• Tidak ada hasil yang ditemukan

Teori Dan Pendekatan Dalam BK

Dalam dokumen Buku Ajar (Halaman 149-157)

TEORI DAN PENDEKATAN DALAM BIMBINGAN DAN KONSELING

Materi 8: Teori Dan Pendekatan Dalam BK

Materi 8: Teori Dan Pendekatan Dalam BK

Materi 8: Teori Dan Pendekatan Dalam BK

Materi 8: Teori Dan Pendekatan Dalam BK

Materi 8: Teori Dan Pendekatan Dalam BK

139 (a) menciptakan kondisi yang berkaitan satu sama lain sehingga ia dapat memaksimalkan kesadaran dan pertumbuhan dirinya (b) Menghilangkan berbagai hambatan terhadap potensi realisasi diri dan membantu klien menemukan dan menggunakan kebebasan memilih dengan percaya diri , yang juga harus membantunya membentuk hidupnya dengan bebas dan mandiri.

4. Proses dan Teknik Konseling

Pendekatan yang berpusat pada pelanggan bukanlah pendekatan satu ukuran untuk semua. Dia berharap orang lain akan melihat teorinya sebagai seperangkat prinsip eksperimental yang terkait dengan proses terapeutik. Pendekatan yang berpusat pada pelanggan memberikan penekanan kuat pada dunia pelanggan yang fenomenal.

Dengan teknik empati yang cermat dan upaya memahami klien dari sudut pandang dunia kliennya. Secara umum, teori berpusat pada klien membangun hubungan yang hangat dan akrab antara konselor dan klien.

Konselor harus menciptakan suasana kebebasan, kenyamanan, dan pelepasan dari penilaian tentang hubungan tertentu.

5. Aplikasi Teori Konseling Client-Centered

Teori yang berpusat pada klien ini telah memberikan banyak kontribusi signifikan bagi perkembangan teori-teori selanjutnya yang benar-benar menghargai dan memahami berbagai dimensi kemanusiaan.

Teori yang berpusat pada klien ini, yang dikembangkan oleh Carl Rogers, secara historis merupakan teori pertama yang menyentuh dimensi emosional dan rasional manusia. Karena orientasinya sangat luas dan berkaitan dengan dimensi emosional, rasional dan afektif, maka teori konseling yang berpusat pada klien ini dapat diterapkan dalam berbagai setting seperti pendidikan formal, informal, bisnis dan industri serta dilaksanakan dalam setting kelompok. , kesejahteraan individu, keluarga dan remaja.

Hal ini sejalan dengan prinsip client-centered theory yang menekankan bahwa penyelesaian masalah yang dihadapi klien sangat tergantung pada klien, sedangkan konselor hanya sebagai perantara dan dapat dijadikan dasar atau pedoman dalam mengatasi gejala penyimpangan remaja

6. Keterbatasan Teori Konseling Client-Centered a) Kekurangan

1. Penekanan yang berlebihan pada aspek afektif, emosional dan emosional sebagai penentu perilaku dan melupakan faktor intelektual, kognitif dan rasional.

2. Menggunakan data untuk membantu pelanggan bukanlah teori.

140 3. Tujuan masing-masing klien adalah memaksimalkan diri sendiri, dirasa terlalu luas, umum dan longgar, sehingga sulit untuk menilai setiap individu.

4. Sulit bagi konselor untuk tetap netral sepenuhnya dalam situasi antarpribadi.

5. Meskipun teori ini diakui efektif, namun buktinya tidak cukup sistematis dan lengkap, terutama untuk kewajiban pelanggan kecil.

b) Kelebihan

1. Lebih fokus dalam konseling untuk fokus pada klien, bukan pada pelatih.

2. Penekanan yang lebih besar pada perasaan, emosi dan afektivitas dalam proses konseling.

3. Teori ini menekankan pengakuan dan penekanan hubungan konseling sebagai sarana utama perubahan kepribadian.

4. Proses lebih menekankan sikap pelatih daripada teknik.

5. Memberikan kesempatan untuk penelitian dan penemuan kuantitatif

B. Teori Konseling Behavioral

Teori kontrol perilaku lebih berfokus pada perubahan perilaku yang sebenarnya. Perilaku manusia yang tidak pantas atau tidak pantas dapat diharapkan untuk dilatih, diarahkan, dan dimanipulasi. Tokoh utama dalam teori kontrol perilaku adalah D. Krumboltz, Hosford, Bandura dan Wolpe.

