• Tidak ada hasil yang ditemukan

Fungsi Bimbingan dan Konseling Islami

Dalam dokumen Buku Ajar (Halaman 178-195)

KONSEP DASAR BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM

Materi 9: Konsep Dasar BKI

E. Fungsi Bimbingan dan Konseling Islami

167 Selalu ingat untuk melakukan perbuatan baik. Selain aspek material, manusia juga memiliki dimensi spiritual. Kebahagiaan dalam hidup tidak hanya diakui dari kesempurnaan segala kesempatan hidup, kemewahan pribadi, jabatan tinggi, dan lain-lain. Padahal, kepenuhan dan pemenuhan kebutuhan hidup justru bisa melahirkan kebosanan dan kelambanan ketika semua keinginan terpenuhi. Banyak orang yang menjalani kehidupan biasa-biasa saja justru hidup bahagia dan damai.

Dengan kata lain, selain dimensi material, ada dimensi spiritual yang harus dipenuhi dalam kehidupan.

Menurut Al Ghazal, Kimiya' Al Sa'adah menjelaskan bahwa salah satu tugas batin adalah memahami Allah karena hati (emosi) seseorang sangat dekat untuk mengetahui kebesaran-Nya. Pandangan Al Ghazal diberikan sebagai pedoman bagi orang-orang yang ingin memahami diri sendiri dan menyadari hakekatnya, siapa saya, mengapa saya diciptakan, apa tujuan saya, kemana saya kembali. Kesadaran untuk mewujudkan hakikat diri sekurang-kurangnya merupakan salah satu tujuan utama kepemimpinan Islam, yang harus dijadikan program rancangan unggulan yang diperkenalkan secara bertahap sejak dini. Kartini Kartono dan Jenny Andari menegaskan bahwa keyakinan akan kebesaran Tuhan tentu dapat meningkatkan jiwa, merasa aman, optimis dan memiliki pengharapan akan keadilan Tuhan di dunia dan di akhirat. Sikap keimanan dan keyakinan akan kekuasaan Allah memberi arti bagi kehidupan setiap individu.

Oleh karena itu, tujuan tertinggi dari reksa pastoral Islam adalah untuk membentuk kesempurnaan manusia dalam perilaku hidupnya, untuk mendapatkan keridhaan Allah melalui ingatan, pikiran dan perbuatan baik, sehingga dia dapat hidup bahagia di dunia ini dan di akhirat. Dzikir adalah usaha untuk terus mengingat dan bertawakal kepada yang satu itu, Sang Kholiq Allah, yang mengatur segala sesuatu di alam dan membawa kebahagiaan hidup. Selain itu aktivitas berpikir menunjukkan hak prerogatif manusia sebagai makhluk berakal untuk memahami ayat-ayat Kauniyyah tentang keagungan nikmat yang diberikan oleh Allah sehingga dapat dimanfaatkan secara bijak sesuai syariat. Dan terakhir, perbuatan baik menunjukkan adanya orang-orang seperti khalifah yang bisa bermanfaat bagi orang lain.

168 bentuk perjuangan. Orang selalu menghadapi masalah yang berbeda-beda, bahkan sering dikatakan tidak ada hidup tanpa masalah. Artinya selama manusia hidup di dunia ini, masalah tidak akan pernah luput dari perhatian manusia, baik masalah sederhana yang dapat diselesaikan sendiri tanpa bantuan orang lain, maupun masalah yang begitu kompleks dan sulit sehingga membutuhkan bantuan dan nasehat orang lain.

Dalam Al Qur’an salah satu kebiasaan manusia yang sering kali ditonjolkan adalah sikap mengeluh, Q. S. Al Ma’arij: 19-27

Artinya:

“19) Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. 20).

Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah, 21). Dan apabila ia mendapat kebaikan ia Amat kikir, 22). Kecuali orang-orang yang mengerjakan shalat, 23). Yang mereka itu tetap mengerjakan shalatnya, 24).

