139
KOMPOSISI JENIS DAN STRUKTUR UKURAN HIU YANG DIDARATKAN
140
pelayaran Selat Makassar yang menghubungkan Samudera Hindia dan Laut Cina Selatan masuk memanjang dari Selatan ke Utara, sektor perikanan menjadi unggulan di daerah ini.
Sumberdaya perikanan merupakan sumberdaya yang sifatnya terbatas dan dapat pulih.
Perikanan hiu di Indonesia saat ini menjadi sorotan dunia internasional. Berdasarkan data FAO dari tahun 1950 sampai 2009, total tangkapan ikan-ikan Elasmobranch di dunia dari tahun ke tahun semakin meningkat, dimana tahun 2003 merupakan tangkapan tertinggi hiu dan pari di dunia yang mencapai 800.000 ton/tahun dan tahun selanjutnya mengalami penurunan sebesar 20%. Dari jumlah tersebut, Indonesia merupakan negara produsen hiu terbesar di dunia, dengan kontribusi sebesar 16,8% dari total tangkapan dunia (Dulvy et al. 2014).
Ikan hiu memiliki fekunditas yang rendah, pertumbuhan yang lambat, memerlukan waktu yang lama untuk mencapai dewasa, umur yang panjang serta resiko kematian yang tinggi disetiap tingkat umur yang menyebabkan hiu rentan terhadap kepunahan akibat tekanan penangkapan yang tinggi (Dharmadi, 2005). Saat ini hiu merupakan salah satu komoditi yang penting bagi beberapa nelayan di Indonesia. Bahtiar et al. (2013) menyatakan bahwa rawai merupakan alat tangkap yang efektif karena bersifat pasif dalam pengoperasiannya sehingga tidak merusak sumber daya hayati yang ada di perairan. Pemanfaatan sumber daya ikan hiu di Indonesia sebagian besar berasal dari kegiatan penangkapan dengan alat tangkap pancing rawai. Hiu merupakan hasil tangkapan sampingan (HTS) pada alat tangkap rawai dan sulit dihindari untuk tidak tertangkap (Widodo & Mahulette, 2012).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui komposisi jenis hasil tangkapan dan struktur ukuran panjang hiu yang didaratkan di Kabupaten Majene. Penelitian terkait perikanan hiu telah banyak dilakukan di Indonesia terutama di perairan Samudera Hindia (WPP573) diantaranya Palabuhan Ratu,Cilacap dan Nusa Tenggara Barat (Dharmadi et al., 2008; Arrum et al., 2016;
Chodrijah et al., 2017; Sentosa et al., 2016), Laut Jawa (WPP 712) (Dharmadi et al., 2010), Barat Sumatera (WPP 572) (Dharmadi et al., 2016). Tetapi penelitian terkait sebaran hiu masih terbatas di wilayah Sulawesi. Berdasarkan hal tersebut maka perlu diadakan penelitian mengenai struktur ukuran dan komposisi jenis hasil tangkapan hiu dengan salah satu alat tangkap yang digunakan yaitu rawai hanyut permukaan oleh nelayan yang beroperasi di perairan Majene.
METODE
Penelitian dilakukan pada bulan Agustus - Oktober 2020 yang berlokasi di tempat pedagang pengumpul Kabupaten Majene, Sulawesi Barat dengan lokasi daerah penangkapan seperti pada Gambar 1. Metode yang digunakan adalah survei lapang di tiga tempat pengepul besar. Alat dan bahan yang digunakan yaitu kamera, alat tulis, meteran, laptop, buku pengenalan ikan hiu, dan ikan hiu sebagai sampel.
