KETRAMPILAN, PENDEKATAN STRATEGI DAN TEKNIK DALAM BIMBINGAN DAN KONSEING
Materi 7: Kompetensi Guru BK Dan Manajemen BK Di Sekolah
116 A. Kompetensi Guru Bimbingan dan Konseling
1. Pengertian Kompetensi Guru Bimbingan Konseling
Kompetensi berasal dari bahasa Inggris yaitu competence yang berarti kecakapan dan kemampuan. (J.M. Echols dan Shadily: 2010).
Menurut Wina Sanjaya (2009) Kompetensi adalah perpaduan antara pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang tercermin dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Muhaimin (2004) menjelaskan bahwa kompetensi adalah seperangkat tindakan cerdas dan bertanggung jawab yang harus dimiliki seseorang sebagai prasyarat untuk dapat melaksanakan tugas dalam bidang kerja tertentu. Sifat kecerdasan harus menunjukkan dirinya sebagai keterampilan, tekad dan keberhasilan dalam tindakan. Sifat tanggung jawab harus dibuktikan kebenarannya dari sudut pandang ilmiah, teknis, dan etis.
Di sisi lain, Abdul Majid (2005) Pernyataan kompetensi masing- masing guru menunjukkan kualitas pengajaran guru. Kualifikasi ini diwujudkan dalam bentuk pengetahuan dan kemampuan profesional untuk melakukan tugas sendiri sebagai guru. Sebaliknya, Muhibbin Syah (2000) menyajikan konsep dasar kompetensi sebagai kemampuan atau keterampilan. Uzer Usman (1994) berpendapat bahwa kompetensi mengacu pada sesuatu yang menggambarkan kompetensi atau keterampilan seseorang, baik secara kualitatif maupun kuantitatif.
Kompetensi diartikan sebagai pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan yang telah menjadi bagian dari diri seseorang untuk dapat melakukan perilaku kognitif, afektif, dan psikomotorik dengan sebaik- baiknya.
Robbins (2001) mengacu pada kompetensi sebagai keterampilan, yaitu kemampuan seseorang untuk melakukan berbagai tugas di tempat kerja. Selanjutnya dikatakan bahwa kemampuan individu terdiri dari dua faktor, yaitu kemampuan intelektual dan kemampuan fisik. Kemampuan intelektual adalah kemampuan untuk melakukan aktivitas mental sedangkan kemampuan fisik adalah kemampuan untuk melakukan tugas-tugas yang membutuhkan daya tahan, keterampilan, kekuatan dan ketangkasan.
BAB VII
KOMPETENSI GURU BK DAN MANAJEMEN BK DI SEKOLAH
Materi 7: Kompetensi Guru BK Dan Manajemen
117 Spencer (1993) menyatakan bahwa Kompetensi adalah karakteristik dasar dari seorang individu yang secara kausal terkait dengan kinerja yang efektif dan/atau superior dari seseorang yang berhubungan dengan kriteria dalam suatu tugas atau situasi. Eh tidak. 14 (2005) PP No. 74 Tahun 2008 tentang Guru dan Dosen menjelaskan bahwa kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang perlu dikuasai guru, dihayati, dikelola, dan diterapkan dalam pelaksanaan tugas profesionalnya. Hal di atas menunjukkan bahwa kompetensi adalah kemampuan atau kemampuan manusia yang dihasilkan dari perpaduan antara pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang harus dimiliki, dihayati dan dikuasai oleh seorang guru dalam melaksanakan tugas keprofesiannya.