1. Filsafat Dasar.

Dari perspektif konseling perilaku, manusia adalah produsen dan produk dari lingkungannya (Bandura, 1986). Sementara itu, Surya (1988) mencatat bahwa teori ini melihat lingkungan sangat mempengaruhi individu dan hanya memainkan peran yang sangat kecil dalam mendefinisikan diri. Pada dasarnya, konseling perilaku menolak gagasan bahwa perilaku manusia adalah dorongan tak sadar seperti yang dijelaskan oleh Freud. Karena menurut konseling perilaku, perilaku manusia merupakan hasil belajar, sehingga dapat diubah dengan cara memanipulasi dan menciptakan kondisi belajar.

2. Konsep Dasar

Konsep dasar teori konseling behavioral dijelaskan oleh Moh.

Surya (1988) adalah sebagai berikut:

a. Perilaku manusia biasanya dipelajari, sehingga perilaku dapat diubah dengan memanipulasi dan menciptakan kondisi pembelajaran.

Masalah klien dapat dilihat sebagai masalah belajar yang disebabkan oleh proses belajar yang salah.

141 b. Perubahan tertentu dalam lingkungan seseorang dapat membantu

mengubah perilaku itu dengan mengubah lingkungan.

c. Metode bimbingan dapat dikembangkan dengan menggunakan prinsip- prinsip pembelajaran seperti penguatan dan pemodelan sosial.

d. Perubahan perilaku klien di luar sesi konseling merupakan indikator efektifitas dan hasil konseling.

e. Pada dasarnya, konseling perilaku adalah proses yang dijelaskan secara logis berdasarkan prinsip-prinsip pembelajaran.

f. Proses konseling tidak statis, tetapi dapat dirancang khusus untuk membantu klien memecahkan masalah mereka.

3. Makna dan Tujuan Konseling

Makna dan tujuan konseling perilaku pada dasarnya tidak sama untuk setiap klien, tetapi disesuaikan dengan permasalahan masing- masing. Secara umum, tujuan dari konseling perilaku adalah untuk membantu klien memperbaiki pola kesalahan, menjadi terbiasa dengan proses pengambilan keputusan, dan menghindari berbagai masalah.

4. Proses dan Teknik Konseling

Proses dan langkah-langkah yang dapat diimplementasikan dalam teori perilaku adalah: 1) menganalisis dan merumuskan masalah klien sesuai dengan unit perilaku maladaptif yang terwujud; dan 2) merumuskan tujuan konkrit untuk perubahan perilaku dengan menggunakan teknik yang tepat. Konseling perilaku adalah pembelajaran klien untuk memperoleh pola perilaku positif dalam memecahkan berbagai masalah interpersonal, emosional dan psikologis dan ketika keputusan tertentu dibuat, konselor dan klien harus terlibat dan menyadari situasi belajar mereka di mana mereka tinggal.

Teknik konseling yang biasa digunakan (Surjo, 1988) antara lain, mis.

Desensitisasi sistematis, metode pelatihan relaksasi, teknik penguatan, pemodelan, restrukturisasi kognitif, penghentian pikiran, pelatihan ketegasan, pelatihan keterampilan sosial, program manajemen diri, pengulangan perilaku, latihan khusus, teknik terapi multimodal, dan pekerjaan rumah..

