Sumber: Hasil Analisis Kelompok (2016)
Pada masyarakat ADS dan Lingkungan Hidup di Desa Cigugur ini bahwa ling- kungan disini merupakan hajat hidup dari manusia. Yang mana dari lingkungan hiduplah mereka untuk betahan hidup dan bagi mereka yang diajarkan oleh para leluhurnya menerapkan prinsip harus menjaga alam karena jika tidak menjaga alam akan terjadi bencana alam bagi kehidupan manusia. Kemudian terkait dengan hubungan masyarakat cigugur khususnya warga sunda wiwitan dengan lingkungan hidup di wilayahnya, lingkungan yang cukup berpengaruh sebagai magnet kehidupan sebenarnya lebih tertuju pada Gunung Ciremai sejak dahulu kala.Para leluhur masyarakat sunda wiwitan itu sendiri sudah menganggap bah- wasannya Gunung Ciremai tersebut merupakan suatu hal yang sacral bagi ke- hidupan di sekitarnya. Gunung Ciremai merupakan sumber kesejahteraan dan ke- hidupan masyarakat setempat. Namun seiring dengan itu muncul problematika yang cukup menganggu masyarakat yakni dari adanya kebijakan terkait sistem Taman Nasional Gunung Ciremai dan juga kasus adanya pembangkit energi Ge- othermal di Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC) yang dibuat oleh pemerintah dan pihak swasta seperti yang dijelaskan di atas sebelumnya. Dengan demikian maka berdampak kepada kehidupan dari masyarakat seperti tidak diizinkan lagi untuk menanam sayur-mayur di sekitar lahan hutan maupun lereng Gunung Cire- mai itu sendiri. Sehingga kepedulian masyarakat pun menjadi berkurang atas kon- disi yang terjadi di sekitaran gunung tersebut. Berbeda halnya ketika masih dikelola oleh Perum Perhutani, terdapat kebijakan yang pola pengelolaan hu-
Lingkunga n hidup sebagai hajat hidup
eksplorasi lingkungan
hidup
Pemerintah dan lembaga
swasta Dampak
eksplorasi Tuntutan
Masyarakat
Page 101 of 203 tannya dengan melibatkan masyarakat setempat. Masyarakat diberikan kesem- patan dengan dipersilahkan untuk bercocok tanam di lereng Gunung Ciremai sam- bil menjaga hutan di sekitarnya serta diperbolehkan untuk mengangkut akar atau- pun ranting-ranting pohon yang berjatuhan untuk dijadikan kayu bakar.
Selain itu pula dampak selanjutnya adalah munculnya keterlibatan perusahaan asal Amerika yang bergerak di bidang energi, yakni Chevron Corporation. Perus- ahaan berusaha untuk menggali kekayaan energi panas bumi yang bisa dieksplor melalui kecanggihan alat besarnya di dalam tubuh Gunung Ciremai. Eksplorasi berupa proyek pembangkit listrik geothermal. Dari hal-hal tersebut maka timbul upaya dari masyarakat untuk menuntut kasus diatas seperti adanya Save ciremai dan juga menolak hal tersebut dengan melakukan aksi kepada pemerintah bahwa dengan hal demikian seakan sudah merusak lingkungan alam yang menyangkut kepada orang banyak.
Amanat Leluhur
Dalam perkembangan dari zaman ke zaman masyarakat komunitas Agama Djawa Sunda (ADS) ini mereka masih tetap menjaga dan melestarikan amanat dari lelu- hurnya yang mana hal ini berkaitan pada hajat hidup orang banyak. Dalam me- lestarikan lingkungan sesuai amanat dari leluhur yang mana harus menjaga alam karena jika tidak menjaga alam akan terjadi bencana alam bagi kehidupan manu- sia. Hal tersebut salah satu contohnya ialah dijadikan sebagai tradisi untuk men- jaga keberlangsungan kehidupan manusia yakni seperti setiap ada calon pengan- tin yang ingin menikah wajib menyediakan benih tanaman pohon keras seperti mahoni/jati minimal 5 batang bibit pohon yang ditanam di lingkungan. Selain itu juga jika menebang 1 pohon maka harus menanam kembali 10 pohon itu untuk menjaga kelestarian lingkungan. Prinsip demikian diamanatkan oleh leluhur ka- rena lebih baik meninggalkan mata air di lingkungan alam dari pada meninggalkan warisan air mata untuk anak cucu kita. Seperti yang di uraikan oleh Pangeran Gumirat berikut.
