• Tidak ada hasil yang ditemukan

Commercial Banking

Dalam dokumen Harmonious Synergy (Halaman 80-88)

Mengingat upaya pengembangan usaha baru dilakukan pada triwulan kedua dan mulai berjalan optimum di triwulan keempat, namun Kinerja Perbankan Komersil di 2010 sangat menggembirakan dalam pencapaian target- target pertumbuhannya.

Taking into account that new business development efforts started only in the second quarter and reached its peak in the fourth quarter, the performance of Commercial Banking in 2010 in achieving its growth targets was very encouraging.

Perbankan Komersil (Perbankan Bisnis)

Memasuki tahun 2010, Perbankan Komersil masih melakukan upaya-upaya pembenahan organisasi sesuai dengan model bisnis yang telah ditetapkan di 2009. Melalui penajaman segmentasi bisnis maupun fungsi unit bisnis, model bisnis yang baru tersebut dirancang untuk memberikan peningkatan efektivitas penetrasi pasar oleh Perbankan Komersil maupun sinergi dengan unit-unit bisnis lain di lingkungan CIMB Niaga.

Sesuai model bisnis yang baru, segmentasi operasional di Perbankan Komersil adalah sebagai berikut:

High-End Commercial: menangani nasabah perusahaan dengan kebutuhan kredit sampai dengan Rp200 miliar.

Akun kredit nasabah dibukukan di cabang-cabang High- End yang saat ini terdapat 33 cabang di berbagai kota besar di Indonesia. Kantor cabang juga menangani aspek hubungan nasabah, sementara keputusan kredit dilakukan di Kantor Pusat, Jakarta.

Commercial Banking (Business Banking)

Entering 2010, the Commercial Banking was still revamping its organization to be aligned with business models established earlier in 2009. Through sharpening business segmentation and business unit functions, the new business model was designed to improve effectiveness of market penetration efforts as well as synergies with other business units within CIMB Niaga.

Following the new business model, Commercial Banking operations are segmented as follows:

• High-End Commercial: to manage corporate customers with credit requirements up to Rp200 billion. Customer credit accounts are booked at 33 High-End branches located at various major cities in Indonesia. A branch office manages client relationships, while the credit decision is made at Head Office in Jakarta.

SME Commercial: menangani nasabah bisnis dengan kebutuhan kredit sampai dengan Rp25 miliar. Pemasaran kredit dilakukan melalui lebih dari 80 cabang (termasuk FBS total menjadi 620 cabang) cabang SME di bawah unit Sales & Distribution yang memberikan kemudahan akses ke Account Officer (AO) bagi nasabah, didukung oleh model pinjaman yang lebih sederhana dengan proses keputusan kredit yang lebih cepat.

Special Lending Commercial: menangani kredit sektor mikro yang disalurkan secara tidak langsung melalui skema channeling atau executing dengan pihak ketiga seperti Bank Perkreditan Rakyat (BPR), Bank Pembangunan Daerah (BPD), koperasi, perusahaan-perusahaan yang bertindak sebagai Bapak Angkat, ataupun perusahaan inti dalam pola inti-plasma.

Micro Finance Commercial: menangani kredit mikro berbasis agunan sampai dengan Rp200 juta, yang didistribusikan langsung ke nasabah melalui gerai Mikro Laju.

• SME Commercial: to manage business clients with credit requirements up to Rp25 billion. Marketing is made through more than 80 branches (including FBS that leads to 620 branches) under the SME Sales & Distribution unit that provide customers with straightforward access to the Account Officers (AO), supported by a simplified credit model that allows faster credit approval.

• Special Commercial Lending: to manage the micro-credit sector which is provided indirectly through channeling or executing schemes in cooperation with third parties such as Rural Banks (BPR), Regional Development Banks (BPD), cooperatives, foster companies or a company in nucleus-plasma relationship.

• Micro Finance Commercial: to manage collateral-based micro-credit up to Rp200 million directly distributed to customers through Mikro Laju outlets.

