• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tujuan Bimbingan dan Konseling Islami

Dalam dokumen Buku Ajar (Halaman 171-178)

KONSEP DASAR BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM

Materi 9: Konsep Dasar BKI

D. Tujuan Bimbingan dan Konseling Islami

Melalui tujuan seseorang merasakan dasar-dasar ilmu yang membedakannya dari ilmu-ilmu lainnya. Sasaran adalah panduan penting untuk mencapai dan menghasilkan harapan. Tujuan juga dapat digunakan untuk mengukur sejauh mana keberhasilan program yang dilaksanakan sesuai dengan aturan yang berlaku atau belum sepenuhnya tercapai. Oleh karena itu, bimbingan konseling Islami harus memiliki tujuan yang terukur sebagai dasar pelaksanaan layanan bimbingan konseling Islami. Para ahli telah mengidentifikasi beberapa tujuan konseling Islami sebagai berikut:

Menyimpang dari pengertian reksa pastoral Islam di atas, tujuan reksa pastoral Islam sedunia adalah membentuk dan mengembangkan manusia menjadi pribadi-pribadi yang sempurna sebagai hamba Allah, yang bertugas menjadi khalifah di muka bumi maupun di bidang keimanan. , ibadah dan

161 akhlak, serta dalam bidang pendidikan, pekerjaan, keluarga dan masyarakat, untuk mencapai kebahagiaan di dunia dan di akhirat.

Dalam batas-batas tertentu, para ahli Konseling Islam juga memiliki ilmu yang dapat digunakan untuk melengkapi rumusan tujuan Konseling Islam itu sendiri. Munandir menjelaskan bahwa tujuan konseling Islami adalah untuk membantu seseorang membuat keputusan dan membantu mereka menyusun rencana untuk mengimplementasikan keputusan tersebut. Dengan mengambil keputusan tersebut, ia bertindak atau berbuat sesuatu yang konstruktif sesuai dengan perilaku berdasarkan ajaran Islam.

Pendapat Munandir menunjukkan bahwa tujuan yang ingin dicapai dalam musyawarah Islam adalah untuk menciptakan pribadi yang mandiri dan bertanggung jawab dalam pengambilan keputusan. Allah telah memberikan manusia keistimewaan atas makhluk lainnya dengan tujuan menjadikan mereka khalifah di muka bumi.

Sebagai Khalifah, manusia juga diberi kesempatan yang dapat membantunya menunaikan tugasnya dengan hati-hati dan tuntas, jauh dari segala macam cobaan dan godaan yang dapat menjerumuskan manusia ke jalan yang menyesatkan.. Dalam Al Quran, Q.S. Al Baqarah, 2: 233, 2: 286, Q.S. Al Nisa’, 4: 84, Q.S. Al ‘An’am, 6: 164, Q.S. Al A’raf, 7: 42, Q.S. Al Isra’, 17:

15, Q. S. Al Mu’minun, 23: 62, Q. S. Al Tholaq, 65: 7. Menunjukkan bahwa manusia memiliki kekuatan untuk memikul tanngung jawab terhadap keputusannya. Q.S. Baqarah, 2: 233, artinya Allah tidak memberikan cobaan kecuali hamba itu mampu mengatasinya. Prinsip al-Qur'an di atas juga menegaskan bahwa setiap kondisi yang dialami manusia hanyalah ujian untuk menguji kesabaran dan kemampuan manusia itu sendiri. Namun, tidak sedikit orang yang membiarkan dirinya terlena oleh gemerlap kenikmatan dunia, yang telah menumpulkan hati nuraninya untuk memahami tugasnya sebagai khalifah. Ada juga yang sering kesulitan berpikir bahwa Tuhan tidak adil dalam pencobaan. Oleh karena itu, tujuan pastoralisme Islam adalah membantu manusia menyadari hakikatnya sebagai khalifah, memantapkan dirinya sebagai hamba, dan meyakini bahwa semua cobaan adalah cobaan yang patut disyukuri.

Sungguh menakjubkan bahwa ajaran Islam sangat luas, dakwah Islami menyentuh seluruh aspek kehidupan manusia, dari yang paling kecil sampai yang paling besar, mulai dari bangun tidur sampai menutup mata.