Dan orangorang yang dalam hartanya tersedia bagian tertentu, 25). Bagi orang (miskin) yang meminta dan orang yang tidak mempunyai apa-apa (yang tidak mau meminta),26). Dan orang-orang yang mempercayai hari pembalasan, 27). Dan orang-orang yang takut terhadap azab Tuhannya”.

Penyimpangan dari makna ayat di atas menunjukkan bahwa sikap pilih-pilih, keserakahan dan kecerobohan adalah sebagian kecil dari sikap yang berlaku di kalangan masyarakat. Namun, di akhir ayat, Allah membuat pengecualian bagi mereka yang dikatakan mushollin (orang yang shalat).

Menurut Abi Al Fida dari Tafsir Ibnu Katsir, mushollin adalah orang yang selalu melaksanakan shalatnya dengan khusyuk dan tenang tanpa ada unsur luar yang dapat merusak kekhusyukan shalatnya. Orang yang disebut mushollin juga adalah orang yang senantiasa (mudawamah) ingin berbuat kebaikan. Nabi Muhammad saw memuji umatnya yang senantiasa memenuhi perintah Allah SWT dalam firman-Nya: Ahabbul a'mali ilallahi adwamuha wa in qolla Sebaik-baik amal yang lebih dicintai Allah adalah sikap yang konsisten, meski hanya sedikit. Maka dari itu mengeluh dalam menghadapi masalah dapat dikendalikan dengan menjadi pribadi yang rendah hati (goal) dan sabar. Namun, kebanyakan orang sering melakukan kesalahan dalam memahami masalah yang dimilikinya, bahkan tidak sedikit pula yang merasa tidak memiliki masalah.

Keberadaan konseling Islam sebagai kegiatan yang memberikan bimbingan, pengajaran dan bimbingan kepada mereka yang membutuhkan harus bertujuan untuk mengembangkan potensi akal, kepribadian, iman dan keyakinan mereka sehingga mereka dapat menghadapi masalah kehidupan yang layak dan mandiri secara memadai untuk melihat Al-Qur'an dan bagaimana - melihat Sunnah Nabi. Berbagai kegiatan konseling keislaman telah dirumuskan oleh para pakar dan pakar konsultasi keislaman sebagai berikut: Menurut Tohari Musnamar fungsi konseling Islam tidak berbeda

169 dengan fungsi pendidikan Islam, beliau mengatakan bahwa fungsi konseling Islam terdiri dari beberapa fungsi, antara lain:

1. Fungsi preventif atau preventif yaitu untuk mencegah timbulnya masalah pada diri seseorang,

2. Tindakan reparatif atau remedial yaitu memecahkan atau mengatasi masalah yang dihadapi seseorang,

3. Fungsi konservasi bertujuan membantu individu untuk (menyelesaikan) situasi dan kondisi yang semula baik dan mempertahankannya dalam waktu yang lama, dan

4. Fungsi perkembangan atau developmental, yaitu. untuk membantu individu mempertahankan dan mengembangkan situasi dan kondisi yang lebih baik agar tetap baik atau menjadi baik, sehingga tidak membiarkan dirinya menjadi penyebab masalah.

Menurut Arifin, tugas memberikan konseling Islam secara garis besar dapat dibagi menjadi dua bagian. Pelaksanaan nasehat konseling islami dapat berjalan dengan baik manakala nasehat konseling islami dapat memenuhi dua fungsi utamanya, yaitu:

1. Fungsi Umum

a. Mengusahakan agar konseli terhindar dari segala gagasan dan Hambatan yang membahayakan kelancaran proses perkembangan dan pertumbuhan

B. Membantu memecahkan kesulitan yang dihadapi setiap mentee

C. Mengungkapkan realitas psikologis yang dikendalikan terkait dengan kemampuan diri sendiri. Serta minat terhadap kesadarannya akan kemampuannya dalam kaitannya dengan tujuan yang ingin dicapainya.

