• Tidak ada hasil yang ditemukan

Klasiikasi Variabel Berdasarkan Posisi dan Fungsinya dalam Penelitian

VARIABEL PENELITIAN

B. JENIS-JENIS VARIABEL

2. Klasiikasi Variabel Berdasarkan Posisi dan Fungsinya dalam Penelitian

Dalam contoh di atas dapat dilihat bahwa jarak masing­masing kelas mempu­

nyai interval 2. Selisih antara kelas pertama, kedua, ketiga, dan keempat adalah 2.

Unit satuannya pun juga sama. Fahrenheit dan Reimur menggunakan juga derajat sebagai unit pengukurannya. Mereka meletakkan titik nol pada kategori yang tidak sama. Nol pada Celcius tidak sama dengan nol pada Fahrenheit maupun Reimur.

Panas badan orang yang 37 derajat pada Fahrenheit tidak sama dengan 37 derajat pada Celcius. Panas badan orang yang 40 derajat Celcius bukan berarti dua kali lebih panas daripada badan orang yang 20 derajat pada Celcius, walaupun alat pengukur­

an mempunyai unit satuan pengukuran yang sama. Demikian pada Reimur dan Fahrenheit. Walaupun jaraknya sama, tetapi harganya tidak sama karena nol yang digunakan bukanlah nol mutlak.

Data rasio memiliki semua karakteristik data interval. Ciri tambahan lainnya, harga nol yang digunakan adalah nol mutlak/absolut.

Contoh:

Lama pendidikan:

a. 4 tahun b. 8 tahun c. 12 tahun d. 16 tahun

Lama pendidikan 16 tahun, berarti dua kali lama pendidikan 8 tahun; lama pen­

didikan 8 tahun, dua kali lama pendidikan 4 tahun. Seorang yang berpendidikan 16 tahun, berarti lama pendidikan yang ditempuhnya empat kali lama pendidikan orang yang berpendidikan 4 tahun. Lama pendidikan dalam contoh di atas disebut dengan variabel rasio. Data variabel rasio disebut pula dengan data rasio.

Dari berbagai contoh di atas dapat disimpulkan bahwa variabel deskret atau kategorikal bukan merupakan hasil perhitungan (counting), melainkan merupakan pemilahan atau pengkategorian. Antara satu kategori dan yang lain saling lepas dan tuntas. Variabel kontinu atau kuantitatif mempunyai unit pengukuran tertentu, sa­

ling berhubungan antara satu kategori dengan yang lain (continous), dan merupakan hasil perhitungan.

(c) Variabel kontrol (d) Variabel antara (e) Variabel extraneous (f) Variabel anteceden (g) Variabel penekan (h) Variabel pengganggu

Secara perinci masing­masing variabel akan dibicarakan pada uraian berikut.

a. Variabel Bebas dan Variabel Terikat

Dalam penelitian sederhana sekalipun, peneliti harus mampu melihat secara ta­

jam apakah variabel atau aspek yang dipilih telah benar­benar menurut fungsinya dan telah diujicobakan dalam kerangka penelitian yang benar menurut rancangan yang cocok dengan masalah yang akan diteliti. Apakah hubungan itu simetris, timbal balik (reciprocal), ataukah asimetris. Ketiga bentuk hubungan itu memberi arah pen­

dekatan penelitian dan rancangan penelitian yang akan digunakan. Untuk mengeta­

hui apakah ada hubungan dua variabel, sebaiknya dilakukan dengan memperkenal­

kan variabel ketiga yang disebut dengan faktor uji (test factor). Contoh: Orang tua lebih tertarik untuk melihat program agama di telivisi daripada orang muda. Untuk menguji apakah itu benar, maka diperkenalkan tes faktor yaitu pendidikan. Apabila hubungan itu benar­benar ada maka pendidikan tidak dapat mengeliminasi hubung­

an itu. Ambil responden yang sama umurnya, tetapi mempunyai pendidikan yang berbeda, yaitu orang yang berpendidikan tinggi dan yang berpendidikan rendah.

