Waktu dan tempat
Penelitian ini dilaksanakan selama dua bulan, mulai bulan Mei sampai dengan Juni 2017.
Pengambilan sampel ikan contoh diperoleh dari tempat pendaratan ikan (TPI) rajawali, kota Makassar. Analisis sampel dilakukan di Laboratorium Biologi Perikanan, Departemen Perikanan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Hasanuddin Makassar.
Alat dan bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah jaring insang tetap (set gill net) dan jaring tiga lapis sebagai alat untuk menangkap ikan, mistar ukur dengan ketelitian 1 mm untuk mengukur panjang ikan kakap tompel, timbangan digital dengan ketelitian 0.01 g untuk menimbang bobot tubuh dan timbangan saku dengan ketelitian 0.00 g untuk menimbang bobot gonad dan hati ikan kakap tompel, alat untuk membedah meliputi gunting bedah, pisau bedah dan pinset, papan preparat untuk meletakkan sampel ikan dan coolbox sebagai tempat menyimpan sampel ikan kakap tompel.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah es batu untuk menjaga mutu kesegaran ikan dan sampel ikan kakap tompel yang diperoleh dari tempat pendaratan ikan (TPI) rajawali, kota Makassar.
Metode pengambilan sampel
Sampel ikan kakap tompel diperoleh dari hasil tangkapan nelayan yang didaratkan di tempat pendaratan ikan (TPI) rajawali, kota Makassar. Pengambilan sampel ikan dilakukan empat kali selama dua bulan dengan selang waktu dua minggu.
Sampel ikan kakap tompel yang diperoleh dari tempat pelelangan ikan (TPI) rajawali, kota Makassar diambil seluruhnya. Kemudian sampel yang diperoleh dimasukkan ke dalam coolbox dan diberi es curah untuk menjaga keawetan ikan lalu dibawa ke Laboraturium Biologi Perikanan, Departemen Perikanan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Hasanuddin, Makassar untuk diamati.
181 Prosedur pengamatan laboraturium
Sampel ikan kakap tompel dikeluarkan dari coolbox kemudian dicuci bersih dan diletakkan di papan preparat untuk diukur panjang total tubuhnnya dengan menggunakan mistar dengan ketelitian 0.1 mm. Setelah diukur ikan kakap tompel ditimbang bobot tubuhnya dengan menggunakan timbangan digital dengan ketelitian 0,01 g lalu sampel dibedah dengan menggunakan pisau bedah untuk mengamati jenis kelamin, untuk ikan jantan gonadnya berwarna putih sedangkan untuk ikan betina gonadnya berwarna kuning kemudian menentukan tingkat kematangan gonad (TKG). Setelah itu gonad jantan dan betina serta organ hati diambil dengan menggunakan pinset yang kemudian ditimbang bobot gonad dan organ hati menggunakan timbangan saku dengan ketelitian 0.00 g.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Nisbah kelamin ikan kakap tompel (Lutjanus fulviflamma Forsskal, 1775)
1. Nisbah kelamin berdasarkan waktu pengamatan ikan kakap tompel (Lutjanus fulviflamma Forsskal, 1775)
Jumlah ikan kakap tompel sebanyak 203 ekor, terdiri dari 136 ekor jantan dan 67 ekor betina (Tabel 1)
Tabel 1. Nisbah Kelamin Ikan Kakap Tompel (Lutjanus Fulviflamma Forsskal, 1775) Jantan Dan Betina Pada Setiap Waktu Pengamatan
Waktu Pengamatan Jumlah (ekor) Nisbah Kelamin Jantan Betina Jantan Betina
22 April 2017 35 26 1.35 1.00
08 Mei 2017 24 16 1.50 1.00
01 Juni 2017 57 10 5.70 1.00
12 Juni 2017 20 15 1.33 1.00
Total 136 67 2.03 1.00
Berdasarkan tabel 2. Bahwa ikan topel 2,3:1,00 (tidak seimbang) . Menurut Ball dan Rao (1963 dalam Miazwir, 2012) menyatakan bahwa ketidak seimbangan nisbah kelamin ikan jantan dan betina disebabkan adanya perbedaan pola tingkah laku, pertumbuhan, dan laju mortalitas antara ikan jantan dan betina.
