• Tidak ada hasil yang ditemukan

"l,apangl<nn jalnnrrya, knrena ia haruya menjalnnl<nn

peinnh

. . .

Nabi

sebenarnya telah menyerahkan dalam pemimilihan tempat tinggalnya kepada qadar Ilahi, karena dari tempat inilah kelak kemasyhu- ran dan kebesarannya.

Di

atas tanahnya, akan muncul suatu masjid yang memancarkan kalimat-kalimat Allah dan nur-Nya ke seluruh penjuru dunia.

Di

sampingnya akan berdiri satu atau beberapa

bilik

dari tanah dan bata kasar, tidak terdapat di sana harta kemewahan dunia selain barang-barang bersahaja dan seadanya.

Tempat

ini

akan

dihuni

oleh seorang Maha guru dan Rasul yang akan meniupkan ruh kebangkitan pada kehidupan yang sudah padam, dan yang akan memberikan kemuliaan serta keselamatan bagi mereka yang berkata: "Tuhan kami ialah Allah", kemudian mereka tetap di atas pendi- riannya. Bagi mereka yang beriman dan tidak mencampurkan keimanan

itu

dengan keaniayaan, bagi mereka yang mengikhlaskan Agama semata- mata untuk Allah dan bagi mereka yang berbuat kebaikan

di

muka bumi serta tidak berbuat binasa.

Benarlah, Rasul telah menyerahkan sepenuhnya pemilihan ini kepada qadar Ilahi yang akan memimpin langkah perjuangannya kelak. Oleh karena

itulah ia

membiarkan saja

tali

kekang untanya terlepas bebas,

tidak

ditepuknya kuduk unta

itu

dan tidak juga dihentikan langkahnya.Hatinya dihadapkan hatinya kepada Allah, serta diserahkan dirinya kepada-Nya dengan berdoa:

"Ya Nlah, tunjukkan tempat

tingalku, pilihkankh

untukku... l"

Di

muka rumah Bani Malik bin Najjar unta iru bersimpuh ia bangkit dan berkeliling

di

tempat

itu.

Kemudian pergi ke tempat ia bersimpuh, tadi dan kembali bersimpuh lalu terap dan tidak beranjak dari tempatnya.

Maka turunlah Rasul dari atasnya dengan penuh harapan dan kegembi- raan.

Salah seorang Muslimin tampil dengan wajah berseri-seri karena suka citanya.

Ia

maju,

lalu

membawa barang muatan dan memasukkan ke rumahnya, kemudian mempersilahkan Rasul masuk. Rasul pun mengikuti- nya dengan

diliputi

oleh rasa hikmah dan berkah.

Maka tahukah anda sekalian siapa orang yang berbahagia

ini,

yang telah

dipilih

takdirnya bahwa unta Nabi akan berlurut

di

muka rumahnya, sehingga Rasul menjadi tamunya, dan semua penduduk Madinah akan merasa

iri

atas nasib mujurnya.

ABU AYUB AL-ANSHARI "Pahlawon Perang Konstantinopel" 79

Nah, ia adalah pahlawan yang jadi pembicaraan

kita

sekarang ini, Abu Ayub al-Anshari Khalid binZ,aid, cucu

Malik

bin Najjar.

Pertemuan

ini bukanlah

pertemuan yang pertama

kali

dengan Rasulullah. Sebelum

ini,

sewaktu utusan Madinah pergi ke Mekah untuk mengangkat sumpah setia atau bai'at, yang diberkahi dan terkenal dengan nama "Bai'At Aqabah kedua", maka Abu Ayub al-Anshari termasuk di antara tujuh puluh orang

Mu'min

yang mengulurkan tangan kanan mereka ke tangan kanan Rasulullah serta menjabatnya dengan kuat, berjanji setia dan siap menjadi pembela.

Dan sekarang, ketika Rasulullah sudah bermukim

di

Madinah dan menjadikan kota

itu

sebagai pusat bagi Agama Allah, maka nasib mujur yang sebesar-besarnya telah melimpah kepada Abu Ayub, karena rumahnya telah dijadikan rumah pertama yang didiami muhajir agung, Rasul yang mulia.