Kemudian dalam analisis gunakan test factor pendidikan. Andai kata orang tua yang berpendidikan tinggi ternyata lebih suka melihat program agama daripada orang muda yang berpendidikan tinggi, atau orang tua berpendidikan rendah ternyata lebih suka daripada orang muda yang berpendidikan rendah maka dapat dikatakan ada hubungan antara umur dan kebiasaan melihat program agama di televisi.

Dalam hubungan asimetris peneliti akan menjumpai beberapa variabel, antara lain variabel bebas dan variabel terikat, sedangkan dalam hubungan simetris dan timbal balik juga ada berbagai variabel tetapi tidak dapat ditentukan mana variabel bebas dan mana variabel terikat secara pasti karena sulit untuk menentukan mana memengaruhi yang mana. Variabel bebas adalah variabel yang memengaruhi, men­

jelaskan, atau menerangkan variabel yang lain. Variabel ini menyebabkan perubahan pada variabel terikat, sedangkan variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau diterangkan oleh variabel lain tetapi tidak dapat mempegaruhi variabel yang lain. Pendapat ini didukung oleh pernyataan Tuckman (1972: 36­37), sebagai beri­

kut: Theindependent variable, which is a stimulus variabel or input, operates either within a person or within his environment to affect his behavior. It is that factor which

measured, manipulated, or selected by experimenter to determine its relationship to an observed phenomenon. Adapun Freankle dan Wallen (1993) mengemukakan konsep variabel bebas dalam bentuk contoh bahwa variabel bebas (independent variable) adalah: treatment or manipulated variabel referred to previously; those variabels the investigator chooses to study (and often manipulate) in order to assess their possible effect(s) on one or more other variabel. Dari segi letaknya dalam kerangka berpikir konseptual penelitian, variabel bebas lebih dahulu, dan dapat memengaruhi atau me­

nerangkan variabel terikat, bukan sebaliknya.

Contoh:

Pendidikan dan Pendapatan.

Untuk menentukan mana variabel bebas dan mana pula variabel terikat pada dua aspek penelitian tersebut, perlu terlebih dahulu didudukkan dalam judul peneli­

tian. Mengapa demikian? Secara konseptual teoretis, pendidikan dapat memengaru­

hi pendapatan, sebab orang yang berpendidikan tinggi lebih banyak kemungkinan­

nya mendapatkan penghasilan lebih tinggi dari orang yang berpendidikan rendah apabila mereka bekerja pada jenjang dan jenis pekerjaan yang sama. Tetapi secara konseptual juga dipahami bahwa pendapatan seseorang tidak semata­mata ditentu­

kan oleh pendidikan seseorang. Seorang lulusan SMA, apabila ia bekerja di swasta seperti di Telekomunikasi atau di Indosat, pendapatannya mungkin lebih tinggi dari individu yang lulus D2 atau akademi yang bekerja sebagai pegawai negeri. Jadi, apa­

bila secara konseptual kurang nyata mana memengaruhi yang mana, atau mungkin hubungannya saling pengaruh (reciprocal), maka posisi atau letaknya dalam judul akan sangat membantu, seperti:

Pengaruh pendidikan terhadap pendapatan Hubungan pendidikan dengan pendapatan

Dari dua contoh itu jelas bahwa pendidikan lebih dahulu letaknya dalam judul.

Ini berarti peneliti ingin melihat apakah ada pengaruh pendidikan seseorang ter­

hadap pendapatannya. Karena itu pendidikan adalah variabel bebas, sedangkan pen­

dapatan adalah variabel terikat. Kalau dilihat dari segi posisinya pendidikan dahulu dan kemudian baru diikuti pendapatan. Andai kata ada perubahan judul, tidak sela­

manya pendidikan akan menjadi variabel bebas. Ada kemungkinan pula pendidikan berubah menjadi variabel terikat.

