Kebetulan kedatangannya
ini
bersamaan dengan tibanya Ja'far bin AbiThalib
bersama rombongannya dari Habsyi, hingga mereka semua mendapat bagian saham dari hasil pertempuran Khaibar.Kali
ini,
Abu Musa tidaklah datang seorangdiri,
tetapi membawa lebih dari limapuluh orang lakilaki penduduk Yaman yang telah diajarinya tentang Agama Islam, serta dua orang saudara kandungnya yang bernama Abu Ruhum dan Abu Burdah.Rasulullah bahkan memberi nama kaum mereka dengan sebutan
"golongan Asy'ari," serta dilukiskannya bahwa mereka adalah orang-orang yang paling lembut hatinya di antara sesamanya. Mereka sering diambilnya sebagai tamsil perbandingan bagi
para
sahabatnya, sabda beliau:"Orang-orang
Asy'ari ini
bila mereka kekurangan maknnan dalam peperangan atau ditimpa paceklik, maka mereka kumpulkan semua malunan yang mereka miliki pada selembar kain, lalu mereka bagi rata. Mereka termasuk golonganka, dan saya termasuk golongan mereka!"Mulai saat itu, Abu Musa pun menempatikedudukannyayang tinggi di kalangan Kaum Muslimin dan
Mu'minin
yang ditakdirkan memperoleh nasib mujur menjadi sahabat Rasulullah dan muridnya, serta yang menjadi penyebar Islam ke seluruh dunia, pada setiap masa.Abu Musa merupakan gabungan yang istimewa dari sifat-sifat utama.
Ia seorang prajurit yanggagah berani dan pejuang yang tangguh bila berada
di
medan perang. Tetapi ia juga seorang pahlawan perdamaian, peramah dan tenang, keramahan dan ketenangannya mencapai batas maksimal.Seorang ahli hukum yang cerdas dan berfikiran sehat, yang mampu menger- ahkan perhatian mencapaikunci dan pokok persoalan, serta mencapai hasil gemilang dalam berfatwa dan mengambil keputusan, sampai adayang mengatakan: "Qadli atau hakim ummat ini ada empat orang: yaitu Umar, AIi, Abu Musa danZaid bin Tsabit."
Di
samping itu ia berkepribadian suci hingga orang yang menipunya di jalan Allah, pasti akan teftipu sendiri, tak ubahnya seperti senjata makan tuan. Abu Musa sangat bertanggung jawab terhadap tugasnya dan besar perhatiannya terhadap sesama manusia. Seandainyakita ingin
memilihsuatu semboyan dari kenyataan hidupnya, maka semboyan itu akan berbunyi:
"Yang penting ialah ikhlas, kemudian biarlah terjadi apayangakan terjadi!"
Dalam arena perjuangan, Abu Musa Al-Asy'ari memikul tanggung jawab dengan penuh keberanian, hingga menyebabkan Rasulullah Shalla-
138 707 SahabatNobi
llahu
Alaihi
uta Salam berkata mengenai dirinya, "Pemimpin dari orang- orang berkuda ialah Abu Musa."Sebagai pejuang, Abu Musa melukiskan gambaran hidupnya sebagai
berikut: "Kami
pernahpergi
menghadapi suatu peperangan bersama Rasulullah, hingga sepatu kami pecah berlubang-lubang, tidak ketinggalan sepanrku, bahkan kuku jariku habis terkelupas, sampai-sampai kami terpaksa membalut telapak kaki dengan sobekan kain!"Keramahan, kedamaian dan ketenangannya, jangan harap mengun- tungkan pihak musuh dalam suatu peperangan. Karena dalam suasana seperti
ini,
ia akan meninjau sesuatu dengan sejelas-jelasnya, dan akan menyelesaikannya dengan tekad yang tak kenal menyerah.Pernah terjadi ketika kaum Muslimin membebaskan negeri Persi, Al- Asy'ari dengan tentaranya menduduki kota Isfahan.
Penduduknya minta berdamai dengan perjanjian bahwa mereka akan membayar upeti. Tetapi dalam perjanjian
itu
mereka tidak jujur, tujuan mereka hanyalah mengulur waktu untuk mempersiapkandiri
dan akan memukul kaum Muslimin secara curang!Hanya saja kearifan Abu Musa yang tak pernah lenyap
di
saat-saatyang diperlukan, mencium kebusukan niat yang mereka sembunyikan. Maka tatkala mereka bermaksud hendak melancarkan pukulan itu, Abu Musa tidaklah terkejut, bahkan telah lebih dulu siap untuk melayani dan meng- hadapi mereka. Terjadilah pertempuran, dan belum sampai tengah hari, Abu Musa telah memperoleh kemenangan yang gemilang!