Perbankan Komersil Commercial Banking

Struktur Perbankan Komersil juga dilengkapi dengan dua divisi fungsi pendukung, yaitu Lending Product Specialist yang melakukan inovasi dalam pengembangan produk- produk kredit non-generik terkait dengan transaksi-transaksi bisnis yang spesifik, serta divisi Liabilities & Payment Product yang bertanggung jawab mengembangkan produk-produk pendanaan dan layanan terpadu yang memberikan kemudahan bagi nasabah komersil besar, menengah dan kecil.

Porsi terbesar dari upaya pembenahan organisasi tersebut adalah dalam proses perpindahan akun, dimana akun- akun nasabah dipilah kembali sesuai segmennya, termasuk beberapa akun yang dialihkan ke Perbankan Korporat karena telah tumbuh menjadi lebih besar. Keseluruhan proses tersebut diselesaikan pada bulan Maret 2010, yang kemudian disusul dengan proses penyelarasan mencakup pengenalan akun dan nasabah oleh para AO. Besarnya sumber daya yang terserap dalam berbagai proses pembenahan tersebut mengakibatkan berkurangnya porsi yang dapat diberikan pada pengembangan usaha Perbankan Komersil di semester pertama 2010.

Kinerja 2010

Mengingat bahwa upaya pengembangan usaha baru dilakukan mulai triwulan kedua dan berjalan optimum di triwulan keempat, namun kinerja Perbankan Komersil di 2010 dapat dikatakan sangat menggembirakan dalam pencapaian target- target pertumbuhannya. Portofolio kredit dan dana masyarakat tumbuh masing-masing sebesar 25% dan 37%, sementara kualitas kredit dapat dijaga dengan baik dibandingkan posisi masing-masing di akhir tahun 2009.

Penyaluran Kredit

Secara keseluruhan, penyaluran kredit berjalan cukup memuaskan pada tahun 2010, dimana portofolio kredit di Perbankan Komersil tercatat tumbuh 22% mencapai Rp37,5 triliun. Jumlah ini mewakili 36% dari total portofolio kredit CIMB Niaga di akhir tahun 2010.

Kredit ke segmen High-End Commercial tercatat mengkontribusikan 54% atau Rp20,3 triliun, sementara kredit segmen SME Commercial adalah sebesar Rp12,1 triliun, atau 32% dari total kredit di Perbankan Komersil.

The Commercial Banking structure is equipped with two support function divisions, namely the Lending Product Specialist division responsible for non-generic credit product development (innovation) associated with specific business transactions and the Liabilities & Payment Product division responsible for developing funding products and integrated services that provide convenience to large, medium and small commercial customers.

The largest portion of the organizational reformation effort is in the process of account allocation according to its segment, including several accounts that had to be transferred to the Corporate Banking segment as they have grown in size. The entire process was successfully completed in March 2010, which was followed by an alignment process that included account and customer introductions by respective AOs. The amount of resources employed in a variety of improvement processes lead to reduced resources allocated to the development of the Commercial Banking business in the first half of 2010.

2010 Performance

Taking into account that new business development efforts started only in the second quarter and reached its peak in the fourth quarter, the performance of Commercial Banking in 2010 in achieving its growth targets was very encouraging.

The loan and funding portfolios grew by 25% and 37%

respectively, while credit quality was maintained comparable to their respective positions at the end of 2009.

Loan Disbursement

Overall, credit disbursement achieved satisfactory results in 2010, where the loan portfolio booked in Commercial Banking grew by 22% to Rp37.5 trillion.

This amount represents 36% of the total loan portfolio of CIMB Niaga by the end of 2010. Loans in the High-End Commercial segment contributed 54%, or Rp20.3 trillion, while Commercial SME segment amounted to Rp12.1 trillion, or 32% of the total loans of the Commercial Banking segment.

