• Tidak ada hasil yang ditemukan

Layanan Konsultasi

Dalam dokumen Buku Ajar (Halaman 98-103)

JENIS LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING

Materi 5: Jenis Layanan BK

G. Layanan Bimbingan Kelompok

I. Layanan Konsultasi

Peter Salim dan Yenny Salim (2002) menjelaskan bahwa bimbingan (konsultasi) mengacu pada segala upaya untuk membantu semua guru sekolah dan orang tua siswa untuk mendorong perkembangan siswa yang lebih baik. Konsultasi didefinisikan sebagai pertukaran ide untuk mendapatkan hasil yang sebaik mungkin (saran, saran).

Definisi Konseling Dalam program bimbingan dan konseling adalah proses pemberian bantuan teknis kepada konselor, orang tua, administrator, dan konselor lainnya untuk mengidentifikasi dan mengatasi masalah yang

88 membatasi efektivitas siswa atau sekolah. Konseling atau psikoterapi, karena konseling bukanlah pelayanan yang langsung kepada klien, tetapi melayani klien secara tidak langsung melalui bantuan orang lain.

Khamim Zarkasih Putra (2016) menyatakan bahwa konseling adalah suatu kegiatan dimana saling pengertian dan kepedulian antara konselor atau konselor dengan guru dan guru spesialis, orang tua, kepala satuan pendidikan atau pihak lain yang terkait, dengan tujuan agar tercipta kesepahaman bersama dan dukungan yang diharapkan mendapat bimbingan. . dan saran tentang pelaksanaan program layanan.

Selain itu, dr. Sukatman (2015) Padahal bimbingan konseling adalah layanan yang membantu siswa dan/atau pihak lain untuk memperoleh wawasan, pemahaman dan cara yang harus dilakukan dalam menghadapi keadaan dan/atau masalah siswa. Konseling dalam Program Konseling memberikan keberadaan profesional bagi guru, orang tua, konselor dan lainnya yang tujuannya adalah untuk mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah yang menyebabkan hambatan komunikasi.

Menurut Mamat Suprianto (2011) memandang bimbingan dalam program bimbingan dan konseling sebagai “proses pemberian bantuan teknis kepada guru, orang tua, administrator, dan konselor lainnya untuk mengidentifikasi dan mengatasi masalah yang membatasi keefektifan siswa atau sekolah”.

Layanan konseling tidak ditujukan langsung kepada siswa, tetapi melayani siswa secara tidak langsung melalui bantuan orang lain, yaitu. H.

layanan ini menawarkan kesempatan kepada setiap orang yang terlibat untuk berpartisipasi dalam pemrosesan masalah pihak ketiga.

Di sisi lain, Elfi Mu'awanah (2009) menyatakan bahwa layanan konseling adalah proses yang berlangsung dalam suasana kerjasama dan hubungan interpersonal dan yang tujuannya untuk memecahkan masalah profesional konseli. Ada tiga unsur dalam nasihat, yaitu klien, orang yang meminta nasihat, dan penasihat.

Dari beberapa sudut pandang, dapat dipahami bahwa jasa advisory adalah salah satu jasa pembimbingan dan penasehatan yang dilakukan oleh seorang direktur yang disebut client advisor atau disebut konsultan untuk membantu memecahkan masalah pihak ketiga, memberikan wawasan, pemahaman dan cara-cara yang konsultan harus bertindak.

Layanan konseling merupakan bagian dari layanan bimbingan dan konseling, sehingga tujuan layanan ini sangat mendukung tercapainya tujuan konseling. Nurishan (2006) menjelaskan bahwa pada hakekatnya semua kegiatan tidak terlepas dari tujuan yang dapat dicapai maupun dari tujuan suatu jasa konsultasi, adapun tujuan suatu jasa konsultasi adalah:

1. Mengembangkan dan meningkatkan lingkungan belajar bagi siswa, orang tua, dan administrator sekolah.

2. Meningkatkan komunikasi dengan mengembangkan pengetahuan antar key people.

3. Menyatukan orang-orang dengan peran dan tanggung jawab yang berbeda untuk melengkapi lingkungan belajar.

89 4. Perluasan layanan ahli.

5. Memperluas layanan pendidikan guru dan penerimaan 6. Membantu orang lain belajar tentang perilaku.

7. Ciptakan lingkungan yang mencakup semua komponen lingkungan belajar yang baik.

8. Jalankan organisasi independen.

Secara umum, jasa konsultasi bertujuan agar klien (mahasiswa) dapat menangani kondisi atau masalah yang dialami oleh pihak ketiga dengan kemampuan terbaiknya sendiri. Pihak ketiga adalah orang-orang yang berhubungan baik dengan konsultan sehingga permasalahan yang dihadapi oleh pihak ketiga sekurang-kurangnya sebagian menjadi tanggung jawab konsultan. Tujuan jasa konsultasi justru agar konsultan memiliki otonomi berupa visi, pengertian dan cara kerja, yang berhubungan langsung dengan situasi atau permasalahan orang lain. Tiga pihak terlibat dalam proses konsultasi, yaitu. H. guru pembimbing, pembimbing dan pihak ketiga.

