National Cancer lnstitute di Amerika Serikat, melaporkan, bahwa pada tahun '1991 terdapat
6 juta
penderita tumor ganas.Dari
seluruh tumor ganas tersebut, insidens karsinoma selbasal dan
karsinomasel
skuamosa ialah sebanyak 600.000 penderita. Tercatat pula jumlah penderita tumor ganas leher dan kepala sebanyak 78.000 orang lebih dari 75o/o adalah karsinoma sel skuamcisa.Dari seluruh penderita tumor ganas yang tercatat pada tahun 1991"tersebut, 10% pen- derita meninggal dunia dalam tahun pertama,
di
antaranya 3-4o/o adalah penderita dengan keganasan pada leher-kepala.'
Pada awal Januari 1997 dilaporkan bahwa kira-kira 33% penderita tumor ganas leher dankepala
telah
meninggaldunia.
Secara ke-seluruhan, angka rata-rata bertahan hidup 5
tahun untuk tumor ganas leher
dan
kepala berkisar sebanyak 50-60% Untuk tumor primer sajadan
bertahan hidup5
tahun sebanyak 30o/o pada penderita tumor primer yang ber- metastasis. Laporan makin bertambahnya jum-lah
penderita tumor ganasdi
bidang telinga hidung dan tenggorok, akan menambah tan- tangan bagi dokter spesialis telinga hidungdan
tenggorokserta pata
dokter spesialis lainnya untuk menanganinya. Dari penelitian yang pernah dilakukan, keganasandi
bidang telinga hidung dan tenggorok ini sangat erat hubungannya dengan penderita dengan sosio-ekonomi yang rendah, malnutrisi, penderita-
penderita perokok berat dan
penrinumalkohol.
Lokasi tumor ganas
Perokok berat, dan peminum alkohol, mem- punyai risiko timbulnya karsinoma sel skuamosa pada rongga mulut, faring
dan
laring. Juga tercatat bahwa pada penderita yang mengu- nyah tembakau seperti yang terdapat di lndia, sangat mungkin menderita tumor ganas rongga mulut. Sinar matahari sangat mempengaruhi risiko timbulnya kanker tiroid dan kelenjar liur.Penderita
yang
bekerjadan
memanfaatkan kulit binatang, krom dan bekerja di pabrik nikel sangat mungkin menderita kanker hidung darisinus
paranasal.Dua per tiga dari
seluruh tumor ganas leher dan kepala, terdapat pada rongga mulut dan laring. Distribusi keganasandi
bidang telinga hidung tenggorok terdapat kira-kira 42%o lumor ganas rongga mulut, 25%laring, 15%
orofaringdan
hipofaring, 7%kelenjar liur besar, 4% nasofaring, 4% hidung dan sinus paranasal dan 3% tiroid, dan jaringan ikat lainnya. Karsinoma sel skuamosa ini dapat berdiferensiasi buruk, sedang dan baik.
Sehubungan dengan terdapatnya tumor primer pada organ telinga hidung dan tenggorok,
tumor primer ini akan
memberikan gejala- gejala pada tempat tersebut seperti odinofagia, disfagia, trismus, fetor ex ore, gangguan bentuk muka, neuropatia, sumbatan hidung, mimisan, gejala aspirasi, sumbatan jalan napas, kerusakanpada
mukosadan kulit,
perdarahan serta pembesaran kelenjardi daerah leher
dan sekitamya. Tumor ganas di bidang telinga hidungtenggorok
ini di
samping memberikan pen-jalaran atau
infiltrasike
jaringansehat
di sekitar tumor primer, juga memberikan penye- baran pada kelenjar-kelenjar limfa yang ter- dapat pada leher dan sekitarnya.Tumor ganas tersebut
juga
dapat ber- metastasis jauh sepertike
paru, hati, tulang, otak, traktus gastrointestinal. Sehingga dapat dikatakandi
samping adanya tumor primer, mungkin saja .terdapat metastasis pada ke- lenjar leher dan metastasis jauh. Untuk men- deteksi tumor primer, penjalaran pada kelenjar limfa leheratau
metastasisjauh,
diperlukan pemeriksaan khusus lainnyadi
samping pe- meriksaan dengan mata biasadan
palpasi.Pemeriksaan penunjang
lain
tersebut dapatdilakukan dengan bantuan biopsi jarum halus (FNAB), angiograms, ultrasonografi , pemeriksaan radiologi seperti magnetic resonance imaging (MRl), computeized tomography (CT), nuclear scans, rontgenogram dan angiogram.