B. Tingkat kematangan gonad (TKG) ikan kakap tompel (Lutjanus fulviflamma Forsskal, 1775) Berdasarkan hasil pengamatan tingkat kematangan gonad ikan jantan dan betina diperoleh bahwa ikan kakap tompel jantan diperoleh TKG I – V dan betina dari TKG I – IV
Frekuensi tingkat kematangan gonad berdasarkan waktu pengamatan ikan kakap tompel (Lutjanus fulviflamma Forsskal, 1775)
182
Gambar 1. Distribusi Frekuensi Pada Setiap Tingkat Kematangan Gonad Berdasarkan Waktu Pengamatan Ikan Kakap Tompel (Lutjanus Fulviflamma Forsskal, 1775) Jantan, Betina
Berdasarkan Gambar 1 terlihat bahwa persentase tingkat kematangan gonad pada ikan kakap tompel jantan nilai terbanyak terjadi pada TKG II sebanyak 41.17%, pada bulan April sebanyak 13.97%, pada bulan Mei sebanyak 7.35% dan pada bulan Juni sebanyak 19.85%
sedangkan nilai terendah pada TKG V sebanyak 4.42%, pada bulan April sebanyak 1.47%, pada bulan Mei sebanyak 0.74% dan pada bulan Juni sebanyak 2.21%. Persentase tingkat kematangan gonad pada ikan kakap tompel betina (Gambar 1) nilai terbanyak terjadi pada TKG II dan TKG IV sebanyak 32.84%, TKG II pada bulan April sebanyak 20.90%, pada bulan Mei sebanyak 4.48% dan pada bulan Juni sebanyak 7.46%, TKG IV pada bulan April sebanyak 8.96%, dan pada bulan Mei dan juni sebanyak 11.94% sedangkan nilai terendah terjadi pada TKG I sebanyak 4.48% hanya terdapat pada bulan April sebanyak 2.99% dan bulan Juni sebanyak 1.49%. Menurut Lagler et al., (1977 dalam Widhawati, 2015) menyatakan bahwa perbedaan pematangan gonad tersebut dapat dipengaruhi oleh faktor dalam dan faktor luar C. Indeks kematangan gonad (IKG) ikan kakap tompel (Lutjanus fulviflamma Forsskal, 1775) Tabel 5. Indeks Kematangan Gonad (%) Ikan Kakap Tompel (Lutjanus Fulviflamma Forsskal,
1775) Jantan Dan Betina Berdasarkan Tingkat Kematangan Gonad
TKG Jantan Betina
Kisaran Rataan±sd n (ekor) Kisaran Rataan±sd n (ekor)
I 0.0177 - 0.8209 0.2135±0.2317 26 0.1410 - 0.4373 0.3088±0.1520 3
II 0.0709 - 1.0567 0.4824±0.2179 56 0.2357 - 1.5944 0.9072±0.3699 22
III 0.0961 - 1.5912 0.9825±0.4197 22 0.6965 - 2.9881 1.6552±0.5196 20
IV 0.5650 - 5.1961 1.9281±0.8546 26 1.4173 - 4.9027 2.5975±0.8157 22
V 0.3579 - 1.1074 0.6573±0.2839 6 0 0 0
Jumlah 136 67
0%
20%
40%
60%
80%
100%
April Mei Juni
Frekuensi
Waktu pengamatan (bulan) TKG V TKG IV TKG III TKG II TKG I
0%
20%
40%
60%
80%
100%
April Mei Juni
Frekuensi
Waktu Pengamatan (bulan) TKG IV TKG III TKG II TKG I BETINA JANTAN
183
Nilai rata-rata IKG ikan kakap tompel betina lebih besar dari pada ikan kakap tompel jantan pada tingkat kematangan gonad yang sama (Tabel 5) hal ini disebabkan oleh pertambahan bobot ovari lebih besar dari pada bobot testis dan nilai IKG akan menurun jika ikan sudah memijah sebagai akibat dari menurunnya berat gonad karena isinya sudah dikeluarkan.
D. Indeks hepatosomatik (IHS) ikan kakap tompel (Lutjanus fulviflamma Forsskal, 1775)
Hasil analisis indeks hepatosomatik untuk setiap TKG pada ikan kakap tompel jantan dan betina dapat dilihat pada Tabel 3
Tabel 3. Indeks hepatosomatik (%) ikan kakap (Lutjanus fulviflamma Forsskal, 1775) jantan dan betina pada setiap waktu pengambilan sampel
TKG
Jantan Betina
Kisaran Rataan±sd n
(ekor) Kisaran Rataan±sd n (ekor) I 0.0705 - 1.0705 0.5543±0.2085 26 0.4076 - 0.6517 0.5254±0.1222 3 II 0.3068 - 1.3524 0.6583±0.1998 56 0.4390 - 1.4817 0.8611±0.2293 22 III 0.4807 - 1.2247 0.7444±0.1776 22 0.6013 - 1.1981 0.8289±0.1443 20 IV 0.4921 - 1.2946 0.7725±0.2215 26 0.7708 - 1.2629 1.0331±0.1551 22
V 0.4721 - 1.3531 0.7788±0.3029 6 0 0 0
Jumlah 136 67
IHS ikan kakap tompel jantan semakin meningkat dari TKG I – V sedangkan IHS ikan kakap tompel betina dari TKG I, II, dan IV mengalami peningkatan dan mengalami penurunan pada TKG III. Tresnani (2018) menyatakan hasil analisis korelasi antara indeks hepatosomatik (HIS) dan indeks gonad somatik (IGS) ikan sebelah (Psettodes erumei) jantan dan betina ada korelasi positif yaitu semakin meningkatnya nilai IHS maka semakin meningkat nilai IGS. Hasil analisis regresi ikan jantan yang diperoleh sebesar 0.5142 sedangkan hasil analisis regresi ikan betina diperoleh nilai sebesar 0.6846. Jika nilai IGS akan mencapai batas kisaran maksimum pada saat ikan akan memijah, maka berbanding terbalik dengan nilai IHS yang justru akan mengalami penurunan (Akhmad et al., 2015).