Oleh karena itu, Muhammad Surya mengatakan bahwa kepemimpinan Islam tidak hanya bersifat spiritual semata, tetapi juga dalam ranah profesional, kepemimpinan Islam memiliki tujuan yang ingin dicapai, antara lain;

1. Agar individu memiliki keterampilan intelektual yang diperlukan untuk pekerjaan dan kariernya.

2. Kemampuan memahami, mengatur, mengendalikan, menghargai dan memimpin diri sendiri.

162 3. Untuk memperoleh pengetahuan atau informasi tentang lingkungan.

4. Kemampuan untuk berinteraksi dengan orang lain.

5. memecahkan masalah sehari-hari.

6. Memahami, menghayati dan mengamalkan prinsip-prinsip ajaran Islam yang berkaitan dengan pekerjaan dan karir.

Pendapat lain tentang tujuan Konseling Islam juga disampaikan oleh Ahmad Mubarok, Bimbingan Konseling Islam memiliki tujuan secara rinci yang dapat diungkapkan sebagai berikut:

1. Menghasilkan perubahan, perbaikan, kesehatan dan kemurnian jiwa dan roh. Jiwa menjadi tenang, taat dan tenteram (Muthmainnah), berpikiran terbuka (Radhiyah), dan mendapat baptisan pencerahan dan petunjuk dari Tuhan (Mardhiyah).

2. Menghasilkan perubahan perilaku, perbaikan dan kesusilaan yang bermanfaat bagi diri sendiri, lingkungan keluarga, lingkungan kerja, serta lingkungan sosial dan alam.

Tujuan bimbingan dan konseling Islami menurut Adz-Dzaky adalah sebagai berikut: Pertama, membawa perubahan, penyembuhan, kesehatan dan kemurnian jiwa dan roh. Jiwa menjadi tenang, patuh dan tenteram (Muthmainnah), berpikiran terbuka (Radhiyah) dan mendapat pencerahan, Taufiq, hidayah dari Allah (Mardhiyah). Kedua, membawa perubahan, perbaikan dan kesopanan dalam perilaku yang dapat bermanfaat bagi diri sendiri, keluarga, lingkungan kerja dan sosial, serta alam. Ketiga, membangkitkan kecerdasan akal (emosional) dalam diri individu untuk menciptakan rasa toleransi, solidaritas, gotong royong dan kasih sayang.

Secara khusus, nasehat konseling islami bertujuan untuk membantu manusia dengan sikap, kesadaran, pemahaman dan perilaku:

1. Kesadaran akan hakikat diri sebagai ciptaan Tuhan.

2. Sadar akan tujuan hidupnya di dunia sebagai khalifah.

3. Pahami dan terima situasi Anda sendiri sebagai kekuatan dan kelemahan dengan cara yang sehat.

4. Kebiasaan makan, minum, tidur dan bersantai yang sehat.

5. Terciptanya kehidupan keluarga yang berfungsi.

6. Selalu berkomitmen untuk mengamalkan ajaran agama dengan sebaik- baiknya, baik hablum minallahi maupun hablum minannaja.

7. Kebiasaan dan sikap belajar yang baik serta kerja yang positif.

8 Memahami masalah dan menghadapinya dengan tepat, gigih dan sabar.

163 9. Memahami faktor penyebab masalah.

10. Dapat mengubah persepsi atau minat.

11. Belajarlah dari masalah yang Anda alami, kendalikan emosi Anda, dan cobalah untuk puas dengan refleksi diri.

Prayitno, salah satu pakar kepemimpinan Indonesia menjelaskan bahwa konseling kepemimpinan memiliki dua tujuan, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum konseling adalah untuk membantu orang mengorientasikan diri sesuai dengan tingkat perkembangan dan kecenderungannya (misalnya keterampilan dasar mereka) dari berbagai latar belakang yang ada (misalnya tujuan khusus konseling orientasi adalah pengembangan tujuan umum tersebut yang berhubungan langsung).

terhadap permasalahan yang dialami oleh yang bersangkutan, tergantung dari kompleksitas permasalahannya, dilakukan langkah demi langkah sebagai berikut:

1. Bersikaplah proaktif dalam membantu orang yang Anda sayangi untuk mencegahnya berkembang menjadi masalah.

2. Penyembuhan/Healing yang akan membantunya menyelesaikan dan menyelesaikan masalah yang sedang dihadapinya.

3. Terus-menerus membantunya mempertahankan situasi dan ruang yang sudah baik, sehingga dia tidak kembali ke arah yang buruk (masalah yang sama berulang).