Klasifikasi tumor ganas
Klasifikasi tumor ganas leher dan kepala pertama kali disampaikan oleh Pierre Denoy
dari
Perancis tahun 1943. Tahun 1953, ter- dapat kesepakatan untuk pedama kalinya pada lnternational Congressof
Radiology tentang perluasan tumor, dalam sistem TNM dan di- setujui sebagai sistem dari Union lnternational Centre le Cancer (UICC), sehingga pada tahun1954,
terbentuklahTNM
Committee untuk pertama kalinya. Pada tahun 1968 dikeluarkanbuku
saku tentang sistemTNM dari
UICC dalam'll
bahasa. Selanjutnya diterbitkan edisi kell
tahun 1974 dan edisi kelll
tahun 1978.Edisi ke lll ini direvisi lagi pada tahun 1982 dan setelah beberapa
kali
revisi diterbitkan bukutentang TNM UICC edisi
ke lV
tahun 1987,yang dipakai sampai terdapatnya perbaikan lagi pada tahun 1992.
Sistem TNM UICC ini banyak dipakai di- seluruh dunia. Di samping itu di Amerika sendiri diterima suatu sistem TNM lain yang disebut The American Joint Committee on Cancer (AJCC) yang dikeluarkan pertama kali pada tahun 1959.
Kemudian diadakan perbaikan tahun 1977 dan
dicetak
tahun
1978 dengan edisi berikutnya tahun 1983 dan terakhir adalah klasifikasi TNM AJCC 1988. TNM committee dad UICC danAJCC dipakai
di
seluruh dunia bersama-samadengan sedikit perbedaan disana-sini. Sistem TNM
ini
dipakai untuk mengklasifikasi tumor ganas sebelum dilakukan terapi. Sistem TNM ini ditujukan untuk mengetahui perluasan tumor secara anatomi dengan pengertian :T -
perluasan dari tumor primerN -
status terdapatnya kelenjar limfa regionalM -
ada atau tidak adanya metastasis jauh.Klasifikasi UICC dan AJCC ini pada umtrmnya sama untuk seluruh keganasan, kecuali untuk tumor ganas kelenjar liur dan tiroid. Klasifikasi stadium terdapat sedikit kelemahan bagi tumor
T (tumor prlmer) TX
TO Tis
Tl, T2, T3, T4
Tumor primer tidak dapat ditemukan Tidak ada tumor primer
Karsinoma in situ Besamya tumor primer
ganas asalnya, misalnya perluasan tumor ganas dari rongga mulut ke orofaring atau sebaliknya, juga tumor ganas laring yang meluas ke hipo- faring atau sebaliknya.
Klasifikasi Klinis Sistem TNM
Tabel
1.
Klasifikasl Kllnis TNMTabel
3.
