• Tidak ada hasil yang ditemukan

Landasan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Dalam dokumen Buku Ajar (Halaman 46-50)

LANDASAN BIMBINGAN DAN KONSELING

Materi 3: Landasan BK Landasan BK

E. Landasan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

35 3. Pendidikan lebih lanjut sebagai inti tujuan bimbingan dan konseling Tujuan bimbingan dan konseling tidak hanya mendukung penguatan tujuan pendidikan tetapi juga proses pendidikan secara umum. Hal ini dapat dipahami karena program bimbingan dan konseling mencakup aspek tugas perkembangan individu, khususnya bidang kematangan profesional, kematangan pribadi dan emosional, serta kematangan sosial, semuanya untuk siswa sekolah dasar (SD dan SLTP) dan sekolah menengah. . Hasil orientasi dan arahan di daerah mendukung keberhasilan pelatihan secara umum. Konseling merupakan bagian penting dari proses pendidikan dan memberikan kontribusi untuk keberhasilan proses pendidikan di sekolah.

36 statistik dan evaluasi memberikan wawasan dan teknik. pengukuran dan evaluasi karakteristik individu; Biologi menawarkan pemahaman tentang kehidupan fisik individu. Ini sangat penting untuk teori dan praktik kepemimpinan dan manajemen..

3. Pengembangan bimbingan konseling melalui penelitian

Pengembangan teori dan pendekatan bimbingan dan konseling dapat dikembangkan melalui pemikiran dan refleksi, namun pengembangan yang lebih lengkap dan teruji praktik adalah ketika pemikiran dan refleksi juga mempertimbangkan hasil penelitian di lapangan. Temukan bukti ketepatan/keefektifan mata pelajaran dengan mendalami teori dan praktek bimbingan dan konseling. Layanan bimbingan dan konseling akan terus dikembangkan dan ditingkatkan karena berbagai aspek yang terkait dengan PO terus dieksplorasi.

Kepemimpinan dan konsultasi adalah ilmu yang multireferensi.

Beberapa disiplin ilmu lain telah berkontribusi dalam pengembangan teori dan praktik konseling dan konseling, seperti:

Psikologi, pedagogi, statistika, evaluasi, biologi, filsafat, sosiologi, antropologi, ekonomi, manajemen, hukum dan agama. Dari disiplin ilmu tersebut, beberapa konsep telah diadopsi untuk kepentingan pengembangan kepemimpinan dan konseling, baik dalam pengembangan teori maupun praktik. Perkembangan teori dan pendekatan supervisi dan konseling terjadi tidak hanya melalui pemikiran kritis para ahli, tetapi juga melalui berbagai bentuk penelitian.

Sejalan dengan perkembangan teknologi, khususnya teknologi informasi komputer, peran komputer dalam bimbingan dan konseling telah berkembang sejak tahun 1980-an. Menurut Gausel (Prayitno, 2015), bimbingan karir dan bimbingan pendidikan merupakan bidang yang sering digunakan layanan komputer. Tn. Surya (2006) mengemukakan bahwa sesuai dengan perkembangan teknologi informasi, interaksi antara konselor dengan orang yang dilayaninya (klien) tidak hanya melalui hubungan personal, tetapi juga dapat bersifat maya (virtual).

Hubungan melalui Internet dalam bentuk "cyber konseling".

Dikemukakan pula bahwa perkembangan di bidang teknologi komunikasi menuntut para pelatih mau dan menyesuaikan diri dengan manajemen teknologi dalam pelaksanaan bimbingan dan konsultasi.

Dengan basis keilmuan dan teknologi tersebut, maka peran pendidik juga termasuk menjadi seorang ilmuwan, sebagaimana dikemukakan McDaniel (Prayitno, 2015) bahwa pendidik adalah seorang ilmuwan. Seperti ilmuwan, konselor harus mampu mengembangkan pengetahuan dan teori tentang kepemimpinan dan konseling, baik berdasarkan hasil pemikiran kritisnya maupun melalui berbagai kegiatan penelitian.

37 F. Landasan Sosial dan Budaya

Yayasan Sosial Budaya merupakan yayasan yang dapat memberikan pemahaman kepada konselor tentang dimensi sosial dan dimensi budaya sebagai faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku individu. Individu pada hakekatnya merupakan produk dari lingkungan sosio-kultural tempat ia hidup. Sejak lahir ia dilatih dan diajarkan untuk mengembangkan perilaku sesuai dengan tuntutan sosial budaya di sekitarnya. Kegagalan untuk memenuhi persyaratan sosial budaya dapat menyebabkan pengucilan dari lingkungan. Lingkungan sosial budaya yang mendasari dan total individu berbeda, menyebabkan perbedaan dalam perilaku dan proses pembentukan kepribadian orang yang bersangkutan.