4. Secara bertahap bantulah dia untuk mengembangkan situasi dan kondisinya yang baik, sehingga dia akan terus menjadi baik, sehingga menghilangkan kemungkinan masalah akan terulang kembali dalam hidupnya.

Tohari Musnamar merumuskan beberapa tujuan bimbingan Islam yang dapat dijadikan landasan pelaksanaan layanan bimbingan Islam baik di lembaga pendidikan (sekolah) maupun di masyarakat sebagai berikut:

1. Membantu individu untuk merasakan, merasakan dan memahami keadaannya sesuai dengan kodratnya (mengingat kodratnya),

2. Untuk membantu orang menerima situasinya sendiri apa adanya, baik dan buruk, kekuatan dan kelemahan, sebagai sesuatu yang telah ditentukan sebelumnya oleh Tuhan. Namun, orang harus memahami bahwa diperlukan upaya untuk beriman kepada Allah SWT.

3. Untuk membantu orang memahami keadaan situasi dan keadaan yang mereka hadapi,

4. Untuk membantu individu menemukan solusi alternatif untuk masalah mereka dan

164 5. Untuk membantu individu mengembangkan kemampuannya dalam meramalkan masa depan sehingga dapat menilai kemungkinan suatu peristiwa berdasarkan keadaan saat ini dan memprediksi akibat yang akan terjadi, membantu mengingatkan individu untuk bertindak agar lebih berhati-hati.

Mencermati pendapat Musnawari di atas, maka sangat jelas bahwa kepedulian pastoral Islam yang diidam-idamkannya itu hadir dalam bentuk upaya yang dapat mendorong individu untuk memandang dirinya sebagai manusia (makhluk) yang diciptakan dengan tujuan hidup yaitu pengabdian, untuk menjadi manusia. menyadari diri kepada Sang Pencipta (Kholiq).

Senada dengan pendapat Musnawar, Saiful Akhyar juga merumuskan tujuan utama musyawarah Islam dengan rincian sebagai berikut:

1. Kami membantu orang menghindari masalah,

2. Membantu dosen/mahasiswa memahami diri dan tugasnya sebagai manusia dan hamba Tuhan,

3. Mendorong guru/siswa untuk bertaqwa kepada Allah dan menyerahkan permasalahannya kepada-Nya,

4. Membimbing konselor untuk mendekatkan diri kepada Allah melalui ibadah ikhlas selalu dengan cara yang benar, baik yang wajib (sholat, zakat, puasa, haji) maupun sunnah (mengingat, membaca Al-Qur’an, sholat),

5. Mari kita ajak Penasihat ke Istiqamah agar Allah menjadi Penasihat Agung, sumber penyelesaian masalah dan sumber ketenangan.

6. Membantu supervisor memahami, merumuskan, mendiagnosa masalah dan memilih solusi alternatif terbaik,

7. Kami percaya pada potensi dan kemampuan orang yang dibimbing untuk berusaha mengarahkan diri sendiri,

8. Untuk membantu para mentee mengembangkan keterampilan mereka sehingga mereka dapat melihat masa depan mereka dan jika mungkin juga menjadi mentor bagi orang lain,

9. Bimbing mentee untuk meningkatkan kesehatan spiritualnya secara mandiri dengan menghindari atau menyembuhkan penyakit/kotoran hati (amrad al-qulub) sehingga ia dapat memiliki pikiran/hati yang sehat/murni (qalbun salim) dan jiwa yang damai (nafs mutma’inna) punya,

10. Mengarahkan konseli menuju kehidupan yang damai (sakinah) dalam suasana kebahagiaan yang hakiki (dunia dan akhirat)

165 Masih banyak lagi tujuan-tujuan kepemimpinan Islam yang dikemukakan oleh para ulama dan ahli Islam lainnya yang pendapatnya tidak jauh berbeda dengan para ahli yang dikemukakan sebelumnya.