Stadlum Tumor Ganas Leher dan Kepala (UICC & AICC) Kecuall Tumor Kelenjar Llur dan TiroldStadium I
Stadium ll Stadium llI Stadium lV
T1 NO MO
T2 NO MO
T3 NO MO
Tl atau T2 alau T3 N1 M0 T4 N0 atau N'l M0 tiap T N2 aiau N3 M0
tiapTtiapNMl
AlirCn Limfatik Leher
Kelenjar limfa yang terdapat
di
daerah leher dibagi dalam beberapa lokasi (region) sepertiyang disampaikan oleh Memorial Sloam- Kattering Cancer Centre. Region I adalah daerahyang
mempunyai kelenjarlimfa di
daerahsubmental dan segitiga submandibula. Region
ll, lll
dan lV adalah daerah yang mempunyai kelenjar limfa sepanjang vena jugularis intema.Kelenjar tersebut terdapat
di
dalam jaringan fibroadifosa dan terletak di sebelah medial dari muskulus stemokleidomastoideus. Daerah ini dibagi dua yaitu region ll yang tedetak pada 113atas dan berisi jugularis bagian atas, kelenjar
jugularis digastrifus dan kelenjar
servikal bagian posterior atas yang dekat kepada saraf spinal assesorius. Region lll dan lV dipisahkan setinggi muskulus omohiodeus yang berjalan melintang dari vena jugularis intema. Region lV ini berisi kelenjar limfa jugularis bagian bawah,skalenus dan kelenjar
supraklavikula dan terletak lebih dalam. RegionV
berisi kelenjar yang terdapat pada segitiga servikal bagian belakang.Terdapatnya kelenjar
limfa leher
pada kelima regional tersebut sangat penting untuk menentukan stadiumdan
prognosis penyakit serta memtiantu dalam tindakan terapi operasi yang dilakukan pada disseksi leher. Kelima regionini
adalahtempat
penjalaran tumor primer di daerah telinga hidung dan tenggorok.Dengan terdapatnya pembesaran kelenjar
leher tersebut
mengharuskanpa.a
dokter melakukantindakan operasi
pengangkatan tumor leher tersebut. Aliran limfa yang berasal dari tumor primer akan bermuara pada duktus torasikus yang terletakdi
sebelah kanan dan belakang dari arteri karotis kommunis kiri. Dari M (kelenjar limfa reglonal)NX
Tidak dapat ditemukan kelenjar limfa regionalN0
Tidak ada metastasis kelenjar limfa regionalN1, N2,
N3
Besamya kelenjar limfa regional M (metastasisJauh)MX
Tidak ditemukan metastasis jauhM0
Tidak ada metastasis jauhMl
Terdapat metastasis jauhTabel
2.
Klaslfikasl Kelenjar Llmfa Reglonal (UICG) NXNO N1
N2
Kelenjar limfa regional tidak ditemukan Tidak ada metastasis kelenjar limfa regional Metastasis pada safu sisi, furqgal, ukuran 3 crn atau kurang
Metastasis pada satu sisi, tunggal, ukuran lebih dari 3 cm, kurang dari 6 crn atiau multipel, pada satu sisj dan tidak lebih dari 6 crn atau bilateral/konlralaieraljuga tidak lebih dari 6 crn Metastasis pada satu sisi, tunggal, lebih dari 3 crn dan tidak lebih dari 6 crn
Metastasis pada satu sisi, multipel tidak lebih dari 6 crn
Metastasis bilateral/kontraleteral, tidak lebih dari 6 cm
Metastasis, ukuran lebih dari 6 cm N2a
N3
sini bercabang ke atas, ke depan dan ke lateral didekat vena jugularis intema dan vena jugularis interna dan vena subklavia. Dengan terdapat- nya kelenjar-kelenjar limfa
di
daerah servikal tersebut, maka penderita yang masih dapat dilakukan tindakan operasi dilakukan tindakan disseksi leher yang bersifat 1) Komprehensif, 2)Selektif, dan 3) Dipeduas (extended).Disseksi
leher
Disseksi leher komprehensif ialah meng- angkat kelenjar limfa regional
(l
s/dV)
pada satu sisi. Disseksi leher radikal ini membuang muskulus stemokleidomastoideus, vena jugularis intema dan nervus spinalis assesorius. Sedang- kan modifikasi dari disseksi leher radikal ber-usaha
mempertahankan(tidak
membuang) saraf spinal assesorius (tipe l), mempertahan- kan vena jugularis intema dan nervus assesorius spinalis (tipell)
dan mempertahankan ketiga organ muskulus sternokleidomastoideus, vena jugularis interna dan nervus spinalis assesorius(tipe lll).
Disseksi
leher
radikalini
pertama kalidilakukan
oleh Crite tahun 1906.
Dengan mengerjakan tindakan disseksi leher tersebut, diharapkandapat
membuangsel$el
tumor yang bermetastasis sehingga prognosis men- jadi lebih baik. Tindakan disseksi leher ini tidak dikerjakan kalau sudah terdapat metastasisjauh.