UKM Special Lending Lainnya Others

High End SME Kredit Komersil (Rp Triliun)

Commercial Loans (Rp Trillion)

09 14.9

20.3 11.4

12.1 4.4 0.1

4.8 0.337.5

10 30.8

Meskipun kontribusi kredit ke sektor mikro melalui unit Special Lending Commercial dan Micro Finance Commercial secara nominal relatif kecil, namun unit tersebut membukukan pertumbuhan kredit yang paling tinggi. Di tahun 2010, jumlah portofolio pembiayaan Micro Finance tumbuh lebih dari sepuluh kali lipat menjadi Rp272 miliar didukung oleh ekspansi jaringan gerai Mikro Laju. Pertumbuhan kredit di unit Special Lending terutama didorong oleh penyaluran pembiayaan ke sektor agribisnis yang dilakukan melalui pola inti-plasma memanfaatkan keberadaan perusahaan-perusahaan inti yang juga adalah nasabah Perbankan Korporat. Pembiayaan linkage program melalui BPR juga memperlihatkan peningkatan signifikan, serta ditambah dengan kontribusi dari sektor pembiayaan koperasi dan Bank Pembangunan Daerah yang cukup baik.

Dari sisi pinjaman bermasalah (NPL), terlihat adanya kondisi NPL yang tinggi di bulan-bulan awal tahun 2010, terutama pada segmen kredit SME, dimana pada saat itu sedang dilakukan reorganisasi dan perpindahan penanganan akun kredit yang antara lain menyebabkan berkurangnya kualitas pengawasan atas akun kredit dalam portofolio. Namun demikian, upaya-upaya pengelolaan kredit bermasalah yang dilakukan secara intensif bersinergi dengan unit terkait seperti Asset Restructuring & Recovery (ARR) dan Sales & Distribution sejak pertengahan tahun telah mulai memperlihatkan hasil, dimana tingkat NPL gross secara keseluruhan di Perbankan Komersil tercatat sebesar 3,4%.

Although the contribution of the micro finance unit through the Special Lending Commercial and Micro Finance Commercial in nominal is relatively small, the unit posted the highest loan growth. In 2010, the Micro Finance loan portfolio grew more than ten-fold to Rp272 billion, supported by Mikro Laju outlets.

The Special Lending unit loan growth was primarily driven by the distribution of financing to the agribusiness sector conducted through nucleus-plasma relationships utilizing their core businesses whereby nucleus companies are also Corporate Banking customers. The linkage program that channelled loans through BPR also showed significant improvement and was supported by contributions from loan channelling to cooperatives and Regional Development Banks.

Non-performing loans (NPLs) appeared to be considerably high in the early months of 2010, especially in the SME loan segment, during which time reorganization and loan account transfers were being completed which caused, among others, a reduction in the quality of loan portfolio supervision. However, non-performing loan management efforts conducted intensively in synergy with related units such as the Asset Restructuring &

Recovery (ARR) and Sales & Distribution since mid-year have begun to show results, where gross NPL of the Commercial Banking segment was recorded at 3.4%.

Saya telah menjalin hubungan dengan CIMB Niaga sejak tahun 1980-an (dahulu Lippobank) dan pertimbangan saya memilih CIMB Niaga karena kecepatan layanannya yang sangat baik. Sebagai pengusaha, berbagai keputusan harus dilakukan dengan cepat dan tepat, dan dalam hal ini CIMB Niaga telah membantu saya dalam mewujudkannya. Selain itu, CIMB Niaga juga memiliki ragam produk yang lengkap didukung oleh kemampuan teknologi informasi yang terdepan.

I have built a relationship with CIMB Niaga since 1980’s (formerly Lippobank), which I decided to choose CIMB Niaga by considering that the Bank has a good level of services. As an entrepreneur, decisions have to be made quickly and accurately, and in this case CIMB Niaga has assisted me to make it happen. Furthermore, CIMB Niaga also has a comprehensive range of products supported by advanced information technology capabilities.

