibantu orangtuanya

2. Bergaul : An L sudah bisa bermain dengan teman sebayanya walaupun dengan di gendong ayahnya

3. Motorik halus : An L bisa menggambar garis dengan kertas yang dan bisa melepaskan bando

4. Kognitif dan bahasa : An Lsudah bisa mengucapkan kalimat pendek. An L sudah tahu anggota tubuh dan bisa menunjukkan lokasinya

5. Motorik kasar : An. Lsudah bisa berjalan

X. INFORMASI LAIN

Klien belum pernah transfusi sebelumnya.

XI. RINGKASAN RIWAYAT KEPERAWATAN

Klien masuk ruang perawatan sejak tanggal 14 Desember 2011 dengan keluhan sejak  2 hari SMRS, klien demam, gusi berdarah dan timbul bintik merah kehitaman. Sudah 3 hari juga klien tidak mau makan, tapi untuk minum menurut ayah klien masih cukup, ± 100 cc setiap kali minum. Saat ini keadaan umum klien tampak lemah, kesadaran composmentis, tampak perdarahan di gusi dan bintik merah kehitaman di seluruh tubuhnya.

(21)

XII. ANALISA DATA

NO DATA KLIEN ETIOLOGI MASALAH

KEPERAWATAN 1 DS:

orangtua klien mengatakan klien sudah 3 hari hanya mau makan 4-6 sendok saja DO:

- Klien tampak lemah - BB: 10 kg (N: 10-11 kg) Idiopathic  Antigen menyerang trombosit  Destruksi trombosit  Trombositopenia  Perdarahan  Anemia 

Nafsu makan menurun

Intake tidak adequat

 Gangguan kebutuhan nutrisi Gangguan kebutuhan nutrisi 2 DS:

Orang tua klien mengatakan klien demam sejak 2 hari SMRS

DO:

- S: 390C - N: 108x/mnt

- Mukosa bibir kering

Idiopathic  Antigen menyerang trombosit  Destruksi trombosit  Trombositopenia  Hypertermi

(22)

NO DATA KLIEN ETIOLOGI MASALAH KEPERAWATAN Proses peradangan  Hypertemi 3 DS:

orangtua klien mengatakan klien lemas DO: - Keadaan umum tampak lemah - Klien hanya berbaring saja - Aktivitas klien dibantu orangtuanya - Hb: 9,9 gr/dl Idiopathic  Antigen menyerang trombosit  Destruksi trombosit  Trombositopenia  Perdarahan  Anemia  Mudah lelah  Intoleransi aktivitas Intoleransi aktivitas 4 DS:

Orang tua klien mengatakan klien timbul bintik merah kehitaman sejak 2 hari SMRS DO: - Tampak bintik  merah kehitaman di Idiopathic  Antigen menyerang trombosit  Destruksi trombosit  Trombositopenia  Gangguan integritas kulit

(23)

NO DATA KLIEN ETIOLOGI MASALAH KEPERAWATAN seluruh permukaan kulit klien Perdarahan  Anemia  Purpura 

Gangguan integritas kulit 5 DS:

Orang tua klien mengatakan klien timbul bintik merah kehitaman dan perdarahan di gusi sejak 2 hari SMRS DO:

- Tampak bintik merah kehitaman di seluruh permukaan kulit klien - Gusi tampak berdarah - Intake air putih ± 100 cc

tiap kali minum - Trombosit 32.000/ ul Idiopathic  Antigen menyerang trombosit  Destruksi trombosit  Trombositopenia  Perdarahan 

Resiko syok hipovolemik 

Resiko syok  hipovolemik 

6 DS:

Orang tua klien mengatakan tidak tahu mengenai

penyakit anaknya DO:

- Orangtua bertanya tentang kondisi anaknya - Klien belum pernah

transfusi

Kurang informasi

Klien belum pernah transfusi

Orangtua bertanya tentang penyakit anaknya

Resiko cedera

(24)

23

XIII. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Gangguan kebutuhan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b. d anoreksia 2. Hipertermi b.d proses inflamasi