Apabila perbedaan sosial budaya tersebut tidak “dijembatani”, maka tidak menutup kemungkinan akan muncul konflik internal dan eksternal yang pada akhirnya dapat menghambat proses perkembangan pribadi dan perilaku individu dalam kehidupan pribadi dan sosial.

Dalam proses konseling terdapat komunikasi interpersonal antara konselor dan klien, yang dapat terjadi antara konselor dan klien dengan latar belakang sosial dan budaya yang berbeda. Pederson dalam Prayitno (2003) mengusulkan lima sumber hambatan berbeda yang dapat muncul dalam komunikasi sosial dan penyesuaian lintas budaya, yaitu: a) perbedaan bahasa; b) komunikasi non-verbal; c) stereotip; d) kecenderungan untuk menghakimi; dan (e) ketakutan. Kurangnya bahasa lawan bicara dapat menyebabkan kesalahpahaman.

Bahasa nonverbal seringkali memiliki makna yang berbeda dan bahkan mungkin bertentangan. Stereotip cenderung menggeneralisasi karakteristik individu atau kelompok tertentu berdasarkan bias subjektif (sosial) yang biasanya tidak sesuai. Evaluasi orang lain tidak hanya mengarah pada evaluasi positif, tetapi juga pada reaksi negatif. Ketakutan muncul ketika seseorang memasuki lingkungan budaya yang berbeda yang unsur-unsurnya dianggap asing. Ketakutan yang berlebihan terhadap suasana lintas budaya dapat menimbulkan culture shock karena tidak mengetahui apa, dimana dan kapan harus melakukan sesuatu. Agar komunikasi sosial antara konselor dan klien menjadi harmonis, lima hambatan komunikasi harus diramalkan.

Mengenai layanan bimbingan dan konseling di Indonesia, Moh.Surya (2006) mengkaji trend konseling dan konseling multikultural bahwa konseling dan konseling multikultural sangat cocok untuk lingkungan multikultural seperti Indonesia. Bimbingan dan konseling dalam semangat Bhinneka Tunggal Ika yaitu kesetaraan sebelum keragaman.

Tawaran bimbingan dan konseling harus lebih berorientasi pada nilai-nilai budaya masyarakat yang benar-benar mampu membentuk kehidupan yang harmonis dalam kondisi majemuk.

38

REFLEKSI

1. Jelaskan secara singkat mengenai landasan filosofis BK ? 2. Jelaskan secara singkat mengenai landasan religi BK ? 3. Jelaskan secara singkat mengenai landasan yuridis BK ? 4. Jelaskan secara singkat mengenai landasan psikologis BK ? 5. Jelaskan secara singkat mengenai landasan IPTEK BK ?

39 A. Bidang Layanan Dalam Permendikbud No. 111 Tahun 2014

Layanan bimbingan dan konseling lembaga pendidikan mencakup empat bidang layanan, yaitu layanan pengembangan pribadi, sosial, pembelajaran, dan profesional. Pada hakekatnya pembinaan ini merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dari setiap individu siswa/pemimpin.

1. Bimbingan dan Konseling Pribadi a. Pengertian

Proses dimana seorang konselor atau pembimbing dan tutor membantu peserta didik/pemimpin memahami, menerima, memimpin, mengambil keputusan dan memenuhi aspek pribadinya secara bertanggung jawab untuk mencapai perkembangan pribadi yang optimal dan kebahagiaan dapat serta keamanan dalam kehidupan.

b. Tujuan

Bimbingan dan konseling personal dirancang untuk membantu siswa/mentee (1) memahami potensi diri sendiri dan memahami kekuatan dan kelemahan, serta kondisi fisik dan psikologis, (2) mengembangkan cara untuk berhasil dalam hidup mereka, (3)) menerima kelemahan . dalam kondisinya sendiri dan mengatasinya dengan baik, (4) tercapainya perkembangan yang serasi antar karsa Ciptarasa, (5) tercapainya kedewasaan/kedewasaan karsa Ciptarasa dalam hidup sesuai dengan nilai-nilai luhur, dan (6) berorientasi secara optimal pada nilai-nilai budaya dan agama untuk menyadari potensinya.

c. Ruang Lingkup

Secara umum cakupan materi bimbingan dan konseling personal meliputi pemahaman diri, pengembangan kelebihan diri, mitigasi kelemahan diri, keselarasan dalam pengembangan cipta-indra, kematangan/kematangan kreativitas-indra dan realisasi diri. dalam perilaku orang yang bertanggung jawab Materi bimbingan dan konseling personal dapat dirumuskan berdasarkan analisis kebutuhan pengembangan diri peserta didik, kebijakan pendidikan yang akan dilaksanakan dan kajian literatur.

BAB IV

Dalam dokumen Buku Ajar (Halaman 46-50)