Gunadi Widjaja

Owner PT Jayakusuma Perdana Lines

Dalam upaya mendorong penyaluran kredit, Perbankan Komersil melalui divisi Lending Product Specialist berkonsentrasi untuk meningkatkan penetrasi pasar melalui pengembangan konsep value chain dan fokus pada sektor- sektor industri tertentu yang dinilai memiliki kinerja ataupun prospek yang baik. Sektor-sektor tersebut antara lain adalah agribisnis, consumer goods, telekomunikasi, otomotif, alat berat, angkutan laut, dan pertambangan. Perbankan Komersil sedang mengembangkan infrastruktur yang diperlukan untuk membangun keahlian industri agar dapat lebih efektif dalam melakukan penetrasi pasar untuk penyaluran kredit di tiap- tiap sektor tersebut. Hasilnya belum terlalu terlihat pada tahun 2010, namun diharapkan akan berdampak signifikan pada pertumbuhan kredit di tahun 2011 dan seterusnya. Selain itu, keahlian industri yang mendalam di sektor-sektor tersebut juga akan berperan meminimalkan risiko kenaikan kredit bermasalah di Perbankan Komersil.

Pembiayaan Mikro

CIMB Niaga masuk ke segmen pembiayaan mikro di tahun 2008 melalui pengembangan gerai Mikro Laju untuk mendistribusikan kredit mikro ke nasabah, dan sejak itu secara serius terus berupaya mengembangkan segmen tersebut.

Hal ini nampak dari perkembangan jumlah gerai Mikro Laju yang meningkat dari 18 pada tahun 2009 menjadi 105 unit di 2010, sementara kredit yang disalurkan tumbuh dari Rp24 miliar menjadi Rp272 miliar, dalam periode yang sama. Melalui penambahan jumlah gerai Mikro Laju, Perbankan Komersil kini dapat melayani nasabah mikro di lebih dari 63 kota di Indonesia, melayani kawasan-kawasan yang tidak tumpang- tindih dengan target pasar layanan serupa yang disalurkan oleh divisi Special Lending Commercial melalui kerjasama pihak ketiga.

Segmen usaha mikro diyakini merupakan segmen yang cukup luas dengan potensi yang besar dalam perekonomian Indonesia, dimana CIMB Niaga sekaligus juga ingin mendukung upaya Pemerintah untuk mengembangkan dan mendorong aktivitas ekonomi di segmen ini. Oleh karenanya, Perbankan Komersil tengah mempersiapkan sumber daya bagi program ekspansi pembiayaan mikro yang sangat agresif di tahun 2011, dimana jumlah gerai Mikro Laju akan ditambah hingga mencapai 250 gerai, lebih dari dua kali lipat jumlah saat ini, dengan peningkatan yang sepadan

In an effort to encourage lending, Commercial Banking through the Product Specialist Lending division focused on increasing market penetration by developing the value chain concept and focusing on certain industry sectors considered to have good performance and prospects. These sectors include agribusiness, consumer goods, telecommunication, automotive, heavy equipment, marine transportation and mining. The Commercial Banking unit is currently developing the necessary infrastructure to develop industry expertise to be more effective in penetrating the market in each sector.

The results have yet to show full potential, but are expected to have a significant impact on credit growth in 2011 and beyond.

In addition, deep industry expertise in these sectors will also contribute to minimizing the risk of rising non-performing loans in the Commercial Banking segment.

Micro Finance

CIMB Niaga entered the micro finance segment in 2008 through the development of Mikro Laju outlets to distribute micro finance to customers, and since then it diligently continued the development of this segment. This is apparent from the growth of the number of Mikro Laju outlets, which have increased from 18 units in 2009 to 105 units in 2010, while loans grew from Rp24 billion to Rp272 billion in the same period. Through additional Mikro Laju outlets, the Commercial Banking unit is now able to serve micro finance customers in more than 63 cities in Indonesia, serving areas that do not overlap with the target market of similar services provided by the Special Lending Commercial division through its cooperation with third parties.