141
Hasil tangkapan yang diperoleh dari alat tangkap rawai diukur panjang tubuhnya untuk mengetahui struktur ukuran meliputi pengukuran panjang total ikan (Total length) menggunakan roll meter dengan ketelitian 0.1 cm, kemudian jenis ikan hiu yang tertangkap ditentukan ciri-cirinya mengacu kepada buku pengenalan ikan hiu Fahmi dan Dharmadi (2013), Compagno (1998), dan Ellen (1999). Panjang tubuh setiap ikan hiu diukur dan dikelompokan ke dalam beberapa kelas ukuran dengan membuat tabel distribusi frekuensi ukuran. Distribusi frekuensi panjang tubuh ditentukan berdasarkan ukuran populasi (n), panjang terbesar, sedang dan terkecil yang telah diukur. Komposisi jenis ikan hiu dianalisis secara deskriptif dan disajikan dalam grafik histogram.
Kemudian untuk melihat perbedaan ukuran hasil tangkapan ikan hiu jantan dan betina dari alat tangkap rawai, dilakukan uji t dengan menggunakan software program SPSS versi 17 dan uji t.
Gambar 1. Peta Daerah Penangkapan Ikan Hiu yang Didaratkan di Kabupaten Majene pada Bulan Agustus-Oktober 2020
HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL
a) Komposisi Jenis Ikan Hiu Hasil Tangkapan Rawai Hanyut Permukaan
Jenis ikan hiu hasil tangkapan rawai yang diperoleh dari 3 pengepul besar di Majene yaitu 8 jenis terdiri dari 9 ekor Carcharhinus plumbeus, 2 ekor Carcharhinus amblyrhynchos, 69 ekor Carcharhinus sealei, 133 ekor Carcharhinus brevipinna, 2 ekor Carcharhinus dussumieri, 10 ekor Triaenodon obesus, 106 ekor Prionace glauca, dan 1 ekor Galeocerdo cuvier. Dominan spesies hiu yang tertangkap adalah Carcharhinus brevipinna (40,1%), Prionace glauca (31,9%), dan
142
Carcharhinus sealei (20,8%). Komposisi ikan hasil tangkapan alat tangkap rawai hanyut permukaan di Kabupaten Majene disajikan pada Gambar 2.
Gambar 2. Komposisi Hasil Tangkapan Alat Tangkap Rawai Hanyut Permukaan di Kabupaten Majene pada Bulan Agustus-Oktober 2020
Hasil tangkapan yang didaratkan menunjukkan bahwa jumlah jenis kelamin betina lebih dominan dibandingkan jantan. Pada spesies Carcharhinus brevipinna berjenis kelamin betina paling banyak yaitu 89 ekor dan terendah pada spesies Carcharhinus dussumieri dan Galeocerdo cuvier masing-masing hanya didapatkan 1 ekor. Sedangkan jenis kelamin jantan tertinggi pada spesies Prionace glauca dengan jumlah sebanyak 48 ekor diikuti dengan spesies Carcharhinus brevipinna sebanyak 44 ekor. Sedangkan tidak didapatkan hiu berjenis kelamin jantan pada spesies Carcharhinus amblyrhynchos dan Galeocerdo cuvier. Secara keseluruhan total jumlah hasil tangkapan nelayan terhadap ikan hiu pada jenis kelamin betina lebih tinggi dengan jumlah total 206 ekor, sedangkan pada jenis kelamin jantan hanya berjumlah 126 ekor (Gambar 3).
Gambar 3. Jumlah Hasil Tangkapan Hiu Berdasarkan Jenis Kelamin b) Struktur Ukuran Ikan Hiu
Hasil pengukuran panjang hiu yang didaratkan di Kabupaten Majene dari Agustus sampai Oktober 2020 diperoleh bahwa sebaran frekuensi panjang ikan hiu berukuran antara 37-320 TL cm (Gambar 4). Sebaran frekuensi panjang ikan hiu betina berukuran 37-320 TL cm yang
0% 5% 10% 15% 20% 25% 30% 35% 40% 45%
Carcharhinus dussumieri Galeocerdo cuvier Carcharhinus amblyrhynchos Carcharhinus plumbeus Triaenodon obesus Carcharhinus sealei Prionace glauca Carcharhinus brevipinna
Spesies
Hasil tangkapan Rawai hanyut permukaan (%)
0 5 23 44
1 5
48
2 4 0
46
89
1 5
58
1 Carcharhinus
amblyrhynchos
Carcharhinus plumbeus
Carcharhinus sealei
Carcharhinus brevipinna
Carcharhinus dussumieri
Triaenodon obesus
Prionace glauca
Galeocerdo cuvier Jantan Betina
143
didominasi oleh ukuran 70-90 TL cm, sedangkan sebaran frekuensi panjang ikan hiu jantan berukuran 39-280 TL cm yang didominasi oleh ukuran 70-90 TL cm (Gambar 5).