Berdasarkan pemaparan di atas, kompetensi dalam proses pelayanan profesional sangat penting bagi pengelola dan pengawas (BK) dalam menjalankan tugasnya yaitu. H. Mendukung siswa/guru dalam mengembangkan potensi dirinya secara optimal dengan tujuan menjadi siswa/guru sangatlah penting. Kewirausahaan adalah suatu kegiatan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang sebagai sumber penghidupan seumur hidup, yang memerlukan pengetahuan, keterampilan atau kemampuan tertentu sesuai dengan baku mutu atau standar tertentu dan memerlukan pelatihan khusus (UU No. 14 Tahun 2005). Kerja profesional didukung oleh kedalaman pengetahuan tertentu yang hanya dapat diperoleh dari lembaga pendidikan yang sesuai, di mana kegiatan tersebut kemudian didasarkan pada informasi ilmiahnya sendiri.
Samuel L Gladding (2013) menjelaskan bahwa profesional adalah orang-orang yang terlatih untuk mendukung upaya pertolongan pada tingkat preventif dan kuratif. Salah satu pendamping yang termasuk dalam kategori ini adalah guru/pelatih (BK) bimbingan dan konseling karir. Pembantu pada level ini sangat terlatih dan siap menghadapi situasi yang tidak biasa.
Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003, Pasal 1 Ayat 6, guru pembimbing adalah pengawas dan pengawas adalah pendidik. Instruktur adalah guru yang terlibat dalam penyelenggaraan diklat yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, pelatih, tutor, widyaiswari, inspektur, pelatih, fasilitator, dan nama lain yang sesuai dengan bidang keahliannya.
Neviyarni S. (2009) menyatakan bahwa seorang guru atau instruktur senior diharapkan memahami dan mengamalkan ajaran Islam secara utuh. Menurut pemahaman Islam, keberhasilan guru atau pembimbing yang berprestasi (1) memiliki dimensi ukhrowi. Islam melihat keberhasilan hidup seorang menteri tidak hanya di dunia tetapi juga di akhirat. Walaupun Islam berkeyakinan bahwa kehidupan setelah mati lebih baik dan berkelanjutan, namun mengingatkan manusia untuk tidak melupakan nasibnya di dunia ini, (2) keberhasilan seorang konselor
118 memiliki dimensi sosial seperti; "Rahmat lil'alamin". Islam mengajarkan kepada umatnya bahwa kesuksesan diraih tanpa merugikan orang lain, sekalipun kesuksesan itu untuk diri sendiri.
Dari uraian di atas dapat dijelaskan bahwa keterampilan profesional adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh seseorang yang memiliki keterampilan dan kemampuan yang dimiliki dan didukung oleh landasan keilmuan tertentu, dipersiapkan dengan seksama dan didukung oleh lembaga pendidikan yang sesuai, diperoleh dan mampu.
memberikan bantuan preventif dan remedial kepada siswa/guru yang membutuhkan. 14/2005 menjelaskan bahwa kompetensi profesional berarti kemampuan untuk menangani mata pelajaran secara luas dan mendalam, dan PP No. 74 Tahun 2008 juga menyebutkan bahwa kompetensi profesional adalah kemampuan seorang guru dalam menerapkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni budaya hingga penguasaannya, yang sekurang-kurangnya meliputi magister; (1) Mata pelajaran, jurusan, dan/atau kelompok jurusan pada satuan pendidikan sesuai dengan kebutuhan isi mata kuliah; dan (2) konsep dan metode ilmiah, teknologi, atau seni yang bermakna secara konseptual yang mencakup atau sesuai dengan kurikulum, jurusan, dan/atau kelompok mata pelajaran pada satuan pendidikan yang diampu.
Wifayatun Nuroniyah (2015) menjelaskan bahwa kompetensi profesional seorang guru adalah seperangkat keterampilan yang dimiliki seorang guru agar dapat berhasil melaksanakan tugas mengajarnya.
