• Tidak ada hasil yang ditemukan

Caranya

ialah

dengan elektrode jarum (needle electrode), membran timpani ditusuk sampai promontorium, kemudian dilihat grafik- nya. Pemeriksaan

ini

cukup invasif sehingga saat ini sudah jarang dilakukan. Pengembangan pemeriksaan ini yang lebih lanjut dengan elektrode permukaan (suiace electrode), disebut

BEM

(brain evoked response audiometry).

3. EVOKED RESPONSE AUDIOMETRY Dikenal juga sebagai' Brainstem Evoked

Response Audiometry (BERA),

Evoked Response Audiometry (ERA)

atau

Auditory

Brainstem Rersponse (ABR) yaitu

suatu pemeriksaan untuk menilai fungsi pendengaran dan fungsi N

Vlll.

Caranya dengan merekam potensial listrik yang dikeluarkan

sel

koklea selama menempuh perjalanan mulai telinga dalam hingga inii-inti tertentu

di

batang otak.

Pemeriksaan dilakukan dengan menggunakan elektroda permukaan

yang

dilekatkan pada kulit kepala atau dahi dan prosesus mastoid

atau

lobulus telinga.

Cara

pemeriksaan ini mudah, tidak invasif dan bersifat objektif.

Prinsip pemeriksaan BERA adalah me- nilai perubahan potensial listrik,di otak setelah pemberian rangsang sensoris berupa bunyi.

Rangsang bunyi yang diberikan melalui head

phone akan

menempuh perjalanan melalui saraf ke

Vllll

di koklea (gelombang l), nukleus

koklearis (gelombang

ll),

nukleus olivarius superior (gelombang lll), lemnikus lateralis (gelom- bang ,_lV), kolikulus inferior (gelombang V) kemudian menuju

ke

korteks auditorius di lobus temporal otak. Perubahan potensial listrik di otak akan diterima oleh ketiga elektroda di

kulit

kepala,dari gelombang y_ang

timbul

di

setiap

nukleus

saraf

sepanjang

jalur

saraf pendengaran tersebut

dapat dinilai

bentuk gelombang

dan

waktu yang diperlukan dari saat pemberian rangsang suara sampai men- capai nukleus-nukleus saraf tersebut. Dengan demikian setiap keterlambatan

waktu

untuk mencapai masing-masing nukleus saraf dapat memberi arti klinis keadaan saraf pendengar- an, maupun jaringan otak di sekitarnya. BERA dapat memberikan informasi mengenai keadaan

neurofisiologi, neuroanatomi

dari

saraf-saraf

tersebut hingga pusat-pusat yang lebih tinggi dengan menilai gelombang yang timbul lebih akhir atau latensi yang memanjang.

Pemeriksaan BERA sangat bermanfaat terutama pada keadaan tidak memungkinkan dilakukan pemeriksaan pendengaran biasa, misalnya pada bayi, anak dengan gangguan

sifat dan

tingkah

laku,

intelegensia rendah, cacat ganda, kesadaran menurun. Pada orang dewasa dapat untuk memeriksa orang yang berpura-pura

tuli

(malingering) atau

ada

ke- curigaan tuli saraf retrokoklea.

Cara melakukan pemeriksaan BEM, meng- gunakan tiga buah elektroda yang diletakkan di

verteks

atau dahi dan di

belakang kedua telinga (pada prosesus mastoideus), atau pada

kedua lobulus

aurikular

yang

dihubungkan

dengan

preamplifier.

Untuk menilai

fungsi batang otak pada umumnya digunakan bunyi rangsang

Click, karena dapat

mengurangi

artefak.Rangsang

ini

diberikan melalui head phone secara unilateral dan rekaman dilakukan

pada

masing-masing

telinga. Reaksi

yang timbul akibat rangsang suara sepanjang jalur saraf pendengaran dapat dibedakan menjadi beberapa bagian. Pembagian ini berdasarkan waktu yang diperlukan mulai dari saat pem- berian rangsang suara sampai menimbulkan reaksi dalam bentuk gelombang, yailu

:

Early response timbul dalam waktu kurang dari 10 mili detik, merupakan reaksi dari batang otak.

Middle Response antara 10

- 50

mili detik,

merupakan reaksi

dari

talamus

dan

korteks auditorius primer, Late Response antara 50

-

500 mili

detik, merupakan reaksi

dari

area auditorius primer dan sekitamya.

Penilaian BERA:

1.

Masa laten absolut gelombang |,lll,V

2.

Beda masing-masing masa laten absolut

( interuave latency I

-

V, I

-

lll, lll

-

V )

3.

Beda masa laten absolut telinga kanan dan kiri.(rnte rau ral I ate ncy)

4. Beda

'

masa laten pada

penurunan

i nte ns itas bunyi (t ate n sy i nte n s ity f u n cti o n ) "

5.

Rasio amplitudo gelombang V/|, yaitu rasio

antara nilai puncak

gelombang

V

ke

puncak gelombang l. yang akan meningkat Jengan menurunnya intensitas.

4.

OTOACOUSTIC EMISSION

/

OAE ( Emisiotoakustik)

Emisi otoakustik

merupakan respons koklea yang dihasilkan oleh sel-sel rambut luar yang dipancarkan dalam bentuk energi akustik Sel-sel rambut

luar

dipersarafi

oleh

serabut saraf eferen dan mempunyai elektromotilitas, sehingga pergerakan sel-sel rambut akan meng- induksi depoladsasi sel. Pergerakan mekanik yang kecil diinduksi menjadi besar, akibatnya suara yang kecil diubah menjadi lebih besar.

