• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perlindungan Administratif

MAKNA PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK MASYARAKAT ADAT ATAS

C. Konsep Perlindungan Hukum Melalui Hukum Negara, Hukum Adat dan Hukum Islam (Maqashid Negara, Hukum Adat dan Hukum Islam (Maqashid

4. Perlindungan Administratif

Ekspresi Budaya Tradisional di samping memiliki nilai spiritual dan budaya namun terdapat potensi ekonomi di dalamnya yang dapat dikembangkan dan dikomersialisasi secara global. Sebagai pemilik dan pengemban dari ekspresi budaya ini maka komunitas masyarakat adat hendaknya dilibatkan dalam pemanfaatan ekspresi budaya tersebut melalui mekanisme akses yang dilakukan atas persetujuan mereka sebagai pemangku hak. Mekanisme akses tersebut dapat dijadikan dasar untuk menentukan pembagian keuntungan atas manfaat dari Ekspresi Budaya Tradisional ini.

Kendati Protokol Nagoya pasal 6 menghendaki negara untuk menentukan mekanisme akses terhadap pemanfaatan Sumber Daya Genetik dan Pengetahuan Tradisional, namun hal ini dapat pula diberlakukan bagi Ekspresi Budaya Tradisional. Mekanisme akses ini merupakan sebuah tindakan hukum negara untuk pembatasan terhadap pemanfaatan Ekspresi Budaya Tradisional sehingga tidak terjadi hal-hal yang dapat merugikan negara dan komunitas lokal khususnya masyarakat Adat.

Mekanisme ini dapat berupa dibuatnya suatu perjanjiaan antara pihak pengguna dengan masyarakat Adat atau masyarakat pengemban yang selama ini konsisten melestarikan segala bentuk Pengetahuan Tradisional berupa Ekspresi Budaya Tradisional.

Pengguna dalam hal ini tidak hanya individu, perusahaan atau badan hukum yang ada di Indonesia, akan tetapi pengguna juga termasuk dari pihak asing yang memang selama ini lebih banyak melakukan

pemanfaatan terhadap hak-hak komunal. Mekanisme akses ini hendaknya diatur secara lebih luas mengingat cakupan Ekspresi Budaya Tradisional sangatlah luas.

Jika melihat dari jenis-jenis perlindungan tersebut, apabila dapat direalisasikan sepenuhnya tentu akan mendatangkan keadilan, kemanfaatan serta kepastian hukum bagi keberadaan Ekspresi Budaya Tradisional sebagai milik masyarakat Adat. Namun kenyataannya saat ini negara masih setengah hati untuk melakukan segala jenis perlindungan tersebut. Saat ini perlindungan jenis negatif inilah yang sedang berlaku, yakni pemberlakuan Undang-undang yang ada seperti UUHC N0 28 tahun 2014. Tentu saja jika Undang-undang Hak Cipta pasal 38 yang mengatur tentang Ekspresi Budaya Tradisional ini kemudian diatur secara detail dan pasti, artinya tidak terjadi kekaburan norma di dalamnya, maka keadilan bagi masyarakat Adat akan terpenuhi.

Kekaburan norma yang terjadi dapat terjawab jika semua jenis-jenis perlindungan di atas dapat diberlakukan sepenuhnya dan negara menggunakannya sebagai penguat dalam perlindungan terhadap Ekspresi Budaya Tradisional. Perlindungan positif yang merekomendasikan adanya bentuk perlindungan sui generis terhadap kekayaan tradisional ini, sebenarnya telah direncanakan oleh negara dalam RUU tentang Pengetahuan Tradisional dan Ekspresi Budaya Tradisional, namun kedatangannya yang tidak kunjung tiba sebagai undang-undang yang sah membuat posisi Ekspresi Budaya Tradisional ini belum menguat sebagai obyek yang harus dilindungi dan masyarakat adat sebagai subjek yang harus dilindungi hak- haknya.