Berkaitan dengan hal tersebut, Abu Hamid Al Ghozali dalam kitabnya Kimiya 'Al Sa'adah mengatakan di awal pembahasannya menyebutkan manusia 'arofa nafsahu faqod 'arofa Robbahu (yang kemudian mengenal dirinya, dia benar-benar sudah mengenal Tuhannya). Intinya Imam Al Ghozali menginginkan tujuan tuntunan dan kepemimpinan Islam adalah untuk mendorong manusia memahami hakikat dirinya secara utuh, tidak hanya terbatas pada hal-hal fisik, tetapi mampu memahami dimensi batin seseorang. Karena jika konsep reksa pastoral Islami hanya bertujuan untuk mengetahui aspek materi saja, maka reksa pastoral Islami tidak memiliki nilai-nilai ketuhanan, sebaliknya pemahaman holistik hakikatnya mengantarkan umat memahami aspek batin dan aspek dhohiriyyah.

Dalam Q. S. Al Zumar, 39: 9, Allah menanyakan posisi orang yang tahu dan orang yang tidak tahu:

Artinya:

“(apakah kamu Hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya?

Katakanlah: “Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang- orang yang tidak mengetahui?Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran”.

Sesuai dengan makna ayat di atas, maka tujuan penyuluhan Islam hendaknya adalah mendidik manusia yang berkarakter Islami yang mampu memahami hakekat aspek ruhaniah yang dapat mengantarkan manusia pada kecerdasan yang benar-benar sempurna sebagai Wapres Allah. . Artinya, pengembangan diri dan pembiasaan beribadah kepada Allah dapat berkontribusi pada pengembangan citra diri individu sebagai manusia yang bijaksana. Untuk memahami ayat di atas, Ibnu Katsir menjelaskan tentang penerimaan orang-orang musyrik yang tidak mempercayai kandungan ibadah dalam kehidupan umat Islam dan menjadikan Allah sebagai musuh mereka.

Kemudian Allah menjawab dengan firman-Nya: Bagi yang mengetahui dan bagi yang tidak mengetahui? Dengan kata lain, aspek spiritual ibadah dapat meningkatkan keyakinan dalam berhubungan dengan Tuhan. Penulis harus mengatakan bahwa bimbingan Islam merupakan bagian integral dari pendidikan Islam. Padahal, keduanya bersatu dalam tujuan dan misinya, yaitu membebaskan orang-orang yang berserah diri kepada Allah dengan cara yang berbeda. Dalam konteks Indonesia, Soetjipto menggabungkan tujuan layanan konseling dengan pendidikan sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang Sisdiknas Tahun 1989 (UUSPN) (UU No.

166 2/1989), yaitu. terwujudnya manusia Indonesia yang cerdas dan setia seutuhnya, dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, berilmu dan berkemampuan, sehat jasmani dan rohani, berkepribadian mantap dan mandiri, serta tanggung jawab sosial dan kebangsaan.

Oleh karena itu, tujuan utama musyawarah Islam yang disampaikan oleh beberapa ahli tersebut di atas tidak berbeda dengan rumusan World Conference on Islamic Education yang diadakan di Mekkah pada tahun 1977 yang berlangsung lebih dulu. Kesepakatan diskusi yang diikuti oleh para filosof Islam, melahirkan rumusan tujuan pendidikan Islam (dalam hal ini konseling Islam) sebagai berikut:

The aim of muslim education is the creation of the good and righteous man’ who whorsips Allah in true sense of term, build up the structure of his earthly life according to the shari’ah (law) and employ to serve his faith”.

Tujuan pendidikan Islam adalah menciptakan manusia baik dan benar yang mengabdikan dirinya kepada Allah dalam pengertian yang sesungguhnya, membangun struktur kehidupan dunianya sesuai dengan aturan Syariah dan melaksanakannya untuk melayani keimanannya.

Dja’far Siddik menerangkan bahwa rumusan tujuan pendidikan Islam adalah mempersiapkan generasi-generasi yang mampu untuk memahami nilai-nilai Ajaran Islam secara baik dan benar serta mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari disamping mempersiapkan peserta didik untuk mengusai ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai ikhtiyar untuk mencapai kebahagiaan Dunia melalui pendidikan maupun konseling Islami.