D Membimbing tumbuh kembang mentee secara optimal sesuai dengan realitas keterampilan, minat dan bakatnya.

e. Memberikan informasi tentang segala sesuatu yang dibutuhkan oleh auditee.

2. Fungsi khusus

A fungsi distribusi. Peran ini adalah tentang membantu mentee memilih sesuatu yang mereka sukai, baik yang berhubungan dengan pendidikan maupun pekerjaan, berdasarkan keterampilan dan bakat mereka.

170 B. Fungsi menyesuaikan subjek dengan kemajuan dalam perkembangan optimal untuk mencapai kesesuaian, membantu subjek untuk mengidentifikasi dan memahami masalah yang dihadapi dan mampu menyelesaikannya.

C Tugasnya adalah menyesuaikan kurikulum dengan keterampilan, minat, bakat, dan kebutuhan pengawas.

Pembagian tugas konseling Islam di atas (tugas umum dan tugas khusus) pada dasarnya menekankan bahwa tugas konseling Islam secara umum adalah mengembangkan seseorang menuju keutuhan, sedangkan tugas khusus menunjukkan adanya latar belakang eksistensi manusia yang berbeda-beda. Mengatur ruang dan waktu sedemikian rupa sehingga fungsi yang diharapkan juga memiliki ciri khusus yang disesuaikan dengan kondisi orang yang ditolong. Perbedaan kondisional dan situasional, seperti perbedaan sosial, budaya, dan geografis setiap mentee, menuntut pemisahan kegiatan umum dan khusus tanpa merusak cita-cita kepemimpinan Islam.

Antara lain, Aswadi juga mengeluarkan rumusan luas tentang fungsi pastoralisme Islam. Penggolongan berbagai kegiatan yang dilakukannya didasarkan pada asumsi tentang berfungsinya keberadaan manusia di muka bumi sebagai berikut:

1. Fungsi Pencegahan

Kewajiban preventif (pencegahan) adalah upaya untuk menghindari sesuatu yang tidak baik atau menjauhkan diri dari larangan Allah. Fungsi pencegahan diharapkan dapat membantu mahasiswa/mentee mengantisipasi berbagai potensi masalah dan berusaha mencegahnya agar mahasiswa/mentee tidak mengalami masalah dalam kehidupannya. Ajaran Islam menghimbau agar manusia berhati-hati sebelum mendapat masalah dengan apa yang dianggap tiran. Demikian pula dengan isi Pedoman Hidayah Islam yang semuanya berkaitan dengan Al-Qur'an dan Hadits menunjukkan bahwa pencegahan merupakan salah satu tugas yang harus dilaksanakan.

Hal ini Aswadi mengambil dasar dari Q.S. Al-Ankabut, 29: 45 Artinya:

“Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, Yaitu Al kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatanperbuatan) keji dan mungkar. dan Sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan”.

171 Surat Al-Ankabut ayat 45 menunjukkan bahwa ayat ini hanyalah contoh untuk memahami sesuatu yang dilarang oleh Allah SWT. Ini tindakan pencegahan, jadi kami tidak melakukan itu. Dalam hal ini fungsi preventif dicontohkan dengan pengabulan sempurna doa-doa yang menunggu ridha-Nya dan kembali kepada-Nya dengan khusyuk dan rendah hati. Ini dapat mencegah perbuatan keji dan jahat, karena doa yang benar sebenarnya dapat mencegah perbuatan jahat. Penyebab masalah.

2. Fungsi Pengembangan

Menurut Aswad, tujuan dari fungsi pengembangan adalah agar mentee dapat meningkatkan kinerja atau keterampilannya.

Pengembangan, yaitu penciptaan lingkungan belajar yang kondusif yang memfasilitasi perkembangan siswa/guru dengan menciptakan jaringan kerja sama. Aswadi menyebut surat Al-Mujjad itu sebagai penegasan fungsi pembinaan nasehat konseling Islami.

Aswadi mengambil dasar dari Q.S. Al-Mujadalah, 58: 11 Artinya:

“Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu:

“Berlapang-lapanglah dalam majlis”, Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan:

“Berdirilah kamu”, Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang- orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”.