3. Resiko syok hipovolemik b.d perdarahan 4. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan fisik 

5. Gangguan integritas kulit b.d faktor imunologis\ 

6. Resiko cedera b.d kurang pengetahuan orangtua tentang proses penyakit

XIV. PRIORITAS KEPERAWATAN 1. Hipertermi b.d proses inflamasi

2. Resiko syok hipovolemik b.d perdarahan

3. Gangguan kebutuhan nutrisi: kurang dari kebutuhan b.d anoreksia 4. Gangguan integritas kulit b.d faktor imunologis

5. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan fisik 

(25)

XV. INTERVENSI KEPERAWATAN

NO DX TUJUAN INTERVENSI RASIONAL 1 Hipertermi b.d

proses inflamasi

DS:

Orang tua klien mengatakan klien demam sejak 2 hari SMRS DO: - S: 390C - N: 108x/mnt - Mukosa bibir kering Tupan: setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x 24 jam diharapkan tidak  terjadi peningkatan suhu tubuh Tupen: Suhu tubuh normal KH: 1. Suhu tubuh dalam rentang normal, 36,50C- 37,50C 2. Nadi: 70-200x/mnt 3. Mukosa bibir lembab 1. observasi suhu tubuh 2. beri kompres hangat pada daerah lipatan tubuh (axilla, paha) 3. anjurkan keluarga untuk  memakaikan klien baju dari bahan katun 4. kolaborasi pemberian antipiretik  1. untuk  mengetahui perubahan suhu tubuh klien 2. air hangat membantu stimulasi pada hipothalamus sebagai pengatur suhu tubuh 3. pakaian katun membantu menyerap keringat 4. antipiretik  membantu menurunkan suhu tubuh 2 Resiko syok  hipovolemik b.d perdarahan DS: Tupan: setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Observasi TTV 1. penurunan nilai TTV mengindikasik  an adanya syok 

(26)

NO DX TUJUAN INTERVENSI RASIONAL - Orangtua klien mengatakan klien timbul bintik merah kehitaman dan perdarahan di gusi sejak 2 hari SMRS DO: - tampak bintik  merah kehitaman diseluruh permukaan kulit - gusi tampak  berdarah

- intake air putih ± 100cc setiap kali minum - S: 390C - N: 108x/mnt 1x 24 jam diharapkan tidak  terjadi syok  hipovolemik  Tupen:

Tidak ada tanda-tanda syok  hipovolemik  KH: - TTV dalam batas normal: TD: 95/65 mmHg, - N: 70-110x/mnt, - S: 36,5OC -37,5OC - Kesadaran composmentis - Tidak ada tanda-tanda perdarahan - Intake cairan cukup, 1000-1500 cc/hr 2. Observasi tanda-tanda syok  3. observasi intake dan output 4. anjurkan orangtua untuk  memberikan klien minum sedikit tapi sering 5. kolaborasi pemberian cairan parenteral 2. mengetahui adanya syok  sedini mungkin 3. intake dan output yang seimbang mencegah terjadinya syok  4. intake cukup mencegah syok  5. cairan parenteral membantu mencegah syok 

(27)

NO DX TUJUAN INTERVENSI RASIONAL 3 1. Gangguan kebutuhan nutrisi: kurang dari kebutuhan b.d anoreksia DS: orangtua klien mengatakan klien sudah 3 hari hanya mau makan 4-6 sendok saja DO: - Klien tampak  lemah - Makan ¼ porsi - BB 10 Kg Tupan: setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x 24 jam diharapkan tidak  terjadi gangguan nutrisi Tupen: Klien dapat makan sesuai porsi yang disajikan KH: - Makan habis 1 porsi - Selera makan baik  - Tidak ada muntah - Tidak ada penurunan BB 1. beri makan dalam porsi kecil tapi sering 2. pantau intake dan timbang BB setiap hari 3. kolaborasi dengan ahli diet 4. kolaborasi pemberian antiemetic 5. libatkan keluarga dalam perencanaan diet sesuai program 1. porsi kecil dapat meningkatkan masukan sesuai kebutuhan 2. intake kurang dapat mengakibatkan penurunan BB 3. untuk  penyesuaian dan penghitungan program diet 4. antiemetic dapat mengurangi keluhan mual dan muntah 5. rasa keterlibatan keluarga akan memberikan pemahaman keluarga akan program diet

(28)

NO DX TUJUAN INTERVENSI RASIONAL 4 DS:

