ada. Berkat kesiagaan Abdullah bin Rawahah yang terus-menems mengikuti gerak-gerik Abdullah
bin
Ubay dengan cermat, maka gagallah usahanya, dan maksud-maksud jahatnya terhadap Islam dapatdi
patahkan.Ibnu Rawahah adalah seorang penulis yang tinggal di suatu lingkungan yang langka dengan kepandaian tulis baca. Ia juga seorang penyair yang lancar, untaian syair-syairnya meluncur dari lidahnya dengan kuat dan indah didengar.
Semenjak ia memeluk Islam, dibaktikannya kemampuan bersyair itu untuk mengabdi bagi kejayaan Islam. Rasullullah menyukai dan menikmati syair-syairnya, serta sering menganjurkan kepada Ibnu Rawalah untuk lebih tekun lagi membuat syair.
Pada suatu
hari,
beliau duduk bersama para sahabatnya, tiba-tiba datanglah Abdullahbin
Rawahah, laluNabi
bertanya kepadanya: "Apa yang anda lakukan jika anda hendak mengucapkan syair?"Abdullah menjawab, "Kurenungkan dulu, kemudian baru kuucapkan."
Lalu ia mengucapkan syairnya tanpa berpikir panjang,
"Wahai putera Hasyim yang baik, sungguh Allah telah melebihkan- mu
dari
seluruh manusia dan memberimu keutamaan,di
mana orangtak
usahiri.Dan sungguh aku menaruh firasat baik
yang kuyakiniterhadap dirimu.
Suatu firasat yang berbeda dengan pandangan hidup mereka.Seandainya anda bertanya dan memintapertolongan
kepada merekauntuk
memecahkan persoalan, tiadalah mereka hendak menjawab atau membela. Karena iru Allah mengukuhkan kebaikan dan ajaran yang anda bawa. Sebagaimana Ia telah mengu- kuhkan dan memberi pertolongan kepada Musa".Mendengar hal itu Rasul menjadi gembira dan ridla kepadanya, lalu bersabda'
"Dan kamu pun akan diteguhkan
Allah.".
Ketika Rasulullah sedang thawaf
di
Baitullah pada 'umrah qadla, Ibnu Rawahah beradadi
depan beliau sambil membaca syair"Oh Tuhan, kalaulah tidak karena Kamu, niscaya kami tidaklah akan mendapat petunjuk, tidak akan bersadaqah dan Shalat!
Maka mohon diturunkan
sakinah ataskami dan diteguhkan
pendirian kami jika musuh datang menghadang. Sesugguhnya orang-orang yang telah aniaya terhadap kami, bila mereka membuat fitnah akan kami tolak dan kami tentang."ABDULII\n BtN RAII/AHAH "Pengoir Rasulullah" 49
Orang-orang Islam pun sering mengulang-ulangi syair-syairny
^
yang indah.Penyair Rawahah yang produkdf ini amat berduka sewakru turun ayat Al-Qur'anul Karim yang artinya,
"Dan para pefiyair, barryak pengika mereka orang-oran7 sesat. " (Asy- Sytu,araz
24)
Tetapi kedukaan hatinya jadi terhibur waktu turun ayat lainnya,
"Kecmli orangerang (perryair) yang beiman, berarnal shaleh, barryak ingat kepada
Allah,
dan menuntut bela sesudah mereka dianiaya. "(Asy-Syu'araz 227)
Ketika kaum muslimin terjun ke medan perang karena membela diri, tampillah Abdullah ibnu Rawahah membawa pedangnya ke medan tempur Badar, Uhud, Khandak, Hudaibiyah dan Khaibar, seraya menjadikan kali- mat-kalimat syairnya dan qashidahnya menjadi slogan perjuangan,"'Wahai
diri!