5. Aplikasi Teori Konseling Behavioral

Konseling perilaku dalam proses konseling lebih mudah diterapkan, karena lebih detail dan sistematis, hasilnya mudah diukur dan dirumuskan dalam perilaku nyata, dan variasi teknisnya berbeda, sehingga banyak pilihan untuk masalah yang berbeda. itu maju. Dalam penerapannya, teori ini dapat diterapkan dalam berbagai setting, termasuk terapi individu dan kelompok, setting pendidikan, dan setting belajar lainnya. Sebagai terapi pragmatis, teori perilaku didasarkan pada validitas hasil eksperimen. Dilihat dari prinsip-prinsip perilaku yang

142 menekankan pada proses perilaku individu yang dapat dimanipulasi melalui pembelajaran, pelatih harus menempatkannya pada posisi perilaku yang dapat dimodifikasi dengan menciptakan kondisi yang menguntungkan bagi orang tersebut. Karena itu, faktor lingkungan sangat berpengaruh dalam arti luas. Namun perlu dipahami bahwa pandangan optimis terhadap lingkungan perilaku ini tidak selalu dilihat sebagai satu-satunya pandangan yang dapat menyelesaikan semua masalah di atas, karena pada kenyataannya/realitas yang berkembang, faktor lingkungan, dalam batas-batas tertentu, hanya mampu menginisiasi. pelatih tambahan pemecahan masalah (instrumen)

6. Keterbatasan Teori Konseling Behavioral.

a) Kekurangan

1. Konseling perilaku bersifat dingin, tidak menyentuh aspek personal, manipulatif, dan mengabaikan hubungan antarmanusia.

2. Konseling perilaku lebih berfokus pada teknologi.

3. Meskipun konselor perilaku sering menyatakan persetujuan dengan tujuan klien, lebih sering daripada tidak pilihan tujuan berada di tangan konselor.

4. Struktur pembelajaran yang dikembangkan dan digunakan oleh konselor perilaku tidak cukup komprehensif untuk menjelaskan pembelajaran dan harus dianggap hanya sebagai hipotesis yang dapat diuji.

5. Perubahan klien hanyalah gejala yang dapat ditransfer ke perilaku lain.

b) Kelebihan

1. Teori perilaku lebih mudah diterapkan karena lebih detail dan sistematis.

2. Teori perilaku memberikan contoh bagaimana kendala lingkungan dapat diatasi.

3. Hasilnya mudah diukur dan dapat dimodelkan dalam perilaku aktual.

4. Fokusnya adalah pada perilaku saat ini daripada perilaku masa lalu.

5. Ada perbedaan teknik dalam konseling perilaku, sehingga banyak kemungkinan masalah yang muncul berbeda.

C. Teori Konseling Eksistensial

Teori eksistensi berkembang sebagai tanggapan terhadap psikoanalisis dan behaviorisme, yang dianggap tidak adil dalam mempelajari manusia. Teori ini menekankan implikasi suatu filosofi hidup untuk menjalankan tujuan hidup seseorang di dunia ini. Tokoh atau promotor konsultasi bisnis yang berpengaruh antara lain Rollo May, Victor E. Frankl, dan Adrian Van Kaam.

143 1. Filsafat Dasar

Teori terapi eksistensial mendasarkan prosesnya pada konsep dan asumsi tentang manusia, yaitu bahwa manusia itu sadar diri, bebas dan bertanggung jawab. Ia mampu menemukan identitas dan membentuk hubungan yang bermakna dengan orang lain. Ketakutan adalah elemen mendasar, pencarian makna unik di dunia yang tidak berarti, kesepian tetapi dalam hubungannya dengan orang lain, keterbatasan dan kematian, dan kecenderungan realisasi diri.

2. Konsep Dasar

Teori konseling ini berfokus pada keadaan kepribadian yang berkembang secara unik untuk setiap individu. Kepercayaan diri berkembang sejak masa kanak-kanak dan keinginan untuk tumbuh adalah gagasan utama. Psikopatologi adalah hasil dari kegagalan untuk mewujudkan potensi. Saat ini terfokus dan berorientasi pada masa depan, teori ini lebih menekankan pada pengetahuan diri dan pemahaman sebelum bertindak.

3. Makna dan Tujuan Konseling

Maksud dan tujuan konseling eksistensial adalah untuk membantu klien menemukan dan menggunakan kebebasan memilih dengan cara meningkatkan kepercayaan dirinya dan membantu klien membentuk kehidupannya secara bebas dan mandiri. Tujuannya adalah proses membantu individu mengetahui dan menjadi sadar menciptakan situasi dan keadaan untuk memaksimalkan kesadaran diri dan pertumbuhan.

4. Proses dan Teknik Konseling

Berbeda dengan teori lainnya, teori konseling eksistensial tidak memiliki teknik khusus karena teori ini mengutamakan konsep diri klien.