Rasul telah memilih unruk menempati ruangan rumahnya tingkat pertama. Tetapi begitu Abu Ayub naik ke kamarnya

di

tingkat atas ia pun

jadi

menggigil,

dan

tak kuasa membayangkan

dirinya

akan

tidur

dan berdiri

di

suaru tempat yang lebih tinggi dari tempat berdiri dan tidurnya Rasulullah itu.

Ia lalu mendesak Nabi dengan glglh dan mengharapkan beliau agar pindah ke tingkat atas, hingga Nabi pun memperkenankannya penghara- pannya iru.

Nabi akan berdiam di sana sampai selesai pembangunan masjid dan pembangunan

biliknya di

samping masjid

itu.

Semenjak orang-orang Quraisy bermaksud jahat terhadap Islam dan berencana menyerang tempat hijrahnya di Madinah, menghasut kabilah-kabilah lain serta mengerahkan tent^r^nya

untuk

memadamkan

nur Ilahi,

semenjak

itulah Abu

Ayub mengalihkan aktifitasnya berjihad pada jalan

Allah. Maka

dimulainya dengan perang Badar,

lalu Uhud

dan Khandaq, pendeknya

di

semua medan tempur dan medan laga, ia

tampil

sebagai pahlawan yang sedia mengorbankan nyawa dan harta bendanya

untuk Nlah

Rabul Alamin.

Bahkan sesudah Rasul

wafat

pun, ia tak pernah ketinggalan menyertai pertempuran yang diwajibkan atas

Muslimin,

sekalipun jarak yang akan ditempuh jauh dan beban yang akan dihadapi sangat berat !

Semboyan yang selalu diulang-ulangnya, baik malam ataupun siang, dengan suara keras ataupun perlahan, adalah firman Nlah Subhanahu wa Ta'ala:

80 707 Sahabot Nobi

[tr:qpr] @ !',1rj OGrit*i

" B erj wngloh knliilt, fuik di walcu lopang, moilputt di walou s empit . . ! "

(At-Taubat:41)

Sekali saja ia absen tidak menyertai balatentara Islam, karena sebagai komandannya khalifah mengangkat salah seorang dari pemuda Muslimin, sedang Abu Ayub tidak puas dengan kepemimpinannya. Hanya sekali saja,

tidak lebih! Sekalipun demikian, bukan main menyesalnya atas sikapnya yang selalu menggoncangkan jiwanya itu. Sehingga ia berkata:

"Thk jadi soal lagi bagiku, siapa orang yang akan menjadi atasanku !"

Setelah itu tak pernah lagi ia ketinggalan dalam peperangan. Keinginannya hanyalah untuk hidup sebagai prajurit dalam tentara Islam, berperang di bawah benderanya dan membela kehormatannya !

Sewaktu terjadi pertikaian antara

Ali

dan

Mu

awiyah, ia berdiri di pihak

Ali

tanpa ragu-ragu, karena dialah Imam yang telah

dibai'at

oleh Kaum Muslimin. Dan tatkala Ali mati syahid karena dibunuh, dan khilafah berpindah kepada

Mu

awiyah,(At:Thubat: 41). Abu Ayub menyendiri dalam kezuhudan, bertawakkal dan bertaqwa. Thk adayangdiharapkannya dari dunia, selain tersedianya suatu tempat yang lowong unruk berjuang dalam barisan para pejuang.

Demikianlah, sewaktu diketahuinya bala tentara Islam bergerak ke arah

Konstantinopel,

segeralah

ia

memegang kuda dengan membawa pedangnya, terus maju mencari syahid yang sudah lama didambakan dan dirindukannya.

Dalam pertempuran

inilah

ia

ditimpa

luka berat. Ketika koman- dannya pergi menjenguknya, nafasnya sedang berlomba dengan keinginan- nya hendak menemui Allah. Maka bertanyalah panglima pasukan waktu itu, Yazid bin

Mu

awiyah:

'Apa keinginan anda, wahai Abu Ayub?"