Dari ayat ini kita dapat mengumpulkan informasi tentang adanya fungsi perkembangan, yaitu diharapkan orang yang dibimbing dapat meningkatkan prestasi atau kemampuannya. Dalam hal ini, tugas pembangunan dapat dicontohkan dengan meningkatkan kedekatannya kepada Tuhannya dengan tawadhu' atas perintah Allah, kemudian Allah akan mengangkat derajatnya dan menurunkan namanya sehingga ia dapat mengembangkan dirinya dalam kondisi tersebut. Kepribadian menurut kepentingannya dan situasi serta keadaan yang dihadapinya.

3. Fungsi Penyaluran

Dalam distribusi ini, pengikut menyelaraskan dirinya dengan sesuatu yang baik dan menyesuaikan dengan kemampuan dan kemungkinannya. Fungsi channeling dapat diartikan sebagai upaya untuk membantu mentee merencanakan pendidikan, pekerjaan dan karir masa depan mereka, termasuk pemilihan program khusus yang

172 sesuai dengan bakat, minat, bakat, keterampilan dan sifat kepribadian mereka.

Hal ini sebagaimana diisyaratkan dalam QS. Al-Baqarah, 2:

286

Artinya:

“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya....”

Fungsi channeling adalah fungsi yang memandu pengikut untuk melakukan tindakan yang baik atau menyesuaikan potensi kemampuan mereka. Dalam hal ini fungsi pembagian dapat digambarkan dalam tugas SWT yang diberikan oleh Allah SWT. untuk dilakukan dan diikuti oleh orang-orang beriman, yang merupakan berkah dan mudah dilaksanakan, sehingga hanya membebani mereka dengan hal-hal yang sesuai dengan kemampuannya.

4. Fungsi perbaikan

Koreksi ini bertujuan untuk mengatasi suatu perbuatan yang terlanjur jatuh ke dalam kemaksiatan dan berusaha untuk memperbaikinya. Koreksi dan Koreksi, yaitu membantu siswa/guru yang kesulitan mengoreksi kesalahan dalam berpikir, merasa, berkeinginan, dan bertindak. Supervisor atau konselor mempersiapkan supervisi agar memiliki pola pikir yang rasional dan emosi yang tepat sehingga supervisi siap untuk merencanakan dan melaksanakan tindakan yang produktif dan normatif.

Hal ini juga harus dihubungkan dengan Al-Qur’an atau dengan jalan diadakan penyuluhan, Aswadi mengambil dasar dari Q.S Yusuf: 87 Artinya: Hai anak-anakku, Pergilah kamu, Maka carilah berita tentang Yusuf dan saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir. Fungsi perbaikan yaitu untuk mengatasi suatu perbuatan yang sudah terlanjur dilakukan dan perbaikannya juga harus dihubungkan dengan Al-Qur’an. Dalam hal ini fungsi perbaikan dapat dicontohkan dalam upaya seseorang agar tidak berputus asa dengan segala upayanya. Seorang harus dapat mengambangkan sikap optimis dan menghindari pesimis di dalam menghadapi permasalahan. Aswadi mengambil dasar dari Q. S. Al- Nisa’/ 4: 110

Artinya:

“Dan Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan dan Menganiaya dirinya, kemudian ia mohon ampun kepada Allah, niscaya ia mendapati Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.

173 Allah maha pengasih, mengampuni umatnya yang mau bertaubat, meskipun telah berbuat salah, tetapi berusaha untuk memperbaiki segala kesalahan yang telah diperbuatnya.

Menurut Faqih (2001) tugas bimbingan dan konseling islami, yaitu:

1. Tindakan preventif yaitu membantu individu untuk melanggengkan atau mencegah masalah itu sendiri.

2. Kegiatan amelioratif atau remedial yang membantu individu memecahkan masalah yang mereka hadapi atau alami.

3. Fungsi perkembangan, yaitu memelihara kondisi yang baik agar tidak kembali buruk, dan mengembangkan kondisi yang baik menjadi lebih baik, sehingga menjadi troublemaker.

