• Tidak ada hasil yang ditemukan

Eksperi Budaya Tradisional (EBT) Sebagai bagian Dari Hak Cipta

MAKNA PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK MASYARAKAT ADAT ATAS

A. Hak Milik (Kepemilikan) dalam Hukum Positif dan Hukum Islam Hukum Islam

5. Eksperi Budaya Tradisional (EBT) Sebagai bagian Dari Hak Cipta

5. Eksperi Budaya Tradisional (EBT) Sebagai bagian Dari Hak

benda yang termasuk harta kekayaan adalah baik benda itu berupa benda nyata maupun tidak nyata yang dapat di haki dan memiliki nilai ekonomi. Hak cipta adalah termasuk ke dalam kekayaan immaterial dikarenakan objeknya adalah benda tidak berwujud. Selain hak cipta banyak juga yang dapat dikategorikan sebagai hak kekayaan immaterial seperti hak menerima penghasilan, hak tagihan, hak sewa dan lain-lain. Jadi semua benda yang tidak berwujud dan tidak dapat diraba serta dapat dijadikan objek hak kekayaan adalah merupakan hak kekayaan immaterial. Jadi karena Hak Cipta merupakan jenis kekayaan yang objek haknya tidak berwujud maka secara otomatis Hak Cipta merupakan suatu kekayaan yang bersifat immaterial.

Keberadaan hak cipta sebagai hak kekayaan immaterial tersirat jelas dalam pasal 499 KUHPerdata yang menguraikan tentang pengertian benda. Dalam pasal tersebut dijelaskan bahwa: menurut paham undang-undang yang dinamakan benda ialah tiaptiap barang dan tiap-tiap hak yang dapat dikuasai menjadi objek kekayaan (property) atau hak milik. Rumusan tersebut menempatkan hak cipta sebagai bagian dari benda yang dapat dijadikan sebagai objek hak milik, dengan demikian maka pemilik hak cipta dapat menguasai hak cipta sebagai hak milik. Jadi suatu hal yang harus ditegaskan bahwa yang dilindungi dalam hak cipta ini adalah “haknya”, bukan

“benda” yang merupakan perwujudan dari hak tersebut.

c. Harta Kekayaan Berupa Ekspresi Budaya Tradisional (EBT) Bagian Dari Hak Cipta

Salah satu isu penting yang patut untuk dilindungi dalam Kekayaan Intelektual adalah karya-karya tradisional milik masyarakat adat yang sejak lama hidup dari generasi ke generasi dan telah menjadibagian dari nafas dalam kehidupan mereka. Terhadap karya-karya ini terdapat dua istilah yang familiar diperbincangkan yakni Pengetahuan Tradisional dan Ekspresi Budaya Tradisional.

Beberapa kalangan berpendapat bahwa pengetahuan Tradisional adalah semua yang diketahui dan diekspresikan oleh komunitas

tradisional yang meliputi Ekspresi Budaya Tradisional.140Akan tetapi dalam perkembangannya, Pengetahuan Tradisional dimaknai hanya menunjuk kepada karya teknologi lokal dan pribumi (indigenous), khususnya yang berhubungan dengan metode pengolahan tanaman, diagnosa, pengobatan, holtikultural, resep makanan dan minuman, prediksi atau teknik dengan menggunakan bahan-bahan alamiah, sedangkan Ekspresi Budaya Tradisional berhubungan dengan karya tradisional di bidang musik, tari, cerita, ritual, lencana, seni kerajinan tangan, bentuk ukiran, bentuk arsitek, dan lain sebagainya.141 Selanjutnya M. Hawin dkk mengatakan bahwa untuk lebih mudah membedakannya, bahwa Pengetahuan Tradisional berhubungan dengan karya-karya yang bisa dipatenkan jika baru (novel) dan mengandung langkah inventif (nonobvious), sedangkan Ekspresi Budaya Tradisional menunjuk pada karya-karya yang tercakup dalam hak cipta dan merek.142

Seperti yang telah diuraikan pada bab sebelumnya bahwa Ekspresi Budaya Tradisional merupakan segala bentuk ekspresi baik dalam bentuk yang berwujud (tangible) maupun tidak berwujud (intangible) atau kombinasi keduanya. Contoh dari yang berwujud atau ekspresi dalam bentuk material (kebendaan) dapat dilihat berupa gambar, lukisan, desain arsitektur, pahatan ataupun ukiran, barang-barang kerajinan dari bahan batu, kayu dan tanah liat, benda- benda sakral, upacara adat dan sebagainya. Sedangkan ekspresi yang tidak berwujud dapat berupa ekspresi verbal seperti puisi, syair, cerita legenda, ekspresi musik, gerak seperti tari, pentas wayang dan drama, upacara ritual, olahraga tradsional, permainan tradisional dan lain sebagainya.143

140M. Hawin, Budi Agus Riswandi, Isu-isu Penting Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2017), hal. 89

141Ibid

142Ibid hal 89

143Beragam jenis ini terdapat dalam draf articles WIPO tentang Perlindungan terhadap Ekspresi Budaya Tradisional (WIPO’S Revised Draft Provisions for The Protection of Traditional Cultureal Expression/Expressions of folklore), maupun pada bagian penjelasan Undang-undang Hak Cipta No 28 tahun 2014 pasal 38