Pada akhir-akhirini
pakar-pakar, ilmu penyakit telinga hidung dan tenggorok lebih memperhatikan akan kemungkinan sudah ada- nya metastasis pada leher yang tidak dapat diraba (stadium tumor menurut UICC dan AJCC).Dengan
tidak
terabanya kelenjar pada leher,tidak
berarti bahwatumor
primemyatidak
memberikan metastasispada
leher.Sehingga kemungkinan
adanya
metastasis pada leher tersebut tidak terdeteksi, dan tidak dilakukan operasi disseksi leher.Untuk itu dilakukan penelitian lanjut ten- tang kemungkinan sudah terdapatnya metastasis pada leher dengan menggunakan pemeriksaan radiologis
yang lebih
canggih. Pemeriksaan tersebut ialah pemeriksaan denganCT
dan MRl. Jikalau pada palpasi tidak teraba kelenjar pada leher, sedangkan padaCT atau
MRI terdeteksi adanya ke-lenjar maka dilakukan tin- dakan pengangkatan dari kelenjar tersebut saja.Tindakan pengangkatan kelenjar leher saja disebut "diseksi leher elektif'. Tindakan diseksi leher yang mengangkat kelenjar limfa leher yang berdekatan dengan tumor primer disebut
tindakan "diseksi leher selektif'.
Tindakan"diseksi leher yang diperluas" ialah tindakan diseksi leher radikal yang dilanjutkan dengan pengangkatan kelenjar-kelenjar limfa retrofanng, paratrakea atau pretrakea.
Di
samping tindakan operasi untuk pe- nanggulangan keganasandi
bidang telinga hidung dan tenggorok, dapat diberikan juga modalitas lain seperti penyinaran dan pema-kaian
obat-obatanti
kanker (chemoterapy).Pemberian penyinaran sesudah operasi yang
sering
dilakukan,disebut juga terapi
pe- nyinaran 'ajuvan". Terapi penyinaran sebelum operasi disebut penyinaran "neoajuvan". Obat- obat anti kanker dapat diberikan bersamaan dengan penyinaran atau operasi. Pemberianobat anti
kanker sebelum penyinaran atau operasi disebut 'neoajuvan kemoterapi". Pem- berian obatobat anti kanker sesudah operasi atau penyinaran disebut "ajuvan kemoterapi".Sejarah diagnostik pada keganasan telinga hidung tenggorok
Sebelum abad ke-18, sulit ditemukan pen- derita tumor ganas
di
bidang telinga hidung tenggorok, kepaladan
leheryang
berumur lebih dari 50 tahun. Hal ini mungkin disebabkan terbatasnya sarana diagnostik dan terapi tumor ganas pada saat itu. Menjelang abad ke-19, berkembang sarana penunjangyang
dapat digunakan untuk mendiagnosis adanya tumor ganas di bidang telinga hidung tenggorok.Kelainan pada tenggorok, merupakan hal
yang menarik bagi para pakar untuk menge- tahui penyebabnya. Benjamin Babington pada trahun 1 892, melaporkan penggunaan glotti scope,
yaitu suatu alat dengan cermin tunggal yang mengkonsentrasikan cahaya pada suatu benda untuk melihat keadaan pita suara. Pada tahun
1855,
ManuelGarcia
seseorang kelahiran Spanyol dan instruktur seni suara, menyam- paikandalam kertas
kerjanyapada
Royal Society of England tentang manfaat instrumenyang dia pakai untuk
memeriksa laringnya sendiri.,
Tahun 1896 tun{or ganas laring dianggap sebagai suatu penyakit yang mematikan, karenamenyumbat saluran napas. Para; pakar ke- dokteran pada waktu
itu
melakukan operasi trakeostomi untuk membuat jalan pintas per- napasan pada penderita tumor ganas laring.Chevalier Jackson sangat berperan dalam pengembangan alat endoskop di bidang THT.
Beliau menggunakan suatu scope berbentuk pipa yang mempunyai lampu pada ujungnya, sehingga mempermudah melihat kelainan pada saluran napas dan saluran cerna bagian atas.