4. Fungsi pemeliharaan, yang membantu individu untuk melihat situasi dan keadaan yang awalnya buruk (bermasalah) sebagai baik (terpecahkan) dan baik dalam jangka panjang.

Berdasarkan penjelasan para ahli di atas, musyawarah Islam memiliki fungsi penting: Pertama, konseling Islami adalah memberikan bantuan untuk mencegah terjadinya masalah (tindakan preventif). Kedua, konseling Islam menawarkan bantuan untuk memecahkan masalah (tindakan penyembuhan). Ketiga, bimbingan Islami merupakan alat untuk meningkatkan pemahaman dan kesadaran diri siswa (fungsi pemahaman). Keempat, pemberian bantuan pengembangan diri melalui potensi peserta didik (kegiatan pengembangan dan penguatan).

Bimbingan Islami tidak hanya mendorong kesadaran psikologis peserta didik, tetapi juga kesadaran spiritual mereka dalam konteks pengembangan kepribadian menuju kepribadian manusia seutuhnya. Mengembangkan kepribadian ini, tentu saja mencakup nilai-nilai yang sesuai dengan moralitas Islam. Meskipun moralitas Islam secara teoritis telah diajarkan dalam mata pelajaran agama Islam baik di sekolah maupun di madrasah, bimbingan dan konseling Islam memiliki nilai praktis yang lebih besar. Hal ini dikarenakan siswa langsung menghadapi masalah yang dialaminya, sehingga pengajaran nilai-nilai Islam yang berkaitan dengan masalah tersebut menjadi lebih nyata dan efektif. Dalam keadaan seperti ini diharapkan kesadaran religius-psikologis siswa akan berkembang.

Mengingat peran mendasar tersebut, maka bimbingan Islam sangat efektif dalam proses transformasi akhlak Islami peserta didik.

Akhlak Islami ini memungkinkan peserta didik untuk tidak melakukan perbuatan yang tidak mengarah pada tujuan pendidikan, yaitu menjadi manusia yang sehat mental dan dewasa. Kedewasaan yang sehat, baik secara intelektual, emosional, sikap dan spiritual.

174 F. Asas-asas Bimbingan dan Konseling Islami

Asas dapat diartikan sebagai landasan, dasar atau landasan bagi pendidikan. Kepatuhan terhadap prinsip-prinsip nasihat konseling mempercepat pelaksanaan dan lebih menjamin keberhasilan layanan/kegiatan. Menurut Prayitno, ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam melaksanakan bimbingan dan konseling, yaitu:

1. Asas kerahasiaan

Apa pun yang didiskusikan pengawas dengan guru tidak boleh dibagikan kepada orang lain.

2. Asas kesukarelaan

Konselor diharapkan menjadi sukarelawan tanpa merasa terpaksa untuk membicarakan masalah yang mereka hadapi, dan konselor juga sangat membantu.

3. Asas keterbukaan

Konseli diharapkan terbuka untuk pemecahan masalah dan bersedia menerima saran dan komentar dari pihak luar..

4. Asas kekinian

Masalah individu yang ditangani saat ini adalah masalah ahli 5. Asas kemandirian

Tujuan dari proposal konseling adalah untuk membuat para pengikut mandiri, untuk mengenali diri mereka sendiri dan membuat keputusan sendiri.

6. Asas kedinamisan

Konseling Upaya layanan konseling memerlukan perubahan pada orang yang diasuhnya, yaitu perubahan perilaku ke arah yang lebih baik.

7. Asas kenormatifan

Usaha bimbingan dan konseling yang tidak boleh bertentangan dengan norma yang berlaku, baik itu norma agama, norma kesusilaan, norma hukum maupun kebiasaan sehari-hari

8. Asas keahlian

Bimbingan kepemimpinan harus dilakukan secara teratur dan sistematis dengan menggunakan prosedur, teknik dan alat yang tepat.