The micro business segment is believed to be a fairly broad segment with great potential in the Indonesian economy, where CIMB Niaga is supporting the Government of Indonesia’s efforts to develop and encourage economic activities in this segment. Hence, the Commercial Bank is preparing resources for aggressive microfinance program expansion in 2011, where the number of Mikro Laju outlets will be expanded to reach 250, more than double the current number, with a commensurate increase in the amount of lending.

Perbankan Komersil Commercial Banking

Penghimpunan Dana Masyarakat

Penghimpunan dana masyarakat dan terutama dana-dana murah dari rekening tabungan dan giro (CASA) merupakan salah satu prioritas strategis CIMB Niaga di tahun 2010 dalam upaya mempertahankan margin bunga kredit di tingkat yang menguntungkan di tengah sengitnya persaingan perbankan.

Dana masyarakat di Perbankan Komersil tumbuh cukup memuaskan pada tahun 2010 sebesar 31% mencapai sebesar Rp37,7 triliun, yang mengkontribusikan 32% dari total dana masyarakat CIMB Niaga di akhir tahun tersebut.

Kontribusi terbesar dari Dana Masyarakat Perbankan Komersil merupakan kontribusi dari segmen High-End Commercial sebesar 49% dari total. Dana murah di Perbankan Komersil di tahun 2010 tumbuh sebesar 23% terutama dari segmen SME Commercial, namun porsinya secara keseluruhan mengalami tekanan akibat pertumbuhan yang pesat di deposito berjangka oleh nasabah High-End Commercial.

Salah satu inisiatif untuk mendorong penghimpunan Dana Masyarakat di tahun 2010 dilakukan oleh divisi Liabilities

& Payment Product di bawah Perbankan Komersil yang merancang suatu produk layanan pembayaran yang memberikan kemudahan bagi suatu institusi pendidikan dan para mahasiswanya terkait transaksi pembayaran biaya pendidikan. Produk berbasis Teknologi Informasi tersebut dikembangkan dan dipasarkan melalui sinergi dengan berbagai unit lain yang relevan.

Sinergi yang Harmonis

Kinerja Perbankan Komersil di tahun 2010 tidak terlepas dari sinergi yang dilakukan dengan unit-unit bisnis lain yang ada di CIMB Niaga. Sebagai suatu kebijakan formal perusahaan, pembentukan sinergi diwujudkan antara lain melalui penetapan Key Performance Indicator (KPI) yang bersifat resiprokal antar unit bisnis untuk target-target seperti aktivitas cross-selling dan referensi bisnis. Dengan demikian, setiap unit bisnis akan dapat berkontribusi maksimal dalam memberikan beragam produk dan layanan perbankan yang ada di CIMB Niaga kepada seluruh segmen nasabah yang dilayani.

Perbankan Komersil juga terus meningkatkan sinergi dengan CIMB Group, seperti misalnya melalui pemberian referensi kepada CIMB Group untuk nasabah yang melakukan aktivitas ekspor-impor di regional, serta kerja sama dalam pengembangan dan pengetahuan produk. Selain itu, Perbankan Komersil di tahun 2010 juga telah aktif berpartisipasi dalam berbagai pameran perdagangan yang diselenggarakan di negara-negara kawasan regional dalam jaringan CIMB Group.

Customers’ Deposits

Customers’ Deposits and especially low cost funds in the form of current account and saving account (CASA) were strategic priorities for CIMB Niaga in 2010 in an effort to maintain favourable interest margins amid intense banking competition. Customers’ Deposits in Commercial Banking grew satisfactorily by 31% to Rp37.7 trillion in 2010, which contributed 32% of total CIMB Niaga customers’ deposits by the end of the year. The majority of customers’ deposits of the Commercial Banking segment are contributed by High- End Commercial, 49% of the total customers’ deposits. Low cost funds in Commercial Banking grew by 23% in 2010 mainly from SME Commercial segment, but overall it is under pressure from the rapidly growing time deposits of High-End Commercial customers.

One of the initiatives to encourage larger customers’ deposits portfolio in 2010 was conducted by the Liabilities & Payment Product division, part of Commercial Banking, with a straight fowardly designed transaction service for educational institutions that allows students to make tuition fees payment.

