• Tidak ada hasil yang ditemukan

2 Makna Tuhan dalam Ajaran-ajaran Sunda Wiwitan

Sumber: Hasil Analisa Penulis (2016)

Para penghayat ADS juga memiliki caranya tersendiri dalam berdoa dan bertapa/berdialog dalam batinnya. Seperti yang dikatakan oleh Pangeran Rama Anom dalam wawancaranya, ia mengatakan bahwa pemahaman di sunda wiwitan lain, kita harus mengenal wajah kita sendirri dalam hal meditasi atau sembahyang, jangan hanya bisa membayangkan wajah di luar jasad kita, tapi yang melekat di jasad kita tidak kenal. Dalam beribadah kepada Tuhan salah satunya dalam olah

69 Wawancara dengan Pak Subrata pada tanggal 5 November 2016, pukul 10.27

• Berdialog dalam

batin

• Beribadah dan berdoa

• Olah Tapa

• Pikukuh Tilu

Gusti Sikang Sawiji-wiji

Sang Hyang Kersa

Batara Tunggal Hyang

Tunggal

Page 64 of 203 tapa memiliki cara tersendiri yang biasa dilakukan oleh para penghayat ke- percayaan ADS.

Posisinya itu dimulai dengan duduk sila dan telapak tangan mengadap ke atas lalu diletakan di bawah pusar. antara jempol tangan yang saling disatukan ada kese- jajaran dengan posisi hidung. jadi helaan nafas harus sejajar. posisi tubuh harus tegak. Saat melakukan ini, kita mengatakan “Saya menerima ciptaan-Mu ya tu- han.” saat membuang nafas perlahan-lahan sembari mengatakan “Tidak ada daya kekuasaan apapun kecuali atas kehendak-Mu ya Tuhan” kemudian “Semoga atas karsa Tuhan kami bisa menerima cipta dan karsa-Mu ya Tuhan.” kan tugas manu- sia mengolah alam, merawat alam. semua ciptaan tuhan. Kemudian setelah itu baru masuk ke keheningan, tidak ada permohonan kepada Tuhan. Hanya merasa- kan kemanunggalannya dengan cara tarik dan keluarkan nafas dengan tahan di pusar, kemudian disalurkan ke mana dulu, ke otak atau ke tempat lainnya. dengan masuknya udara ke otak kita, maka membersihkan otak tersebut. fungsinya seperti anti virus. nafas juga dapat menetralisir amarah yang sedang berkecamuk. Bi- asanya olah tapa seperti ini dilakukan pada waktu-waktu yang telah ditentukan yaitu tiga kali, sebelum tidur, tengah malam, dan setelah bangun tidur.

Gambar 4. 2 Cara ketika Sunda Wiwitan sedang olah tapa

Sumber: www.google.com (2016)

Keyakinan para penghayat kepercayaan ADS kepada Tuhan juga diyakininya ketika seseorang mengenal pribadi dirinya sendiri maka ia kan mengenal siapa penciptanya atau Tuhannya. Jika seseorang tersebut sudah mengetahui dengan baik dirinya sendiri, maka ia akan memahami siapa yang menciptakannya dan siapa yang menciptakan dunia serta seisinya. Untuk mencapai setiap kebahagiaan dalam dirinya sendiri serta dapat memetakan roh roh-roh apa saja yang mempengaruhi disinya sendiri sela ini. Dengan hal yang demikian, maka manusia akan mengenal Tuhan. Dalam masyarakat ADS dikenal dengan konsep “Andjawat lan andjawab roh susun-susun kang den tunda” yang dipercaya bahwa disekitar manusia terdapat berbagai macam roh yang dapat mempengaruhi dirinya. Maka

Page 65 of 203 dari itu, manusia juga perlu untuk memilih dan mengambil pengaruh roh-roh yng baik dan menjauhkan diri dari pengaruh roh-roh atau sifat kodrat yang buruk.

Setiap ajaran-ajaran dalam ADS ini memiliki nilai-nilai spiritualitas yang berguna sebagai pedoman dalam berperilaku para pengahayat ADS. Eksistensi para penghayat ADS sampai saat ini masih dipertahankan yaitu karena mereka masih menjaga ajaran-ajaran ADS. Para penghayat juga menjunjung tinggi nilai toleransi serta nilai kemanusiaan yang sampai saat ini masih dipegang teguh Karena nilai kemanusiaan akan tetap ada tak akan tergerus oleh waktu. Fungsi ajaran ADS sebagai pedoman berperilaku terwujud dari nilai toleransi yang masih dijaga sam- pai saat ini. Toleransi yang terjalin antar warga dengan berlatar belakang agama yang berbeda-beda di Cigugur sangat baik. Tidak ada perpecahan yang terjadi di Cigugur padahal mereka tinggal dengan keluarga yang memiliki agama yang ber- beda. Baginya, setiap agama mengajarkan segala sesuatu yang baik untuk men- jalani kehidupannya seperti dilarang saling membunuh, saling mencemooh, bahkan meminum-minuman keras. Ajaran seperti itu juga merupakan pedoman yang diajarkan dalam ADS pula. Pedoman tersebut di perteguh dengan iman kepada Tuhan dan membuka kesadaran batin terhadap sisi kemanusiaan.

