• Tidak ada hasil yang ditemukan

APAKAH YANG DIMAKSUD DENGAN HIPOTESIS?

HIPOTESIS

A. APAKAH YANG DIMAKSUD DENGAN HIPOTESIS?

Bab 6

takan hipotesis merupakan jawaban tentatif terhadap masalah penelitian. Jawaban itu dinyatakan, dalam bentuk hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat.

Fraenkel dan Wallen (1993: 551) menyatakan hipotesis adalah: A tentative, reason- able, testable assertion regarding the occurance of certain behaviors, phenomena, or events; a prediction of study outcome. Adapun Kerlinger (1973) menyatakan, hi­

potesis adalah suatu pernyataan kira­kira atau suatu dugaan sementara mengenai hubungan antara dua atau lebih variabel. Pendapat yang hampir sama dikemukakan Sax (1979) sebagai berikut: hipotesis adalah pernyataan me ngenai hubungan yang diharapkan antara dua variabel atau lebih. Dengan demikian, jelaslah bahwa hipote­

sis merupakan suatu kesimpulan sementara yang belum final; suatu jawaban semen­

tara; suatu dugaan sementara; yang merupakan konstruk peneliti terhadap masalah penelitian, yang menyatakan hubungan antara dua atau lebih variabel. Kebenaran dugaan tersebut perlu dibuktikan melalui penyelidikan ilmiah.

Untuk dapat mengungkapkan hipotesis dengan benar, peneliti harus memahami terlebih dahulu pola hubungan yang terdapat dan mungkin terjadi, atau tipe hubung­

an di antara variabel yang diteliti. Sekurang­kurangnya ada tiga tipe hubungan da­

lam penelitian.

Hubungan pertama, yang menunjuk dan dapat dikatakan pengaruh, yaitu hu­

bung an yang bersifat asymetris. Hubungan kedua, dan tidak menyatakan pengaruh, yaitu hubungan yang bersifat symetris; dan tipe hubungan ketiga adalah reciprocal.

Mengingat adanya berbagai hubungan maka pemahaman secara konsep tual­

teoretis hubungan dua variabel perlu dikaji secara jelas, sebelum dinyatakan da­

lam hipotesis. Tipe hubungan asymetris biasanya digambarkan dengan anak panah

( ).

Contoh:

Variabel X Variabel Y

Ini berarti variabel X mempunyai hubungan dengan variabel Y. Hubungan yang ada dapat dikatakan dengan pengaruh. X memengaruhi Y tetapi tidak sebaliknya.

Hubungan symetris tidak menunjukkan pengaruh dan biasanya dilambangkan dengan garis sedikit melengkung ( ), yang menunjuk pada masing­masing variabel.

Contoh:

Panen Jagung

I II

Panen Kedelai

Hubungan tersebut menjelaskan bahwa variabel I mempunyai hubungan de­

ngan variabel II, tetapi tidak dapat diinterpretasikan variabel I memengaruhi vari­

abel II, sebab variabel I setara dengan variabel II dan tidak mungkin memberikan sumbang an terhadap variabel II. Mana yang lebih menentukan tidak dapat dinyata­

kan de ngan pasti, karena banyak variabel lain yang tersembunyi yang tidak diteliti dan dapat memengaruhi variabel yang diteliti. Kalau mau mengetahui lebih lanjut apakah ada pengaruhnya, silakan uji dengan memasukkan test factor dalam analisis untuk membuktikan kebenaran hubungan tersebut.

Beberapa contoh hubungan dan pengaruh dalam berbagai variabel adalah se­

bagai berikut:

Contoh 1:

Hubungan inteligensi dengan prestasi belajar.

Inteligensi Prestasi Belajar

Variabel I Variabel II

Berdasarkan contoh tersebut dapat dirumuskan beberapa hipotesis, antara lain:

a. Makin tinggi inteligensi, makin baik prestasi belajar.

b. Terdapat hubungan signifikan antara inteligensi dan prestasi belajar.

c. Tidak terdapat perbedaan prestasi belajar siswa laki­laki yang mempunyai inteli­

gensi tinggi dengan siswa laki ­laki yang mempunyai inteligensi normal.

d. Terdapat perbedaan yang berarti dalam prestasi belajar antara siswa laki­laki dan perempuan yang mempunyai inteligensi rata­rata di atas normal.

e. Terdapat perbedaan yang berarti dalam prestasi belajar antara siswa perempuan dan siswa laki­laki yang berinteligensi normal.

f. Makin tinggi inteligensi siswa laki­laki makin baik prestasi belajarnya.

Contoh 2:

Pengaruh latihan kerja terhadap keterampilan peserta.