Brunnings dan Yankauer merupakan orang pertama yang melakukan pemeriksaan endo- laring dengan menggunakan teleskop. Pada tahun 1959 Albrecht dari Jerman Timur dan K/elnsasser
dari Austria
memperkenalkan suspension laringoscope. Zeiss menciptakan mikroskopyang dapat
digunakan bersama dengan laringoskop suspensi tadi pada tahun 1962 sehingga tindakan operasi laring secara mikroskopik mulai dapat dilakukan.Sejarah
tindakan bedah pada
keganasan telinga hidung tenggorokOperasi tumor ganas hidung dan sinus paranasalpertama kali dilakukan oleh Gensou/
di
Lyons Perancis tahun 1827, dengan me- lakukan diseksi maksila dan tulang-tulang disekitarnya. Kemudian tindakan
operasi
ini diperkenalkan juga oleh Syme dan Lizars dari Edinburgh tahun 1829.llndakan operasi laringedomi total, pertama kali dilakukan pada tanggal 31 Desember 1873
di
sebuah klinikdi
Vienna oleh Billroth pada seorang laki-laki berumur39
tahun dengan tumor pada pita suara..
Sepuluhtahun
kemudian,yaitu
padatahun
1883,So/is
Cohendari
Philadelphia melaporkan telah melakukan laringektomi total pada 65 penderita, tetapi sayangnya sepertiga 'dari jumlah pasien tersebut meninggal satubulan sesudah operasi.
Pengangkatan tumor rongga mulut yang masih kecil dilakukan secara intra oral, tetapi pada tumor yang besar
dan
sulit, perlu di- lakukan pendekatan secara ekstra oral yaitu dengan mid-line mandibulotomi, yang diper- kenalkan oleh Roux yang kemudian disempuma- kan oleh Langenbech tahun 1875.Pengangkatan tumor ganas hipofaring dan esofagus bagian servikal, dilakukan pertama kali oleh Czemy tahun 1877. Pengangkatan ini menimbulkan cacat yang harus ditutup atau disambung sehingga harus dipikirkan tindakan rekonstruksi sesudah operasi tersebut. Bakamijian
melakukan tindakan rekonstruksi hipofaring dengan menggunakan jabir deftopektoral. Sedang-
kan Ong
melakukan pemindahan sebagian lambung ke leher melalui mediastinum dengan teknik gastric pull-up. Tindakanini
dilakukan dalam satu tahap operasi.Pada
pembesaran kelenjarlimfa
lehersebagai
metastasissuatu
keganasan daritelinga, hidung atau
tenggorok, dilakukan diseksi leher radikal yang pertamakali
oleh George Crile dari Cleveland pada tahun 1906.George Crile menulis tentang reseksi en bloc dari seluruh jaringan limfa yang terdapat pada leher.
Tindakan bedah terhadap suatu keganasan
ini
sudah dirintis mulai awal abad ke-20 di Amerika Serikat, dan pertengahan abad ke-20 di Eropa.Sejak ditemukannya sinar
X
dan radium pada akhir abad ke-19, maka kedua macam penyinaran ini sangat banyak digunakan untuk penanggulangan tumor ganas di daerah telinga,hidung tenggorok, kepala dan leher serta di tempat-tempat lainnya.
Dengan
berkembangnyateknologi
dibidang kedokteran antara
tahun
1920-1950, penanggulangan tumor ganasdi
bidang THT berangsur-angsur bergeser dari terapi radiasike terapi operasi.
Bersamaan dengan ke-majuan
tindakanoperasi di bidang
THT,berkembang pula teknik anastesia endotrakeal.
Pada saat ini manfaat penggunaan antibiotika dan transfusi angka kejadian tumor ganas ini meningkat. Dari712 kasus tumor ganas telinga hidung tenggorok
di
Bagian THT FKUI-RSCM selama periode 1988-1992, kasus terbanyak adalahdi
nasofaring 511 (71,7%) penderita, diikuti tumor ganas hidung dan sinus paranasal 72 (10,1%) pqnderita, laring 71 (10,0%) pen- derita, telinga 15 (2,1%) penderita, orofaring- tonsil 12 ('1,7o/o) penderita, esofagus-bronkus1O (1,4%) penderita, rongga mulut
9
(1,3%)penderita dan sisanya 12 (1,7o/o) penderita di tempat lain. (Gambar 1)
Penderlte tumor genat ne3of.llng
Pendbrlta tumor ganar hldungl
Penderita tumor ganas sinur yang mdluag
Tumor ganas rongga mulut
Tumor laring
Fosa Rosenmuller dan torus tubarius bebas massa tumor
Tumor ganas nasofaring sendiri, menurut data dari Departemen Patologi Anatomi FKUI
tahun 1990, menduduki urutan ke empat dari 15 jenis tumor ganas terbanyak di lndonesia, se- telah tumor ganas leher rahim, payudara dan kulit.