Menurut penjelasan para ahli di atas, jelas bahwa tujuan reksa pastoral Islam adalah agar manusia kembali pada misi penciptaannya, yaitu Khalifah fil Ardhi, yang memiliki iman yang kuat dan ilmu yang bermanfaat serta kemampuan untuk mengikuti perintah. . dari Allah. syariah Selain itu, penggembalaan Islam menuntut terwujudnya keseimbangan dan keharmonisan dalam mengarungi kehidupan di dunia serta bekal untuk berbahagia di akhirat. Penekanan pada dua dimensi ini juga harus berjalan seiring dengan tercapainya kualitas jiwa yang sehat dan suci. Untuk mencapai hal tersebut, proses musyawarah Islam dapat dilakukan sekurang- kurangnya sebagai berikut: Pertama, bangkitkan dan bangkitkan tuntunan spiritual dengan cara menanamkan dan mengamalkan nilai-nilai keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT dalam menjalani hidup yang manis dan pahit yang penuh dengan suka dan duka. Yang kedua memberikan gambaran tentang perlunya memahami diri sendiri agar setiap orang menghargai dirinya sendiri, serta tanggung jawab dan kewajiban setiap orang yang tidak dapat digantikan oleh orang lain. Ketiga, mendorong motivasi individu untuk berkarir dan bekerja sehingga dapat memberikan manfaat bagi yang membutuhkan. Keempat.

167 Selalu ingat untuk melakukan perbuatan baik. Selain aspek material, manusia juga memiliki dimensi spiritual. Kebahagiaan dalam hidup tidak hanya diakui dari kesempurnaan segala kesempatan hidup, kemewahan pribadi, jabatan tinggi, dan lain-lain. Padahal, kepenuhan dan pemenuhan kebutuhan hidup justru bisa melahirkan kebosanan dan kelambanan ketika semua keinginan terpenuhi. Banyak orang yang menjalani kehidupan biasa-biasa saja justru hidup bahagia dan damai.

Dengan kata lain, selain dimensi material, ada dimensi spiritual yang harus dipenuhi dalam kehidupan.

Menurut Al Ghazal, Kimiya' Al Sa'adah menjelaskan bahwa salah satu tugas batin adalah memahami Allah karena hati (emosi) seseorang sangat dekat untuk mengetahui kebesaran-Nya. Pandangan Al Ghazal diberikan sebagai pedoman bagi orang-orang yang ingin memahami diri sendiri dan menyadari hakekatnya, siapa saya, mengapa saya diciptakan, apa tujuan saya, kemana saya kembali. Kesadaran untuk mewujudkan hakikat diri sekurang-kurangnya merupakan salah satu tujuan utama kepemimpinan Islam, yang harus dijadikan program rancangan unggulan yang diperkenalkan secara bertahap sejak dini. Kartini Kartono dan Jenny Andari menegaskan bahwa keyakinan akan kebesaran Tuhan tentu dapat meningkatkan jiwa, merasa aman, optimis dan memiliki pengharapan akan keadilan Tuhan di dunia dan di akhirat. Sikap keimanan dan keyakinan akan kekuasaan Allah memberi arti bagi kehidupan setiap individu.

Oleh karena itu, tujuan tertinggi dari reksa pastoral Islam adalah untuk membentuk kesempurnaan manusia dalam perilaku hidupnya, untuk mendapatkan keridhaan Allah melalui ingatan, pikiran dan perbuatan baik, sehingga dia dapat hidup bahagia di dunia ini dan di akhirat. Dzikir adalah usaha untuk terus mengingat dan bertawakal kepada yang satu itu, Sang Kholiq Allah, yang mengatur segala sesuatu di alam dan membawa kebahagiaan hidup. Selain itu aktivitas berpikir menunjukkan hak prerogatif manusia sebagai makhluk berakal untuk memahami ayat-ayat Kauniyyah tentang keagungan nikmat yang diberikan oleh Allah sehingga dapat dimanfaatkan secara bijak sesuai syariat. Dan terakhir, perbuatan baik menunjukkan adanya orang-orang seperti khalifah yang bisa bermanfaat bagi orang lain.

Dalam dokumen Buku Ajar (Halaman 171-178)