Selain itu juga, komunitas ADS di Cigugur Kuningan juga didasarkan pada adat istiadat Tapa di Nagara yang bermakna bahwa para penghayat kepercayaan ADS ini hidup dengan cara mengikuti perkembangan sosial budaya yang ada pada masyarakat pada umumnya dan bergaul di Zaman Keramaian. Hal ini berbeda dengan adat sosial budaya Tapa di Mandala dimana masyarakat hidup masih menjaga amanat warisan leluhur dengan tidak mengubahnya sedikit pun dan mereka lebih menutup diri. Masyarakat seperti ini bisa ditemukan dalam masyara- kat Baduy.70 Karena adat yang di pegang adalah Tapa di Nagara pada masyarakat ADS, maka sampai saat ini ADS masih terjaga kepercayaannya Karena selain me- megang adat dan tradisi yang secara turun temurun diwariskan, masyarakat ADS pun juga masih mengikuti perkembangan zaman yang ada sehingga masih diterima di masyarakat luas dan lebih terbuka. Hal seperti ini juga yang dikatakan oleh Pak Subrata:

Sunda Wiwitan/ADS mah emang masih ada sampe sekarang ini karena mah neng adat istiadat disini tercermin dari bukan tapa dimandala (tidak bergaul dijagat keramaian) itu dikanekes, kalo disini tapa di nagara (ber- gaul dijaman keramaian). Disini menerapkan caraciri masing-masing.71 Bagi salah satu penganut ADS, yaitu Kang Didi pria berusia sekitar 47 tahun ini, eksistensi ADS ada sampai saat ini pun masing-masing orang punya pendirian sendiri, jadi tergantung dari orang tersebut memaknai adat istiadat serta ke- percayaannya. Setiap orang harus melestarikan budayanya sendiri tetapi tidak memaksakan tergantung sifat pribadi orang tersebut. Yang terpenting yaitu harus ada toleransi agama masyarakat ADS terhadap masyarakat penganut agama yang lain. Harus saling menghargai karena perbedaan itu indah. Meskipun ia me- rasa sampai saat ini masih ada diskriminasi dari pemerintah yaitu ia merasa ke- percayaan ADS tidak diakui oleh negara hal ini ditunjukkan dengan masyarakat ADS ketika sekolah nilai agamanya dikosongkan dengan tanda (-), begitu juga

70 Ira Indrawardana, Makalah Kuliah Umum, Berketuhanan dalam Perspektif Kepercayaan Sunda Wiwitan, hal: 11

71 Wawancara dengan Pak Subrata pada tanggal 5 November 2016, pukul 10.27

Page 66 of 203 ketika dewasa membuat KTP pun kolom agama dikosongkan dengan tanda (-) artinya tidak memiliki agama yang diakui oleh negara dan ini salah bentuk diskrimi- nasi.

Pada dasarnya, untuk menjaga agar ADS tetep ada, masing-masing orang punya pendirian sendiri, jadi tergantung dari orang tersebut memaknai adat istiadat serta kepercayaannya. Setiap orang harus melestarikan buda- yanya sendiri tetapi tidak memaksakan tergantung sifat pribadi orang ter- sebut. Intinya setiap orang ada toleransi agama masyarakat ADS terhadap masyarakat penganut agama yang lain. Harus saling menghargai karena perbedaan itu indah. Walaupun, kita tidak diakui negara agamanya.

Negara masih ngasih tanda strip (-) di KTP neng pas di kolom agamanya.72 Gambar 4. 3 Contoh KTP Masyarakat Penghayat ADS

Sumber: Dokumentasi Kelompok (2016)

Proses Sosialisasi Antar Generasi dalam Masyarakat ADS

Masyarakat Desa Cigugur, Kuningan, Jawa Barat memang memiliki kepercayaan tersendiri dalam menjalani kehidupan. Agama Djawa Sunda (ADS) merupakan ke- percayaan yang telah mereka percayai sejak lama. Berbagai cobaan, masalah serta anggapan bahwa kepercayaan yang sesat mereka terima dalam menjalani kepercayaan tersebut. Namun, hal itu tidak menjadi masalah bagi masyarakat Cigugur untuk tetap menjalani kepercayaan mereka yang telah dipercaya sejak lama. Buktinya, sekarang masyarakat yang mempercayai ADS sudah diterima dikalangan masyarakat lainnya bahkan menjalani kehidupan dengan sangat rukun dan damai. Point utama dari penelitian ini mengenai ADS adalah proses internal- isasi antar generasi dan proses pelembagaan kultural.