These information technology-based products were developed and marketed through a synergy with other relevant business units.

Harmonious Synergy

The satisfactory performance of Commercial Banking in 2010 was also a result of the synergy formed with other business units at CIMB Niaga. As a formal policy of the Company, the establishment of synergies is strongly supported by its insertion in the Key Performance Indicators (KPI), as reciprocal in nature between business units for targets such as cross- selling activities and business referral. Hence, each business unit will be able to make maximum contribution by providing a variety of products and banking services at CIMB Niaga for each customer segment served.

Commercial Banking also continues to enhance its synergy with CIMB Group such as by providing references to CIMB Group of customers who conduct export-import activities within the region, as well as cooperation in product knowledge and development. In addition, Commercial Banking in 2010 was also actively participating in various trade exhibitions held in various regional countries which have a CIMB Group network presence.

Fokus dan Strategi 2011

Tahun 2011 dibuka dengan prakiraan yang optimistik mengenai perkembangan makro ekonomi Indonesia, didukung antara lain oleh kecenderungan menguatnya kinerja ekspor serta meningkatnya arus investasi asing langsung ke Indonesia.

Apabila tidak terdapat gangguan berarti terhadap kondisi ini, tahun 2011 menjanjikan prospek yang sangat baik bagi Perbankan Komersil untuk menyalurkan kredit ke segmen- segmen yang dilayaninya.

Perbankan Komersiil akan menghadapi tantangan besar dalam persaingan di antara bank-bank yang mengejar target pertumbuhan tinggi untuk memaksimalkan peluang pasar yang bagus tersebut. Persaingan dalam penyaluran kredit juga didorong oleh upaya Pemerintah untuk meningkatkan dukungan perbankan terhadap pertumbuhan sektor ekonomi riil melalui kebijakan yang mengkaitkan rasio Kredit terhadap Dana Masyarakat (LDR) dengan persentase Giro Wajib Minimum.

Di tahun 2011, Perbankan Komersil akan terus menumbuhkan portofolio kreditnya terutama melalui penetrasi pasar yang lebih intensif dengan memakai pendekatan value chain, mengandalkan pada basis data nasabah yang sudah ada maupun pada calon nasabah potensial melalui sinergi dengan unit-unit bisnis lain terutama Perbankan Korporat. Dengan demikian,

ekspansi kredit akan dapat dilakukan dengan risiko kredit yang tetap terpantau. Seperti telah disebutkan di atas, Perbankan Komersil juga akan secara agresif mengembangkan segmen pembiayaan mikro. Keseluruhannya akan didukung dengan upaya-upaya penyempurnaan proses persetujuan kredit serta pengembangan produk yang sesuai kebutuhan pasar dengan pricing yang menarik.

Focus and Strategy in 2011

Year 2011 is forecasted with optimistic Indonesian macroeconomic developments, supported by among others a continuously strengthening export performance and increased foreign direct investment flows into Indonesia. If there is no significant interruption to this condition, 2011 remains promising and a very good prospect for the Commercial Banking unit to provide additional loans to the segments it serves.

In the meantime, Commercial Banking continues to face tough challenges from competing banks also pursuing high growth targets in promising markets. Competition in lending is also encouraged by the Government of Indonesia’s efforts to increase banking support for real sector growth through policies that set the Loan to Deposit Ratio (LDR) to the amount of Statutory Reserves.

In 2011, Commercial Banking will continue to grow its loan portfolio primarily through more intensive market penetration using the value chain approach, relying on the data base of existing customers and prospective customers as well as through synergies with other business units, most notably Corporate Banking.

Hence, credit expansion will be facilitated while credit risk remains closely monitored. As previously mentioned, the Commercial Banking unit will also aggressively develop the micro-finance segment, supported by improving the credit approval process and the development of competitively priced products that match market needs.

Perbankan Komersil Commercial Banking

Dalam dokumen Harmonious Synergy (Halaman 80-88)