• Tidak ada hasil yang ditemukan

Waktu dan Tempat

Dalam dokumen Prosiding (Halaman 72-79)

MAINTENANCE OF TIGER PRAWNS (Penaeus monodon) IN SUBSTRATE WITHOUT CONTAINER WITH DIFFERENT CONDICTIONS

B. Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilakukan pada Bulan September-Nopember 2020, di Kampus Politeknik Pertanian Negeri Pangkep.

B. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Alat :

- Wadah plastik volume 50 liter - Aerasi

- Batu aerasi - Selang aerasi - DO meter - pH Meter - Skopnet

- Timbangan elektrik - Blower

- Ember Bahan :

- Benur udan windu PL 10-12

63 - Pakan udang

- Probiotik - Molase - Dedak - Ragi

- Terpal plastic C. Prosedur Penelitian

Persiapan Wadah

Sebelum digunakan, wadah pemeliharaan dibilas, dicuci, dan dikeringkan. Wadah yang digunakan untuk pemeliharaan udang windu berupa 9 buah bak beton. Volume air yang digunakan untuk pemeliharaan sebesar 50 L. Tahapan persiapan penelitian meliputi pembersihan wadah, penempatan wadah, pengisian wadah dan stabilisasi air.

Penebaran Benur

Benur udang windu yang digunakan dalam penelitian ini adalah PL 10-12. Masing masing wadah di isi dengan hewan uji sebanyak 100 ekor, 125 ekor dan 150 ekor/wadah Pemeliharaan

Penelitian dilakukan selama 3 bulan masa pemeliharaan. Selama penelitian dilakukan pengelolaan air dan pakan.

Pengelolaan Kualitas Air Sterilisasi air

wadah pemeliharaan yang telah diisi air 50 liter selanjutnya disterilkan dengan kaporit dan diaerasi kuat selama satu minggu kemudian ditambahkan probiotik dan molase hingga warna air terbentuk

Penebaran

Air yang telah terbentuk pada wadah disetiap perlakuan dilakukan penebaran.

Pengelolaan Pakan

Pakan yang diberikan yaitu pakan udang, dan pemberian pakan yaitu 3 kali sehari yaitu jam 07.00 pagi, 15.00 sore dan 20.00 malam.

Pengukuran Kualitas Air

Pengukuran parameter kualitas air meliputi parameter suhu, salinitas, DO dan pH.

D. Perlakuan dan Rancangan Percobaan

Perlakuan yang akan diujicobakan dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Perlakuan A : 100 ekor/wadah 2. Perlakuan B : 125 ekor/wadah 3. Perlakuan C : 150 ekor/wadah

Rancangan penelitian yang akan digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan 3 perlakuan dan 3 ulangan sehingga terdapat 9 unit percobaan. Penempatan wadah atau unit percobaan dilakukan secara random dengan asumsi bahwa kondisi ruang / lokasi penelitian homogen.

64 E. Perubah Yang Diamati

Sintasan

Sintasan merupakan indeks kelulusan kehidupan suatu jenis ikan dalam suatu proses budidaya, mulai awal ikan ditebar sampai pada panen ( Effendi, 1997) Dihitung dengan Rumus SR = Nt/ No x 100%

SR : Sintasan

Nt : Jumlah Ikan Akhir ( saat panen ) No : Jumlah Ikan Awal ( saat penebaran ) Pertumbuhan Berat Mutlak

Pertumbuhan berat mutlak adalah laju pertumbuhan total ikan, dihitung dengan menggunakan rumus :

h = Wt –Wo

h : Pertumbuhan Mutlak (gr/ekor) Wt : Bobot rata-rata akhir (gr/ekor) Wo : Bobot rata-rata awal (gr/ekor)

Pengamatan Kualitas Air

Selama kegiatan penelitian dilakukan juga pengukuran parameter kualitas air sebagai berikut :

Tabel 1. Parameter Kualitas Air

No Parameter Alat

1 Suhu Thermometer

2 pH pH meter

3 Oksigen DO meter

4 Salinitas Refractometer

F. Analisis Data

Dalam hasil penelitian yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis ragam (diolah dengan menggunakan SPSS V.17). Jika hasil penelitian menunjukkan pengaruh, maka dilanjutkan dengan uji lanjut Tukey.

HASIL DAN PEMBAHASAN Tingkat Kelangsungan Hidup

Sintasan merupakan salah satu gambaran hasil interaksi yang saling mendukung antara lingkungan dengan pakan. Dalam pemeliharaan benur, ketersediaan pakan yang cukup dan berkualitas tinggi akan mengefisienkan penggunaan energi serta lingkungan yang sesuai sehingga dapat dimanfaatkan oleh benur mempertahankan kelangsungan hidupnya. Sintasan benur udang windu setiap perlakuan pada akhir percobaan disajikan Gambar 1.

