• Tidak ada hasil yang ditemukan

RANCANGAN PENELITIAN PRE-EKSPERIMEN (PRE-EXPERIMENT DESIGN)(PRE-EXPERIMENT DESIGN)

RANCANGAN PENELITIAN EKSPERIMEN

B. RANCANGAN PENELITIAN PRE-EKSPERIMEN (PRE-EXPERIMENT DESIGN)(PRE-EXPERIMENT DESIGN)

Efek reaktif pengetesan ini dapat pula dari beberapa segi:

1) Efek reaktif dan interaktif pengetesan (testing).

Memberikan pretest pada awal penelitian akan dapat menambah atau me­

ngurangi kesensitifan atau keresponsifan subjek (responden) eksperimen.

Efek perlakuan (treatment) tidaklah utuh sebagaimana yang dinyatakan oleh selisih skor posttest dan pretest. Apabila pada kondisi lain tidak diberi­

kan pretest, maka hasilnya tidaklah sama dengan apabila diberikan pretest.

Perbedaan terjadi karena mereka mengetahui tujuan eksperimen dan bukan semata­mata oleh perlakuan.

2) Efek interaktif dari seleksi yang kurang tepat.

Apabila sampel yang diambil tidak mewakili populasi yang luas, maka sa­

ngat sukar untuk menggeneralisasikan penemuan yang didapat pada popu­

lasi karena kecondongan (bias) dalam seleksi.

3) Efek reaktif dari pengaturan eksperimen.

Pengaturan yang kurang tepat dalam hal observasi atau dalam mengguna­

kan alat­alat dalam pengetesan akan membatasi generalisasi hasil peneli­

tian pada subjek yang tidak termasuk dalam eksperimen, sebab kelemah­

an tersebut akan mendatangkan pengaruh yang kuat. Peneliti tidak dapat menyatakan dengan tegas apakah akibat yang terjadi sebagai akibat hasil perlakuan ataukah karena pengetahuan yang kurang tepat.

Di samping hal di atas, perlu pula diperhatikan bahwa kalau perlakuan yang digunakan lebih dari satu, maka di antara perlakuan itu terjadi “campur tangan”.

Perlakuan yang lebih dahulu dalam urutan memengaruhi efek perlakuan berikut­

nya. Perlu pula diperhatikan bahwa kondisi eksperimen yang sangat artifisial seperti di laboratorium tidaklah selalu cocok digeneralisasikan kepada kehidupan riil yang sebenarnya (real life setting) sebab situasi yang sangat berbeda.

B. RANCANGAN PENELITIAN PRE-EKSPERIMEN

Ketiga rancangan pre­eksperimen tersebut menggunakan cara yang berbeda­

beda, namun pada setiap rancangan diberikan perlakuan atau treatment. Ada yang menggunakan pretest dan ada pula yang tidak menggunakan pretest.

1. The One Shot Case Study

Seperti telah disinggung pada uraian terdahulu, rancangan ini hanya melibatkan satu kelompok atau kejadian pada periode waktu tertentu. Dengan demikian, tidak ada kelompok kontrol sebagai bandingan dari kelompok eksperimen. Perlakuan diberikan pada permulaan dan kemudian untuk mengetahui seberapa jauh hasilnya dilaksanakan pengukuran pada akhir kegiatan atau kejadian. Rancangan ini dapat digambarkan dalam bentuk diagram sebagai berikut:

X O

Perlakuan Posttest

Contoh:

Penyuluhan Keluarga Berencana sebagai Salah Satu Cara Efektif Meningkatkan Sikap Masyarakat Terhadap Keluarga Kecil dan Sejahtera.

Dalam contoh di atas yang dijadikan perlakuan dalam penelitian ialah pe nyuluh­

an tentang Keluarga Berencana. Langkah­langkah yang ditempuh dalam penelitian sebagai berikut:

1) Pada awal kegiatan ditentukan terlebih dahulu yang akan mengikuti penyuluhan.

2) Pada langkah kedua terhadap semua subjek tersebut diberikan penyuluhan ten­

tang Keluarga Berencana, selama periode tertentu. Kegiatan ini terus dilaksa­

nakan sampai selesai penyuluhan.

3) Pada akhir kegiatan dilakukan pengukuran dengan melaksanakan posttest.

Kalau diperhatikan secara perinci langkah­langkah tersebut, jelaslah bahwa ran­

cangan ini mempunyai beberapa kelemahan:

1) Tidak ada kontrol sama sekali dan juga tidak ada validitas internal. Hal ini ter­

jadi karena faktor yang memengaruhinya tidak dikendalikan.

2) Hasil pengukuran tidaklah dapat dinyatakan secara tegas sebagai akibat per­

lakuan.

3) Kesimpulan diambil mungkin berbeda dari keadaan yang sebenarnya, atau me­

nye satkan sebab hasil itu tidak dapat dibandingkan dengan kelompok yang lain.