Gambar 4. Distribusi Frekuensi Panjang Ikan Hiu di Kabupaten Majene pada Bulan Agustus- Oktober 2020
Gambar 5. Distribusi Frekuensi Panjang Ikan Hiu Berdasarkan Jenis Kelamin a) Jantan b) Betina PEMBAHASAN
Selat makassar merupakan tipe wilayah yang kompleks dan memiliki kedalaman bervariasi antara 30 sampai 1200 meter, lokasi ini dijadikan daerah penangkapan hiu nelayan Majene. Terdapatnya palung-palung laut di wilayah perairan tersebut menyebabkan banyak pula ditemukannya jenis-jenis ikan endemik yang tidak ditemukan di daerah lainnya sehingga komposisi jenis ikan hiu yang tertangkap menjadi cukup beragam (Fahmi dan Dharmadi, 2013).
Hiu umumnya adalah ikan yang hidup di perairan lepas pantai, memiliki sebaran yang luas ataupun memiliki kemampuan bermigrasi. Umumnya keberadaan hiu dekat dengan pantai
0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
40 60 80 100 120 140 160 180 200 220 240 260 280 305
Frekuensi
Tengah kelas panjang (TL:cm)
N =332
37 + 320 cmTL 121.66 + 71.47 cmTL
0%
5%
10%
15%
20%
25%
40 60 80 100 120 140 160 180 200 220 240 260 280
Frekuensi
Tengah kelas panjang (TL:cm)
a
N =126 39 – 280 cmTL 125.07 + 70.31 cmTL
0%
10%
20%
30%
40%
40 60 80 100 120 140 160 180 200 220 240 260 280 305
Frekuensi
Tengah kelas panjang (TL:cm)
b
N =206
37 – 320 cmTL 119.57 + 72.26 cmTL
144
adalah untuk bereproduksi maupun mencari makan baik ikan-ikan dan invertebrata kecil maupun hewan laut lainnya seperti penyu, lumba-lumba ataupun anjing laut yang berada dekat perairan pantai (Fahmi dan Dharmadi 2013). Kelimpahan hiu umumnya meningkat pada zona termoklin (Bigelow et al. 1999), saat bereproduksi (Mucientes et al. 2009) dan dekat dengan perbukitan dasar laut (Gilman et al. 2012).
Hiu yang didaratkan di Kabupaten Majene merupakan hasil tangkapan utama dari alat tangkap rawai hanyut permukaan yang beroperasi di perairan Selat Makassar. Komposisi jenis hasil tangkapan cukup bervaraiasi yaitu sebanyak 8 spesies selama Agustus-Oktober dan tidak ada target tangkapan pada hiu jenis tertentu. Komposisi jenis hasil tangkapan ini dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti alat tangkap, lokasi penangkapan, dan waktu penangkapan. Fahmi &
Dharmadi (2013) menyatakan bahwa alat tangkap yang digunakan untuk menangkap hiu dan daerah penangkapannya berpengaruh terhadap komposisi hasil tangkapan yang diperoleh.
