Page 104 of 203 tumbuk dan dibagikan kepada warga. Maksud dari bilangan 20 kwintal ini meng- gambarkan unsur anatomi tubuh manusia. Dan 2 kwintalnya lagi digunakan se- bagai benih padi. Maksud dari bilangan 2 tersebut juga mengacu pada pengertian bahwa kehidupan siang dan malam, suka duka, baik buruk dan sebagainya. Selain itu, dengan suka rela warga juga membawa buah beti yakni buah-buahan dan umbi-umbian yang tidak terlepas dari hasil bumi. Dalam acara seren taun terdapat ibu-ibu yang nyunggi atau nyuwun yang artinya memohon, sedangkan laki-lakinya memikul yang artinya bahwa lelaki memang harus memikul tanggung jawab. Ter- dapat juga pasangan muda-mudi yang berjumlah 11 orang berjalan jejer, 11 ini dalam Bahasa Sunda yaitu sewelas, sehingga dapat diartikan sebagai welas asih yaitu pengasih dan penyayang. 11 pasangan muda-mudi ini menggambarkan se- bagai benih-benih harapan bangsa yang memiliki rasa welas asih.
Page 105 of 203 Seren Taun ini dari mana-mana dateng de, jadi bikin kita ngumpul mes- kipun nggak kenal jadi bertegur sapa, jadi kan yang tadinya ngga kenal jadi kenal. Silaturahmi erat satu sama lain, soalnya kita meskipun berbeda- beda tapi nggak pernah ada konflik, semuanya saling membantu mau siapapun yang membutuhkan bantuan itu.112
Dari penuturan Ibu wiwin melalui Upacara Seren Taun ini bisa menyatukan masyarakat ADS dari manapun asalnya. Ini membuat tali persaudaraan antara masyarakat ADS menjadi semakin erat. Upacara Seren Taun juga merakit in- teraksi antara masyarakat yang berbeda kepercayaan semakin menyatu dan dapat menerima kebergaman antar umat beragama. Walaupun masyarakat Cigugur sangat beragam dalam hal kepercayaan, namun tidak menyurutkan mereka untuk tetap bergotong royong, menjaga solidaritas dan berinteraksi dengan baik. Terbukti ketika acara Seren Taun, dari berbagai kepercayaan datang untuk merayakan Seren Taun. Ketika berdoa mereka menggunakan kepercayaan masing-masing untuk mengucapkan rasa syukurnya terhadap sang pencipta. Cara doanya pun bergiliran, misal dimulai dari Penghayat, kemudian Katolik, Islam, dan seterusnya. Tentunya Seren Taun merupakan hal yang dapat dibanggakan oleh warga Kuningan, pasalnya ketika acara Seren Taun banyak wisatawan domestik maupun mancanegara yang mendatangi acara tersebut.
Gambar 6. 9 Lokasi Pesta Dadung
Sumber: Dokumentasi Kelompok (2016)
Inti dari acara Seren Taun ini adalah sebagai wujud konkret dalam rangka men- syukuri nikmat dari sang Kuasa dan merupakan ajang perekat masyarakat dengan toleransi kepercayaan yang sangat tinggi. Masyarakat disana percaya, bahwa per- ilaku yang baik lebih penting ketimbang kepercayaan yang dianutnya. Karena semua kepercayaan pada dasarnya mengajarkan hal yang sama yakni saling mengasihi dan menyayangi.
Mitos dan Rasionalisasi: Logis-Metafisik
Mitos merupakan cerita rakyat yang terjadi antara mulut ke mulut yang dianggap benar-benar terjadi oleh yang empunya cerita atau penganutnya. Mitos tidak se- mata-mata merupakan hal yang harus tidak dipercaya, karena mitos ini memiliki
112 Wawancara penulis dengan Bu Wiwin, pada tanggal 04 November 2016, pukul 13:00 WIB
Page 106 of 203 rasionalitas-rasionalitas yang pasalnya mitos ini ada untuk menjaga kelestarian alam bahkan menjaga keharmonisan dalam bermasyarakat. Seperti halnya di Cigugur Kuningan, terdapat beberapa mitos yang kemudian dapat dirasionalisasi.
Misalnya pemberian sesaji di sawah, mitosnya pemberian sesaji atau sesajen di sawah dimaksud sebagai bentuk persembahan kepada para makhluk atau roh-roh halus dan para jin yang dapat memberikan perlindungan, memberikan pertolongan dan tidak mengganggu manusia. Rasionalitasnya adalah kita hidup selalu berdampingan dengan alam, yang mana di alam ini manusia hidup tidak seorang diri, ada makhluk ciptaan lain yang juga menempati ruang alam ini, seperti bi- natang. Menurut penuturan infroman bernama Pangeran Gumirat Barna Alam mengatakan bahwa:
Sebenarnya itu hanya mitos saja, Jadi rasionalitasnya, pemberian sesaji ini agar makhluk-makhluk yang ada disawah seperti semut, ular dan se- bagainya yang memerlukan makan dapat diberi oleh kita, karena tidak ter- lepas dari prinsip untuk mengasihi segala ciptaan yang Kuasa.113
Mitos lainnya adalah mitos tentang Ikan Dewa. Ikan Dewa oleh masyarakat Cigugur Kuningan dianggap sakral karena konon jumlahnya yang tidak berkurang juga tidak bertambah. Kolam ikan ini terdapat didekat Paseban Tri Panca Tunggal.
Apabila kolam dikuras, ikan-ikan ini akan hilang entah kemana, namun saat kolam diisi air mereka akan kembali lagi dengan jumlah seperti semula. Sampai pada hari ini masyarakat Cigugur Kuningan masih memercayai mitos tersebut. Bahkan masyarakat tidak ada yang berani mengambil ikan ini karena ada kepercayaan bahwa barang siapa yang berani mengganggu ikan tersebut akan mendapat ke- malangan.
Gambar 6. 10 Kolam Ikan Dewa
Sumber: Dokumentasi Kelompok (2016)
Mitos tersebut kemudian dapat dirasionalitaskan bahwa Ikan Dewa disini diartikan bukan sebagai dewa yang semestinya, melainkan berupa kepanjangan daripada
“Gede Dawa” yang bila diartikan sebagai ikan yang bentuknya cukup besar dan
113 Wawancara penulis pada tanggal 4 November2016 di kediaman Pangeran Gumirat Barna Alam pukul 17.45 WIB
Page 107 of 203 panjang. Menurut informan kunci yang bernama Pangeran Gumirat Barna Alam mengatakan bahwa:
Ya itu mah kepercayaan masayarakat sini saja. Padahal sebenarnya tidak seperti itu. Ketika air dikuras otomatis air kurasan akan mengalir kesaluran air yang bermuara disungai, dan secara logisnya ikan akan mendekati sumber air dan mengikuti aliran air tersebut. Karena tingkat kelangkaan atas ikan dewa ini, maka ikan dewa ini terancam punah dan tingkat repro- duksi dari ikan dewa ini cukup lambat, nah hal ini kemudian yang membuat ikan dewa ini jumlahnya dapat dibilang tidak berkurang maupun ber- tambah.114
Pada intinya mitos itu sendiri sebenarnya merupakan salah satu bentuk dari upaya pelestarian lingkungan. Dengan adanya mitos yang dipercaya oleh masyarakat Cigugur maka secara tidak sadar hal itu dilakukan semata-mata untuk melestari- kan lingkungan hidup