• Tidak ada hasil yang ditemukan

ABDURRAHMAN BIN ABU BAKAR

Dalam dokumen Hikmah dan Pelajaran untuk Kehidupan Modern (Halaman 96-100)

"Pahlawan Sampai Saat Terakhir"

Ia merupakan lukisan nyata tentang kepribadian fuab dengan segala kedalaman ilmunya. Sementara bapaknya adalah orang yang pertama kali beriman, dan mendapat gelar "Shiddiq" yang

memiliki

corak keimanan tiada taranya terhadap

Allah

dan Rasul-Nya. Ayahnyalah sahabat yang bersama Rasullah berada dalam gua Tsur.

Abdurrahman termasuk salah seorang yang keras laksana batu karang menyatu menjadi satu, senyawa dengan agama nenek moyangnya dan berhala-berhala Quraisy.

Di

perang Badar

ia tampil

sebagai barisan penyerang

di

pihak tentara musyrik.

Di

perang

Uhud ia

mengepalai pasukan panah yang dipersiapkan Quraisy unruk menghadapi kaum Muslimin. Sebelum kedua pasukan itu bertempur, terlebih dahulu seperti biasa dimulai dengan perang tanding. Abdurrahman maju

ke

depan dan meminta lawan

dari

pihak Muslimin. Maka bangkitlah bapaknya yakni Abu Bakar Shiddiq Radhiyallah

Anhu

maju ke muka melayani tantangan anaknya iru. Namun, Rasulullah menahan sahabatnya iru dan menghalanginya melakukan perang tanding dengan putranya sendiri.

Bagi seorang

Arab

asl.i"

tidak

ada

ciri

yang

lebih menonjol

dari kecintaannya yang teguh

terhadap

apa-yang diyakininya. Jika ia telah meyakini kebenaran suatu agama atau sebuah pendapat, maka tak ubahnya

iabagai

tawanan yang diperbudak oleh keyakinannya

itu

hingga tidak dapat melepaskan

diri

lagi.

68

I0I

SohobotNobi

Kecuali bila ada keyakinan baru yang lebih kuat, memenuhi rongga akal dan jiwanya tanpa syak wasangka sedikit pun, serta mampu menggeser keyakinanny^ yang pertama tadi.

Demikianlah, bagaimana pun juga hormatnya Abdurrahman kepada bapaknya, serta kepercayaannya yang penuh pada kematangan akal dan kebesaran Jiwa serta budinya, namun keteguhan hati terhadap keyakinan- nya tetap mengakar hingga tiada terpengaruh oleh keislaman bapaknya itu.

Maka ia berdiri teguh dan tak beranjak dari tempatnya, memikul tanggung jawab akidah dan keyakinannya itu, membela berhala-berhala Quraisy dan bertahan mati-matian

di

bawah bendera dan panji-panjinya, melawan Kaum

Mu'minin

yang telah siap mengorbankan jiwanya.

Orangorang kuat seperti ini, tidak buta akan kebenaran, walaupun untuk mencapai hal iru diperlukan waktu yang lama.

Kekerasan

prinsip,

cahaya kenyataan dan ketulusan mereka, pada akhimya akan membimbing mereka pada jalan yang haq dan mempertemu- kan mereka dengan petunjuk dan kebaikan. oleh taqdir itu, yakni saat yang menandai kelahiran baru dari Abdurrahman bin Abu Bakar Shiddiq. Pelita-

pelita

petunjuk telah menerngi dirinya, hingga mengikis habis bayang- bayangkegelapan dan kepalsuan warisan jahiliyah. Dilihatnya Allah Maha Tunggal lagi Esa

di

segala sesuatu yang terdapat

di

sekelilingnya, dan petunjuk Allah pun mengurat-mengakar pada

diri

dan jiwanya, hingga ia pun menjadi salah seorang Muslim.

Secepatnya ia bangkit melakukan perjalanan jauh menemui Rasulullah untuk kembali ke pangkuan Agama yang haq. Maka bercahaya-cahayalah wajah Abu Bakar karena gembira ketika melihat putranya iru menyatakan bai'at kepada Rasulullah Shallallahu

Alaihi

wa Sallam.

Di waktu kafirnya ia adalah seorang jantan! Maka sekarang ia meme- luk Islam secara jantan juga! Tiada sesuaru harapan yang menariknya, tiada juga sesuaru ketakutan yang menghalanginya!

Hal itu

tiada lain hanyalah suatu keyakinan yang benar dan tepat, yang dikaruniakan oleh hidayah Allah dan taufik-Nya!

Sejak saat itu Abdurrahman pun berusaha sekuat ten2ga untuk menyusul ketinggalan-ketinggalannya selama ini, baik di jalan Allah, maupun di jalan Rasul dan orang-orang Mu'min.

Di

masa Rasulullah Shallallahu

Akihi ua

Sallam dan masa khalifah- khalifah sepeninggalnya, Abdurrahman tak ketinggalan mengambil bagian

ABDURRAHMAN BrN ABU BAr(AR "fuhlawan Sampai SaatTbrakhir" 69

dalam peperangan, dan tidak pernah berpangku tangan dalam jihad yang beraneka ragam.

