Sinus sfenoid terletak dalam os sfenoid di belakang sinus etmoid posterior. Sinus sfenoid dibagi
dua
oleh sekat yang disebut septum intersfenoid. Ukurannya adalah 2 cm tingginya, dalamnya2,3 cm dan lebarnya 1,7
cm.Volumenya bervariasi dari
5
sampai7,5
ml.Saat sinus berkembang, pembuluh darah dan nervus di bagian lateral os sfenoid akan men-
jadi
sangat berdekatan dengan rongga sinus dan tampak sebagai indentasi pada dinding sinus sfenoid.Batas-batasnya
ialah,
sebelah superior terdapat fosa serebri media dan kelenjar hipo- fisa, sebelah inferiornya atap nasofaring, sebe-lah
lateral berbatasan dengansinus
kaver- nosusdan
a.karotis interna (sering tampak sebagai indentasi) dan di sebelah posteriornya berbatasan denganfosa
serebri posterior didaerah
pons.
!KOMPLEKS OSTIO.MEATAL
Pada
sepertigatengah dinding
lateral hidung yaitudi
meatus medius, ada muara- muara saluran dari sinus maksila, sinus frontal dan sinus etmoid anterior. Daerah ini rumit dan sempit, dan dinamakan kompleks ostio-meatal (KOM), terdiri dari infundibulum etmoid yangterdapat di belakang prosesus
unsinatus, resesus frontalis,bula etmoid dan
sel-seletmoid anterior dengan ostiumnya dan ostium sinus maksila.
SISTEM MUKOSILIAR
Seperti pada mukosa hidung,
di
dalam sinus juga terdapat mukosa bersilia dan palut lendir di atasnya. Di dalam sinus silia bergerak secara teratur untuk mengalirkan lendir menuju ostium alamiahnya mengikuti jalur-jalur yang sudah tertentu polanya.Pada dinding lateral hidung lerdapal 2
aliran transpor mukosiliar
dari
sinus. Lendir yang berasal dari kelompok sinus anterior yang bergabung di infundibulum etmoid dialirkan ke nasofaringdi
depan muara tuba Eustachius.Lendir yang berasal dari kelompok sinus pos- terior bergabung
di
resesus sfenoetmoidalis, dialirkanke
nasofaringdi
postero-superior muaratuba. lnilah
sebabnya pada sinus:tis didapati sekret pasca-nasal (post nasal drip), tetapi belum tentu ada sekret di rongga hidung.FUNGSI SINUS PARANASAL
Sampai saat
ini
belum ada persesuaian pendapat mengenai fisiologi sinus paranasal.Ada yang berpendapat bahwa sinus paranasal
ini
tidak mempunyai fungsi apa-apa, karena terbentuknyasebagai akibat
pertumbuhan tulang muka.Beberapa teori yang dikemukakan seba- gai fungsi sinus paranasal antara lain (1) se-
bagai
pengatur kondisi udara,(2)
sebagai penahan suhu,(3)
membantu keseimbangan kepala,(4)
membantu resonansi suara, (5) peredam perubahan tekanan udaradan
(6) membantu produksi mukus untuk membersih- kan rongga hidung.Sebagai
pengatur
kondisiudara
(air con- ditioning)Sinus berfungsi sebagai ruang tambahan untuk memanaskan dan mengatur kelembaban udara inspirasi. Keberatan terhadap
teori
ini ialah karena ternyata tidak didapati pertukaran udara yang definitif antara sinus dan rongga hidung.Volume pertukaran udara dalam ventilasi sinus ku.rang lebih 1/1000 volume sinus pada
tiap kali
bernapas, sehingga dibutuhkan be- berapa jam untuk pertukaran udara total dalam sinus.Lagi pula
mukosa sinustidak
mem- punyai vaskularisasidan
kelenjaryang
se- banyak mukosa hidung.Sebagal penahan suhu (thermal insulators) Sinus paranasal berfungsi sebagai pena- han (buffer) panas, melindungi orbita dan fosa
serebri dari suhu rongga hidung yang berubah- ubah. Akan tetapi kenyataannya sinus-sinus yang besar tidak terletak di antara l"iidung dan organ-organ yang dilindungi.
Membantu keseimbangan kepala
Sinus membantu keseimbangan kepala karena mengurangi berat tulang muka. Akan tetapi bila udara dalam sinus diganti dengan tulang, hanya akan memberikan pertambahan berat sebesar 1Yo dari berat kepala, sehingga teori ini dianggap tidak bermakna.