Winja Sanjaya (2009) menyatakan bahwa kualifikasi profesi adalah kualifikasi atau kemampuan yang berkaitan dengan pelaksanaan tugas seorang guru. Kompetensi ini merupakan kompetensi yang sangat penting karena berhubungan langsung dengan kinerja yang akan didemonstrasikan. Kompetensi profesional adalah seperangkat keterampilan yang harus dimiliki seorang guru dalam rangka menunaikan tugas mengajarnya, terutama dalam pelaksanaan pembelajaran.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kompetensi guru BK adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang ditetapkan oleh konselor sekolah guna mencapai tujuan yang ingin dicapai dalam pelaksanaan tugas profesional, yaitu membantu siswa untuk berjuang dengan dan memecahkan masalah dan membantu siswa mencapai potensi mereka .
2. Jenis-Jenis Kompetensi Guru Bimbingan Konseling
Kualifikasi profesi juga merupakan salah satu rumusan standar kualifikasi bimbingan dan supervisi (BK)/konsultan yang dikembangkan dan dirumuskan berdasarkan konteks tugas dan kerangka kerja yang mendefinisikan ekspektasi kinerja pelatih. Namun jika disusun dalam
119 empat kompetensi trainer sesuai PP 19/2005, maka kompetensi akademik dan profesional trainer dapat dipetakan dan dirumuskan dalam kompetensi pedagogik, personal, sosial dan profesional.
1. Kompetensi Pedagogik
Jamal Ma'mur Asmani (2009) menyatakan bahwa kompetensi terpenting yang harus dimiliki seorang guru agar pembelajaran menjadi efektif dan dinamis adalah kompetensi pedagogik. Guru harus belajar bagaimana menguasai kompetensi pedagogik ini secara optimal baik secara teori maupun praktik.
Standar Nasional Pendidikan menyatakan lebih jelas dalam Pasal 28(3)(a) bahwa kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengarahkan pembelajaran siswa, yang meliputi memahami siswa, merencanakan dan melaksanakan pembelajaran, mengevaluasi hasil pembelajaran dan mengembangkan siswa untuk mewujudkan berbagai potensi yang dimilikinya. .
Jamal Ma'mur Asmani (2010) menjelaskan bahwa kompetensi pedagogik layanan bimbingan dan konseling meliputi:
a. Penguasaan teori dan praktek pendidikan dengan rincian:
(a) penguasaan ilmu pendidikan dan landasan keilmuannya, (b) penerapan prinsip-prinsip pendidikan dan proses pembelajaran, (c) penguasaan landasan budaya dalam praktik pedagogis.
b. Penerapan perkembangan fisiologis dan psikologis serta pengendalian perilaku dengan rincian: (a) menerapkan aturan perilaku manusia, perkembangan fisik dan psikologis individu untuk tujuan layanan konsultasi kegiatan pendidikan, (b) menerapkan prinsip kepribadian, individualitas dan keragaman orang yang dibimbing untuk tujuan layanan konsultasi kegiatan pendidikan ; , (c) menerapkan prinsip pembelajaran pada tujuan layanan bimbingan dan konseling dalam kegiatan pendidikan, (d) menerapkan prinsip yang sesuai dengan tujuan layanan konseling dalam kegiatan pendidikan, (e) menerapkan prinsip kesehatan jiwa pada mata pelajaran jasa konsultasi dalam kegiatan pendidikan.
c. Pencapaian BK pada arah, jenis dan jenjang satuan pendidikan dengan perincian: (a) menguasai hakikat BK pada jalur pembelajaran formal, nonformal, dan informal, (b) menguasai hakikat BK pada satuan pendidikan umum, kejuruan, agama, dan khusus, (c) menguasai hakikat BK pada satuan pendidikan anak , tingkat dasar dan menengah dan durasi.
120 2. Kompetensi Kepribadian
Dalam standar nasional pendidikan, penjelasan Pasal 28(3)(b) menyebutkan bahwa kompetensi kepribadian mengacu pada kemampuan kepribadian yang mantap, konsisten, dewasa, arif dan berwibawa, menjadi teladan. siswa dan berakhlak mulia.