Nasofaring
Prevalensi
tumor ganas
nasofaring di lndonesia cukup tinggi, yaitu 4,7 per 100.000 penduduk. Sebagianbesar
datang berobatdalam stadium lanjut,
sehinggahasil
pe-ngobatan dan prognosis menjadi buruk.
Antara tahun 1950-1960, para ahli merasa
yakin
bahwa p.engobatansuatu
keganasan menjadi lebih baik bila dibedkan terapi kom- binasi,yaitu terapi
bedahyang
dilanjutkan dengan radiasi. Pada waktu itujuga
penge- tahuan tentang operasi rekonstruksi berkem- bang dengan baik. Sejak tiga dekade terakhir, penanggulangansuatu
keganasanlebih
di- utamakandengan
menggunakan berbagai macam modalitas serta melakukan tindakan rehabilitasi sesudahnya.Epidemiologi
tumor ganas telinga
hidung tenggorokKarsinoma
sel
skuamosa dapat timbul pada seluruh selaput lendir di daerah leher dan kepala. lnsiden tertinggi keganasan ini terdapatpada usia
dekade6 dan 7.
Tumor ganas rongga mulut termasuk sepuluh tumor ganas terbanyak yang ditemukandi
bidang telinga, hidung dan tenggorok. Di negara berkembang, tumor ganas rongga mulut menempati urutan ke-8 dari seluruh tumor ganas yang tercatat. Dinegara malu, rokok dan alkohol merupakan
penyebab utama terjadinya tumor
ganasrongga mulut, orofaring, hipofaring dan laring.
Sedangkan di Asia kebiasaan mengunyah tem- bakau rnenyebabkan terjadinya tumor ganas.
Tumor ganas nasofaring mempunyai sifat menyebar secara cepat ke kelenjar limfa leher dan bermetastasis jauh yaitu ke organ-organ
seperti paru, hati dan tulang. Tumor
iniberhubungan
erat
dengan terdapatnya virus Epstein Ban (VEB), yang pertama kali ditemu- kan pada tahun 1966 oleh Old dkk.Ras Mongoloid merupakan kelompok ter- banyak yang menderita tumor ganas nasofaring.
lnsiden
yang
cukup tinggi didapatkan padapenduduk
Cina
bagian Selatan, Hongkong, Vietnam, Thailand, Malaysia, Singapura danlndonesia.
Namun
demikian,tumor
ganas nasofaringjuga
ditemukanpada ras
non- Mongoloid seperti penduduk Yunani, Tunisia,Aljazai dan Eskimo.
Hidung dan sinus paranasal
Data dari Departemen llmu Penyakit THT- FKUI/RSCM menunjukkan bahwa tumor ganas
hidung dan
sinus paranasalberada
pada peringkat kedua, sesudah tumor ganas naso- faring. Etiologi tumor ganas ini belum diketahui secara pasti. Diagnosis sering terlambat karenatanda dan gejala yang tidak khas, serta mirip gejala inflamasi hidung lainnya, seperti rasa
tersumbat
dan
epistaksis. Berbagai pajanan bahan-bahan industri dihubungkan dengan ter- jadinya tumor pada daerah ini.Laring
Tumor
laring yang
terdapatpada
pitasuara kebanyakan adalah tumor ganas. Di lndonesia tumor ganas laring mencapai lebih dari satu persen dari semua keganasan. Selain rokok,
faktor risiko
lainnya adalah alkohol, pajanan radiasi, pajanan industri, kekebalan tubuh dan kemungkinan faktor genetik.Gejala dini yang harus diwaspadai adalah
suara serak yang tidak
sernbuh dengan pengobatan konservatif selamatiga
mingguatau
nyeri tenggorok ringan yang menetap.Jika
suara serakdan
nyeri tenggorok ber- tambah disertai gangguan menelan, sesak napas, pembesaran kelenjar getah bening dan batuk darah, sangat mungkin tumor ini sudah dalam stadium lanjut.Keganasan
ini
menempati urutan ketiga setelah tumor ganas nasofaring dan tumor ganashidung dan sinus paranasal.