65

0 20 40 60 80 100 120

A (Perlakuan 100 ekor) B (Perlakuan 125 ekor) C (Perlakuan 150 ekor)

Sintasan (%)

Perlakuan

Gambar 1. Grafik Sintasan udang windu

Sintasan benur udang windu dengan perlakuan kepadatan yang berbeda (Gambar 1), tertinggi dicapai pada perlakuan A (100 ekor/ wadah) yaitu 97%, disusul perlakuan B (125 ekor/wadah) yaitu 85% dan terendah pada perlakuan C (150 ekor/wadah) yaitu 83%. Namun berdasarkan hasil analisis ragam, kepadatan yang berbeda tidak berpengaruh (P>0.05) terhadap sintasan benur udang windu. Adanya kematian udang, terutama pada perlakuan C disebabkan karena media pemeliharaan tanpa substrat, sehingga apabila udang mengalami ganti kulit untuk tumbuh tidak dapat bersembunyi untuk menghindari pemangsaan. Menurut Boddeke (1983), bahwa udang sedikit membutuhkan substrat untuk aktivitas membuat tempat sembunyi untuk tumbuh optimal. Selanjutnya dikatakan bahwa tanpa sedimen (substrat) pengaruhnya sedikit saja terhadap sintasan udang. Namun pada penelitian Wedjatmiko dkk, (1987) yang membandingkan substrat pasir dan dasar tembok didapatkan sintasan udang putih (Penaeus merguiensis) yang terbaik pada substrat pasir sebesar 60,7%, sementara hasil penelitian Rimal, dkk (2017), dengan perlakuan substrat yang berbeda, tertinggi dicapai pada perlakuan substrat pasir yaitu 80%.

Pertumbuhan Berat Mutlak

Pertumbuhan adalah perubahan bentuk atau ukuran, baik panjang, bobot atau volume dalam jangka waktu tertentu (Hartnoll 1982). Secara morfologi, pertumbuhan diwujudkan dalam perubahan bentuk (metamorfosis), sedangkan secara energetik pertumbuhan dapat diwujudkan dengan perubahan kandungan total energi (kalori) tubuh pada periode tertentu. Perlakuan substrat yang berbeda selama 30 hari menunjukkan bahwa benur udang putih mengalami pertumbuhan, hal ini terlihat dari perubahan (bertambahnya) berat tubuh benur udang putih.

Pertumbuhan berat benur udang putih selama penelitian disajikan pada Gambar 2 berikut:

66

0,00 0,50 1,00 1,50 2,00 2,50 3,00 3,50 4,00

A (Perlakuan 100 ekor) B (Perlakuan 125 ekor) C (Perlakuan 150 ekor)

Pertumbuhan Berat (gram)

Perlakuan

Gambar 2. Grafik pertumbuhan berat udang windu

Pertumbuhan berat benur udang windu dengan perlakuan padat tebar yang berbeda (Gambar 2), menunjukkan pertumbuhan berat tertinggi dicapai pada perlakuan A (100 ekor/wadah) yaitu 3,16 gram, disusul perlakuan B (125 ekor/ wadah) yaitu 2,44 gram dan terendah pada perlakuan C (150 ekor/ wadah) yaitu 2,19 gram.

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa padat tebar yang berbeda berpengaruh signifikan (P<0.05) terhadap pertumbuhan berat benur udang windu. Hasil uji tukey menunjukkan perbedaan nyata (P<0,05) antar semua perlakuan. Allen et al. (1984) menyatakan pertumbuhan udang umumnya bersifat diskontinyu karena hanya terjadi setelah ganti kulit yaitu saat kulit luarnya belum mengeras sempurna. Hartnoll (1982) menyatakan pertumbuhan larva dan pascalarva udang merupakan perpaduan antara proses perubahan struktur melalui proses metamorfosis dan ganti kulit (molting), serta peningkatan biomassa sebagai proses transformasi materi dan energi pakan menjadi massa tubuh udang. Lebih lanjut Gilles (1979) dalam Anggoro (1992) menyatakan hewan air yang pertumbuhannya ditentukan oleh kelancaran ganti kulit, mekanisme osmoregulasinya ditentukan oleh osmoefektor antara cairan intra sel (CIS) dengan cairan ekstra sel (CES). Osmoefektor anorganik (Na+ dan Cl-) berkonsentrasi tinggi di dalam cairan ekstra sel, sebaliknya osmoefektor organik (asam amino bebas) dan ion K+berkonsentrasi tinggi di cairan intra sel. Perimbangan ini sangat menentukan pH optimum dan kemantapan osmolaritas cairan tubuh, sehingga perlu dipertahankan agar sel-sel penyusun jaringan tubuh tumbuh dengan normal

.