Contoh:

Pengaruh status sosial ekonomis orangtua terhadap pendidikan anak-anak.

Hubungan pendapatan dengan pendidikan anak-anak.

Dalam kedua contoh yang terakhir, variabel bebas adalah status sosial ekonomi

dan pendapatan, sedangkan pendidikan anak­anak merupakan variabel terikat.

Secara skematis dapat digambarkan sebagai berikut:

Variabel Bebas Variabel Terikat

GAMBAR 5.1 Hubungan Bivariat.

Suatu hubungan dikatakan bivariat kalau hanya hubungan antara dua variabel, dan disebut multivariat kalau terdapat banyak variabel yang dihubungkan, baik pada variabel bebas maupun pada variabel terikat.

Contoh yang lain:

Pengaruh latar belakang psikologis dan nilai tes masuk terhadap prestasi belajar.

Latar belakang psikologis secara prinsip merupakan variabel bebas, yang perlu dijabar- kan lagi menjadi bermacam komponen atau aspek yang diteliti. Dalam pembatasan masalah perlu dibatasi dan dirumuskan dengan jelas, apakah yang termasuk latar be- lakang psikologis yang akan diteliti. Apakah semua aspek psikologis atau akan dibatasi pada sebagian saja.

Contoh:

Peneliti membatasi pada:

1) Motivasi berprestasi

2) Inteligensi/kemampuan dasar 3) Persepsi

4) Perhatian

Sehingga dengan batasan tersebut bagan alir berpikir atau kerangka berpikir se perti terlihat pada Gambar 5.2.

Kerangka itu perlu disempurnakan lagi karena belum ditentukan secara logis urutan masing­masing variabel/aspek secara teoretis. Apakah benar persepsi yang dimiliki seseorang menurut urutan dan kekuatan sama keberadaannya dengan inteli­

gensi dan motivasi, ataukah nilai tes masuk dipengaruhi oleh inteligensi dan motivasi seseorang. Andai kata hal itu sulit untuk dilakukan maka langkah yang paling baik ialah menggunakan teknik analisis regresi yang paling sesuai, seperti Regresi Ganda (Multiple Regression) dan Korelasi Parsial (Partial correlation), sehingga peneliti da­

pat melihat sumbangan atau mengontrol pengaruh variabel yang lain.

Membicarakan pengaruh berarti menentukan variabel yang berpengaruh, arah pengaruh, dan menentukan sumbangan/dampak ataupun effect terhadap variabel

terikat, sedangkan pengaruh variabel lain ditiadakan. Atau dapat juga dilakukan de­

ngan melihat secara bersama (serempak) pengaruh semua variabel terhadap variabel terikat.

Seandainya secara teoretis/konseptual peneliti sulit menentukan secara logis urutan “keberadaannya” (logical order) di antara latar belakang psikologis itu, se­

dangkan nilai tes masuk memang ditentukan oleh aspek yang lain, maka model kerangka penelitiannya seperti pada Gambar 5.3.

Nilai Tes Masuk Prestasi Belajar Motivasi

Berprestasi Inteligensi

Minat

Perhatian

GAMBAR 5.3 Model Kerangka Berpikir Penelitian Tanpa Mempertimbangkan Tata Urutan Variabel Bebas.

Motivasi Berprestasi

Nilai Tes Masuk

Prestasi Prestasi Belajar

Perhatikan Inteligensi

Keterangan:

Korelasi Sederhana Korelasi Ganda

GAMBAR 5.2 Model Kerangka Berpikir dalam Penelitian Kuantitatif.

Kalau dinyatakan bahwa inteligensi yang lebih menentukan dan memengaruhi motivasi, persepsi, dan perhatian serta kemudian memengaruhi nilai tes dan akhir­

nya baru memengaruhi prestasi belajar, maka model kerangka penelitiannya seperti pada Gambar 5.4

Inteligensi

Motivasi Berprestasi

Minat Nilai

Tes Masuk

Prestasi Belajar

Perhatian

GAMBAR 5.4 Model Kerangka Berpikir dengan Tata Urutan Variabel Bebas Lebih Sistematis.