Seandainya kamutidak
tewas terbunuh, dalam perang kamu pasti akan mati juga!"Ia juga menyorakkan teriakan perang, "Menyingkir kamu, hai anak- anak
kafir
dari jalannya. Menyingkir kamu, karena setiap kebaikan akanditemui
Rasulnya".Dan
datanglah waktunya perangMu'tah,dimana Abdullah bin
Rawahah adalahpanglima
yangketiga
dalam pasukan Islam.Ibnu Rawahah berdiri dalam keadaan siap bersama pasukan Islam yang berangkat meninggalkan kota Madinah. Ia tegak sejenak lalu berkata, mengucapkan syairnya,
"Yang kupinta kepada Allah Yang Maha Rahman Adalah keampunan dan kemenangan di medan perang. Dan setiap ayunan pedangku memberi ketentuan. Bertekuk lututnya angkatan perang syetan. Akhirnya aku ter- sungkur memenuhi harapan.
Mati
syahid di medan perang!"Benar, itulah cita-citanya; kemenangan dan hilang terbilang, pukulan pedang atau tusukan tombak, yang akan membawanya ke alam syuhada yang berbahagsa.
Balatentara Islam maju bergerak ke medan perang mu'tah. Sewaktu orang{rang Islam dari kejauhan telah dapat melihat musuh-musuh mereka, mereka memperkirakan besarnya balatentara Romawi sekitar duaratus ribu orang, karena menurut kenyataan barisan tentara mereka seakan tak ada ujung akhir dan seolah-olah tidak terbilang banyaknya!
50 107 SahabotNobi
Karena orang-orang Islam merasa jumlah mereka yang sedikit, maka terdiam dan sebagian ada yang nyeletuk berkata, "Sebaiknya
kita kirim
utusan kepadaRasulullah, memberitakan jumlah
musuh yang besar.Mungkin kita akan dapat bantuan tambahan pasukan, atau jika
diperintahkan tetap maju maka kita patuhi."
Tetapi Ibnu Rawahah, bagaikan datangnya siang, bangun berdiri di antara barisan pasukan-pasukannya lalu berkata, "Kawan-kawan sekalian!
Demi
Allah,
sesungguhnyakita
berperang melawan musuh-musuh kita bukan berdasar pada bilangan, kekuatan atau banyaknyajumlah
Kita dalam memerangi mereka, melainkan karena mempertahankan Agama kita ini, yang dengan memeluknya, kita telah dimuliakan Allah!Ayolah
kita
maju! Salah satudari
dua kebaikan pastikira
capai, kemenangan atau syahid di jalan Allah!"Dengan bersorak-sorai, Kaum Muslimin yang sedikit jumlah tetapi besar imannya
itu
menyatakan setuju. Mereka berteriak: "Sungguh, demi Allah, benar yang dibilang Ibnu Rawahah!"Demikianlah,
pasukan terusmelangkah menuju sasaran, dengan jumlah yang jauh lebih sedikit menghadapi musuh berjumlah 200.000 yang berhasil dihimpun orang Romawi untuk menghadapi suaru pepe-rangan dahsyat yang belum adataranya.Kedua pasukan balatentara
itu
pun bertemu, lalu berkecamuklah pertempuran di antara keduanya. Pemimpin yang pertama,Zaid bin Haritsah gugur sebagai syahid yang mulia, disusul oleh pemimpin yang kedua Ja'farbin Abi Thalib,
hinggaia
memperoleh syahidnya juga dengan penuh kesabaran, dan menyrsul sesudah iru pemimpin yang ketiga ini, Abdullah bin Rawahah. Dikalaitu
ia memungut panji perang dari tangan kanannya Ja'far, sementara pepera- ngan sudah mencapai puncaknya. Pasukan Islam yang kecil itu, hampir tersapu musnah diantara pasukan-pasukan Romawi yang datangmembajir
laksanaair
bah, yangberhasil dihimpun
oleh Heraklius untuk peperangan ini.Kecika ia bertempur seb"gai seorang prajurit, ibnu Rawahah menerjang ke muka dan ke belakang, ke
kiri
dan ke kanan tanpa ragu-ragu. Sekarang setelah menjadi panglima seluruh pasukan yang akandimintai
tanggung jawabnya atas hidup mati pasukannya, demi membela agama Islam.Ketika melihat kehebatan tentara romawi, seolah terlintas rasa kecut dan ragu-ragu pada dirinya. Tetapi saat itu hanya sekejap, kemudian
ia membangkitkan seluruh semangat dan kekuatannya serta melenyapkanABDULT-AH BtN RAwAHAH "kngoir Rasulullah" 51
semua kekhawatiran dari dirinya, sambil berseru, "Aku telah bersumpah wahai diri, maju ke medan laga. Tapi kenapa kulihat kamu menolak surga.