Dalam medan tempur melawan imperium Persi, Abu Musa Al-Asy ari mempunyai saham dan jasa besar. Bahkan dalam pertempuran di Tustar, yang dijadikan oleh Hurmuzan sebagai benteng pertahanan terakhir dan tempat ia bersama tentaranya mengundurkan
diri,
Abu Musa menjadi pahlawan dan bintang lapangannya! Pada saat itu AmirulMu'minin
Umaribnul
Khatthab mengirimkan sejumlah tentara yangtidak
sedikit, yang dipimpin oleh'Ammar bin Yasir, Barra'bin Malik, Anas bin Malik, Majzaah al-Bakri dan Salamah bin Raja'.Kedua tentara
itu, yakni
tentara Islamdi
bawahpimpinan
Abu Musa, dan tentara Persidi
bawah pimpinan Hurmuzan, bertemu dalam suatu pertempuran dahsyat.Tentara Persia
menarik diri ke
dalam kotaTustar
yang mereka perkuat menjadi benteng. Kota itu dikepung oleh Kaum Muslimin berhari- hari lamanya, hingga akhirnya Abu Musa menggunakan akal muslihatnya.ABU MUsA AL-Asy'ARt "Yang Penting Keihlasan" 139
Dikirimnya beberapa orang menyamar sebagai pedagang Persia membawa dua ratus ekor kuda disertai beberapa prajurit perintis menyamar sebagai penggembala.
Pintu gerbang kota pun dibuka untuk mempersilahkan para peda- gang masuk. Setelah pinru benteng itu dibuka, prajurit=prajurit pun berlon catan menerkam para penjaga dan pertempuran kecil pun terjgdi.
Abu Musa beserta pasukannya tidak mernbuang waktu lagi menyerbu memasuki
kota.
Pertempuran dahsyatterjadi,
dantidak
berapa lama kemudian seluruh kota diduduki dan panglima beserta seluruh pasukannya menyerah kalah. Panglima musuh dan para komandan pasukan, oleh Abu Musadikirim
keMadinah,
menyerahkan nasib mereka padaAmirul
Mu'minin.Tetapi baru saja prajurit yang kaya dengan pengalaman dan dahsyat
ini
meninggalkan medan, ia pun telah beralih rupa menjadi seorang ham- ba yang rajin bertaubat, sering menangis dan amat jinak bagaikan burung merpati. Ia membaca Al-Qur'an dengan suara yang menggetarkan tali hati para pendengarnya, hingga mengenaiini
Rasulullah pernah bersabda,"Sungguh, Abu Musa telah
diberi Allah
serulingdari
seruling-seruling keluarga Daud!"Setiap
kali
Umar melihatnya, dipanggilnya dan disuruhnya untuk membacakan Kitabullah, "Bangkitlah kerinduan kami kepada Tuhan kami, wahai Abu Musa!"Begitu juga dalam peperangan, ia tidak
ikut
serta, kecuali siap mel- awan tentara musyrik, yakni tentara yang menentang Agarna dan ber- maksud hendak memadamkan nur atau cahaya Ilahi. Adapun dalam peper- angan antara sesama Muslim, maka ia menyingkirkan diri dan tak ingin ter- libatdi
dalamnya.Pendiriannya
ini
jelas terlihat dalam perselisihan antaraAli
danMu
awiyah, dan pada peperangan yang apinya berkobar ketikaitu
antara sesama Muslim.Mungkin pokok pembicaraan kita sekarang ini akan
dapat mengungkapkan prinsip hidupnya yang paling terkenal yaitu pendiriannya dalam tahkim, pengadilan atau penyelesaian sengketa antaraAli
danMu
awiyah.
Pendiriannya
ini
sering dikemukakan sebagai saksi dan bukti atas kebaikan hatinya yang berlebihan, hingga menjadi makanan empuk bagi orang yang menipunya. Tetapi sebagaimana akan kita lihat kelak, pendirian140 707 SahabotNobi
ini walaupun mungkin agak tergesa-gesa dan terdapat unsur kecerobohan, namun banyak mengungkapkan kebesaran sahabat yang mulia ini, baik ke- besaran jiwa dan kebesaran keimanannya kepada yang haq maupun keper-
cayaannya terhadap sesama kawan.