Orang tua klien mengatakan klien timbul bintik  merah kehitaman sejak 2 hari SMRS DO: - Tampak bintik  merah kehitaman di seluruh permukaan kulit klien Tupan: setelah dilakukan tindakan keperawatan 2x24  jam, diharapkan kerusakan kulit bisa berkurang Tupen: klien dapat berpartisipasi dalam pencegahan komplikasi kerusakan  jaringan kulit KH: -  jaringan kulit tetap utuh - tidak ada perdarahan di bawah kulit 1. Kaji integritas kulit 2. Anjurkan klien untuk  tidak  menggaruk  dengan keras bagian yang gatal 3. Ubah posisi secara teratur 4. Anjurkan klien untuk  menghindari pemakaian cream kulit tanpa rekomendasi dokter 1. Memberikan informasi untuk  menentukan rencana asuhan 2. Menghindari perlukaan yang dapat menimbulkan infeksi 3. Menghindari penekanan pada lokasi yang sama secara terus menerus 4. Mencegah trauma berlanjut pada kulit

(29)

NO DX TUJUAN INTERVENSI RASIONAL 5 Intoleransi aktivitas b.d kelemahan fisik  DS: orangtua klien mengatakan klien lemas DO: - Keadaan umum tampak  lemah - Klien hanya berbaring saja - Aktivitas klien dibantu orangtuanya Tupan: setelah dilakukan tindakan keperawatan 2x24  jam, diharapkan klien dapat melakukan aktivitas sendiri tanpa bantuan orang lain Tupen: klien dapat berpartisipasi dalam setiap aktivitas KH: klien menunjukkan peningkatan toleransi aktivitas 1. Kaji kemampuan klien untuk  aktivitas normal, catat adanya kelemahan dan keletihan 2. Awasi TTV 3. Berikan lingkungan yang tenang 4. Ubah posisi pasien dengan perlahan dan 1. Untuk  menentukan pilihan intervensi 2. Peningkatan nilai TTV menunjukkan adanya upaya  jantung dan paru untuk  membawa oksigen ke  jaringan 3. Lingkungan yang tenang klien dapat beristirahat untuk  menurunkan kebutuhan oksigen tubuh 4. Hipotensi postural menyebabkan pusing, berdenyut dan

(30)

NO DX TUJUAN INTERVENSI RASIONAL pantau adanya pusing meningkatkan resiko cedera 6 Resiko cedera b.d kurang pengetahuan orangtua tentang prose penyakit DS:

Orang tua klien mengatakan tidak  tahu mengenai penyakit anaknya DO: - Orangtua bertanya tentang kondisi anaknya - Klien belum pernah transfusi Tupan: setelah dilakukan tindakan keperawatan 2x24  jam, diharapkan tidak terjadi cedera pada klien

Tupen: Orangtua klien mendapatkan informasi yang cukup tentang penyakit anaknya KH: - Orangtua klien mengerti tentang penyakit anaknya - Tidak ada komplikasi setelah transfusi 1. Kaji tingkat pendidikan dan pengetahuan orangtua klien 2. Berikan informasi tentang penyakit klien dengan bahasa yang dimengerti oleh orangtua klien 3. Ajukan kembali pertanyaan tentang penyakit klien setelah pemberian informasi 4. Menanyakan kepada orangtua klien apakah 1. Untuk  menentukan intervensi 2. Agar orangtua mendapatkan informasi yang benar tentang penyakit dari petugas kesehatan 3. Untuk menilai penyerapan orangtua klien terhadap informasi yang diberikan 4. Untuk  mengetahui apakah ada informasi lain

(31)

NO DX TUJUAN INTERVENSI RASIONAL informasi yang diberikan sudah cukup atau belum 5. Perhatikan reaksi klien selama transfusi 6. Perhatikan masa kadaluarsa darah untuk  tranfusi lagi yang dibutuhkan klien sehubungan dengan penyakit anaknya 5. Untuk  mengetahui adanya komplikasi sedini mungkin 6. Untuk  mencegah komplikasi

(32)

XVI. IMPLEMENTASI

NO DX

HARI/  TGL

JAM PARAF IMPLEMENTASI EVALUASI

1 Kamis, 15/12/11 08.00 08.10 08.15 08.15 Mae Mae Mae Mae 1. mengobservasi suhu tubuh EF: S: 39OC, N: 120x/mnt 2. memberikan kompres

hangat pada daerah lipatan tubuh (axilla, paha)