\7ahai
diri,
bila engkau tak tewas terbunuh, engkau pasti akan mati ,uga.Inilah
kematian sejati yang sejak lama kau nanti. Tibalah waktunya apa yang kamu idam-idamkan selama ini. Jika kauikuti
jejak keduanya, itulah ksatria sejati ...!" (Maksudnya, kedua sahabatnya Zaid danJa'far yang telah mendahuluinya gugur sebagai syuhada).Jika kamu berbuat seperti keduanya, itulah ksatria sejati...!" Ia pun maju menyerbu orang-orang Romawi dengan tabahnya. Kalau tidaklah taqdir Allah yang menentukan, bahwa hari itu adalah saat ianiinya akan ke syurga, niscaya ia akan terus menebas musuh dengan pedangnya, hingga dapat menewaskan sejumlah besar dari mereka. Tetapi wakru keberangka- tan sudah
tiba,
yangmemberitahukan
awal perjalanannya pulang ke hadirat Allah, maka naiklah ia sebagai syahid.Jasadnya jatuh terkapar,
tapi
rohnya yang suci danperwira
naik menghadap Dzat Yang Maha Pengasih lagi Maha Tinggr, dan tercapailah puncak idamannya, Hingga dikatakan,"bila
mereka melewati mayatku,"'Wahai prajurit perang yang dipimpin Allah, dan benar ia telah terpimpin!"
"Benar kamu, ya
Ibnu
Rawahah....! Anda adalah seorang prajurit yang telah dipimpin oleh Allah!"Di
saat pertempuran sengit sedang berkecamukdi
bumi Balqa' di Syam, Rasulullah ShallallahuNaihi
wa Sallam sedang duduk beserta para shahabatdi Madinah sambil
memperbincangkan mereka.Tiba-tiba
perbincanganyang berjalan dengan tenang tenteram, Nabi terdiam, kedua matanya jadi basah berkaca-kaca. Beliau mengangkatkan wajahnya denganmengedipkan kedua matanya, untuk
melepasair mata
yangjatuh
disebabkan rasa duka dan belas kasihan. Seraya memandang berkeliling ke wajah para shahabatnya dengan pandangan haru, beliau berkata: "Panji perang dipegang olehZaid bin Haritsah, ia bertempur bersamanya hinggaia gugur
sebagai syahid.Kemudian diambil alih oleh
Ja'f.ar,dan
ia bertempur bersamanya sampai syahidjrg"."
Beliau berdiam sebentar,
lalu
diteruskan ucapannya: "Kemudian panji iru dipegang oleh Abdullah bin Rawahah dan ia bertempur bersama panji itu, sampai akhirnya ia pun syahidjrg"."
Kemudian Rasul diam lagi seketika, sementara mata beliau berca- haya, menyinarkan kegembiraan, ketentraman dan kerinduan, lalu ber- sabda,
52 707 Sahabot Nobi
"Merelca bertiga diangkatlcon ke tempUku di syurga. "
Perjalanan manalagi yang lebih mulia. Kesepakatan mana lagi yang lebih berbahagia. Mereka maju ke medan laga bersama-sama. Dan mereka naik ke syurga bersama-sama juga.
Penghormatan terbaik yang diberikan untuk mengenang jasa mereka yang abadi, ialah sabda ucapan Rasullullah Shallallahu
Alaihi
wa Sallam yang berbunyi,'Mereka telah diangkatkan ke tempatku ke syurga. "
E
ABDULL-AH BIN RAwAHAH "Penyair Rasulullah" 53