Pendapat Abu Musa mengenai soal tahkim ini dapat kita simpulkan sebagai berikut: memperhatikan adanya peperangan sesama kaum Mus-
limin,
dan adanya geiala masing-masing yangingin
mempertahankan pemimpin dan kepala pemerintahannya, sehingga suasana antara kedua belahpihak
sudah menyimpang sedemikian jauh serta teramatg wat
yang menyebabkan nasib seluruh ummat Islam telah berada di tepi jurang yang amat dalam. Maka menurut Abu Musa, suasanaini
harus diubah, dirombak dan dikembalikan ke arah tujuan Islam semula secara keseluru- han!Sesungguhnya perang saudara yang terjadi ketika itu, hanya berkisar pada
pribadi
kepala negara atau khalifah yang diperebutkan oleh dua golongan kaum Muslimin. Maka pemecahannya ialah hendaklah Imam Ali meletakkan jabatannya untuk sementara waktu, begiru jugaMu
awiyah rurun dari jabatan gubemur, kemudian urusan kekhalifahan diserahkan lagi kepada kaum Muslimin dengan jalan musyawarah unruk memilih khalifah yang mereka kehendaki.Demikianlah analisa Abu Musa
ini
mengenai kasus tersebut, dan demikian juga cara pemecahannya. Benar bahwaNi
Radbiallahu Anhu telah diangkat menjadi khalifah secara sah, dan benar juga bahwa pem- bangkangan yang tidak beralasan, tidak dapat dibiarkan mencapai mak- sudnya karenaini
berarti menggugurkan yang haq yang diakui syari'at.Hanya saja menurut Abu Musa, pertikaian sekarang
ini
telah menjadi per- tikaian antara penduduk Irak dan penduduk Syria, yang memerlukan pemiki-ran dan
pemecahan dengan carabaru,
karenatindakan
Muawiyah sekarangini
telah terakumulasi menjadi pembangkangan penduduk Syria, sehingga semua pertikaianitu
tidaklah hanya pertikaian dalam pendapat dan pilihan saja.Tetapi kesemuanya
itu
telah berlarut-larut meniadi perang saudara dahsyat yang telah menelan ribuan korban dari kedua belah pihak, masih mengancam Islam dan kaum Muslimin dengan akibat yang lebih parah!Maka, melenyapkan sebab-sebab pertikaian dan peperangan serta menghindarkan benih-benih permusuhan dan biang keladinya, bagi Abu Musa merupakan
titik
tolak untuk mencapai penyelesaian.ABU MUsA ALAsY'ARI "Yong funting Keihlasan" 14L
Pada mulanya, sesudah menerima rencana tahkim, Imam
Ali
ber- maksud akan mengangkat Abdullahbin
Abbasatau
sahabat lainnya se-bagai wakil dari pihaknya. Tetapi sebagian golongan besar sahabat dan tentara memaksanya untuk memilih Abu Musa Al-Asy'ari.
Alasan mereka karena Abu Musa
tidak sedikit
punikut
campur dalam pertikaian antaraAli
danMu
awiyah sejak semula. Bahkan setelah ia putus asa membawa kedua belah pihak untuk saling pengertian, ber- damai dan menghentikan peperangan, ia menjauhkan diri dari pihak-pihak yang bersengketaitu.
Makaditinjau
dari segiini,
ia adalah orang yang paling tepat unruk melaksanakan tahkim.Mengenai keimanan Abu Musa, begitupun tentang kejujuran dan ketulusannya, tak sedikit pun diragukan oleh Imam Ali. Hanya saja ia tahu berul maksud-maksud tertentu dari pihak lain dan perilaku mereka yang menggunakan siasat lidah dan tipu muslihat.