Begitu juga dengan perlindungan jenis proaktif (adanya kontrak jelas dengan pihak pengguna), perlindungan ini memperjelas posisi masyarakat adat sebagai pemilik hak dengan posisi pengguna sebagai pihak yang memanfaatkan. Adapun melalui perlindungan jenis sistemikprogresif khususnya pemecahan masalah kasus perkasus, baik dalam maupun luar pengadilan, untuk menciptakan yurisprudensi-yurisprudensi baru yang diinginkan, dapat

memberikan solusi terhadap kasus-kasus yang sudah terjadi dan memperkuat perlindungan hukum terhadap terjadinya pemanfaatan tidak wajar atas Eskpresi Budaya milik masyarakat adat.

Jenis perlindungan ini sesuai dengan teori perlindungan yang ditawarkan Philipus Hadjon perlindungan hukum yang bersifat preventif dan perlindungan hukum yang bersifat refresif.

Perlindungan hukum yang preventif bertujuan untuk mencegah terjadinya sengketa sedangkan sebaliknya perlindungan hukum yang refresif bertujuan untuk menyelesaikan sengketa.158

Sedangkan terkait dengan jenis perlindungan defensif (pendokumentasian aset-aset kekayaan tradisional), saat ini negara telah melakukannya sesuai amanah Undang-undang hak Cipta pasal 38 ayat (2) tentang kewajiban negara untuk menginventarisasi, memelihara dan menjaga Ekspresi Budaya Tradisional tersebut.

Akan tetapi terjadi kerancuan kembali ketika negara melaksanakan hal ini tidak melalui satu pintu, pendokumentasian dilakukan saat ini baik oleh Kementerian Hukum dan HAM dan dilakukan pula oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Antara dua Kementerian ini tidak terdapat sinergitas dalam hal ini, sehingga terkesan tumpang tindih dan data-data yang didapat ada yang sama dan adapula yang berbeda. Akan tetapi bagaimanapun dokumentasi ini sangat membantu sebagai salah satu bentuk perlindungan terhadap keberadaan Ekspresi Budaya Tradisional.

Selanjutnya perlindungan yang bersifat administratif, yakni keterlibatan pemerintah melalui mekanisme akses baik itu akses berupa izin untuk akses ataupun izin untuk pemanfaatan terhadap Ekspresi Budaya Tradisional. Mekanisme akses ini diharapkan dapat meminimalisir adanya pemanfaatan tidak wajar (missapropiation) ataupun pembajakan baik oleh pihak luar maupun dalam negeri sendiri, baik itu perorangan maupun oleh kelompok tertentu.

Terhadap akses izin pemanfaatan ini nantinya terdapat peluang

158Dr. Philipus M. Hadjon, “Perlindungan Hukum Bagi Rakyat Indonesia Sebuah Studi Tentang Prinsip-Prinsipnya, Penanganannya Oleh Pengadilan Dalam Lingkungan Peradilan Umum Dan Pembentukan Peradilan Administrasi (pen. Peradaban, 2007), hal. 2

bagi masyarakat adat untuk diatur tentang pembagian keuntungan atas Ekspresi Budaya mereka yang telah dimanfaatkan oleh para pengguna manfaat. Negara dalam hal ini seharusnya memberikan peluang bagi masyarakat adat sebagai pemilik hak serta pengemban budayanya untuk menikmati keuntungan secara ekonomi dari hasil pemanfaatan oleh pihak lain.

Semua bentuk perlindungan tersebut akan memberi makna perlindungan yang adil jika tertuang secara komperhensif dalam sebuah peraturan perundang-undangan khusus yang mengatur tentang ekspresi Budaya Tradisional. Undang-undang khusus tersebut secara utuh mengatur baik secara materil maupun formil hal- hal terkait Ekspresi Budaya Tradisional yang memihak masyarakat Adat, dengan memperhatikan beberapa model perlindungan di atas serta memperhatikan instrument-instrumen hukum lainnya terkait hal ini termasuk perjanjian-perjanjian internasional dengan tanpa mengabaikan kepentingan nasional khususnya masyarakat Adat.

Sehingga Jika cara perlindungan ini diterapkan secara menyeluruh dan komprehensif maka tentunya apa yang dicita-citakan negara menuju masyarakat adil dan makmur pasti akan terlaksana dengan baik.