Secara umum Ekspresi Budaya Tradisional atau folklore (Traditional Cultureal Expression/Expression of Folklore) jika merujuk pada pengertian sebelumnya dalam bab I adalah berkaitan dengan hal-hal yang mengandung unsur-unsur kesenian tradisonal yang dikembangakan dan dipertahankan oleh masyarakat atau individu yang mencerminkan tardisi suatu komunitas. Artinya bahwa karya- karya tradisional berupa Ekspresi Budaya saat ini telah banyak dikembangkan oleh masyarakat bahkan individu di luar masyarakat adat sebagai pemilik hak atas Ekspresi Budaya Ini. Perkembangan ini kemudian yang menempatkan posisi Ekspresi Budaya Tradisional (EBT) yang menurut penulis harus mendapatkan perlindungan yang jelas dan pasti. Sebab EBT tidak sedikit telah merambah pasar komoditi dan meraup keuntungan bagi yang memanfaatkannya.

Contohnya, berkembang pesatnya seni batik, tenun, dan songket baik di pasar lokal maupun internasional. Belum lagi banyaknya penggunaan desain-desain tradisional pada ukiran-ukiran kerajinan seperti kerajinan kayu, pahatan pada batu sebagai hiasan arsitektur, ukiran pada kerajinan tanah berupa gerabah, kerajinan dari rotan, kayu dan lainnya. Tidak sedikit juga Ekspresi Budaya berupa seni tari, musik dan lagu yang telah menjadi objek penikmat wisata sampai manca negara yang kemudian mampu menghidupi individu maupun masyarakat pengembannya. Kondisi ini tentunya kemajuan positif bagi pertumbuhan ekonomi bangsa serta masyarakat atau individu yang memanfaatkannya.

Upaya pengembangan karya-karya tradisi ini terus dilakukan oleh para komunitas pegiat tradisi untuk mempertahankannya serta merespon keadaan sekarang tanpa harus keluar dari pakem.

Tidak heran jika saat ini kita mengenal istilah industri kreatif yang mana merupakan hasil pengembangan dari sumber daya alam seperti Ekspresi Budaya yang berkembang melalui proses rekacipta.

Melalui adanya proses rekacipta inilah Ekspresi Budaya Tradisional terus berkembang dan hadir dalam memberi warna serta memberi peluang dalam pemajuan ekonomi rakyatnya. Pada kondisi ini maka penghargaan terhadap para penemu dan pemilik hak atas karya-

karya tersebut hendaknya diberlakukan sama seperti penghargaan yang diberikan kepada para inventor yang bersifat individu.

Pemberlakuan teori penghargaan ini dapat pula diberikan kepada karya-karya milik komunal, melihat jasa-jasa dalam mengahsilkan karya yang begitu melimpah serta manfaat yang luar biasa yang dapat diberikan, tidak hanya kepada komunitas pengembannya saja namun manfaat yang diberikan meluas sampai masyarakat luas di luarnya.

Namun realitas saat ini masyarakat adat sebagai pemilik Ekspresi Budaya atas ini telah terabaikan hak-hak mereka. Kemajuan pesat atas segala karya tradisional yang telah mengalami perkembangan ini tentu akan dirasakan manfaatnya secara adil bila perlindungan atas hak tradisional masyarakat adat dilakukan secara seimbang.

Sebab keadilan sosial yang menjadi tujuan negara bagi rakyat tentu saja akan terwujud apabila keadilan juga dimaknai dan direalisasikan dengan memberikan sesuatu sesuai dengan haknya dengan kadar yang seimbang.

Keseimbangan dapat dirasakan apabila kondisi Ekspresi Budaya tradisional seperti yang digambarkan tersebut memberikan manfaat ekonomi yang adil bagi masyarakat adat. Artinya bahwa masyarakat adat sebagai pengemban hendaknya merasakan pula dampak dari perkembangan ekonomi yang berasal dari ekspresi budaya yang mereka miliki.

Gambaran di atas menunjukkan bahwa Ekspresi Budaya Tradisional merupakan bagian dari harta benda yang memiliki nilai yang dapat diperhitungkan secara ekonomi dan penting untuk dilindungi baik secara ekonomi maupun moral sebagai bagian dari Hak Cipta tradisional yang telah diakui oleh Undang-Undang. Karena Ekspresi Budaya Tradisional ini masuk dalam kategori perlindungan Hak Cipta maka secara otomatis dia merupakan benda immaterial yang wajib untuk dilindungi keberadaannya. Selanjutnya jika dikaitkan dengan pengertian harta pada uraian sebelumnya, jelas Ekspresi Budaya Tradisional ini adalah merupakan harta, sebab dia memiliki ciri yang dikategorikan sebagai harta, yakni memiliki nilai

ekonomi yang dapat memberikan keuntungan serta menunjang pertumbuhan ekonomi bagi pengembannya.

Melihat macam dan jenis hak cipta yang dilindungi dalam undang-undang, maka Ekspresi Budaya Tradisional (EBT) ini termasuk dalam kategori tersebut. Sehingga seyogyanya tidak terdapat pembedaan dalam hal perlindungan dengan hak cipta lainnya. Intinya bahwa hak kepemilikan terhadap hasil karya cipta dalam berbagai bentuk yang telah ditetapkan oleh undang-undang harus mendapatkan perlindungan yang pasti, tidak terkecuali karya cipta berupa Ekspresi Budaya Tradisional milik masyarakat adat.