Latihan

Kerja Keterampilan

Dengan memperhatikan kedua variabel tersebut dan hubungan kedua variabel itu asimetris, banyak hipotesis yang mungkin dirumuskan. Beberapa di antara hi­

potesis yang mungkin dapat dirumuskan, yaitu:

a. Makin tinggi jumlah frekuensi latihan kerja, makin baik keterampilan peserta.

b. Terdapat perbedaan pengaruh jumlah frekuensi latihan terhadap keterampilan peserta laki­laki dan keterampilan peserta perempuan.

c. Jenis latihan kerja yang membutuhkan ketekunan lebih berpengaruh pada kete­

rampilan peserta perempuan dari peserta laki­laki.

Apabila variabel bebas lebih dari satu, sedangkan variabel terikat hanya satu, maka hipotesis yang disusun dapat dinyatakan dalam hubungan satu­satu dan dapat pula dinyatakan secara serempak.

Contoh:

Variabel bebas X1, X2, dan X3, sedangkan variabel terikat Y.

X1

X2 Y

X3

Dari skema di atas, dapat disusun beberapa alternatif hubungan sebagai berikut:

X1 mempunyai pengaruh terhadap Y.

X2 mempunyai pengaruh terhadap Y.

X3 mempunyai pengaruh terhadap Y.

X1, X2, dan X3 secara serempak berpengaruh terhadap Y.

Contoh berikut menyatakan hubungan di antara variabel bebas atau variabel terikat. Andai kata hal ini terjadi dan penelitian dimaksudkan untuk melihat penga­

ruh masing­masing variabel, maka perlu dikaji ulang kembali karena di antara varia­

bel sejenis saling berhubungan. Cara lain yaitu menggunakan teknik yang lebih kom­

plek sehingga pe ngaruh dari aspek yang lain dapat dikontrol.

Y1

Y2 X1

X2

X3

Variabel Bebas Variabel Terikat

X1 mempunyai hubungan dengan X2 X2 mempunyai hubungan dengan X3 X1 mempunyai hubungan dengan X3 Y1 mempunyai hubungan dengan Y2

Pengaruh dari berbagai variabel bebas dengan menggunakan variabel antara dapat digambarkan secara skematis sebagai berikut:

I IV V

III II

Variabel I memengaruhi variabel II Variabel I memengaruhi variabel III Variabel I memengaruhi variabel IV Variabel II memengaruhi variabel IV Variabel III memengaruhi variabel IV Variabel IV memengaruhi variabel V

Andai kata variabel I ialah inteligensi, nilai tes masuk ialah variabel II, minat belajar ialah variabel III, cara balajar ialah variabel IV, sedangkan variabel V (variabel terikat) ialah prestasi belajar, maka beberapa hipotesis yang mungkin dirumuskan sebagai berikut.

a. Makin tinggi inteligensi, makin tinggi nilai tes masuk.

b. Makin tinggi inteligensi, makin tinggi minat belajar.

c. Makin tinggi nilai tes masuk, makin baik cara belajar.

d. Makin tinggi minat belajar, makin baik cara belajar.

e. Makin baik cara belajar, makin tinggi prestasi belajar.

f. Makin tinggi inteligensi, makin baik cara belajar atau dapat juga dinyatakan secara serempak.

g. Makin tinggi inteligensi, nilai tes masuk, dan minat belajar, makin baik prestasi belajar.

h. Makin tinggi inteligensi, makin baik nilai tes masuk; makin baik minat belajar, dan makin baik cara belajar, makin tinggi prestasi belajar.

Hubungan reciprocal adalah hubungan saling memperkuat masing­masing vari­

abel pada langkah berikutnya.

Contoh: Variabel X dan variabel Y (Pakaian dan pola hidup)

Xt1 Yt1

Xt2 Yt2

Xt3 Yt3

Xt4 Yt4 Keterangan:

t1 adalah waktu pada periode pertama.

t2 adalah waktu pada periode kedua.

t3 adalah waktu pada periode ketiga.

t4 adalah waktu pada periode keempat.

Dari contoh di atas, para pembaca dapat mengamati bahwa pada waktu per­

mulaan memang variabel X1 memengaruhi variabel Y1, namun kemudian variabel Y1 yang sudah terpengaruh akan memengaruhi lagi variabel X pada t2. Variabel X pada t2 akan memengaruhi lagi variabel Y pada waktu t2, dan seterusnya sehingga ma sing­

masing variabel saling memperkuat pada waktu berikutnya. Hubungan ini perlu di­

amati secara sistematis sebelum menentukan variabel mana yang memengaruhi dan variabel mana yang dipengaruhi. Hubungan itu dapat diputus pada saat penelitian, namun perlu kehati­hatian dalam menarik kesimpulan.