Aneh,

adakah

di antara kita

yang

dapat

membayangkan atau mengkhayalkan apa keinginan Abu Ayub itu? Tidak sama sekali! Keinginan- nya sewakru nyawa hendak berpindah dari tubuhnya ialah sesuatu yang sukar atau hampir tak kuasa manusia membayangkan atau mengkhayalkan- nya !

Sungguh, ia telah meminta kepada Yazid, bila ia telah meninggal, agar jasadnya dibawa dengan kudanya sejauh jarak yang dapat ditempuh ke

ABU AyuB AL-ANSHARI "Pahlawan Perang Konstontinopl" 81

arah musuh, dan

di

sanalah ia akan dikebumikan. Kemudian hendaklah Yazid berangkat dengan balatentaranya sepanjang ialan

itu,

sehingga terdengar olehnya bunyi telapak kuda

Muslimin di

atas kuburnya dan diketahuinyalah bahwa mereka telah berhasil mencapai kemenangan dan keuntungan yang mereka cari !

Apakah anda

kira ini

hanya lamunan belaka?

Tidak; ini

bukan khayalan, tetapi kejadian nyata, kebenaran yang akan disaksikan dunia di suatu

hari kelak, di

mana

ia

menajamkan pandangan dan memasang telinganya, hampir-hampir tak percaya terhadap apayangdidengar dan di- lihatnya !

Dan sungguh, wasiat Abu Ayub itu telah dilaksanakan oleh Yazid!

Di

jantung kota Konstantinopel yang sekarang bernama Istambul,

di

sanalah terdapat pandam pekuburan lakilaki besar.

Hingga sebelum tempat itu dikuasai oleh orang-orang Islam, orang- orang

Romawi penduduk Konstantinopel

memandang Abu Ayub di makamnya

itu

sebagai orang suci. Dan anda akan tercengang jika menda- pati semua

ahli

sejarah yang mencatat peristiwa-peristiwa

itu,

berkata:

"Orang-orang Romawi sering mengunjungi dan berziarah ke kuburnya dan meminta hujan dengan perantaraannya,

bila

mereka mengalami keke- ringan."

Sekalipun perang dan pertempuran sarat memenuhi kehidupannya, sehingga tak pernah membiarkan pedangnya terletak beristirahat, namun corak kehidupannya tenang tenteram laksana desiran bayu

di kalafajar

datang menjelma.

Sebab ia pernah mendengar ucapan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Salam yang terpatri dalam hatinya:

"Bila kamu shalat, maka shalatlah seolah-olah yang terakhir atau hendak berpisah. Jangan sekali-kali mengucapkan kata-kata yang menyebab- kan kamu harus meminta ma'af ! Lenyapkan harapan terhadap

^p^

yang berada

di

tangan orang lain.!"

Dan oleh karena

itulah

tak pernah lidahnya

terlibat

dalam suatu

fitnah

dan dirinya tidak terjerembab dalam kerakusan Ia telah menghabis- kan hidupnya dalam kerinduan ahli ibadah dan ketahanan orang yang hendak berpisah. Maka sewaktu ajalnya datang tak ada keinginannya di sepanjang dan selebar dunia kecuali cita-cita yang melambangkan kepahla- wanan dan kebesarannya selagi hidupnya: "Bawalah jasadku jauh-jauh, jauh masuk ke tanah Romawi, kemudian kuburkan saya

di

sana !"

82 701 SahabatNabi

Ia yakin sepenuhnya akan kemenangan, dan dengan mata hati dili- hatnya bahwa wilayah

ini

telah masuk dalam taman impian Islam, dalam lingkungan cahaya dan sinarnya.