Andai kata dalam suatu penelitian secara logik­konseptual tidak ada yang me­

mengaruhi atau hubungan di antara variabel yang ada simetris, dan teknik anali­

sis yang digunakan hanya mampu dan dapat digunakan korelasi sederhana, maka sebaik nya peneliti janganlah mengatakan kata “pengaruh”. Peneliti lebih baik menya­

takan hubungan saja, dan bukan hubungan sebab akibat.

Di antara variabel bebas itu dapat pula dibedakan variabel bebas utama (primary independent variable) dan variabel bebas skunder (secondary independent variable).

Variabel bebas sekunder/kedua, sering pula disebut dengan variabel moderator, yang membantu memengaruhi variabel terikat. Variabel moderator ini sering juga dise­

but sebagai variabel bebas tipe khusus, yang dipilih peneliti untuk menggambarkan hubungan antara variabel bebas utama dan variabel terikat. Variabel ini dapat diukur, dimanipulasi, atau diseleksi untuk menentukan apakah hubungan berubah atau tidak terhadap fenomena yang diamati.

Contoh:

Salah satu hipotesis penelitian yang dirumuskan peneliti, berbunyi:

Di antara siswa yang mempunyai inteligensi yang sama, jumlah frekuensi latihan, secara langsung memengaruhi keterampilan penampilan siswa laki-laki tetapi kurang langsung pada siswa perempuan.

Kalau disimak secara teliti bunyi hipotesis di atas, maka dapat diposisikan bahwa:

Variabel bebas : jumlah frekuensi latihan

Variabel terikat : keterampilan/penampilan Variabel kontrol : inteligensi

Variabel moderator : seks

Variabel antara : belajar (tidak secara eksplisit dikemukakan dalam hipotesis) Mengapa dapat dikatakan demikian? Tidakkah mungkin inteligensi yang me­

rupakan variabel bebas? Seperti telah diungkapkan dalam uraian terdahulu variabel bebas itu merupakan faktor yang dapat dimanipulasi dan diukur peneliti untuk me­

nentukan hubungan fenomena yang diamati. Variabel itu memengaruhi, menerang­

kan, atau menyebabkan perubahan pada variabel terikat. Variabel bebas itu menun­

jukkan pula adanya perlakuan (treatment) yang dicobakan; dapat berupa variabel kontinu dan dapat pula berupa variabel deskrit. Apa yang memengaruhi keterampil­

an penampilan siswa? Jelas jawabnya jumlah frekuensi latihan. Karena itu jumlah frekuensi latihan ialah variabel bebas. Inteligensi bukan menjadi penyebab, karena semua renponden mempunyai inteligensi yang sama. Variabel terikat juga meru­

pakan faktor yang dapat diamati dan diukur untuk menentuk efek akibat. Variabel ini disebut juga dengan variabel respons atau variabel output (hasil) sebagai efek atau konsekuensi perlakuan dalam situasi yang dipelajari. Apa yang dipengaruhi oleh jumlah frekuensi latihan? Jawabnya adalah penampilan. Karena itu penampilan ialah variabel terikat. Untuk mengontrol dan mengetahui secara tepat pengaruh jumlah frekuensi latihan, maka peneliti dalam hipotesis di atas mencoba mengontrol keadaan siswa. Peneliti mengambil sampel pada siswa yang mempunyai inteligensi yang sama, sehingga pengaruh inteligensi yang dianggap cukup berarti diminimalkan oleh pe­

neliti. Karena itu inteligensi ialah variabel kontrol. Peneliti juga memahami bahwa jenis latihan tertentu sering pula menyebabkan adanya perbedaan penampilan antara laki­laki dan perempuan. Sehubungan dengan itu, peneliti juga ingin melihat apakah ada perbedaan pengaruh jumlah frekuensi latihan pada siswa laki­laki dan perem­