Sedangkan Abu Musa, walaupun ia seorang yang ahli dan berilmu, namun tidak menyukai siasat lidah dan
tipu
muslihatini,
serta ia ingin memperlakukan orang dengan kejujurannya dan bukan dengan kepintaran- nya. Karenaitu
ImamAli
khawatir Abu Musa akantertipu
oleh orang- orang itu, dan tahkim hanya akan beralih rupa menjadi ajang bersilat lidah dari sebelah pihak yang akan tambah merusak keadaan.Thhkim antara kedua belah pihak pun berlangsung. Abu Musa bertin- dak sebagai wakil dari pihak
Ali
bin Abi Thalib, sedangkan Amr bin Ash sebagai wakil dari pihakMu
awiyah. Amr bin 'Ash mengandalkan ketaja- man otak dan kelihaiannya yang luar biasa unruk memenangkan pihakMu
awiyah.
Pertemuan antara kedua orang
wakil itu,
yakni Asy'ari dan 'Amr, didahului dengan usulan yang dilontarkan oleh Abu Musa, yang intinya agar kedua hakim menyetujui pencalonan dan pengangkatan Abdullah bin Umar sebagai khalifah kaum Muslimin, karena tidak seorang pun di antara mereka yang tidak mencintai, menghormati dan memuliakannya.Mendengar arah pembicaraan Abu Musa ini, Amr bin
fuh
pun melihat suanr kesempatan emas yang tak akan dibiarkannya berlalu begitu saja. Da- pat dipahami, bahwa Abu Musatidak terikat lagi
dengan pihak yang diwakilinya, yakni Ali. Artinya bahwa ia bersedia menyerahkan kekhalifahan kepada pihak lain dari kalangan sahabat- sahabat Rasul, dengan alasan bahwa ia telah mengusulkan Abdullah bin Umar.142 101 SohabatNabi
Demikianlah dengan
carany\ Amr
menemukanpintu
yang lebar untuk mencapai tujuannya, hingga ia tetap mengusulkanMu
awiyah. Ke- mudian diusulkannya juga putranya sendiri Abdullah bin 'Amr yang memang mempunyai kedudukan tinggi di kalangan para sahabat Rasulullah Shalk- llahuNaihi
wa Sall"am.Kecerdikan 'Amr ini, terbaca oleh Abu Musa. Karena ketika dilihat- nya
Amr
mengambil prinsip pencalonanitu
sebagai dasar bagi perundi- ngan dan tahkim, ia pun memutar kendali ke arah yang lebih aman. Secaratak terduga dinyatakannya kepada
'Amr
bahwa pemilihan khalifah itu adalah hak seluruh kaum muslimin, sedangkan Allah telah menetapkan bahwa segala urusan mereka hendaklah dimusyawarahkan di antara mereka.Maka sebaiknya soal pemilihan
itu
diserahkan kepada mereka bersama.Dalam perundingan
itu
berlangsung percakapan sebagai berikut:"Hai Amr, apakah Anda menginginkan kemaslahatan umat dan ridla Allah?" tanya Abu Musa.
"Apa maksud Anda?" Amr balik bertanya.
"Kita
angkat Abdullah bin Umar. Ia tidakikut
campur sedikit pun dalam peperanganini, "
jawab Abu Musa."Bagaimana pandangan Anda terhadap
Mu
awiyah?""Thk ada tempat
Mu
awiyahdi
sini, dan tak ada haknya.""Apakah
Anda tidak
mengakui bahwa Utsmandibunuh
secara aniaya?""Benar!"
"Maka
Mu
awiyah adalah wali dan penuntut darahnya, sedangkan keturunan atau asal-usulnya di kalangan bangsa Quraisy seperti yang telah Anda ketahui, sangatlah mulia. Jika ada yang mengatakan nanti; Kenapa ia diangkat unnrk jabatan itu, padahal tak ada sangkut pautnya dengan masa lalu, maka Anda dapat memberikan alasan bahwa ia adalah wali Utsman.Allah Ta'ala berfirman: "Barang siapa yang dibunuh secara aniaya, maka Kami
berikan
kekuasaan kepadawalinya" Di
sampingitu, ia
adalah saudara Ummu Habibah, istri Nabi ShattatlahuAkihi
wa Sa(arujuga salah seorangdari sahabatnya."
I
"Bertakwalah kepada Allah, wahai Amr! Kemuliaan lvlu awiyah yang Anda katakan
itu
tidak diragukan lagi kebenarannya. Tapi, seandainyakhilafah
dapatdiperoleh
dengan kemuliaan, makaorangyang
paling berhak adalah Abrahah bin Shabah (pimpinan pasukan gajah dari Yaman),ABU MUSA AL-Asy'ARr "Yong knting Keihloson"
t43
karena ia adalah keturunan raja-raja Yaman Attabdbiah yang menguasai bagian Timur dan Barat bumi. Kemudian, apa artinya kemuliaan Muawiyah
dibandingkan
denganAli bin Abi Thalib?