Karena

itulah

ia menginginkannya sebagai tempat peristirahatan yang terakl-rir,

di

ibukota negara

itu, di

mana akan terjadi pertempuran yang menentukan.Dari bawah tanahnya yang subur, ia akan dapat mengrku-

ti

gerakan tentara Islam, mendengar kepakan benderanya, bunyi telapak kudanya dan gemerincing pedang-pedangnya. Sekarang

ini ia

masih terkubur

di

sana, tetapi tidak lagi mendengar gemerincing pedang, atau ringkikan kuda! Keadaan telah berlalu, dan kapal telah berlabuh di tempat yang dituju, dalm kurun yang lama. Namun setiap hari, dari pagi hingga petang didengarnya suara adzan yang berkumandang dari menara-menaran- yayang menjulang

di

angkasa, bunyinya:

"Allah Mahn Besar....Allah Maha Besar.... "

Dan dengan rasa bangga,

di

dalam kampungnya yang kekal dan di mahligai kejayaannya ia menyahut:

"lnilah

apayang

telah dijanjikan Allah

dan Rasul-Nya ....Dan benarlah Allah dan Rasul-Nya!" r3.

ABUAYUBAL-ANsHARI "PohlowonfurangKonstontinopel"

-

83

ABU BAKARAS.SHIDIQ

"Penghulu Para Sahabat"

Hari itu

penduduk muslim benar-benar berkabung. \7aktu yang di- takuti, akhirnya datang luga. Saat subuh

dini

hari, tak seperti biasanya. Di mimbar

itu

biasa Rasulullah berdiri, memimpin shalat subuh berjamaah.

Namun kali ini, mimbar itu kosong.

Mata

teduh Rasulullah yang setiap

kali

menyapa wajah sahabat sebelum shalat, pagi iru tak ada. Rasulullah terserang demam yang sangat parah.

Abu

Bakar yang menjadi orang kedua setelah Rasulullah, telah bersiapsiap menjadi imam pengganti dengan segala keberatan hati.

Namun ketika

hendak

menunaikan

shalat,

terlihat

Rasulullah menyibak tirai kamar Aisyah. Sebagian sahabat menangkap hal

ini

sebagai isyarat bahwa Rasulullah akan memimpin shalat seperti biasa.

Abu Bakar mundur dari mimbar, masuk ke dalam shaf makmum di belakangnya. Tapi dugaan mereka salah.

Dari

dalam kamar Rasulullah melambaikan tangan, memberi isyarat agar shalat diteruskan dan Abu Bakar menjadi imam. Dengan gerakan yang sangat lemah, Rasulullah menutup kembali tirai jendela dan menghilang

di

baliknya.

Seluruh jamaah seperti tercekam hati dan perasaannya. Sudahkah tiba waktunya? Demikian mereka bertanya-tanya dalam hati. Ketika hari beranjak siang, sakit Rasulullah pun bertambah berat.

Di

sisinya, Fatimah selalu menemani sampai detik-detik terakhir.

"Thk ada penderitaan atas ayahmu setelah hari

ini."

Demikian kata- kata Rasulullah yang sempat dibisikkan pada Fatimah.

lalu

pupuslah bunga hidup manusia mulia iru.

84 101 SohabotNabi

Kabar sedih

itu

cepat sekali menyebar. Umar berdiri menancapkan pedangnya

di

tengah pasar. "Siapa sajayang berkata Rasulullah telah meninggal, akan saya potong tangan dan kakinya," teriak Umar.

"Rasulullah tidak meninggal, beliau menemui Rabbnya seperti Musa bin Imran juga. Beliau akan kembali menemui kaumnya setelah dianggap meninggal dunia." Kematian Rasulullah seakan-akan tak bisa diterimanya.

Di

satu tempat,

di

sebuah dataran tinggi, tampak debu mengepul dengan dahsyatnya. Terlihat seekor kuda sedang dipacu dengan kencangnya, dikendarai oleh Abu Bakar dengan wajah cemas tak tertahan. Ia berhenti tepat di depan masjid dan melompat turun masuk ke masjid seperti singa menerkam mangsanya.

Tanpa berkata pada siapa-siapa ia masuk menemui Airy.h dan melihat tubuh yang terbujur di pembaringan dengan kain penutup berwarna hitam.

Sebentar dibukanya kain penutup

itu,

dan dipeluknya jasad Rasulullah.

Thngisnya meledak.

"Demi ayah ibuku sebagai tebusannya, Allah tidak akan menghimpun pada

dirimu

dua kematian. Jika saja kematian

ini

telah ditetapkan pada dirimu, berarti memang kamu sudah meninggal dunia." Abu Bakar berbisik

lirih,

seakan-akan berkata untuk menyakinkan dirinya sendiri. Kematian Rasulullah sudah digariskan, dan tak satupun mahluk mampu menghapus atau menunda garis iru.