Dalam perang Yamamah yang terkenal

itu,

jasanya amat besar.

Keteguhan dan keberaniannya

memiliki

peranan besar dalam merebut kemenangan dari tentara Musailamah dan orang-orang

murtad.

Bahkan dialah yang menghabisi riwayar. Mahkam bin

Thufeil,

yan1 menjadi otak perencana bagi Musailamah. Dengan segala daya upaya dan kekuatannya ia berhasil mengepung benteng terpenting yang digunakan oleh tentara murtad sebagai tempat yang strategis untuk pertahanan mereka.

ttkala

Mahkam jatuh disebabkan suatu pukulan yang menentukan dari Abdurrahman, sedang orang-orang sekelilingnya lari tunggang lang- gang, terbukalah kesempatan besar dan luas di benteng itu,-hingga prajurit- prajurit Islam masuk berlompatan ke dalam benteng itu.

Di bawah naungan Islam, sifat-sifat utama Abdurrahman bertambah tajam dan lebih menonjol. Kecintaan pada keyakinannya dan kemauan yang teguh untuk mengikuti apa yang dianggapnya haq dan benar, keben- ciannya terhadap sikap bermanis mulut dan mengambil muka, merupakan sari hidup dan permata kepribadiannya. Tiada sedikit pun ia terpengaruh oleh sesuatu pancingan atau di bawah sesuatu tekanan, bahkan juga pada saat

yang

amat gawat,

yakni ketika Muawiyah

memutuskan hendak memberikan bai'at sebagai khalifah kepada Yazid dengan menggunakan ketajaman senjata.

Mu

awiyah mengirim surat bai'at kepada Marwan gubernurnya di Madinah dan menyuruh unnrk membacakannya kepada Kaum Muslimin di masjid. Marwan melaksanakan perintah

itu,

tetapi belum selesai ia mem- bacakannya, Abdurrahman bin Abu Bakar pun bangkit dengan maksud hendak merubah suasana hening yang mencekam itu menjadi banjir protes dan perlawanan keras. Ia berkata: "Demi Allah, rupanya bukan kebebasan memilih yang anda berikan kepada ummat Nabi Muhammad Shallallahu

Alaibi

uta Sallam, tetapi anda hendak menjadikannya kerajaan seperri di Romawi sehingga

bila

seorang kaisar meninggal,

tampillah

kaisar lain sebagai penggantinya!"

Saat

itu

Abdurrahman melihat adanya bahaya besar yang sedang mengancam Islam, seandainya

Mu

awiyah melanjutkan rencananya itu.

Karena akan merubah hukum demokrasi dalam Islam di mana rakyat dapat memilih kepala negaranya secara bebas, menjadi sistem monarki

di

mana rakyat akan diperintah oleh raja-raja atau kaisar*aisar yang akan mewarisi tahta secara turun temurun.

70 101 SohabatNabi

Belum lagi selesai Abdunahman melontarkan kecaman keras ini kepada Marwan, ia telah disokong oleh segolongan Muslimin yang dipimpin oleh Husein bin

Ali,

Abdullah bin Zubeir dan Abdullah bin Umar.

Di

belakang muncul beberapa keadaan mendesak yang memaksa Husein, Ibnu Zubeir dan Ibnu Umar berdiam diri terhadap rencana bai'at yang hendak dilaksanakan

Mu

awiyah dengan kekuatan senjata ini. Tetapi Abdurrahman ddak punrs asa menyatakan tentang batalnya bai'at ini secara terus terang.

Mu

awiyah

mengirim

utusan

untuk

menyerahkan uang kepada

Abdurrahman

sebanyak seratus

ribu dirham

dengan maksud hendak membujuknya. Tetapi Abdurrahman melemparkan harta itu jauh-jauh, dan berkata kepada utusan

Mu

awiyah:

"Kembalilah kepadanya dan katakan bahwa Abdurrahman tidak akan menjual Agamanya dengan dunia!"

Thtkala diketahuinya setelah

itu

bahwa

Mu

awiyah sedang bersiap siap akan melakukan kunjungan ke Madinah, Abdurrahman segera mening- galkan kota itu menuju Mekah. Rupanya iradah Allah akan menghindarkan dirinya dari bencana dan akibat pendiriannya ini.Karena baru saja ia sampai di kota Mekah dan tinggal sebentar di sana, ruhnya pun berangkat mene- mui Tuhannya.

Orang-orang mengusung jenazahnya di bahu-bahu mereka dan mem- bawanya ke suaru daaran tinggi kota Mekah lalu memakamkannya di sana, yairu

di

bawah tanah yang telah menyaksikan masa jahiliyahnya, dan juga telah menyaksikan masa Islamnya! Yakni keislaman seorang laki-laki yang benar, berjiwa bebas dan kesatria! €.

ABDUBRAHMAN BINABUBAKAB "Pahlawan Sampoi

Saotkrakhir"

-

77

Dalam dokumen Hikmah dan Pelajaran untuk Kehidupan Modern (Halaman 96-100)