Benar, bahwaMu
awiyah adalahwali
Utsman. Bukankah yang lebih utama dari dia adalah putra Utsmansendiri Amr bin
Utsman.Tetapi
seandainya kamu bersedia mengikuti anjuranku, kita hidupkan kembali kebiasaan dan kenangan Umar bin Khatthab dengan mengangkat puteranya, Abdullah."Kalau begitu apa halangannya
bila
anda mengangkat puteraku Abdullah yang memiliki keutamaan dan keshalehan, beginrpun lebih dulu hijrah dan bergaul dengan Nabi?""Puteramu memang seorang yang benar! Tetapi kamu telah menyeret- nya ke lumpur peperangan ini! Maka alangkah tepatnya bila kita serahkan saja kepada orang baik, putra dari orang baik ,yaitu Abdullah bin Umar."
"Wahai Abu Musa, urusan ini tidak cocok baginya, karena pekerjaan ini hanya layak bagi laki-laki yang memiliki dua pasang geraham; yang satu untuk makan, sedang lainnya untuk memberi makan."
"Keterlaluan kamu wahai 'Amr! Kaum Muslimin telah menyerahkan penyelesaian masalah
ini
kepadakita,
setelah mereka berpanahan dan beradu pedang. Maka janganlah kita jerumuskan mereka itu kepada fimah yanglebih
besar lagi."'Jadi bagaimana pendapat Anda?"
"Pendapatku, kita tanggalkan jabatan khalifah
itu
dariAli
danMu
awiyah. Kita serahkan kepada permusyawaratan kaum muslimin yang akan memilih siapa yang mereka sukai."Ya, saya setuju dengan pendapat
ini,
karenadi
sanalah terletak keselamatan jiwa manusia."Percakapan
ini
ternyata merubah bentuk gambaran yang biasa kita bayangkan mengenai Abu Musa al-Asy'ari, setiap kita teringat akan peristiwa tahkimini.
Ternyata bahwa Abu Musa jauh sekali bila dikatakan lengah atau lalai. Bahkan dalam soal jawabini,
kepintarannya lebih menonjol dari kecerdikan'Amr bin
'Ash yang terkenallicin
danlihai itu.
Maka tatkala'Amr
hendak memaksa Abu Musauntuk
menerima Muawiyah sebagai khalifah dengan alasan kebangsawanannya dalam suku Quraisy dan kedudukannya sebagai wali dari Utsman, Abu Musa memberikan jawaban yang gemilang dan tajam laksana mata pedang.Setelah perundingan ini, kasus tahkim sepenuhnya menjadi tanggung jawab'Amr
bin'fuh
sendiri. Abu Musa telah melaksanakan tugasnya denganL44
:::::-: I0I
$ohobotNobimengembalikan urusan kepada ummat, yang akan memutuskan dan memilih khalifah mereka. 'Amr pun telah menyetujui dan mengakui pendapat ini.
Bagi Abu Musa tidak
terpikir
bahwa dalam suasana genting yang mengancam Islam dan kaum Muslimin dengan mala petaka besarini,'Amr
masih akan bersiasat anggar lidah, karena fanatiknya terhadap Muawiyah.Ibnu Abbas telah mengingatkannya ketika ia kembali kepada mereka men- yampaikan apa yang telah disetujui, jangan-jangan 'Amr akan bersilat lidah,
"Demi Allah, saya khawatir 'Amr akan menipu anda!Jika telah tercapai persetujuan mengenai sesuatLl antara anda berdua, maka silahkanlah ia ber- bicaradulu, kemudian baru anda
di
belakangnya!"ttapi
sebagaimana dikatakan tadi, melihat suasana demikian gawat dan penting, Abu Musa tak menduga'Amr akan main-main, sehingga ia merasa yakin bahwa 'Amr akan memenuhi apa yang telah mereka setujui bersama.Keesokan harinya, mereka berdua pun bertemu muka, Abu Musa mewakili pihak Imam
Ali
dan 'Amr bin Ash mewakili pihakMu
awiyah.Abu Musa mempersilahkan 'Amr untuk bicara, ia menolak, katanya:
"Thk mungkin saya akan berbicara lebih dulu dari anda... ! Anda lebih utama daripadaku, lebih dulu hiirah dan lebih tua."