Keterampilan pribadi dalam konseling meliputi:
a. (a) menunjukkan kepribadian yang setia dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, (b) konsisten dalam praktik kehidupan beragama dan toleran terhadap pemeluk agama lain, (c) memiliki akhlak dan budi pekerti yang luhur.
b. Menghormati dan menghargai nilai-nilai kemanusiaan, individualitas dan agensi dengan rincian sebagai berikut:
(a) menerapkan pandangan positif dan dinamis tentang orang sebagai makhluk spiritual, moral, sosial, individu dan potensial, (b) menghormati dan mengembangkan potensi positif individu pada umumnya dan konselor pada khususnya, (c) bekerja untuk kebaikan Peduli terhadap masyarakat pada umumnya, dan konsultan pada khususnya, (d) yang menghargai harkat dan martabat manusia sesuai dengan hak asasinya, (e) mentolerir masalah konsultan, (f) demokratis.
c. Menunjukkan integritas dan stabilitas kepribadian yang kuat dengan perincian sebagai berikut: (a) menunjukkan kepribadian dan perilaku yang terpuji (seperti kewibawaan, kejujuran, kesabaran, kebaikan dan konsistensi), (b) menunjukkan emosi yang stabil, (c) peka, empati dan menghargai keragaman dan perubahan, (d) menunjukkan toleransi terhadap atasan , yang menghadapi stres dan frustrasi.
d. Performa dan detail berkualitas: (a) menunjukkan tindakan yang cerdas, kreatif, inovatif dan produktif, (b) bersemangat, disiplin dan mandiri, (c) berpenampilan menarik dan menyenangkan, (d) berkomunikasi secara efektif.
3. Kompetensi Sosial
Guru adalah panutan. Sikap dan perilaku menjadi cermin masyarakat. Dalam kehidupan sehari-hari, guru harus memiliki keterampilan sosial. Guru sebagai bagian dari manusia membutuhkan keterampilan sosial yang fleksibel ketika membangun kehidupan di masyarakat. Standar Nasional Pendidikan menentukan dalam penjelasan Pasal 28(3)(d) bahwa keterampilan interpersonal mengacu pada kemampuan guru untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dengan siswa, guru lain, staf pengajar dan orang tua sebagai
121 bagian dari masyarakat. atau wali siswa dan masyarakat sekitar. Soft skill dalam layanan konseling meliputi:
a. Implementasi kolaborasi internal di tempat kerja, rincian:
(a) memahami landasan, tujuan, organisasi, dan peran pihak lain (guru, tutor, pimpinan sekolah atau madrasah) di tempat kerja, (b) mengkomunikasikan landasan, tujuan, dan fungsi layanan BK kepada pihak lain dalam tempat kerja , (c) Bekerja sama dengan pihak terkait di tempat kerja (misalnya dengan guru, orang tua, staf administrasi).
b. Berperan dalam organisasi dan fungsi profesi konseling, dengan rincian: (a) memahami prinsip, tujuan dan aturan pengembangan pribadi dan profesional dari organisasi profesi konseling atau ART, (b) mengikuti aturan etik profesi konseling karir, (c) terlibat dalam konseling karir dan konseling dari organisasi profesi untuk diri sendiri dan profesional perkembangan.
c. Terapkan kolaborasi antar profesional dengan detail:
(a) mengkomunikasikan aspek teknis BK kepada organisasi profesi lain, (b) memahami peran organisasi profesi lain dan menggunakannya dalam mensukseskan layanan BK, (c) bekerja dalam kelompok dengan profesional dan profesional lainnya, (d) untuk dilakukan, jika perlu, rujukan kepada para ahli dari profesi lain.
4. Kompetensi mata pelajaran. Kompetensi mata pelajaran adalah penguasaan mata pelajaran yang luas dan mendalam, termasuk penguasaan filosofis mata pelajaran kurikulum sekolah dan muatan akademiknya. Kompetensi ini disebut juga kompetensi daerah.