Proses internalisasi antar generasi ditunjukan melalui nilai-nilai toleransi yang di- tunjung tinggi antar agama. Sedangkan, proses pelembagaan kultural ditunjukan dalam konsep ke-Tuhanan, keyakinan, bentuk ibadah, tata cara berpakaian yang khas dari masyarakat penghayat, dan pedoman/kitab (pikukuh tilu). Dalam teori etnis parson dengan berdasar pada penekanan Durkheim, hubungan antar masyarakat Penghayat ADS didasarkan atas solidaritas kelompok. Keanggotaan pada etnis Sunda Wiwitan pada kepercayaan ini adalah bentuk khusus dari soli- daritas kelompok yang terdiri dari dua bangunan penting yaitu tradisi budaya dan

72 Wawancara dengan Kang Didi pada Tanggal 4 November 2016, pukul 16.06

Page 67 of 203 kepatuhan sukarela kepada kelompok. Dalam hal ini, masyarakat etnis Sunda Wiwitan sebagai penghayat kepercayaan memiliki sistem gadai (sistem pendidikan atau keluarga) yang bertanggung jawab untuk transmisi nilai-nilai dominan yaitu untuk proses sosialisasi dan internalisasi norma dan nilai adat yang ada dalam ajaran-ajaran pokok kelompok penghayat kepercayaan ADS. Keluarga dalam hal ini memiliki peranan penting dalam menjadi agen sosialisasi keagamaan kepada generasinya.

Parsons argues that the main sociological feature of ethnic groups is their transgenerational group endurance. Although diffused, ethnicity is a spe- cific form of group solidarity, composed of the two essential building blocks – ‘transgenerational cultural tradition’ and a voluntary adherence to the group (Parsons, 1975: 58). In relation to Parsons’ general systems theory, ethnicity belongs to the fiduciary system3 (together with the educational system or the family), which is responsible for the transmission of dominant values, i.e., for the process of socialization and the internalization of group norms.73

Bagi masyarakat ADS sendiri, ADS ini menjadi sebuh pedoman bagi mereka untuk bertingkah laku dan menjadi pegangan dalam hidup bermasyarajat di era global- isasi seperti sekarang ini. Eksistensi sunda wiwitan masih ada sampai saat ini di- masyarakat itu karena para penghayat ADS sangat menjaga dan melestarikan nilai-nilai agama yang diwariskan para leluhur. Salah satu nilai yang sangat dipegang dalam menjaga keutuhan kepercayaan ADS yaitu Nilai Kemanusiaan.

Nilai kemanusiaan ini yang tidak lapuk dimakan oleh waktu selama manusia masih ada. Nilai kemanusiaan yang tidak membeda-bedakan antar golongan. Ber- tahannya kepercayaan ADS ini tidak lepas dari adanya proses penanaman nilai yang sangat kuat dari generasi ke generasi. Internalisasi atau penanaman nilai- nilai yang ada pada ADS ini mulai dilakukan dari kecil dalam keluarga. Ini yang membuat masyarakat ADS memiliki kepercayaan yang sangat kuat sehingga yakin dalam menjalani kehidupan sekalipun mendapatkan hambatan.

Salah satu narasumber yang kami wawancara mengenai penanaman atau inter- nalisasi nilai-nilai ADS yakni Pak Jauhari, beliau merupakan masyarakat asli Desa Cigugur yang menganut kepercayaan ADS. Beliau lahir pada tahun 1937, Pak Jauhari mengungkapkan bahwa Masyarakat ADS sudah ada sejak lama. ADS itu sendiri memiliki arti mandiri. Beliau mengatakan bahwa dia dan sekeluarga masih mempertahankan ADS ini karena faktor Ajen artinya ketika dilahirkan tidak bisa nawar mau dilahirkan Sunda, Jawa, China sudah menjadi takdir bagi dia dan ka- rena itu beliau mempertahankan ADS ini. Keluarga Pak Jauhari sendiri memang tidak semuanya menganut kepercayaan Sunda Wiwitan. Pak Jauhari dan istrinya serta anak keduanya Kang Didi merupakan Penghayat ADS sedangkan anak per- tama Pak Jauhari beragama Islam dan anak ketiga Pak Jauhari beragama Kha- tolik. Pak Jauhari memberikan kebebasan kepada anak-anaknya dalam menganut dan memilih kepercayaan dalam menjalani hidup. Hal ini dikarenakan menurut Pak Jauhari kepercayaan itu tidak dapat dipaksakan kepada seseorang.

Semua kepercayaan itu sama aja, artinya sama-sama mengimani kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, namun hanya caranya yang berbeda. Dalam

73 Sinisa Malesevic, op.cit, hal : 47-48