1. Guru Pembimbing.

Guru konseling adalah profesional konseling yang memiliki lisensi untuk memberikan layanan konseling di bidang tugas pekerjaan.

Salah satu layanan yang ditawarkan adalah layanan konsultasi.

2. Konsulti.

Konsulti adalah individu yang meminta bantuan Penasihat untuk menyelesaikan kondisi atau masalah pihak ketiga di bawah tanggung jawabnya. Guru pembimbing dimintai bantuan karena konselor tidak mampu menghadapi situasi dan/atau masalah pihak ketiga.

3. Pihak ketiga.

Pihak ketiga adalah orang-orang yang keadaan dan/atau masalahnya ditanyakan oleh konsultan. Menurut konselor, kondisi atau masalah pihak ketiga perlu disikapi, dan konselor merasa bertanggung jawab (setidaknya terlibat) untuk mengatasinya.

Tohiri (2013:) menyatakan bahwa muatan konseling dapat mencakup berbagai tujuan perkembangan dalam bidang kehidupan pribadi, hubungan sosial, pendidikan, pekerjaan, keluarga dan keagamaan. Konten saran dapat mencakup berbagai pengalaman hidup individu (pihak ketiga).

Hal-hal yang didengar harus diprioritaskan pada masalah yang berkaitan dengan status kemahasiswaan.

Secara umum teknik yang digunakan dalam jasa konsultasi ini dapat menggunakan teknik umum dan teknik khusus, karena sepintas jasa konsultasi ini memiliki kemiripan dengan jasa konsultasi perorangan.

Teknik umum adalah seperangkat tindakan yang dilakukan oleh seorang konselor (konsultan) untuk mengembangkan proses konseling konsultatif.

Teknik umum dimulai dengan konsultasi, pengaturan tempat duduk, pengaturan, kehangatan, keterbukaan, pengaturan tempat duduk, pengaturan tempat duduk, kontak mata, ajakan terbuka untuk berbicara, dan lain-lain.

90 Pada saat yang sama, teknik konseling khusus harus mengubah perilaku klien terhadap masalah pihak ketiga. Teknik ini diawali dengan perumusan tujuan yaitu nasehat atas apa yang telah dicapai berupa tingkah laku nyata, perkembangan tingkah laku itu sendiri, penguatan keinginan, nasehat, penyusunan kontrak dan bila perlu pengalihan kasus. Selain itu, konsultan harus memiliki keterampilan yang dapat dikelola yang harus diterapkan pada pihak ketiga, keterampilan tersebut meliputi: Penerapan alat pengajaran, tiga M, pertanyaan terbuka, motivasi minimal, refleksi dan teknik perubahan perilaku tertentu seperti memberikan informasi dan contoh, latihan sederhana, memberikan saran yang tepat. Kemampuan lain adalah menyerahkan pihak ketiga kepada pengawas atau pihak lain ketika konsultan tidak mampu menyelesaikan masalah dengan pihak ketiga.

Tohiri (2013) menyatakan bahwa pelaksanaan layanan konsultasi berlangsung dalam beberapa tahapan, yaitu perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, analisis hasil evaluasi, serta pemantauan dan pelaporan. Pertama tema yang menyertakan fitur: (a) penunjukan konsultan, (b) penyelenggaraan pertemuan, (c) pendirian fasilitas pelayanan, dan (d) penyiapan persyaratan administrasi.

Kedua, implementasi, yang meliputi langkah-langkah berikut: (a) menyetujui konsultasi, (b) mengatur penataan konsultasi, (c) mendiskusikan pertanyaan tripartit yang diajukan oleh konsultan, (d) mendorong dan melatih konsultan untuk: (1) dapat menangani masalah pihak ketiga, (2) menggunakan sumber daya yang ada untuk membahas masalah pihak ketiga, (e) mendorong keterlibatan konsultatif dalam menangani masalah pihak ketiga terkait dengan bahasa dan metode konseling, (f) segera untuk melaksanakan evaluasi.