Dalam menjaga keberlangsungan hidup disini masyarakat di wilayah ci- gigur ini khususnya masih tetap menjaga lingkungan seperti yang mana bagi masyarakat cigugur disini lebih baik meninggalkan mata air dari pada air mata untuk generasi anak cucu kita nanti. Biasanya itu dilakukan dengan menjaga lingkungan dengan cara setiap ada calon pengantin yang ingin menikah wajib menyediakan benih tanaman pohon keras seperti ma- honi/jati minimal 5 batang bibit pohon yang ditanam di lingkungan. Dan jika ada yang menebang 1 pohon maka harus menanam kembali 10 pohon di lingkungan sekitar107
Dari hasil wawancara tersebut dapat dilihat bahwa sebagai generasi yang sudah tua juga harus memikirkan generasi bangsa selanjutnya agar alam tidak akan ru- sak nantinya. Jika saat ini saja kita sudah merusak alam yakni dapat dikatakan menimbun air mata untuk lingkungan alam bagaimana pada generasi selanjutnya.
Oleh karena itu pada komunitas ADS ini filosofi tersebut tetap dijaga demi keber- langsungan hajat generasi penerus bangsa di kemudian hari. Jadi dengan begitu, kita pun juga harus meninggalkan mata air yang dalam hal ini adalah menyediakan sumber daya alam yang sekiranya dapat kita jaga dan di rawat untuk dapat
107 Wawancara penulis pada tanggal 4 November2016 di kediaman Pangeran Gumirat Barna Alam pukul 17.30 WIB
Page 102 of 203 digunakan dan di nikmati oleh anak cucu kita kelak dan juga pada hal ini di mak- sudkan agar kita sebagai manusia agar tidak egois untuk menikmati apa yang ada sekarang ini tanpa memikirkan untuk masa depan selanjutnya. Dan juga selain dengan menjaga lingkungan, filosofi tersebut juga dikaitkan dengan upacara Seren Taun yang merupakan amanat dari leluhur untuk menjaga lingkungan agar tidak terjadi bencana pada lingkungan mereka nantinya.
Dalam menjaga lingkungan ini masyarakat Sunda Wiwitan disini percaya bahwa jika kita baik kepada alam maka alam akan baik kepada kita dan jika kita merusak alam maka alam akan kembali merusak kita karena itu merupakan prinsip dari hukum alam. Sebenarnya sih tidak hanya berlaku bagi Sunda Wiwitan saja, dalam setiap agama hal ini kan juga ada gitu kalau kita harus menjaga apa yang sudah di berikan oleh maha pencipta108 Dengan demikian bahwa kita sebagai makhluk hidup yang sudah diberikan oleh maha pencipta kita harus menjaganya. Hal tersebut seperti apa yang dilakukan oleh masyarakat sunda wiwitan yang mana mereka masih tetap menjaga amanat dari leluhurnya bagi keberlangsungan hidupnya kini maupun untuk yang masa akan datang.
Kearifan Lokal Berbasis Lingkungan
Dalam Komunitas Agama Djawa Sunda (ADS), mereka menganut nilai-nilai ke- manusiaan yang sangat kental kaitannya dengan lingkungan hidup. Nilai-nilai ter- sebut yang kemudian membimbing manusia untuk hidup selalu berdampingan dan mengasihi alam. Nilai-nilai ini kemudian menjadi pedoman hidup manusia atau masyarakat Cigugur untuk dapat menjaga dan melestarikan alam dan lingkungan hidup. Nilai-nilai kemanusiaan ini dijadikan tradisi oleh masyarakat Cigugur. Ada beberapa contoh tradisi yang kaitannya dengan lingkungan alam. Misalnya tradisi calon pengantin sebelum menikah syaratnya wajib menanam pohon keras seperti pohon mahoni, jati minimal 5 bibit pohon untuk ditanam di lingkungan. Hal ini di- maksudkan untuk membuat lingkungan Cigugur tetap asri dan menjaga amanah dari para leluhur agar tetap menjaga lingkungan dengan baik dan tidak merusak lingkungan. Selain itu, masyarakat disana jika ingin menebang 1 pohon wajib nant- inya menggatinya dengan menanam 10 pohon. Hal ini dilakukan masyarakat Cigugur agar pohon-pohon yang ada di wilayah atau hutan Cigugur tidak ke- hilangan fungsinya. Karena lagi-lagi amanat dari leluhur bahwa masyarakat Cigugur harus menjaga dan merawat alam, karena jika tidak merawat alam akan menjadi bencana bagi manusia itu sendiri. Seperti dikutip dari wawancara kepada Pangeran Gumirat Barna Alam bahwa:
Prinsip leluhur demikian karena ada filosofisnya, jadi amanat dari para le- luhur adalah lebih baik meninggalkan mata-mata air di lingkungan alam, dari pada kita meninggalkan warisan air mata untuk anak cucu kita.109 Jadi, amanat dari para leluhur sudah jelas yakni agar masyarakat Cigugur sebagai generasi sekarang untuk tetap menjaga lingkungan. Hal tersebut dilakukan agar nantinya tidak hanya mewariskan air mata bagi generasi-generasi penerus. Maka
108 Wawancara penulis pada tanggal 4 November2016 di kediaman Pangeran Gumirat Barna Alam pukul 17.30 WIB
109 Wawancara penulis pada tanggal 4 November2016 di kediaman Pangeran Gumirat Barna Alam pukul 17.15 WIB
Page 103 of 203 sudah sepatutnya bahwa masyarakat Cigugur merawat lingkungan sesuai dengan amanat leluhur.