Membantu resonansi suara
Sinus mungkin berfungsi sebagai rongga
untuk
resonansisuara dan
mempengaruhi kualitas suara.Akan tetapi ada yang
ber- pendapat, posisi sinusdan
ostiumnya tidak memungkinkan sinus berfungsi sebagai reso- nator yang efektif. Lagi pula tidak ada korelasi antara resonansi suaradan
besarnya sinus pada hewan-hewan tingkat rendah.Sebagal peredam perubahan tekanan udara Fungsi
ini
berjalanbila ada
perubahan tekanan yang besar dan mendadak, misalnya pada waktu bersin atau membuang ingus.Membantu produksi mukus
Mukus yang dihasilkan oleh sinus para- nasal memang jumlahnya kecil dibandingkan dengan mukus
dari
rongga hidung, namun efektif untuk membersihkan partikel yang turut masuk dengan udara inspirasi karena mukusini
keluardari
meatus medius, tempat yang paling strategis.PEMERIKSAAN SINUS PARANASAL Untuk mengetahui adanya kelainan pada sinus paranasal dilakukan inspeksi dari luar, palpasi, rinoskopi anterior, rinoskopi posterior, transiluminasi, pemeriksaan radiologik dan sinoskopi.
lnspeksi
Yang
diperhatikanialah
adanya pem- bengkakan pada muka. Pembengkakan di pipisampai kelopak mata bawah yang berwarna kemerah-merahan mungkin menunjukkan sinu- sitis maksila akut. Pembengkakan
di
kelopakmata atas
mungkin menunjukkan sinusitis frontal akut.Sinusitis etmoid akut jarang menyebab- kan pembengkakan
di
luar, kecuali bila telah terbentuk abses.Palpasi
Nyeri tekan pada pipi dan nyeri ketuk di
gigi
menunjukkan adanya sinusitis maksila.Pada sinusitis frontal terdapat nyeri tekan di
dasar sinus frontal, yaitu pada bagian medial
atap orbita.
Sinusitisetmoid
menyebabka4 rasa nyeritekan di daerah kantus medius.Transiluminasi
Transiluminasi mempunyai manfaat yang terbatas, hanya dapat dipakai untuk meme-
riksa sinus
maksiladan sinus frontal,
bila fasilitas pemeriksaan radiologik tidak tersedia.Bila pada pemeriksaan transiluminasi tampak gelap
di
daerah infraorbita, mungkin berarti antrum terisioleh pus atau
mukosa antrum menebal atau terdapat neoplasmadi
dalam antrum.Bila terdapat kista yang besar
di
dalamsinus
maksila,akan tampak terang
pada pemeriksaan transiluminasi, sedangkan padafoto
Rontgen tampak adanya perselubungan berbatas tegas di dalam sinus maksila.Transiluminasi pada sinus frontal hasilnya
lebih
meragukan. Besardan
bentuk kedua sinus ini seringkali tidak sama. Gambaran yang terang berarti sinus berkembang dengan baik dan normal, sedangkan gambaran yang gelap mungkin berarti sinusitis atau hanya menun- jukkan sinus yang tidak berkembang.PEMERI KSAAN RADIOLOGIK
Bila dicurigai adanya kelainan di sinus para- nasal, maka dilakukan pemeriksaan radiologik.
Posisi rutin yang dipakai ialah posisiWaters, P-A
dan lateral.
PosisiWaters
terutama untuk melihat adanya kelainandi sinus
maksila,frontal dan etmoid. Posisi
postero-anterior untuk menilai sinus frontal dan posisi lateral untuk menilai sinus frontal, sfenoid dan etmoid.Metode mutakhir yang lebih akurat untuk melihat kelainan sinus paranasal adalah peme- riksaan
CT
Scan. PotonganCT
Scan yang rutin dipakai adalah koronaldan aksial. lndikasi utamaCT
Scan hidung dan sinus paranasaladalah sinusitis kronik, trauma (fraKur frontobasal), dan tumor.
SINOSKOPI
Pemeriksaan
ke dalam sinus
maksila menggunakan endoskop. Endoskop dimasuk-kan
melalui lubangyang
dibuatdi
meatus inferior atau di fosa kanina.Dengan sinoskopi dapat dilihat keadaan
di
dalamsinus,
apakahada
sekret, polip, jaringan granulasi, massa tumoratau
kista, bagaimana keadaan mukosa dan apakah ostium- nya terbuka.Daftar pustaka
1.
Hiper PA. Applied anatomy and physiology of the nose. ln: Adams GC, Boies LR, Hilger PA Boies Fundamental of otolaryngology. 6h ed. Philadelphia:W.B. Saunders Co,; 1989:p.187-195.
2.
Lund VJ. Anatomi ofthe Nose and Paranasal Sinusesln: Gleeson (Ed). Scott-Browns's Otolaryngology Sixth ed. London: Butteruorth, 1997: p.1/5/1-30.
3.
Drake-Lee A. The Physiology of the Nose and Paranasal Sinuses. ln: Gleeson (Ed). Scott-Browns's Otolaryngology. Sinh ed. London: Butteruorth, 1997:9.116114.
BallengerJJ. The
technical anatomy and physiology of the nose and accessory sinuses. ln:Ballenger JJ. Diseases of the Nose, Throat, Ear, Head & Neck. 14th pd. Philadelphia, Londor:, Lea
& Febiger, 1991:p.3-8.