9. Asas alih tangan

Prinsip transfer adalah ketika konselor telah mengerahkan seluruh kemampuannya untuk membantu orang tersebut, tetapi yang bersangkutan belum tertolong seperti yang diharapkan, konselor dapat mengalihkan orang tersebut ke lembaga yang lebih kompeten.

Prinsip kepemimpinan tradisional pada dasarnya menekankan bahwa mentee adalah ahli yang memiliki kemampuan untuk membimbing menteenya baik secara tulus maupun profesional sehingga dapat meningkatkan taraf hidupnya untuk kehidupan yang lebih baik, terutama

175 mengingat mentalitas mentee. , dan berurusan dengan lingkungan mereka dan orang lain.

Dalam pelaksanaan nasehat konseling islami juga dikenal beberapa prinsip nasehat nasehat islami. Asas-asas tersebut merupakan asas-asas yang dijadikan acuan dalam pelaksanaan penggembalaan Islam. Namun, karena implementasinya sangat kompleks dan titik awalnya adalah kompleksitas manusia, prinsip-prinsip ini merupakan prinsip inti yang dapat dikembangkan secara lebih luas. Karena Islam adalah agama yang sempurna untuk mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat, niat ilahi yang terkandung dalam Al-Qur'an dan Hadits adalah jawaban akhir untuk semua masalah kehidupan manusia.

Tohari Musnamar berkeyakinan bahwa nilai-nilai yang diambil dari sumber ajaran Islam dijadikan landasan pelaksanaan nasehat Islam. Untuk ini ia mengusulkan sepuluh prinsip, yaitu: prinsip tauhid, taqwa, akhlak al- karima, kebahagiaan akhirat, cinta, toleransi, berpuas diri dan kebaikan bersama, kompetensi, kehandalan dan kebijaksanaan.

Senada dengan Tohari, Aswadi mengemukakan 15 asas dalam pelaksanaan Bimbingan Konseling Islam yaitu:

1. Asas Kebahagiaan Dunia dan Akhirat

Kebahagiaan hidup di dunia bagi seorang muslim hanyalah kebahagiaan yang bersifat sementara, kebahagiaan di akhirat adalah tujuan utamanya, karena kebahagiaan di akhirat adalah kebahagiaan yang abadi. Tujuan akhir dari Bimbingan Konseling Islam adalah untuk membantu konselor yaitu orang-orang yang dibimbing untuk mencapai kebahagiaan hidup yang selalu dirindukan setiap muslim.

Sebuah perusahaan jasa konsultan dapat mempengaruhi pengikutnya untuk mendapatkan petunjuk atas masalah yang mereka hadapi dan menyadarkan mereka akan kebahagiaan sejati yang berasal dari Allah SWT. Dan kemudian dia menjadikan hidupnya lebih baik dan lebih terarah dan dapat mencapai kebahagiaan di dunia dan di akhirat . Sebagaimana dijelaskan dalam Q.S. Al Qashash, 28: 77;

Artinya:

“Dan carilah pada apa yang Telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah Telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orangorang yang berbuat kerusakan”.

176 Ibnu Jarir Al Thobari dalam karya monumentalnya Jamiul Bayan An Ta’wili Ayatil Qur’an menjelaskan tentang tafsir Q.S. Al-Qashash, 28:

77 di atas: Pertama, untuk mencapai kehidupan yang kekal di akhirat, manusia tidak boleh meninggalkan kehidupan di dunia karena perbuatan yang dilakukan di dunia akan mendapat balasan di akhirat. Kedua, meskipun hidup di sini adalah hidup yang kekal, manusia tidak boleh mengabaikan hal-hal yang harus dilakukan dalam kehidupan dunia ini, seperti mencari nafkah untuk mencari nafkah, yaitu turut serta dalam rezeki yang diberikan Allah. asalkan untuk kita (rakyat). Ketiga, disyariatkan untuk selalu mencari hal-hal yang halal dan baik untuk memenuhi kebutuhan akhirat. Ayat ini menunjukkan bahwa proses konseling dilakukan dengan melihat dua aspek kehidupan, yaitu dunia dan akhirat. Dalam memimpin atau mengarahkan, konselor sekolah harus selalu mengingatkan pengawas untuk memahami hakikat kehidupan di dunia dan akhirat Q. S. Al Baqarah, 2: 201.