puan dalam penampilannya. Dengan kata lain, peneliti ingin menguji pengaruh seks terhadap penampilan seseorang sesudah mengikuti latihan. Karena itu, dalam con­

toh di atas seks merupakan variabel moderator. Adapun belajar merupakan variabel antara, sebab baik atau buruknya seseorang belajar selama mengikuti latihan akan menentukan penampilannya. Walaupun jumlah frekuensi latihan sama banyak, kalau peserta latihan tidak belajar maka hasilnya lebih buruk dari siswa yang belajar. Ka­

rena itu dalam contoh di atas kegiatan belajar merupakan variabel antara yang tidak dinyatakan secara eksplisit dalam hipotesis. Namun hal itu perlu dipahami secara jelas posisinya dalam kegiatan latihan seperti contoh di atas.

Variabel moderator pada prinsipnya merupakan variabel bebas tipe khusus yang sengaja dipilih peneliti untuk mengetahui dan menggambarkan apakah pengaruh atau relasi variabel bebas utama terhadap varibel terikat tetap kuat setelah diperke­

nalkan variabel moderator itu. Contoh: Terdapat hubungan yang signifikan antara tinggi badan (X) dan tinggi lompatan (Y). Kemudian diperkenalkan variabel mode­

rator, yaitu latihan (Z): frekuensi latihan teratur­tidak teratur; apakah orang yang tinggi walaupun tidak latihan teratur, tetap lebih tinggi lompatannya dari orang yang sedang, tetapi latihan dengan teratur? Oleh karena itu, variabel moderator disebut juga a secondary independent variable.

Variabel bebas maupun variabel terikat dalam suatu penelitian dapat lebih dari satu secara simultan, seperti terlihat pada Gambar 5.5, 5.6, dan 5.7.

Inteligensi

Motivasi

Prestasi Belajar

Kebiasaan Belajar Variabel

Bebas

Variabel Moderator

Variabel Terikat GAMBAR 5.5 Model Hubungan Variabel Bebas,

Variabel Moderator, dan Variabel Terikat.

Kepadatan Penduduk

Penerimaan Program KB

Kesehatan Lingkungan Status Sosial

Pendapatan/

Income

Tempat Tinggal

Variabel Bebas Variabel Moderator Variabel Terikat GAMBAR 5.6 Model Hubungan Tiga Variabel Bebas,

Satu Variabel Moderator, dan Dua Variabel Terikat.

Mungkin juga hubungan seperti berikut:

Pendidikan Orangtua

Program KB

Kesehatan Lingkungan

Pendidikan Anak

Variabel Bebas Variabel Terikat

GAMBAR 5.7 Model Hubungan Satu Variabel Bebas dengan Tiga Variabel Terikat.

b. Variabel Kontrol

Tidak semua variabel dapat kita teliti dalam waktu yang bersamaan, baik dilihat dari sudut pandang kemampuan peneliti maupun dari biaya, waktu yang tersedia, ataupun karena sifatnya masalah itu sendiri yang belum wajar untuk diteliti. Karena itu peneliti perlu membatasi diri dalam memilih masalah yang tepat dan menetralkan pengaruh variabel yang lain semaksimal mungkin. Sehubungan dengan itu peneliti dapat melakukan dengan berbagai cara, antara lain dengan memilih variabel kontrol atau melakukan teknik analisis yang lebih kompleks.

Variabel kontrol adalah variabel yang tidak dapat dimanipulasi dan digunakan sebagai salah satu cara untuk mengontrol, meminimalkan, atau menetralkan penga­

ruh aspek tersebut. Perhatikan contoh berikut:

1) Status sosial ekonomi orangtua menentukan prestasi belajar anak.

Untuk dapat menentukan pengaruh status sosial ekonomi orangtua terhadap prestasi belajar anak, maka salah satu cara yang dapat dilakukan yaitu dengan memilih sampel, anak­anak yang mempunyai inteligensi yang sama. Sebenarnya masih banyak variabel lain yang perlu dikontrol sehingga dapat menetralkan pengaruh masing­masing variabel itu dalam belajar, seperti bimbingan orang lain dalam belajar, bantuan individual (private), dan motivasi belajar.