Adapun keuntungan rancangan penelitian yaitu The One Shot Case Study ber­

guna untuk menjajaki masalah yang akan diteliti lebih lanjut, seperti penelitian tin­

dakan atau exploratory.

2. The One Group Pretest-Posttest Design

Rancangan ini terdiri dari satu kelompok (tidak ada kelompok kontrol), sedang­

kan proses penelitiannya dilaksanakan dalam tiga tahap, yaitu:

Pertama : Melaksanakan pretest untuk mengukur kondisi awal responden sebelum diberikan perlakuan.

Kedua : Memberikan perlakuan (X).

Ketiga : Melakukan posttest untuk mengetahui keadaan variabel terikat sesudah diberikan perlakuan.

Perbedaan antara pretest dan posttest merupakan hasil perlakuan. Tetapi sulit untuk mengatakan apakah selisih itu betul­betul merupakan akibat perlakuan, sebab banyaknya variabel yang tidak dapat dikontrol, antara lain variabel extraneous. Di samping itu, kematangan, keadaan di sekitar penelitian, pengetesan, regresi statistika dan mortality experimental tidak dapat dikontrol.

Rancangan ini dapat digambarkan sebagai berikut:

O1 X O2

Pretest Perlakuan Posttest Contoh:

Penyuluhan tentang Program Keluarga Berencana Merupakan Cara yang Efektif untuk Meningkatkan Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Terhadap Keluarga Sejahtera.

Langkah­langkah yang ditempuh dalam pelaksanaan penelitian sebagai berikut:

Pertama : Pada awal kegiatan sebelum perlakuan diberikan, dikenakan kepada se­

mua subjek (O) pretest untuk mengukur pengetahuan dan sikap mereka tentang Keluarga Berencana.

Cari Skor dan rata­rata hitungnya.

Kedua : Berikan perlakuan (X) pada subjek penelitian, yaitu penyuluhan tentang Keluarga Berencana.

Ketiga : Setelah selesai perlakuan, laksanakan posttest pada subjek (responden) penelitian.

Keempat : Bandingkan hasil pretest dan posttest.

Perbedaan kedua skor itu merupakan akibat perlakuan.

Dalam contoh di atas ialah Penyuluhan tentang Keluarga Berencana.

3. The Static Group Comparison Design

Pada dasarnya rancangan ini menggunakan dua kelompok, namun pemilihan kedua kelompok itu, bukan secara random. Di samping itu perlakuan hanya diberi­

kan pada salah satu kelompok. Kedua kelompok diambil dari populasi yang sama.

Berhubung karena rancangan ini menggunakan kelompok kontrol, maka be­

berapa faktor yang memengaruhi validitas internal seperti history dapat dikontrol.

Secara sederhana rancangan penelitian ini sebagai berikut:

X1 O1

– O2

perlakuan posttest

Langkah­langkah yang ditempuh dalam rancangan penelitian ini sebagai beri­

kut:

Pertama : Ambil dua kelompok subjek dari populasi yang sama.

Kedua : Kenakan perlakuan pada salah satu kelompok.

Ketiga : Kenakan pada kedua kelompok posttest, setelah perlakuan selesai.

Keempat : Bandingkan hasil kelompok pertama (O1) dan kelompok kedua (O2), dengan mencari mean (rata­rata) masing­masing kelompok.

Kelima : Gunakan rumus statistik tertentu yang cocok dengan jenis data yang ada, sehingga dapat diketahui apakah beda kedua kelompok itu berarti atau tidak.

Beberapa kelemahan dalam rancangan ini ialah kedua kelompok tidak sama, sebab tidak dipilih secara random (acak). Di samping itu beberapa faktor yang me­

mengaruhi validitas internal, seperti kematangan, pengetesan, dan instrumentasi belum dapat dikendalikan. Tuckman menyebutkan rancangan ini dengan istilah In- tack Group Comparison. Bentuk lain dari The Static Group Comparison Design yaitu dengan memperkenalkan perlakuan yang berbeda terhadap kedua kelompok, seperti diagram berikut:

X1 O1

X2 O2

Keterangan : X1 adalah perlakuan untuk kelompok pertama.

X2 adalah perlakuan untuk kelompok kedua.

Contoh:

Untuk kelompok pertama cara mengajar dengan pendekatan siswa aktif.

Untuk kelompok kedua cara tradisional/konvensional.

Pengembangan dari rancangan pre­eksperimen tipe ketiga ini yaitu dengan mem perkenalkan pretest dan posttest, yaitu The Static Group Pretest-Posttest Design.

Kelemahan utama rancangan ini yaitu kedua kelompok penelitian tidak diambil se­

cara random.

C. RANCANGAN PENELITIAN EKSPERIMEN SEMU