Artinya:

“Dan di antara mereka ada yang berdo’a: ya Allah kami, berilah kami kebahagiaan di dunia dan kebahagiaan di akhirat dan perihalah kami dari siksa api neraka.”

2. Asas Fitrah

Menurut Islam, manusia dilahirkan secara fitrah dengan berbagai kemampuan potensi bawaan dan mereka memiliki kemampuan beragama sehingga tingkah laku dan perbuatannya sesuai dengan fitrahnya. Tujuan dari prinsip Fitrah didasarkan pada Fitrah Allah:

berarti ciptaan Tuhan. Tuhan menciptakan manusia dengan naluri religius, yaitu agama tauhid. Kalau ada orang yang tidak percaya tauhid, itu tidak wajar. Mereka tidak percaya pada tauhid, itu hanya karena faktor lingkungan. Seperti yang dijelaskan dalam Q.S. Ar Rum, 30: 30;

Artinya:

“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah;

(tetaplah atas) fitrah Allah yang Telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”.

Dalam Al-Qur’an uraian tentang fitrah manusia termaktub dalam surat Al-Rum Q.S (30:30). Anwar Sutoyo menginterptretasi mengenai fitrah sebagai berikut:

177 a) Fitrah adalah keyakinan akan keesaan Allah swt yang Allah tanamkan

dalam diri manusia sejak mereka dalam kandungan.

b) Fitrah dipahami sebagai penerimaan seseorang terhadap kebenaran dan tekad untuk menerimanya.

C. Fitrah adalah keadaan atau keadaan ciptaan dalam diri manusia yang menjadikan manusia sebagai makhluk yang memiliki potensi untuk mengenal Tuhan dan hukum-Nya.

D. Alam sebagai unsur dan sistem yang Tuhan berikan kepada setiap makhluk.

Orang menjadi khalifah sebagai hamba Tuhan di bumi ini.

Sebagai wakil Tuhan dalam membimbing dan memakmurkan kehidupan di planet ini. Itulah sebabnya diyakini bahwa umat Allah tidak hanya dapat, tetapi juga berhasil dalam tugas ini. Dalam kehidupan ini, seseorang diberkahi dengan kekuatan atau esensi diri yang berbeda yang berkembang dalam proses pembentukan.

3. Asas Lillahi Ta`alah

Seorang imam muslim diangkat hanya atas karunia Allah, konsekuensi dari prinsip ini berarti bahwa imam melakukan pekerjaannya dengan penuh keikhlasan dan tanpa pamrih. Sedangkan mereka yang dibimbing dengan ikhlas dan rela menerima atau meminta petunjuk nasehat, karena semua pihak merasa bahwa apa yang dilakukan adalah milik Tuhan semata dan harus menghadap kepada-Nya sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya sebagai makhluk Allah yang harus senantiasa menghadapi kepada-Nya.

Maksud dari asas lillahi ta'ala adalah bahwa pelaksanaan kepemimpinan penggembalaan Islam diarahkan sepenuhnya kepada Allah, segala usaha yang dilakukan oleh manusia tanpa ridha Allah maka tidak dilakukan sesuai dengan ketentuan-Nya. Oleh karena itu, setiap tindakan membutuhkan keikhlasan untuk menjalaninya.

Artinya:

Katakanlah: “Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.”

Pada surat lain diterangkan pula;

Artinya:

“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allahdengan memurnika ketaatan kepada-Nya dalam (meenjalankan) agama dengan lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat, dan demikian itulah agama yang lurus”.

Dalam dokumen Buku Ajar (Halaman 178-195)