Kualifikasi profesional dalam layanan konsultasi adalah:
a. Menguasai konsep dan praktek penilaian (evaluation) untuk memahami keadaan, kebutuhan dan masalah konseling dengan rincian: (a) mengatur sifat penilaian, (b) memilih teknik penilaian sesuai kebutuhan layanan konseling, (c) menyusun dan mengembangkan perangkat penilaian untuk bimbingan dan konseling, (d) melakukan penilaian untuk mengidentifikasi masalah, (e) memilih dan menerapkan teknik penilaian untuk mengungkapkan keterampilan dasar dan kecenderungan pribadi pengawas, (f) memilih dan menerapkan alat untuk mengungkapkan kondisi lingkungan nyata pengawas, (f) menggunakan informasi dokumenter pengawas dalam layanan konsultasi, (g) Penggunaan hasil asesmen dalam layanan bimbingan dan konseling, (h) menunjukkan tanggung jawab profesional dalam praktik asesmen.
122 b. Penguasaan kerangka teori dan praktek BK dengan rincian:
(a) menerapkan sifat pelayanan BK, (b) menerapkan arahan profesi BK, (c) menerapkan dasar-dasar pelayanan BK, (d) menerapkan pelayanan BK sesuai dengan kondisi dan kebutuhan bidang pekerjaannya, (e) ) Pendekatan atau model pelayanan dan jenis kegiatan yang digunakan pendukung BK, (f) menerapkan bentuk pelayanan BK dalam praktek.
c. Rancangan layanan konsultasi secara rinci: (a) analisis kebutuhan bimbingan, (b) pengembangan program bimbingan berkelanjutan berdasarkan kebutuhan siswa dengan pendekatan pengembangan holistik, (c) pembuatan rencana pelaksanaan program bimbingan, (d) perencanaan fasilitas dan biaya untuk melaksanakan program eksekutifnya.
d. Pelaksanaan program BK secara menyeluruh dengan rincian: (a) menerapkan program bimbingan dan konseling, (b) menerapkan pendekatan kolaboratif untuk layanan konseling, (c) mempromosikan pengembangan akademik, profesional, pribadi dan sosial konseli, (d) mengelola fasilitas dan biaya program konseling.
e. Evaluasi proses dan hasil kegiatan bimbingan dan konseling, rinciannya: (a) mengevaluasi hasil, proses dan program BK, (b) melakukan perubahan proses pelayanan BK, (c) menginformasikan hasil evaluasi pelayanan BK kepada pihak yang berkepentingan, (d) hasil evaluasi untuk review dan pengembangan lebih lanjut untuk menggunakan program BK.
f. Anda memiliki kesadaran dan komitmen terhadap etika dan detail profesional:
(a) memahami dan mengelola kekuatan dan keterbatasan pribadi dan profesional, (b) memberikan layanan sesuai dengan wewenang dan etika profesi konsultan, (c) menjaga objektivitas dan menghindari tersesat dalam urusan konsultasi, (d) menerapkan rekomendasi sesuai kebutuhan. , (e) identitas profesional dan pembinaan pengembangan profesional, (f) prioritas kepentingan mentee atas kepentingan pribadi mentor, (g) menjaga kerahasiaan konseli
g. Pengelolaan konsep dan praktik penelitian BK dengan rincian:
(a) memahami berbagai jenis dan metode penelitian, (b) mengetahui bagaimana merencanakan penelitian kepemimpinan, (c) melakukan penelitian kepemimpinan dan kepemimpinan, (d) menggunakan hasil penelitian dalam kepemimpinan, jurnal pendidikan dan kepemimpinan.
123 3. Peningkatan Profesionalitas Guru BK
Secara umum model pengembangan guru BK dapat dilaksanakan dengan cara sebagai berikut: (1) Pengembangan pribadi yang dipandu individu, (2) observasi/evaluasi, (3) partisipasi dalam proses pengembangan/peningkatan, (4) pelatihan dan (5) inkuiri (Saud.
2010; 2010).