Hal inilah yang

menunjukkan bahwa emisi otoakustik adalah gerakan sel rambut luar dan merefleksikan fungsi koklea. Sedangkan sel rambut dalam dipersarafi serabut aferen yang berfungsi mengubah suara menjadi bangkitan listrik dan tidak ada gerakan dari sel rambut sendiri.

Pemeriksaan OAE dilakukan dengan cara memasukkan sumbat telinga (probe) ke dalam liang telinga luar. Dalam probe tersebut ter- dapat mikrofon dan pengeras suam (loudspeake)

yang

berfungsi memberikan stimulus suara.

Mikrofon berfungsi menangkap

suara

yang dihasilkan koklea setelah pemberian stimulus.

Sumbat telinga dihubungkan dengan komputer untuk mencatat respon yang timbul dari koklea.

Pemeriksaan sebaiknya dilakukan diruangan yang sunyi

atau

kedap suara,

hal ini

untuk

mengurangi bising lingkungan.

Emisi Otoakustik dibagi rnenjadi dua kelom- pok yaitu : Emisiotoakustik spontan (Sponfaneus Otoacoustic Emission

/

SOAE) dan Evoked Otoacoustic Emission

/

EOAE). SOAE merupa-

kan

emisi otoakustik yang dihasilkan koklea tanpa stimulus dari luar, didapatkan pada 60%

telinga sehat, bernada rendah dan mempunyai nilai klinis rendah.

EOAE

merupakan respon koklea yang

timbul

dengan adanya stimulus suara. Terdapat tiga jenis EOAE yang dikenal, yaitu : 1). Stimulus-ftequency Otoaaustrc Em.ssrbn

(SFOAE), adalah respon

yang

dibangkitkan oleh nada murni yang terus menerus,jenis ini

tidak

mempunyai

arti klinis dan jarang

di- gunakan.

2).

Transiently-evoked Otoacoustic Emlssion (TEOAE),merupakan respon stimulus klik dengan waktu cepat yang timbul 2

-

2,5 ms

setelah

pemberian stimulus, TEOAE tidak dapat dideteksi pada telinga dengan ambang dengar lebih dari 40

dB

3l.Distortion-product

Oto a co u sti c Emr'ssion ( D POAE ) . Te rj ad i ka ren a

stimulus

dua nada murni

(F1,F2) dengan frekuensi tertentu. Nada murni yang diberikan akan merangsang daerah koklea secara terus menerus.

PEMERIKSAAN TULI ANORGANIK

Pemeriksaan

ini

diperlukan untuk meme- riksa seseorang yang pura-pura tuli, misalnya untuk mengklaim asuransi, terdapat beberapa cara pemeriksaan antara lain :

1.

Cara Stenger

:

memberikan

2

nada suara yang bersamaan pada kedua telinga, kemu- dian pada sisi yang sehat nada dijauhkan.

2.

Dengan audiometri nada murni secara ber-

ulang dalam satu

minggu,

hasil

audio- gramnya berbeda.

3.

Dengan lmpedans.

4.

Dengan BERA AUDIOLOGIANAK

Untuk memeriksa ambang dengar anak dilakukan di dalam ruangan khusus (free field).

Cara memeriksa ialah dengan beberapa cara'.

1.

Free field fest

:

Menilai kemampuan anak dalam memberikan respons terhadap rang-

sang bunyi yang diberikan.

Anak

diberi rangsang bunyi sambil bermain, ke-mudian dievaluasi

reaksi

pendengarannya. Alat yang digunakan dapat berupa neometer

alau Viena tone

2.

Audiometri bermain (play audiomefn). Peme- riksaan audiometri nada mumi pada anak

yang

dilakukan

sambil

bermain. Dapat dimulai pada usia

3 - 4

tahun bila anak cukup koperatif.

3. BERA (Brainstem Evoke

Response

Audiometry). Menilai fungsi pendengaran

secara

obyektif,

dapat

dilakukan pada

anak yang tidak koperatif yang

sulit diperiksa

dengan

pemeriksaan konven- sional

4.

Echocheck

dan Emisi

Otoakustik (Cto- acoustic emissions

/

OAE

).

Menilai fungsi koklea secara obyektif dan dapat dilakukan

dalam waktu yang sangat singkat. Sangat bermanfaat untuk program skrining pen- dengaran pada bayi dan anak.

Daftar pustaka

'1. George L, Adams, Lawrence R. Boies Jr, Peter A.

Hilger

:

Boies Fundamentals

of

Otolaryngology, Sixth Edition, 1989: p.123-41.

2.

Brackmann

DE,

Don M,Selters WA. Electric

Response Audiometry.

ln

Paparella, Shummrick,

Gluckman, Meyerhoff. Eds. Otolaryngology. 3 th.

Edition WB Saunders Company 1991 : 993-1004.

Lonsbury, Marlin BL. lntroduclion to Otoacoustic Emissions. The Am J of Otology; 1994 ; 15(1) : 1-3 Prieve BA,Fitzgerald TS. Otoacoustic Emissions. ln:

Katz

J

ed. Handbook of Clinical Audiology, 5nh

Edition, Philadelphia

:

Lippincott Williams and Wilkins ; 20O2 : p.440-61.

Kemp DT. Otoacoustic Emission in Perspective. ln :

Robinette MS, Glattke TJ eds.Otoacoustic Emission Clinical Applications. New York : Thieme; 1997 :

p.1-21.