3. menganjurkan keluarga untuk  memakaikan klien baju dari bahan katun 4. memberikan antipiretik  paracetamol 1 cth Kamis, 15/12/11 Jam 13.00 WIB S: orangtua mengatakan klien masih demam O: - S: 38,2OC, N:120x/mnt - Mukosa bibir kering A: Masalah keperawatan hypertermi belum teratasi P: lanjutkan intervesi no 1,2,3,4 2 Kamis, 15/12/11 1. mengobservasi TTV EF: S: 39OC, N: 120x/mnt 2. mengobservasi tanda-tanda syok  EF:

Tidak ada tanda-tanda

Kamis, 15/12/11 Jam 13.00 WIB S: orangtua mengatakan tidak  ada perdarahan di gusi, bintik merah

(33)

NO DX

HARI/  TGL

JAM PARAF IMPLEMENTASI EVALUASI

13.00 13.00 14.00 Mae Mae Mae syok  3. mengobservasi intake dan output 4. menganjurkan orangtua untuk  memberikan klien minum sedikit tapi sering 5. memberikan cairan parenteral, RL 10 tpm berkurang O: - S: 38,2OC, N:120x/mnt - Tidak tampak  perdarahan di gusi A: Masalah keperawatan syok  hipovolemik  teratasi sebagian P: lanjutkan intervesi no 1,2,3,4,5 3 Kamis, 15/12/11 12.00 10.00 10.05 Mae Mae Mae 1. memberikan makan sesuai diet EF:

makan habis ½ porsi 2. menimbang BB setiap

hari

EF: 10 Kg

3. melibatkan keluarga dalam perencanaan diet sesuai program

Kamis,15/12/11 Jam 13.00 WIB S: orangtua mengatakan klien makan habis ½ porsi O: - makan siang ½ porsi - Tidakterjadi penurunan berat badan

(34)

NO DX

HARI/  TGL

JAM PARAF IMPLEMENTASI EVALUASI

A: Masalah keperawatan gangguan nutrisi teratasi sebagian P: lanjutkan intervesi no 1,2,3,4 4 Kamis, 15/12/11 11.00 11.05 11.10 Mae Mae Mae 1. mengkaji integritas kulit EF: Bintik merah

berkurang dan tidak  ada perlukaan di kulit 2. menganjurkan klien

untuk tidak 

menggaruk dengan keras bagian yang gatal

3. menganjurkan

orangtua klien untuk  menghindari pemakaian cream kulit tanpa rekomendasi dokter Kamis,15/12/11 Jam 13.00 WIB S: orangtua klien mengatakan bintik  merah sudah berkurang O: - bintik merah berkurang - Tidakterjadi perlukaan di kulit A: Masalah keperawatan gangguan integritas kulit teratasi sebagian

(35)

NO DX

HARI/  TGL

JAM PARAF IMPLEMENTASI EVALUASI

P: lanjutkan intervesi no 1,2,3 5 Kamis, 15/12/11 11.30 08.30 Mae Mae 1. mengkaji kemampuan klien untuk aktivitas normal, catat adanya kelemahan dan keletihan 2. mengawasi TTV EF: S: 39OC, N: 120x/mnt Kamis,15/12/11 Jam 13.00 WIB S: orangtua mengatakan klien sudah lebih aktif  O: - keadaan umum sudah lebih baik  - klien sudah mampu duduk  dan berdiri di atas tempat tidur A: Masalah keperawatan intoleransi aktivitas teratasi sebagian P: lanjutkan intervesi no 1,2

(36)

NO DX

HARI/  TGL

JAM PARAF IMPLEMENTASI EVALUASI

6 Kamis, 15/12/11 08.00 08.05 08.15 Mae Mae Mae 1. mengkaji tingkat pendidikan dan pengetahuan orangtua klien

EF: orangtua klien berpendidikan SMP 2. memberikan

informasi tentang penyakit klien dengan

bahasa yang

dimengerti oleh orangtua klien, mis: tentang perawatan kulit, pentingnya intake peroral, tindakan segera bila terjadi perdarahan, menghindari klien dari benturan, dll. 3. mengajukan kembali

pertanyaan tentang penyakit klien setelah pemberian informasi EF: orangtua klien dapat menjawab pertanyaan yang diajukan walaupun ada yang salah