Pertama, Pengembangan Staf yang Dipimpin Individu, yaitu pengembangan guru yang dibimbing secara individual. Setiap guru diinstruksikan untuk meningkatkan kemampuan profesionalnya sesuai dengan keadaan dan keinginan masing-masing individu. Setiap guru memiliki prakarsa peningkatan yang berbeda-beda tergantung keadaan, misalnya guru A mengikuti pelatihan teknik mengajar, sedangkan guru B mengikuti pelatihan peningkatan kualifikasi. Untuk mencapai hasil terbaik, setiap guru dibimbing oleh guru atau direktur yang berpengalaman. Dengan demikian, interaksi antara seorang guru BK dengan pembimbingnya dapat secara akurat menentukan bagaimana meningkatkan profesionalitasnya berdasarkan keadaan, minat, dan peluang.
Kedua, observasi/evaluasi, yaitu. H. Observasi atau evaluasi terhadap kinerja guru pendidikan berkelanjutan berdasarkan observasi atau kekurangan yang teridentifikasi pada saat evaluasi. Salah satu bentuk pembinaan tersebut adalah pengawasan administrasi sekolah oleh administrasi sekolah atau pengawas kawasan BK. Ketiga, partisipasi dalam proses pembangunan/perbaikan, yaitu. H. Pengembangan melalui partisipasi dalam proses pengembangan atau perbaikan. Partisipasi dalam kegiatan lokakarya, magang dan orientasi adalah pengembangan melalui partisipasi. Dengan partisipasi ini, orang tersebut menerima informasi dan pengalaman berharga untuk pengembangan diri. Melalui kegiatan ini, mereka memiliki kesempatan untuk berinteraksi dan berdiskusi dengan profesional lain, yang akan bermanfaat bagi pengembangan profesional mereka.
Keempat, pelatihan adalah pengembangan melalui latihan. Guru kontrol dapat mengikuti berbagai pelatihan yang berkaitan dengan BK untuk mengembangkan keterampilannya. Diklat tersebut dapat dilakukan oleh organisasi profesi ABKIN atau oleh lembaga yang berwenang seperti program diklat bimbingan profesi, lembaga penjaminan mutu pendidikan, balai diklat guru bimbingan profesi.
Kelima, penelitian, i. H. Pengembangan melalui pemeriksaan kinerja guru.
Guru BK tunduk pada pemeriksaan dokumen laporan pelaksanaan layanan BK dalam jangka waktu tertentu. Misalnya laporan pekerjaan selama satu bulan, semester atau dalam satu tahun. Berdasarkan telaah dokumen ini, pengembangan lebih lanjut dilakukan jika ada bagian yang cacat atau kelemahan.
124 Lebih khusus lagi, keterampilan profesional guru BC dapat ditingkatkan dalam beberapa cara: (1) penyelesaian ijazah, (2) peningkatan kualifikasi pendidikan, (3) sertifikasi, (4) karya ilmiah, (5) persetujuan orientasi dan bimbingan wawancara guru (MGBK), (6) magang, (7) penyuluhan supervisi, (8) Melakukan penelitian tindakan untuk penyuluhan, (9) membaca dan menulis jurnal, dan (10) bekerjasama dengan rekan sejawat di lapangan (Kemdiknas. 2005;
Kemdiknas. 2011; Saud. 2010; Pedagang dan Idrus. 2011).
Penyelesaian Kualifikasi Pelatihan Konselor dilakukan bagi konselor yang pelatihannya bukan S1 Konseling dan Konseling untuk memperoleh Kualifikasi S1 Konseling. Metode ini tampaknya rumit, tetapi jika Anda ingin bekerja dengan baik, sangat penting untuk memenuhi kualifikasi ini. Untuk mengetahui komitmen bertahun-tahun dan pengalaman profesional di bidang konsultasi, hal ini dapat dilakukan dengan mengkreditkan kredit dalam bentuk banyak kredit semester (SKS) yang dapat disetarakan di S1 BK.