C. Kualitas Air Media Budidaya

Selama penelitian kualitas air media pemeliharaan benur udang windu yang meliputi suhu air, oksigen terlarut dan pH dan salinitas menunjukkan kisaran yang optimal. Hasil pengukuran suhu, oksigen terlarut dan pH dan salinitas disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Nilai Parameter Kualitas Air

Pengukuran Suhu Air (ºC) pH Oksigen Salinitas Pagi

Sore

28,0 7,6 5,05 29

27.5 7,8 5,28 30

a

b

c

67 KESIMPULAN

Dari hasil penelitian maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Padat tebar tidak berpengaruh signifikan terhadap sintasan benur udang windu.

2. Perlakuan padat tebar yang berbeda berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan berat benur udang windu dengan pertumbuhan tertinggi dicapai pada perlakuan A (100 ekor/ wadah) yaitu 03,16 gram

3. Parameter air pada tiap perlakuan meliputi suhu berkisaran 27,5°C-28°C, pH 7,6–7,8, oksigen terlarut 5,05 ppm–5,28 ppm dan salinitas 29‰-30‰, berada pada kisaran optimal untuk kehidupan benur udang windu.

UCAPAN TERIMA KASIH

Terima kasih disampaikan kepada Direktur Politeknik Pertanian Negeri Pangkep yang telah menyiapkan pembiayaan penelitian ini melalui dana PNBP. Terima kasih pula disampaikan kepada Ketua PPPM yang telah menfasilitasi pelaksanaan penelitian untuk Pranata Labotatorium Pendidikan Politeknik Pertanian Negeri Pangkep.

DAFTAR PUSTAKA

Allen P.G., Botsford L.W., Schuur A.M., Johnston W.E. 1984. Bioeconomics of Aquaculture.

Elsevier. Amsterdam.

Anggoro S. 1992. Efek osmotik berbagai tingkat salinitas media terhadap daya tetas telur dan vitalitas larva udang windu Penaeus monodon F (Disertasi). Program Pascasarjana IPB.

Bogor.

Buwono I.D. 1993. Tambak Udang Windu Sistem Pengelolaan Intensif. Kanisius.

Dall W., Hill B.J., Rothlisberg P.C., Sharples D.J. 1990. The biology af the penaedae. Di dalam:

Blaxer JHS, Southward AJ. Eds): Marine Biology 27. Academic Press, London.

Effendie M.I. 1997. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusatama. Yogyakarta.

Hartnoll R.G. 1982. Growth. in Bliss DE. Editor. The Biology of Crustacea. Vol. 2. Embryology, Morphology and Genetics. Academic Press. A subsidiary of Harcourt Brace Jovanovich Publisher. New York.

Heryanto H. 2006. Produksi Tokolan Udang Windu (Penaeus monodon Fab.)dalam Happa dengan Padat Penebaran 1000, 1500, 2000, 2500ekor/m2.Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. IPB. Bogor. 18–26 hal

Kordi M.G.H.K. dan Tancung A.B. 2007. Pengelolaan Kualitas Air dalam Budidaya Perairan.

Rineka Cipta, Jakarta.210 hlm.

Mujiman A., Suyanto S.R. 1999, Budidaya Udang lVindu, Penebar Swadaya, Jakarta. hal 207.

68

Myers P, Espinosa R., Parr C.S., Jones T., Hammond G.S., Dewey T.A. 2008. The Animal Diversity. University of Michigan Museum of Zoology.

Naamin N. 1984. Dinamika populasi udang jerbung (Penaeus merguiensis de Man) di Perairan Arafura dan alternatif pengelolaannya (Disertasi). Program Pascasarjana. IPB. Bogor.

Nuhman. 2009.Pengaruh Prosentase Pemberian Pakan Terhadap Kelangsungan Hidup dan Laju Pertumbuhan Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei). Fakultas Teknologi Kelautan dan Perikanan. Universitas Hang Tuah.Surabaya. JurnalVol 1 No 2

Suwignyo S. 1990. Avertebrata Air. Bogor. Lembaga Sumber DayaInformasi, Institut Pertanian Bogor.

Syafiuddin. 2000.Kinerja BudidayaUdang Windu (Penaeus monodon Fab) yang dipelihara Bertingkat dalam Sistem Resirkulasi.Tesis. ProgramPascasarjana IPB. Bogor.19–35 hal Tricahyo E. 1995. Biologi dan Kultur Udang Windu (Penaeus monodon Fabr). Akademika

Preesindo. Jakarta. 43 Hal.

69

KOMPARASI METODE EKSTRAKSI MASERASI DAN METODE EKSTRAKSI

Dalam dokumen Prosiding (Halaman 72-79)