Namun, guru dapat meminjam teknik dari pendekatan lain. Diagnosis dan tes tidak begitu penting, tetapi yang utama adalah konselor memiliki tingkat empati yang tinggi. Artinya, hubungan yang hangat dan terbuka antara konsultan dan klien sangatlah penting.

5. Aplikasi Teori Konseling Eksistensial

Model konseling kehidupan teoretis ini dapat diterapkan baik pada konseling individu maupun kelompok, juga dapat diterapkan pada pengobatan anak dan remaja serta diintegrasikan dalam bentuk praktik di lembaga pendidikan formal. Dalam teori eksistensialis, kunci utama pemecahan masalah ini adalah kembali kepada subjek individu (remaja), karena kekuatan diri anak merupakan faktor penentu terjadinya perilaku

144 individu. Konselor hanyalah seorang intervensionis yang membimbing dan mengarahkan klien.

6. Keterbatasan Teori Konseling Eksistensial a) Kekurangan

1. Teori ini terlalu menekankan pengetahuan diri dan pemahaman sebelum bertindak.

2. Teori konseling eksistensial tidak memiliki teknik khusus dan berfokus pada pemahaman diri klien.

b) Kelebihan

1. Teori tersebut lebih menitikberatkan pada perlunya pendekatan subjektif yang didasarkan pada pandangan holistik terhadap keberadaan manusia.

2. Lebih berorientasi pada kebutuhan akan pernyataan filosofis tentang apa arti sebenarnya dari manusia.

3. Ciptakan hubungan yang hangat dan terbuka antara guru dan klien.

Melalui proses interpersonal ini, klien menjadi semakin sadar akan kemampuannya untuk membentuk dan menentukan hidupnya sendiri secara bebas dan bertanggung jawab.

D. Teori Terapi Rasional Emotif

Secara konseptual, teori emotif rasional menitikberatkan pada proses berpikir, menilai, memutuskan, menganalisis, dan bertindak. Teori ini dikembangkan oleh Albert Ellis dan pendekatan atau teori ini nampaknya sangat memperhatikan dimensi didaktik dan pengajaran dan terutama difokuskan pada dimensi mental.

1. Filsafat Dasar

Orang-orang memiliki kecenderungan yang bertentangan. Orang cenderung mandiri, bahagia, berpikir, mencintai, terhubung dengan orang lain, dan tumbuh dan memenuhi diri mereka sendiri. Orang dilahirkan dengan kemampuan berpikir rasional dan jujur, dan berpikir irasional dan buruk. Jadi orang juga rentan terhadap penghancuran diri, perfeksionisme dan ejekan diri, penghindaran pemikiran, takhayul dan intoleransi.

2. Konsep kunci

Sistem kepercayaan adalah penyebab masalah emosional. Oleh karena itu, klien ditantang untuk memverifikasi kebenaran keyakinan tertentu. Kami sering menggunakan metode ini dalam kehidupan sehari- hari. Untuk memperbaiki disfungsi ini, orang harus menggunakan metode pendidikan ulang kognitif-perseptual, imajinatif-emosional dan perilaku.

145 Terapi ini menekankan bahwa orang berpikir, merasakan, dan bertindak secara bersamaan.

3. Makna dan tujuan konseling

Sasaran dan tujuan terapi emosi rasional adalah untuk meminimalkan pandangan klien yang merusak diri sendiri dan membantu mereka mengadopsi filosofi hidup yang lebih rasional, realistis, dan toleran. Teori ini bertujuan tidak hanya untuk menghilangkan gejala, tetapi juga untuk mendorong klien mempertanyakan secara kritis nilai-nilai inti mereka dan membantu mereka memperoleh keyakinan yang benar tentang kepentingan diri, kepentingan sosial, dan pengaturan diri. Teori ini mempromosikan pemikiran ulang filosofis dan ideologis berdasarkan asumsi bahwa masalah manusia bersifat filosofis.