Pelatihan terpadu berbasis kompetensi (PTBKK) konsultan juga dapat dilaksanakan, yaitu. kursus pelatihan dapat ditawarkan sesuai dengan kebutuhan kompetensi konsultan. Pelatihan ini dirancang agar sebagian dari pelatih yang ada dapat dikuasai. Tentunya kepentingan dan durasi kegiatan juga harus dibakukan sesuai standar akademik. Kegiatan ini juga dapat dihargai dengan kredit dan diperhitungkan saat mengikuti program sarjana BK. Dengan cara ini, tutor tanpa pelatihan BK dasar harus menyelesaikan kurang dari 144 SKS atau lebih. Beban kredit dikurangi dengan jumlah poin kredit yang diberikan. Konselor yang kualifikasi pendidikannya di bawah S1 BK (bila masih ada konselor yang bergelar D3 BK, Sarmud BK) dikualifikasikan lebih lanjut melalui program penunjang S1 BK dengan format tatap muka atau jarak jauh.
dengan mata kuliah BK yang terakreditasi dengan pengawasan dan pengendalian yang ketat, terprogram dan terarah.
Pemantauan yang ketat menjamin kualitas pelaksanaan untuk menghasilkan lulusan yang berkualitas. Meningkatkan kualifikasi pedagogik para pelatih dari S1 BK menjadi S2 BK menjadi S3 BK. Dengan peningkatan pendidikan formal ini ia mungkin dapat meningkatkan kompetensinya untuk memenuhi kewajiban seorang direktur. Supervisor yang telah menyelesaikan diploma BK memperdalam keterampilan profesionalnya dengan gelar magister BK tambahan, jika memungkinkan hingga gelar doktor. Jika perlu, kurikulum dosen Magister BK disusun sedemikian rupa untuk memperkuat penguasaan praktis tanpa mengabaikan pengetahuan teori dasar. Manajemen praktis menjadi prioritas karena itulah yang sangat mereka butuhkan dalam pekerjaan mereka.
125 Sertifikasi merupakan upaya untuk memberikan sertifikasi profesi kepada guru pembimbing dan pembimbing yang telah menunjukkan penguasaan kompetensi yang ditetapkan. Sertifikasi dilakukan bagi guru BK yang telah memenuhi persyaratan pendidikan yang dipersyaratkan yaitu sarjana Bimbingan dan Konseling dan persyaratan lainnya. Penerbitan sertifikat profesi ini didahului dengan pelatihan profesi atau prosedur lain yang ditentukan dan diakhiri dengan tes bakat pada badan resmi yang ditunjuk oleh negara. Sebagai bagian dari sertifikasi ini, perlu melibatkan Asosiasi Penasehat dan Penasehat (ABKIN) sebagai organisasi profesi sebagai pengawas mutu pelaksanaan.
Kegiatan ilmiah seperti kursus pelatihan, seminar, lokakarya, kongres yang diselenggarakan oleh ABKIN, lembaga pendidikan atau badan ilmiah lainnya yang terkait dengan bimbingan dan konseling untuk memberikan bimbingan dan keterampilan kepada konselor karir. Dewasa ini dengan perkembangan teknologi dan informasi, perkembangan ilmu pengetahuan begitu pesat sehingga para guru harus mengikutinya agar tidak ketinggalan zaman.
Penguatan MGBK (Konsultasi Guru Bimbingan dan Konseling) dengan memperluas dan memperkuat kegiatan dimana bertukar pikiran tentang bagaimana menangani kasus-kasus yang muncul di sekolah masing-masing. Guru dapat berbagi informasi dan teknik yang mereka miliki atau gunakan untuk memecahkan masalah siswa. Konselor Senior dapat membagikan pengalamannya selama bertahun-tahun dalam menangani permasalahan siswa, sedangkan Konselor junior masih dapat membagikan ide-ide cemerlangnya dalam menangani kasus di sekolah.