Menurut Sparre & Venema (1999) dalam (Dharmadi et al., 2007) menyatakan bahwa frekuensi kelompok ukuran kelas panjang dapat digunakan untuk menentukan umur atau ditujukan untuk memisahkan suatu distribusi frekuensi panjang yang kompleks ke dalam kohort atau kelompok umur ikan. Komposisi jantan dan betina merupakan faktor penting untuk kelestarian populasi. Untuk mempertahankan keberlangsungan spesies, perbandingan hewan jantan dan betina diharapkan seimbang (Candramila & Junardi, 2006). Bal & Rao (1984) dikutip dalam Faizah et al, (2012) menyatakan adanya variasi dalam perbandingan kelamin sering terjadi karena 3 faktor yaitu perbedaan tingkah laku seks, kondisi lingkungan, dan penangkapan.
Dari hasil uji Independent Sample T-Test SPSS membandingkan perbedaan ukuran panjang jantan dan betina diperoleh nilai Sig. Levenes’s Test for Equality of Variances sebesar 0.617 > 0.05 maka dapat diartikan bahwa varians data antara jantan dan betina adalah homogeny atau sama. Selanjutnya, nilai Sig. (2-tailed) sebesar 0.497 > 0.05 yang berarti tidak ada perbedaan yang signifikan antara ukuran panjang sampel jantan dan betina.
Hasil tangkapan ikan hiu yang ditangkap oleh nelayan Kabupaten Majene ternyata kesemua jenis yang didapatkan termasuk kedalam hiu yang dilindungi dengan status Red List yang berarti secara populasi sudah terancam. Diperlukan sosialisi atau pengelolaan kepada nelayan mengenai sumberdaya hiu di Kabupaten Majene.
145
Table 1. Status Hiu Hasil Tangkapan Nelayan Kabupaten Majene No Nama ilmiah Status keterlindungan 1 Carcharhinus plumbeus Vulnerable/VU 2 Carcharhinus amblyrhynchos Near Threatened/NT 3 Carcharhinus sealei Near Threatened/NT 4 Carcharhinus brevipinna Near Threatened/NT 5 Carcharhinus dussumieri Endangered/EN 6 Triaenodon obesus Near Threatened/NT
7 Prionace glauca Near Threatened/NT
8 Galeocerdo cuvier Near Threatened/NT Sumber data: IUNCN (2020)
Pada penelitian sebelumnya di lokasi yang berbeda, dijumpai 6 spesies hiu selama 2 bulan penelitian pada tahun 2016 dengan hasil tangkapan yang paling banyak adalah berjenis kelamin betina dibandingkan jantan dengan ukuran panjang tubuh rata-rata sebesar 85,67cm, 89,83cm, dan 59,83cm (Emilya, 2016). Hasil penelitian sebelumnya dan saat ini menunjukkan bahwa ikan hiu hasil tangkapan yang paling banyak adalah berjenis kelamin betina dibandingkan dengan jantan, yang dikhawatirkan akan mengancam sistem reproduksi dan perkembangbiakan ikan hiu karena hiu betina banyak yang tertangkap.
KESIMPULAN
Diperoleh 332 ekor hiu yang didaratkan dan terdiri dari 8 spesies. Spesies hiu dominan dari hasil tangkapan adalah Carcharhinus brevipinna (40,1%), Prionace glauca (31,9%), dan Carcharhinus sealei (20,8%). Ukuran hiu yang tertangkap berkisar antara 40-70 cm dan 1.5-2.7 meter, dengan kisaran panjang total sampel yang diperoleh antara 37–320 cmTL.
UCAPAN TERIMA KASIH
Artikel ini sebagai prasyarat untuk melaksanakan ujian skripsi sebagai mahasiswa di Prodi Pemanfaatan Sumber Daya Perikanan Departemen Perikanan FIKP Unhas. Penulis sebagai mahasiswa yang bertugas sebagai enumerator dalam riset Hibah Penelitian Dasar Unhas mengucapkan terima kasih kepada pimpinan Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, pimpinan Universitas Hasanuddin Makassar dan pimpinan Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat (LP2M) Unhas. Penelitian ini didanai dalam Hibah Penelitian Dasar Unhas (PDU) dengan nomor kontrak No.1585/UN4.22/PT.01.03/2020 tanggal 27 Mei 2020.