E. Ukuran pertama kali matang gonad ikan kakap tompel (Lutjanus fulviflamma Forsskal, 1775) Ikan kakap tompel jantan pertama kali matang gonad pada ukuran 208.86 mm dan ikan kakap tompel betina pertama kali matang gonad pada ukuran 192.28 mm. Ukuran ikan pertama kali matang gonad tidak sama pada tiap spesies, demikian pula pada ikan yang sama spesiesnya.
Apabila ikan yang sama spesiesnya tersebar pada lintang yang perbedaannya lebih dari lima derajat, maka akan terdapat perbedaan ukuran dan umur ikan ketika mencapai kematangan gonad untuk pertama kalinya. Faktor utama yang mempengaruhi kematangan gonad ikan di daerah bermusim empat adalah suhu dan makanan. Sedangkan di daerah tropik suhu secara relatif perubahannya tidak besar dan umumnya gonad dapat masak lebih cepat (Effendie 1997).
184
Pradeep (2016) menyatakan ikan kakap kembang waru (Lutjanus lutjanus Bloch, 1790) panjang pada saat kematangan betina adalah 122 mm dimana 50% matang dan diamati bahwa ikan di atas 201-220 mm 81,0% semuanya matang.
Fernandes et al., 2014 menyatakan ikan kakap brazil (Lutjanus alexandrei, Maura &
Lindeman 2007) ukuran pertama kali matang gonad diperkirakan 171 mm untuk betina dan 168 cm jantan.
KESIMPULAN
Nisbah kelamin 2,03:1, TKG jantan I – V, Betina I – IV, TKG dan IKG berbanding lurus, IKG dan HIS jantan lebih kecil disbanding betina, UPMG lebih dulu pada betina dibanding jantan dengan nilai ukuran rataan HIS terkecil pada ikan kakap tompel yaitu pada TKG I dengan rataan 0.5543±0.2085‰ dan yang terbesar pada TKG 4 dengan rataan 0.7788±0.3029% sedangkan pada ikan betina yang terkecil TKG I dengan rataan 0.5254±0.1222 dan yang terbesar pada TKG 4 dengan rataan 1.0331±0.1551.
UCAPAN TERIMA KASIH
Terima kasih kepada nelayan karna telah membantu dalam pengumpulan sampel.
DAFTAR PUSTAKA
Akhmad, R, F., Untung, B., dan Akhmad, M. 2015.Intervensi Folicle Stimulating Hormone (FSH) Dalam Proses Rematurasi Induk Ikan Gabus Haruan Channa striata Blkr di dalam Wadah Budidaya. J Fish Scientiae. 5(9):1-2.
Dahlan, M. A., Andy Omar, S. B., Tresnati, J., Umar, M. T., Nur, M. 2015. Nisbah Kelamin dan Ukuran Pertama Kali Matang Gonad Ikan Layang Deles (Decapterus macrosoma Bleeker, 1841) di Perairan Teluk Bone, Sulawesi Selatan. ISSN: 0853-4489
Fernendes, 2016. Octupus vulgaris fishery management assessment in astuaris. Fisheries Research. 83 (2-3): 351-354
Pradeep, H. D. 2016. Reproductive biology and histology of female bigeye snapper Lutjanus lutjanus (Bloch, 1790) off Madras coast along Southeast coast of India. Fishery Survey of India. Andaman Science Association International Conference on Climate change adaptation and biodiversity: Ecological sustainability and resource management for livelihood security (ASA : ICCB-2016).
Tresnati, J., Tauhid Umar, M., Sulfirayana. 2018 Perubahan Hati Terkait Pertumbuhan Oosit Ikan Sebelah (Psettodes erumei). Jurnal Pengelolaan Perairan. Vol 1:31-36.
Widhawati, Wuri. 2015. Pematangan Kelamin dan Pemijahan Induk Ikan Betutu Oxyeleotris marmorata Dalam Wadah Terbatas Dengan Sistem semi Indoor dan Pemberian Pakan yang Berbeda. Skripsi. Departemen Budidaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, institut Pertanian Bogor. Bogor.
185