Lalu dalam menjalankan amanat dan kebudayaan leluhur di wilayah cigugur ini mereka melakukan upacara adat Seren Taun yang dilaksanakan setahun sekali.
Menurut Intani dan Andayani (2006), Seren Taun berasal dari dua kata yaitu kata Seren dan Taun. Seren berasal dari kata serah atau menyerahkan dan Taun be- rasal dari kata tahun. Berdasakan hal tersebut, arti Seren Taun menurut makna katanya adalah serah terima tahun yang lalu ke tahun yang akan datang sebagai penggantinya.110 Seren Taun merupakan upacara adat yang merupakan ungka- pan rasa syukur dan doa masyarakat sunda atas segala rezeki dan nikmat yang didapat selama setahun yang telah berlalu terutama dibidang pertanian. Menurut penuturan Bapak Saleh Malik sebagai warga masyarakat Cigugur yang menajdi informan menyatakan bahwa:
Seren Taun itu salah satu bentuk rasa syukur kita karena selama setahun ini sudah diberi nikmat oleh Tuhan. Ya namanya manusia kita memang wajib bersyukur dengan memanjatkan doa-doa neng.111
Gambar 6. 8 Upacara Adat Seren Taun
Sumber: www.google.com (2016)
Seren Taun dilaksanakan setiap tanggal 22 Raya agung menurut perhitungan sunda yang juga memiliki makna tersendiri. Dalam Seren Taun ini selain ritual- ritual yang bersifat sakral digelar juga kesenian, hiburan dan kreativitas masyara- kat. Misalnya seperti pameran batik, tari-tarian seperti tari Buyung dan kreativitas masyarakat seperti membuat patung naga-nagaan yang terbuat dari hasil bumi seperti buah-buahan. Acara Seren Taun yang paling inti adalah menumbuk padi yang hasil tumbukannya dibagikan kepada warga-warga sekitar yang kurang mampu. Uniknya hasil tumbukan padi yang berupa beras ini berjumlah 22 kwintal sesuai dengan bilangan angka tanggalan. Yang mana 20 kwintal untuk di
110 Untung Prasetyo dan Sarwititi Sarwoprasodjo, Komodifikasi Upacara Tradisional Seren Taun dalam Pembentukan Identitas Komunitas, diakses dari http://ilkom.journal.ipb.ac.id/in-
dex.php/sodality/article/viewFile/5823/4491, pada tanggal 22 Desember 2016 pukul 04:30 WIB
111 Wawancara penulis dengan Bapak Saleh Malik , pada tanggal 4 November 2016 pukul 13:00 WIB
Page 104 of 203 tumbuk dan dibagikan kepada warga. Maksud dari bilangan 20 kwintal ini meng- gambarkan unsur anatomi tubuh manusia. Dan 2 kwintalnya lagi digunakan se- bagai benih padi. Maksud dari bilangan 2 tersebut juga mengacu pada pengertian bahwa kehidupan siang dan malam, suka duka, baik buruk dan sebagainya. Selain itu, dengan suka rela warga juga membawa buah beti yakni buah-buahan dan umbi-umbian yang tidak terlepas dari hasil bumi. Dalam acara seren taun terdapat ibu-ibu yang nyunggi atau nyuwun yang artinya memohon, sedangkan laki-lakinya memikul yang artinya bahwa lelaki memang harus memikul tanggung jawab. Ter- dapat juga pasangan muda-mudi yang berjumlah 11 orang berjalan jejer, 11 ini dalam Bahasa Sunda yaitu sewelas, sehingga dapat diartikan sebagai welas asih yaitu pengasih dan penyayang. 11 pasangan muda-mudi ini menggambarkan se- bagai benih-benih harapan bangsa yang memiliki rasa welas asih.