146 DAFTAR PUSTAKA
Bahtiar, A., Barata, A. & Novianto, D.. 2013. Sebaran laju pancing rawai tuna di Samudera Hindia.
J. Lit. Perikan. Ind, 19 (4), 195 – 202.
Bal, D.V.&K.V.Rao. 1984. Marine Fisheries. Tata Mc.Grawhill Publishing Company Limited. New Delhi. 5 – 24.
Bigelow, K.A., C.H. Boggs, and X He. 1999. Environmental Effects in Swordfish and Blue Shark Catch Rates in the U.S. North Pacific Longline Fishery. Fisheries Oceanography 8: 178–98.
Candramila, W. & Junardi. 2006. Komposisi, keanekaragaman, dan rasio kelamin ikan elasmobranchii asal sungai kakap, Kalimantan Barat. Biospecies, 1(2), 41 – 46.
Dharmadi, Fahmi, & Adrim, M. 2007. Distribusi frekuensi panjang, hubungan panjang tubuh, panjang klasper, dan nisbah kelamin cucut lanjaman (Carcharhinus falciformis). J. Lit.
Perikanan. Indonesia. 13(3), 243 – 254.
Dharmadi, Mahiswara., & Kasim, K. 2016. Catch composition and some biologycal aspects of shark in Western Sumatera waters of Indonesia. Ind. Fish. Res.J, 22(2), 99-108.
Dulvy, N. K., S. L. Fowler, J. A. Musick,R. D. Cavanagh, P. M. Kyne, L.R. Harrison, J. K. Carlson, L.N. Davidson, S. V. Fordham,M. P. Francis, C. M. Pollock,C. A. Simpfendorfer, G.
H.Burgess, K. E. Carpenter, L.J. Compagno, D. A. Ebert, C.Gibson, M. R. Heupel, S.
R.Livingstone, J. C. Sanciangco,J. D. Stevens, S. Valenti and W. T. White. 2014.
Extinctionrisk and conservation of theworld’s sharks and rays. eLife, 3, e00590.
Emilya. 2016. Identifikasi Jenis Hiu Hasil Tangkapan Nelayan di Pulau Bintan Provinsi Kepulauan Riau. Universitas Maritim Raja Ali Haji. Riau.
Fahmi dan Dharmadi. 2005. Status Perikanan Hiu dan Aspek Pengelolaannya. Oseana, 30(1).
Fahmi dan Dharmadi. 2013. Pengenalan jenis-jenis hiu Indonesia. Direktorat Konservasi Kawasan dan Jenis Ikan, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Jakarta: 63 pp.
Faizah, R., Chodrijah, U., & Dharmadi. 2012. Aspek biologi ikan cucut kacangan (Hemitriakis indroyonoi) di SamuderaHindia. BAWAL. 4(3), 141 – 147.
Gilman, E., M. Chaloupka, A. Read, P. Dalzell, J. Holetschek, and C. Curtice. 2012. Hawaii Longline Tuna Fishery Temporal Trends in Standardized Catch Rates and Length Distributions and Effects on Pelagic and Seamount Ecosystems. Aquatic Conservation. 22 (4): 446–88.
IUCN Red List (November, 2020). http:// www.iucnredlist.org/
Mucientes, G.R., N. Queiroz, L.L. Sousa, P. Tarroso, and D.W. Sims. 2009. “Sexual Segregation of Pelagic Sharks and the Potential Threat from Fisheries.” Biology Letters. 5: 156–159.
Sparre, P., & Venema S.C. 1999. Introduction to tropical fish stock assessment. Part I. Manual FAO Fisheries Technical Paper 306/1 Rev.1. Danida FAO.Rome. Italy. 376 hal.
Widodo,A.A. & Mahulette, R. T. 2012. Jenis, ukuran dan daerah penangkapan hiu Thresher (famili Alopiidae) yang tertangkap rawai tuna di Samudera Hindia. BAWAL, 4 (2), 75 – 82.
147