2) Orang dari kelas sosial tinggi lebih toleransi terhadap kawin campuran diban­

dingkan orang dari kelas sosial rendah.

Untuk mengetahui hubungan itu benar atau tidak, dapat digunakan pendidik an atau income atau keduanya sebagai variabel kontrolnya. Ini berarti reponden pene­

litan ini diambil dari kelompok yang mempunyai status sosial yang berbeda, tetapi mempunyai pendidikan dan income yang sama. Di samping itu, dapat pula digu­

nakan variabel moderator, seperti agama sehingga dapat dipelajari hasilnya antara renponden dan agama yang berlainan.

Dari contoh­contoh tersebut dapat ditarik benang merah bahwa antara variabel kontrol jauh berbeda dari variabel moderator, walaupun ada kemungkinan menggu­

nakan aspek, kejadian, atau faktor yang sama. Dalam variabel moderator, efek faktor atau aspek tersebut dipelajari; sedangkan pada variabel kontrol efek dari faktor terse­

but dinetralkan sehingga dapat menjamin ketepatan pengaruh atau hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat.

Cara yang sering dipakai dalam usaha menetralkan pengaruh suatu faktor yaitu dengan menyamakan sampel dalam aspek­aspek tertentu yang diduga mempunyai pengaruh yang kuat atau dengan menggunakan teknik analisis yang lebih kompleks seperti Partial Correlation.

Untuk lebih memahami posisi keempat variabel yang telah dibicarakan secara mendalam, perhatikan Gambar 5.8.

Variabel Bebas

Variabel Moderator Variabel Terikat

Variabel Kontrol

GAMBAR 5.8 Posisi Variabel Bebas,Variabel Moderator, dan Variabel Kontrol dalam Penelitian Kuantitatif.

Kedudukan variabel bebas, variabel kontrol dan variabel moderator terhadap variabel terikat setara, namun dalam fungsinya berbeda. Apabila variabel kontrol tidak dikontrol, maka aspek itu akan ikut memengaruhi besaran (magnitude) pe­

ngaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Ini berarti sumbangan efektif yang diberikan oleh variabel bebas bukanlah semata­mata ditentukan oleh variabel bebas itu saja (seperti yang diteliti), melainkan ditentukan oleh variabel lain yang tidak dikontrol dalam penelitian tersebut. Adapun variabel moderator adalah variabel be­

bas tipe khusus atau variabel yang sengaja diperkenalkan oleh peneliti untuk menge­

tahui atau menggambarkan apakah relasi atau pengaruh yang didapat benar­benar disebabkan oleh variabel bebas utama, bukan oleh variabel bebas yang lain.

c. Variabel Extraneous

Seandainya peneliti ingin menemukan hubungan dua variabel yang bebas dari berbagai variabel dalam penelitian yang akan dilakukannya, maka langkah pertama yang perlu diperhatikan secara konseptual adalah apakah hubungan kedua aspek yang diteliti itu simetris atau asimetris. Seandainya hubungan itu dianggap asimetris, beberapa pertanyaan yang perlu dijawab sebagai berikut.

1. Benarkah variabel A mempengaruh variabel B?

2. Betulkah variabel A merupakan variabel bebas yang memengaruhi variabel B yang merupakan variabel terikat?

3. Tidakkah penafsiran salah arah?

4. Betulkan ada mata rantai yang melekat, yang menjadi sifat antara variabel bebas dan variabel terikat?

5. Tidakkah hubungan itu lancung atau kebetulan saja?

Beberapa pertanyaan di atas dimaksudkan untuk memudahkan para peneliti memahami bahwa masih ada variabel lain di luar variabel bebas, dan variabel mo­

dera tor yang mungkin memengaruhi variabel terikat. Variabel itu disebut dengan variabel extraneous.