Thmpillah Abu Musa, lalu menghadap ke arah khalayak dari kedua belah pihak yang sedang duduk menunggu dengan berdebar, seraya berkata,
"Wahai saudara sekalian! Kami telah meninjau sedalamdalamnya mengenai hal
ini
yang akan dapat mengikattali
kasih sayang dan memperbaiki keadaan ummatini,
kami tidak melihat jalan yang lebih tepat daripada menanggalkan jabatan kedua tokoh ini, Ali dan Muawiyah, serta menyerah- kannya kepada permusyawaratan ummat yang akan memilih siapa yang mereka kehendaki menjadi khalifah. Dan sekarang, sesungguhnya saya telah menanggalkanAli
danMu
awiyah dari jabatan mereka. Maka hadapilah urusan kalianini
dan angkatlah orang yang kalian sukai untuk menjadi khalifah kalian!"Sekarang
tiba giliran 'Amr untuk memaklumkan penurunan
Mua- wiyah sebagaimana telah dilakukan Abu Musa terhadapAli,
untuk melaksanakan persetujuan yang telah dilakukannya kemarin. 'Amr naik mimbar dan berkata, 'lWahai saudara sekalian! Abu Musa telah mengatakan apa yang dengar bersama, dan ia telah menanggalkan sahabatnya dari jabatannya Ketahuilah, bahwa saya juga telah menanggalkan sahabatnyaitu dari
iabatannya, sebagaimana dilakukannya, dan saya mengukuhkanABU MUsA ALesy'ARt "Yong knting Keihlosan" L45
sahabatku Mu awiyah, karena ia adalah wali dari
,bnirul Mu'minin
Utsman dan penunrut darahnya serta manusia yang lebih berhak dengan jabatannya lnr:Abu
Musa tak tahan menghadapi kejadian yangtidak
disangka- sangka itu. Ia mengeluarkan kata-kata sengit dan keras sebagai tamparan kepadaAmr.
Kemudian ia mengasingkandiri,
diayunkannya langkah menuju ke Mekah.Di
dekat Baitul Haram, ia menghabiskan usia dan hari.harinya
di
sana.Abu Musa Radhiallahu,\nhu adalah orang kepercayaan dan kesayangan Rasulullah Shallallahu
Alaihi
wa Sallam juga menjadi kepercayaan dan kesayangan para khalifahdan
sahabat- sahabatnya.Ketika Rasulullah Shallallahu
Naihi
rua Sallam masih hidup, beliau mengangkatnya bersama Mu'adz bin Jabal sebagai penguasa di Yaman.Dan setelah Rasul wafat, ia kembali ke Madinah untuk memikul tanggung jawabnya dalam
jihad
besar yang sedangdiialani oleh tentara
Islam terhadap Persi dan Romawi.Di
masa Umar, ia diangkat sebagai gubernurdi
Bashrah, sedang khalifah Utsman mengangkatnya menjadi gubernurdi
Kufah.Abu Musa termasuk
ahli Al-Qur'an;
menghafal, mendalami dan mengamalkannya. Di anrara ucapan-ucapannya yang memberikan bimbingan mengenai AI-Qur'an itu ialah, "Ikutilah Al-Qur'an ... dan jangan kalian ber- harap akandiikuti
oleh Al-Qur'an!"Ia juga termasuk ahli ibadah yang tabah. Pada waktu siang di musim panas, yang panasnya menyesakkan nafas, tidak menghalanginya untuk ber- puasa, "Semoga rasa haus di panas terik
ini
akan menjadi pelepas dahaga bagi kitadi
hari kiamat nanti," ujarnya.Di hari yang cerah, ajal pun datang menyambut. \Tajahnya menyinar- kan cahaya cemerlang, wajah seorang yang mengharapkan rahmat serta pahala Allah fu-Rahman. Kalimat yang selalu diulang-ulang, dan menjadi buah bibinya sepanjang hayatnya yang
diliputi
keimanan iru, diulang dan menjadi buah bibirnya jugadi
saat ia hendak pergi berlalu. Kalimat-kal- imat itu berbunyi, "Ya Allah, Kamulah Maha Penyelamat, dan dari-Mulah kumohon Keselamatan.'{.
146