Singkat kata, melalui kegiatan MGBK harus tercipta situasi di mana yang satu saling membutuhkan dan saling melengkapi. Kesan bahwa yang satu lebih baik dari yang lain harus dihilangkan. Yang muda harus belajar dari yang tua dan sebaliknya yang tua harus belajar dari yang muda.
Pembinaan adalah pembelajaran langsung oleh satu pelatih dari pelatih lain selama periode waktu tertentu, misalnya karena lebih berpengalaman atau kompeten. Pelatih pemagangan berusaha untuk mengetahui dan memahami pekerjaan pelatih secara langsung dari pelatih lainnya, yang sama-sama bekerja sama untuk memenuhi tugas pelatih maupun dalam penyampaian layanan dan pelaksanaan kegiatan penunjang.
Konselor magang segera mendapatkan pengalaman dan keterampilan praktis dalam menangani kasus di sekolah dan dapat langsung bertanya kepada konselor lain jika kesulitan dalam menyelesaikan tugas. Kegiatan pendidikan ini tidak terbatas pada internal sekolah saja, tetapi juga dapat berlangsung antara sekolah dengan sekolah lain.
126 Untuk meningkatkan kinerja guru, perlu dilakukan pemantauan terhadap kegiatan guru untuk mengidentifikasi kekurangan yang dapat diperbaiki. Peningkatan kinerja pelatihan dapat berupa nasehat, bimbingan, dan contoh langsung dari supervisor yang berpengalaman dalam bidang pelatihan dan penyuluhan. Pengawasan berjalan dengan baik ketika pekerja sosial juga ahli dalam konseling dan bimbingan.
Melakukan operation control research, penelitian dengan mengamati secara langsung fenomena yang terjadi pada saat operasi control controller. Penelitian yang mengkaji penyebab masalah siswa secara terbatas, mencoba mencari tahu hubungan antara anak yang sering terlambat dengan perilaku memberontak dan membangkang, mencoba menentukan teknik konseling yang efektif, mencoba menentukan ukuran huruf yang dapat dibaca pada . jarak, jumlah konsultasi meja tentu terbatas, dengan studi, yang lebih cocok untuk pemecahan masalah yang berhasil, dengan diskusi kasus, dengan memperkenalkan konsultan daripada tidak memperkenalkan mereka.Dengan adanya penelitian tindakan ini diharapkan pengetahuan dan keterampilan para konselor semakin meningkat, layanan konseling semakin dikenal oleh para siswa, serta efektivitas dan efisiensinya semakin tinggi.
Membaca dan menulis jurnal merupakan upaya untuk memperluas wawasan keilmuan dan meningkatkan pengetahuan mata pelajaran. Jurnal adalah karya tulis yang berisi penyelidikan ilmiah hasil penelitian dan presentasi konseptual. Oleh karena itu, membaca majalah pasti dapat meningkatkan wawasan dan keterampilan para pembina dalam menjalankan tugasnya. Lebih baik lagi jika guru juga membuat jurnal untuk berbagi pemikirannya dengan pihak lain baik berdasarkan hasil penelitian maupun hasil pemikirannya.
Menulis karya tulis ilmiah sebenarnya memenuhi persyaratan kenaikan pangkat Guru di kelas dan pangkat tertentu. Kolaborasi dengan rekan-rekan di bidang ini sangat dianjurkan, yang diwujudkan dengan membangun kemitraan dengan konsultan lain, yang tidak hanya terbatas pada konsultan MBKC lainnya di tingkat regional atau nasional di seluruh Indonesia, tetapi juga konsultan lain dari negara lain. Ini bukan hal yang sulit sekarang karena dengan bantuan teknologi dimungkinkan untuk berkolaborasi melalui email, internet atau sarana lainnya. Melalui hubungan tersebut, dapat terjadi pertukaran informasi untuk saling meningkatkan pendapat dan keterampilan dalam bidang konseling.