Di
DepartemenTHT
FKUI-RSCM Dr.lCipto
Mangunkusumo antara tahun 1980-1985 didapatkan 144 kasus karsinoma laring dengan perbandingan antara laki-laki dan perempuan sebanyak 7:1. lnsiden karsinomalaring
meningkat sesuai denganmeningkatnya usia, dengan rata-rata usia pen- derita antara 50-60 tahun.
Perkembangan terapibedah pada ke- ganasan telinga, hidung dan teng- gorok di Departemen TllT FKUIRSCM
Sebelum tahun 1960 tumor-tumor ganas telinga hidung tenggorok umumnya diberikan terapi penyinaran dengan Cobalt. Pada akhir tahun 1960an, pertama kali dilakukan operasi laringektomi oleh Prof.dr.Sigit Koesma untuk tumor ganas laring. Beberapa waktu kemudian diteruskan oleh Prof.dr. Masrin Munir, dr. Averdi Roezin
serta dr.
Aswapi,dr.
Rusmayono,dr. Bambang Hermanidan lain-lain.
Prof.Dr.dr. Purnaman
S.
Pandi memper- kenalkan pertama kali teknik operasi rinotomi- lateral dan maksilektomi pada awal tahun 1980untuk keganasan di rongga hidung dan sinus paranasal. Dr.
N.
Rifki melanjutkan operasi- operasi ini bersama-sama dr. Anida dan dr. Averdi Roezin.Berbicara mengenai perkembangan terapi tumor ganas
di
BagianTHT RS Dr.
CiptoMangunkusumo, marilah kita melihat kilas balik perkembangan terapi keganasan dengan mem- bagi menurut kurun waktu sebelum tahun 1960-
Tabel 1. Perkembangan terapi keganasan di bidang THT-FKUI/RSCM
an, sekitar tahun 80-an, sekitar tahun 70-an dan sesudah tahun 80-an.
Sebelum tahun 1960-an seluruh keganasan pada nasofaring, hidung serta sinus paranasal, laring, rongga mulut, orofaring, hipofaring, te- linga dan keganasan pada leher sebagai tumor primer
atau
metastasis hanya diberikan pe- nyinaran.Pada
permulaantahun
1960-an untuk tumor ganas laring sudah dilakukan tindakan operasi laringektomi di Bagian THT FKUI-RSCM Jakarta.Selanjutnya
pada awal tahun
1970-an selain penyinaran untuk tumor ganas naso- faring juga sudah mulai diberikan terapi sito- statika. Untuk tumor ganas rongga mulut dan orofaring sudah mulai dilakukan tindakan operasi yang selanjutnya ditambah dengan penyinaran.Sedangkan tumor ganas hipofaring, hidung dan
sinus
paranasalserta tumor telinga
danmetastasis hanya diberikan penyinaran saja.
Pada awal tahun 1980-an tumor ganas hidung dan sinus paranasal sudah mulai di- lakukan tindakan operasi dan rekonstruksi, dan dilanjutkan dengan' penyinaran. Begitu juga
untuk tumor ganas
hipofaringserta
tumor ganas primer pada leher atau metastasis yang dilakukan diseksi leher radikal.Untuk tumor ganas telinga yang masih operabel sudah mulai dilakukan tindakan operasi pada akhir tahun 1990-an (Tabel 1).
Lokasi tumor 1960s < 1 960s 1 970s 1 980s
Nasofaring Hidung + sinus..' paranasal Rongga mulut Orofaring Hipofaring Laring Telinga
Keganasan leher/
metastasis
Sinar
: -
sinarSinar Sinar Sinar Operasi atau
sinar saja Sinar Sinar
Sinar saja Sinar + sitostatika Sinar + sitostatika Operasi + sinar (+ rekonstruksi) Operasi + sinar (+ rekonstruksi)
Sinar Operasi + sinar
Sinar sala Sinar Sinar
Sinar saja Sinar + sitostatika
Operasi + sinar (+ rekonstruksi) Operasi + sinar (+ rekonstruksi) Operasi + sinar (+ rekonstruksi) Operasi + sinar (+ rekonstruksi) Operasi + sinar Sinar saja Operasi + Sinar
Operasi (RND, FND) Sinar
Sinar Sinar Sinar Sinar Sinar Sinar Sinar