Kemudian Abu Bakar keluar rumah dan mendapati Umar masih seperti semula, sedang berbicara pada orang-orang

di

sekelilingnya.

"Duduklah wahai l-fmar," kata

Abu

Bakar. Namun Umar tetap berdiri seperri karang, tak tergoyahkan. Dan orang-orang mulai menghadapkan wajahnya pada Abu Bakar.'

Setelah beberapa

kali

menarik nafas panjang, Abu Bakar tampak bersiapsiap akan berkata. "Barang siapa diantara kalian ada yangmenyem- bah Muhammad, maka sesungguhnya Muhammad telah meninggal dunia.

Tapi jika kalian menyembah Allah, maka sesungguhnya

Allah itu

Maha

Hidup

dan tak pernah meninggal."

Abu Bakar berhenti sejenak, kemudian melanjutkan lagi.

Kini

ia melanrukan satu ayat,

'F'ti ;v ;.!'u'si # u drrii;-: fur,'rLJ v,

ABU BAKAR As-sHIDte "knghulu fura Sahabat" 85

L

t f-i

t-:.1 'ri'"A- ;J# bG i Ut ilhi

[r t

t:or,-,

Jr1

6p :JF:liK Ai;i

"Muhammad itu tidak

lain

hanyalah rrorong

norut, ,rngguh

tetah berlaku sebelumnya beberapa orang Rasul. Apakah

jikn

dia wafat atau terbunuh kalian akan berpaling ke belalang (menjadi murtad)? Barang siapa berpaling ke belaknng, maka ia tidak mendntangkan mudharat sedikitpun padn Allah dnn Allnh membei balasan kepadn orang-orang yang bersyukur. "

(Ni Imran:

144)

Semua orang termenung, menundukkan kepala dalam-dalam. Andai saja bisa, sepertinya mereka hendak membenamkan wajah pada padang pasir yang membentang. Ayat yang dibacakan Abu Bakar telah menyadar- kan mereka. Padahal sebelumnya, seakan-akan ayat

ini

tak pernah rurun sebelum dibacakan Abu Bakar kembali.

Umar terjatuh. Kedua kakinya seakan tak sanggup menyangga beban berat badannya. Lututnya

tertekuk,

tangannya menggapai pasir.

Dike-

mudian hari Umar berkata lagi tentang hari itu, "Demi Allah, setelah men- dengar Abu Bakar membaca ayat tersebut saya seperti limbung. Hingga saya

tak kuasa mengangkat kedua kakiku, hingga saya tertunduk ke ranah saat mendengarnya.

Kini

saya sudah tahu bahwa Rasulullah benar-benar telah meninggal dunia."

Demikian Abu Bakar, di saat banyak orang lemah ia berusaha untuk tetap tegar. Ia seperti sebuah oase bagi musafir di tengah sahara. Ia seperti embun yang menyejukkan saat dada dan kepala sedang terbakar. Abu Bakar adalah telaga kebijakan.

Kisah

hidup

Rasulullah dan para sahabat memang telah banyak

dituliskan. Namun

entah kenapa,

ia

seperti mata

air

yang

tak

pernah kering. Setiap kali dituturkan, setiap kali juga memberikan nuansa baru.

Benar-benar tak pernah kering. Begiru juga dengan kisah Abu Bakar.

Abu Bakar termasuk pelopor muslim pertama. Ia adalah orang yang mempercayai Rasulullah di saat banyak orang menganggap beliau gila. Abu Bakar termasuk orang yang siap mengorbankan nyawanya untuk membela Rasulullah,

di

saat banyak orang hendak membunuh Rasulullah.

Nama awal

Abu

Bakar sebenarnya

Abdullah bin Abu

Quhafah.

Dalam literatur lain disebutkan nama Abu Quhafah

ini

pun bukan nama yang sebenarnya. Utsman bin

Amir

demikian nama lain Abu Quhafah.