S: - Orangtua klien mengatakan sudah mendapatkan informasi yang cukup tentang penyakit anaknya - Orangtua klien mengatakan klien tidak  mengalami reaksi selama proses transfusi O: - Orangtua klien lebih kooperatif  dalam proses perawatan - Tidak tampak  reaksi alergi setelah proses transfusi A: Masalah keperawatan resiko cedera teratasi P: Stop intervensi

(37)

NO DX

HARI/  TGL

JAM PARAF IMPLEMENTASI EVALUASI

08.20

08.30

Mae

Mae

4. Menanyakan kepada orangtua klien apakah informasi yang diberikan sudah cukup atau belum EF: orangtua klien menjawab untuk  sementara

informasinya sudah cukup

5. Mengkaji reaksi klien setelah proses transfuse EF: Keluarga mengatakan klien tidak  mengalami reaksi apapun selama proses transfusi

(38)

XVII. CATATAN PERKEMBANGAN

NO DX

HARI/T GL

PARAF JAM CATATAN PERKEMBANGAN

1 Jumat, 16/12/11

Mae 14.00 S:

orangtua mengatakan klien sudah tidak demam O:

- S: 37,2OC, N:112x/mnt - Mukosa bibir lembab A:

Masalah keperawatan hypertermi teratasi P:

Stop intervensi

2 Jumat, 16/12/11

Mae 14.10 S:

orangtua mengatakan tidak ada perdarahan di gusi, bintik merah berkurang

O:

- S: 37,2OC, N:112x/mnt

- Tidak tampak perdarahan di gusi - Hasil lab tanggal 16 Desember 2011:

Hb: 10,5 g/dL L: 10.000 µL Ht: 31%

Trb: 108.000 µL A:

Masalah keperawatan syok hipovolemik teratasi P:

(39)

NO DX

HARI/T GL

PARAF JAM CATATAN PERKEMBANGAN

3 Jumat, 16/12/11 Mae Mae Mae 14.15 17.00 17.30 S:

orangtua mengatakan klien makan siang habis ½ porsi

O:

- makan siang ½ porsi

- Tidak terjadi penurunan berat badan A:

Masalah keperawatan gangguan nutrisi teratasi sebagian

P:

lanjutkan intervesi no 1,3 I:

1. memberi makan sesuai diet EF:

makan habis ½ porsi

2. melibatkan keluarga dalam perencanaan diet sesuai program

E:

S: orangtua mengatakan klien makan sore habis ½ porsi

O: - makan sore ½ porsi

- klien sudah tidak anoreksia

A:Masalah keperawatan gangguan nutrisi teratasi sebagian

P: lanjutkan intervesi no 1,3 R:

(40)

-NO DX

HARI/T GL

PARAF JAM CATATAN PERKEMBANGAN

4 Jumat, 16/12/11 Mae Mae Mae Mae 14.20 16.00 16.05 16.10 S:

orangtua klien mengatakan bintik merah sudah berkurang

O:

- bintik merah berkurang

- Tidak terjadi perlukaan di kulit A:

Masalah keperawatan gangguan integritas kulit teratasi sebagian

P:

lanjutkan intervesi no 1,2,3 I:

1. mengkaji integritas kulit

EF: Bintik merah berkurang dan tidak ada perlukaan di kulit

2. menganjurkan klien untuk tidak menggaruk  dengan keras bagian yang gatal

3. menganjurkan orangtua klien untuk  menghindari pemakaian cream kulit tanpa rekomendasi dokter

E:

S: orangtua klien mengatakan bintik merah sudah berkurang

O: - bintik merah berkurang

- Tidakterjadi perlukaan di kulit

A:Masalah keperawatan gangguan integritas kulit teratasi sebagian

P: lanjutkan intervesi no 1,2,3 R:

(41)

-NO DX

HARI/T GL

PARAF JAM CATATAN PERKEMBANGAN

5 Jumat, 16/12/11

Mae 14.20 S:

orangtua mengatakan klien sudah lebih aktif  O:

- keadaan umum sudah lebih baik 

- klien sudah mampu duduk dan berdiri di atas tempat tidur

A:

Masalah keperawatan intoleransi aktivitas teratasi P: stop intervesi 3 Sabtu, 17/12/11 Mae 14.00 S:

orangtua mengatakan klien makan siang habis ¾ porsi

O:

- makan siang ¾ porsi

- Tidak terjadi penurunan berat badan A:

Masalah keperawatan gangguan nutrisi teratasi P:

stop intervesi 4 Sabtu,

1&/12/11

Mae 14.00 S:

orangtua klien mengatakan bintik merah sudah berkurang

O:

- bintik merah berkurang

(42)

NO DX

HARI/T GL

PARAF JAM CATATAN PERKEMBANGAN

A:

Masalah keperawatan gangguan integritas kulit teratasi

P:

(43)

BAB 4 PENUTUP

4.1. KESIMPULAN

Setelah dilakukan asuhan keperawatan pada klien dengan ITP pada an. L selama 3 hari di ruang Kemuning RSU Tangerang, penulis menemukan 6 masalah keperawatan. Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 hari, penulis menyimpulkan bahwa semua masalah keperawatan yang telah teratasi yaitu:

a. Hypertermi

b. Resiko syok hipovolemik  c. Gangguan kebutuhan nutrisi d. Gangguan integritas kulit e. Intoleransi aktivitas f. Resiko cedera

4.2. SARAN

Setelah selesai melakukan asuhan keperawatan pada klien dengan ITP pada an. L selama 3 hari di ruang Kemuning RSU Tangerang, penulis memberikan sedikit saran kepada orangtua klien untuk cepat tanggap bila menemukan kasus serupa didalam keluarganya, sehingga bisa dicegah tingkat kegawatan dari penyakit serupa. Orangtua  juga mau memberikan intake makanan dan minum yang cukup sehingga tidak akan terjadi gangguan nutrisi dan syok hipovolemik. Orangtua juga mau bertanya jika informasi yang didapatkan mengenai proses penyakit dirasakan masih kurang, sehingga keluarga bisa lebih kooperatif dalam proses perawatan.

Untuk petugas di ruangan, dimohon untuk lebih memperhatikan masalah waktu dan  jumlah cairan infus yang dibutuhkan klien, karena biasanya klien anak seringkali

digendong, sehingga tetesan infuse seringkali tidak sesuai dengan program therapy, mengobservasi tanda-tanda perdarahan dan intake klien, memperhatikan waktu kadaluarsa darah yang akan dipergunakan untuk transfusi, serta pemberian informasi yang jelas kepada keluarga pasien, terutama dengan tingkat pengetahuan dan pendidikan

Referensi

Dokumen terkait

Sementara untuk penerima dan sekaligus berfungsi sebagai server mini penyimpan data video juga digunakan Raspberry Pi 3 yang disambungkan dengan suatu SSD (solid state

Rematik dapat menyerang hampir semua sendi, tetapi yang paling sering diserang adalah sendi di pergelangan tangan, buku-buku jari, lutut dan engkel kaki. Sendi-sendi lain yang

Ortega-Toro et al (2016) telah melakukan pengujian pada lapisan kanji-gliserol yang diplastisasi dengan PEG, dimana diperoleh hasil uji FTIR pada kanji murni yang nilai

Mulailah menggambar objek Psikotes Gambar Manusia sesuai sesuai dengan jenis kelamin anda, usahakan gambarlah orang tersebut tepat di tengah kertas agar lebih simetris dan

Metode ini digunakan untuk penentuan logam besi (Fe) total dan terlarut dalam air dan air limbah secara spektrofotometri serapan atom-nyala (SSA) pada kisaran kadar Fe 0,3 mg/L

Grafik 4.4 Perbandingan antar Kelas pada Post Test ke-1 69 Grafik 4.5 Perbandingan antar Kelas pada Post Test ke-2 71 Grafik 4.6 Perbandingan antar Kelas pada Post Test

CPMK1 Mampu bertindak dan berperilaku timbal balik antar sesama dalam kegiatan organisasi pada saat perencanaan dan pelaksanaan pekerjaan teknik sipil, dan mampu menyatakan

regresi yang akan digunakan. Pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan. program SPSS versi 17.0. Adapun langkah-langkah dalam