Contoh:

Goldhamer dan Marshall (Rosenberg 1969) menguji hipotesis yang berbunyi: “Laju psikosis telah meningkat di abad akhir ini.” Dalam kenyataannya, memang menunjuk- kan kenaikan yang mengesankan. Juga tidak sulit untuk menunjukkan beberapa kondisi yang menyebabkan kehancuran mental seperti meningkat nya mobilitas cita-cita yang kadang-kadang menyebabkan frustrasi, perpindahan penduduk dari desa ke kota, han- curnya kekuatan yang menopang kestabilan, meningkatnya kompetisi ekonomi di kota, hancurnya keluarga karena perceraian dan sebagainya.

Seluruh faktor itu menyebabkan (dasar teoretis untuk menerangkan) kenaik an laju psikosis. Goldhamer dan Marshall juga mencatat laju “perumahsakitan” bagi psikosis meningkat antara 1845­1945, tetapi ia lupa memperhatikan faktor usia.

Kalau ditinjau dari penderita psikosis pada setiap kategori umur (de ngan penge­

cualian usia >50), sebenarnya tidak ada perubahan dalam kurun waktu yang pan­

jang. Hubungan secara nyata yang dikemukakan pada permulaan bersifat palsu, lan­

cung (spurious) dan tidak melekat. Hal itu terjadi karena kesalahan arah hubungan, sebagai akibat kegagalan memperhitungkan adanya variabel extraneous. Variabel ini pada hakikatnya merupakan variabel di luar variabel yang diteliti dan memengaruhi variabel terikat. Karena itu variabel extraneous juga merupakan variabel bebas yang tidak dikontrol.

Untuk menghilangkan penafsiran yang salah arah dapat dilakukan dengan me­

ngontrolnya di dalam faktor uji (test factor). Jika faktor uji dikontrol (dijaga konstan) dan peneliti menemukan “hubungan tidak muncul”, maka dikatakan bahwa hubung­

an itu disebabkan oleh faktor extraneous.

d. Variabel Antara

Dalam posisinya variabel antara terletak dalam rentang variabel bebas dan varia­

bel terikat, tetapi tidak sama dengan variabel extraneous. Variabel antara terjadi dan berlangsung sebagai akibat adanya variabel bebas dan merupakan sebab utama ter­

jadinya perubahan pada variabel terikat, namun kadang­kadang hubungan atau pe­

ngaruh variabel bebas terhadap variabel terikat bisa secara langsung kalau akibat variabel bebas yang dipilih tidak membutuhkan kegiatan perantara dalam meme­

ngaruhi variabel terikat.

Variabel Bebas

Variabel Bebas atau

Variabel Antara

Variabel Antara

Variabel Terikat

Variabel Terikat

Contoh:

Seorang peneliti sosial mengamati berbagai fenomena di lingkung annya. Ia melihat ba- nyak anak dengan tekun membaca komik dan buku keritera lain di kios-kios bacaaan.

Siswa dan mahasiswa menghabiskan waktu nya di perpustakaan umum, pustaka se- kolah, maupun pustaka perguruan tinggi. Ada yang membaca koran, majalah, dan ada pula buku pelajaran. Demikian juga para sarjana. Mereka terus membaca buku ilmiah sesuai dengan bidang spesialisasinya, membaca jurnal, karangan ilmiah populer, ter- bitan berkala, atau buku-buku. Dari gejala tersebut timbullah keinginannya untuk me- neliti apakah ada hubungan antara umur dan kemauan membaca, dengan topik: “Hubu- ngan antara umur dan kemauan membaca warga masyarakat perkotaan.” Dalam topik tersebut jelas tampak bahwa yang menjadi variabel bebas adalah umur dan variabel terikatnya adalah kemauan membaca.

Untuk menentukan rangkaian sebab-akibat secara lebih perinci dan untuk menge tahui sebab utama fenomena yang sebenarnya diperkenalkan test factor, yang me rupakan