86 701 SohabatNobi

Sebelum Islam, ia dipanggil dengan sebutan Abdul Ka'bah. Ada cerita menarik tentang nama

ini.

Ummul Khair, ibunda Abu Bakar sebelumnya beberapa

kali

melahirkan anak laki-laki. Namun setiap

kali

melahirkan anak laki-laki, setiap kali juga mereka meninggal. Sampai kemudian ia ber-

nadzar akan memberikan anak laki-lakinya yang

hidup

untuk mengabdi pada Ka'bah. Dan lahirlah Abu Bakar kecil.

Setelah Abu Bakar

lahir

dan besar ia

diberi

nama lain, yairu Atiq.

Nama

ini

diambil dari nama lain Ka'bah, Baitul

Atiq

yang berarti rumah purba. Setelah masuk Islam Rasulullah memanggilnya dengan nama Abdul- lah. Nama Abu Bakar sendiri konon berasal dari predikat pelopor dalam Islam. Bakar berarti

dini

atau awal.

Kelak

sepeninggal Rasulullah, kaum

muslimim

mengangkatnya sebagai khalifah pengganti Rasulullah. Tidak mengherankan, karena sebe- lum Rasulullah meninggal dunia pun Abu Bakar telah menjadi orang kedua setelah Rasulullah.

Rasulullah secara tak langsung memilih Abu Bakar menjadi orang

kedua beliau.

Suatu

hari Rasulullah pernah

mengabarkan

tentang

keutamaan sahabat sekaligus mertua beliau

ini.

"Thk seorangpun yang pernah kuajak masuk Islam, yang tidak tersendat-sendat dengan begitu ragu dan berhati-hati kecuali Abu Bakar. Ia tidak menunggu-nunggu atau ragu- ragu ketika kusampaikan ajaran islam," sabda Rasulullah.

Hal

ini juga yang akhirnya memberikan beliau julukan 'As-Sidiq" di belakang nama Abu Bakar yang berarti selalu membenarkan. Abu Bakar memang selalu membenarkan Rasulullah, tanpa sedikitpun keraguan.Ketika peristiwa Isra' mi'raj, Abu Bakar adalah orang pertama yang percaya saat Rasulullah menyampaikan hal itu. Thnpa sedikitpun keraguan.

Abu Bakar hanya sebentar memegang kendali pemerintahan Islam setelah Rasulullah. Ia wafat dalam keadaan sakit. Meskipun banyak yang bilang kematiannya akibat diracun, namun hal iru tidak didukung dengan data yang kuat.

Pada detik-detik akhir hidupnya Abu Bakar menuliskan sebuah wasiat untuk semua yang ditinggalkan. Demikian isinya:

"Bismillahirrahmanirrahim.lnllah pesan Abu Bakar bin Abu Quhafah pada akhir hayatnya dengan keluarnya

dari

dunia

ini,

untuk memasuki akhirat dan tinggal

di

sana.

Di

tempat

ini

orang kafir akan percaya, orang durjana akan yakin dan orang yang berdusta akan membenarkan. saya

menunjuk penggantiku yang akan memimpin kalian adalah

Umar

bin

ABU BAI(AR AS-SHIDIQ "Penghulu Para Sahabat" 87

Khaththab. Patuhi dan taati dia. saya tidak akan mengabaikan segala yang baik sebagai kewajibanku kepada Allah, kepada Rasulullah, kepada

^g^rna, kepada

diriku

dan kepada kamu sekalian.Kalau dia berlaku

adil,

itulah harapanku, dan

itu

juga yang

kuketahui

tentang dia. Tetapi kalau dia berubah, maka setiap orang akan memetik hasil dari perbuatannya sendiri.

Yang saya kehendaki ialah yang terbaik dan saya tidak mengetahui segala yang gaib. Orang yang dzalim akan mengetahui perubahan yang mereka alami.'Wassalamu

Naikum

wa Rahmatullahi wa Barakatub." Semoga Al- Iah merahmati dan menempatkan pada sisi yang terbaik. Amin.

*

88 707 SahabatNabi

Dalam dokumen Hikmah dan Pelajaran untuk Kehidupan Modern (Halaman 106-117)