Ketiga. Evaluasi layanan konseling melibatkan tiga aspek atau tiga bidang, yaitu (a) pemahaman (understanding) yang diterima konselor, (b) perasaan yang dikembangkan konselor (kenyamanan) dan (c) tindakan (tindakan) apa yang dilakukannya untuk Dia. dimaksudkan untuk menangkap dilakukan setelah negosiasi selesai. Evaluasi kegiatan konsultasi yang akan dilakukan merupakan penilaian jangka pendek yang ditujukan pada bagaimana konsultan mengimplementasikan hasil konsultasi untuk mengatasi permasalahan pihak ketiga. Dengan kata lain, penilaian ini menitikberatkan pada bagaimana hasil konsultasi tersebut diimplementasikan dalam rangka penyelesaian permasalahan pihak ketiga.

Keempat, analisis hasil evaluasi. Pada tahap ini, hasil evaluasi diinterpretasikan untuk pihak ketiga dan konsultan itu sendiri. Yang kelima mengikuti. Tujuan dari tindakan yang diambil dalam fase ini adalah untuk melakukan negosiasi lanjutan dengan konsultan untuk membahas hasil evaluasi dan menetapkan arah dan tindakan lebih lanjut.

Keenam, laporan kegiatan sebagai berikut: (a) mendiskusikan dengan konsultan laporan yang diminta oleh konsultan, (b) mendokumentasikan laporan layanan konsultasi.

91 Menurut Gerald A. Caplan dalam Winkel dan Hastuti (2007), ada dua jenis metode konseling, yaitu (1) pendekatan yang berpusat pada klien, di mana konselor bertemu dengan mentee secara pribadi dan kemudian menyampaikan pendapat, saran, dan umpan baliknya. . ke pesta meminta bantuan (konselor). Dalam pendekatan ini, konselor bertemu langsung dengan mentee, mengidentifikasi masalah mentee, membuat diagnosa, dan kemudian menasehati konselor; (2) pendekatan yang berpusat pada konsultasi, yaitu konsultan menerima informasi tentang klien dari konsultan. Setelah menerima informasi, konsultan dan konsultan merencanakan beberapa tindakan yang perlu dilakukan.

Selain itu, persyaratan (2011) menyebutkan bahwa ada tiga model konseling, yaitu:

1. Model Triadik Dependen (Triadic-Dependent Model). Dalam model ini, mentor dipandang sebagai ahli pemecahan masalah yang membutuhkan bantuan untuk memecahkan masalah mentee. Mentor bekerja dengan mentee untuk mengubah mentee. Namun, pada akhirnya, konseling membantu mengubah pengalaman mentee dengan bantuan konselor dan mentee. Tujuan langsung dari model konseling ini adalah untuk meningkatkan keterampilan, pengetahuan dan objektivitas konselor sehingga konselor dapat melaksanakan rencana intervensi layanan dengan lebih baik sehingga terjadi perubahan pada pengasuh atau siswa 2. Model Kolaboratif Dependen (Collaborative-Dependent Model). Dalam

model ini, proses membantu berbeda dari sudut pandang konsultan sebagai ahli tertentu. Kemudian konsultan melanjutkan pekerjaannya, tergantung pada: a) pemecahan masalah konsultan; b) pengetahuan konsultan tentang perkembangan normal dan abnormal; (c) keterampilan konsultan untuk perubahan sistem dan manajemen yang efektif. Dalam hubungan model kolaboratif yang bergantung ini, konsultan juga meningkatkan keahlian konsultasinya dalam mengubah topik dan sistem. Hubungan kerja menjadi sangat penting dalam model ini. Konsultan yang menggunakan model ini cenderung melatih konsultan dalam proses pemecahan masalah. Oleh karena itu, dalam model konseling ini, konselor tidak hanya berperan sebagai ahli, tetapi juga sebagai mitra dalam mendefinisikan masalah, melaksanakan intervensi, serta mengevaluasi dan memantau. Konselor dan penasihat bersama- sama menetapkan tujuan untuk perubahan pada orang yang mereka sayangi (siswa). Penasihat dan konsultan menggunakan keahlian mereka untuk menyelesaikan proses pemecahan masalah

3. Model Kolaboratif Interdependen (collaborative-interdependet model).

Model ini digunakan dengan sangat efektif untuk membantu mengendalikan masalah yang sangat kompleks, yaitu masalah yang banyak contoh dan konteksnya. Dalam model ini, layanan konsultasi dipahami sebagai proses interaktif di mana kelompok masyarakat dengan keahlian yang berbeda bekerja sama untuk memecahkan masalah. Model ini menekankan proses pemecahan masalah yang saling

92 bergantung antara anggota keluarga, pendidik, konselor, remaja, dan anggota masyarakat. Dalam model ini, posisi ahli tidak hanya di satu sisi, tetapi di semua sisi, sehingga berbagi dan mentransfer informasi untuk memecahkan masalah menjadi sangat mungkin. Pertukaran informasi kemudian menghasilkan rencana aksi yang komprehensif.

Dalam dokumen Buku Ajar (Halaman 98-103)