4. Proses dan Teknik konseling

Teknik konseling dimaksudkan untuk mendorong klien mempertanyakan filosofi hidup mereka secara kritis. Diagnosis spesifik dibuat. Ketika terapis menafsirkan, mempertanyakan, memeriksa, menantang, dan menghadapi klien. Pendekatan ini menggunakan berbagai metode seperti mengajar, membaca, pekerjaan rumah dan penerapan logis dari metode ilmiah dengan memperhatikan proses dan bentuk penyelesaian masalah. Menurut Albert Ellis, teknik yang digunakan dalam RET lebih selektif tergantung jenis masalah yang dihadapi klien. Teori ini menjelaskan bahwa manusia dapat mengalami perubahan dengan berbagai cara, misalnya: melalui pengalaman hidup yang bermakna, belajar dari pengalaman orang lain dan membangun hubungan dengan terapis.

5. Kontribusi dan Aplikasinya

Kontribusi utama teori ini adalah penekanannya pada perlunya praktik dan tindakan untuk mengubah perilaku bermasalah. Pendekatan ini menekankan pentingnya pemikiran sebagai dasar hiburan pribadi.

Terapi teoretis ini lebih efektif dalam merawat pasien yang tidak mengalami gangguan serius atau hanya memiliki satu gejala yang signifikan. Metode teoritis ini digunakan untuk menangani klien dengan kecemasan sedang, gangguan kepribadian neurotik, dan masalah perkawinan.

REFLEKSI

1. Jelaskan pemahaman anda mengenai teori dan pendekatan konseling client centred ?

2. Jelaskan pemahaman anda mengenai teori dan pendekatan konseling behavioral ?

3. Jelaskan pemahaman anda mengenai teori dan pendekatan konseling rational emotif terapi ?

146 A. Defenisi Bimbingan Konseling

A. Pengertian Bimbingan dan Konseling

Bimbingan merupakan terjemahan dari Guidance dan Konseling merupakan serapan kata dari counseling. Guidance berasal dari akar kata guide yang secara luas bermakna: mengarahkan (to direct), memandu (to pilot), mengelola (to manage), menyampaikan (to descript), mendorong (to motivate), membantu mewujudkan (helping to create), memberi (to giving), bersungguh-sungguh (to commit), pemberi pertimbangan dan bersikap demokratis (democratic performance). Sehingga bila dirangkai dalam sebuah kalimat Konsep Bimbingan adalah usaha yang demokratis dan sungguh- sungguh dalam memberikan bantuan dengan bimbingan, bimbingan, dorongan dan perhatian agar yang menerima bantuan dapat mengendalikan dan memahami harapannya.

Prayitno memaparkan definisi umum kepemimpinan sebagai berikut: Mentoring adalah proses yang dialami untuk membantu satu orang atau lebih, baik anak-anak, remaja maupun dewasa, untuk memungkinkan mentee mengembangkan keterampilannya sendiri dan menjadi mandiri menggunakan kekuatan individu dengan alat yang ada dan dikembangkan.

Berdasarkan nilai-nilai yang berlaku. Proses konseling adalah upaya sadar oleh orang-orang dengan bimbingan dan konseling pribadi dan komunitas untuk secara mandiri mengembangkan keterampilan individu sehingga individu dapat memahami dirinya sendiri.

Konseling merupakan istilah yang sering digunakan dalam dunia pendidikan. Konseling pada hakekatnya adalah upaya untuk membantu individu mencapai perkembangan yang optimal. Lebih lanjut, kepemimpinan yang lebih luas adalah (1) proses relasional pribadi yang dinamis yang ditujukan untuk mempengaruhi sikap dan perilaku; (2) dukungan sistematis (selain mengajar) kepada siswa atau orang lain untuk membantu menilai keterampilan dan kemampuan mereka dan menggunakan pengetahuan itu secara efektif dalam kehidupan sehari-hari;

(3) Tindakan atau teknik untuk membimbing siswa menuju tujuan yang diinginkan dengan menciptakan lingkungan yang membuat mereka sadar akan kebutuhan dasarnya, mengenalinya, dan mengambil tindakan untuk memenuhinya, Sukmadinata mengidentifikasi secara rinci pentingnya bimbingan untuk memberikan pemahaman yang tepat sebagai berikut:

BAB IX

Dalam dokumen Buku Ajar (Halaman 149-157)