• Tidak ada hasil yang ditemukan

Haidh

Dalam dokumen BUKU FIKIH ISLAM LENGKAP (Halaman 44-48)

FIKIH ISIAM TENGKAP

1. Haidh

2.

Nifas.

3.

Melahirkan.

Penjelasan:

l.

Tempat

khitan bagi laki-laki

adalah

kulit

yang

menutupi

kepala kemaluan sebelum

dikhitan,

sedangkan bagi perempuan adalah

kulit

yang berada

di

bagian atas

qubul

dekat

tempar

keluarnya kencing.

Maksud

bertemunya

dua khitan

adalah kedua kelamin saling berhadapan,

yaitu

dengan masuknya

kelamin laki-laki

ke

3.

Bersentuhan kulit tanpa

ada

penghalang

antara

laki-laki

dan

perempuan yang bukan mahramnya membatalkan wudhu

berdasarkan firman

Allah I&

tentang ayat wudhu,

;t-4i'*-:.,^!

eI

Atau kalian menyentuh perempudn. (Al-MA'idah

[5]:

6)

4.

Menyentuh kemaluan manusia dengan telapak tangan membatalkan

wudhu

berdasarkan

hadits

yang

diriwayatkan oleh imam

hadits yang

lima

dari Bisrah

binti

Shafwan r4) bahwa Nabi

ffi

bersabda,

.tL; e k^)"rft;A

Barangsiapa menyentuh kemaluannyo, *oOo janganlah mendirikan shalat s amp ai berwudhu.

Tirmidzi

menilai shahih hadits

ini.

Dalam riwayat Nasa'i

(1/100),

.3-t,;'dL'i,

Berwudhu

jika

menyentuh kemaluan.

Ini mencakup diri sendiri dan orang lain. Ibnu Majah

(481) meriwayatkan dari

Ummu Habibah

,E4l),

Bar angsiapa menyentuh kemaluanny a, hendaklah dia berwudhu.

Ini

mencakup

laki-laki

dan perempuan, sebagaimana mencakup qubul dan dubur.

5.

Batalnya

wudhu

orang yang menyentuh lingkaran dubur manusia merupakan pendapat

baru. Maksudnya

adalah pendapat Imam Syaf

i

+y"

di

Mesir,

baik

dalam

bentuk

karangan maupun fatwa.

Pendapat

ini

diamalkan terus kecuali masalah-masalah yangditarjih oleh para imam madzhab terdahulu dan diungkapkan nashnya.

@@@

lt ,,,'- Oz t/ o. A / o /

.Ub)te +t f ,-f

@

o

FIKIH

ISLAM TENGKAP KITAB THAHARAH

6@

'ffi,,#--']B(:

rt'h ;b'

Perkara yang Mewqiibkan Mandi

Jt*_Jl k-t Jj^:;

;,,b^,

:"1.""i * ,-!-Jl .*_x SJI_:

d)tl .o-/l-r r,6lt Jt;1, c"4;Lll ,tnJt :,ray ret-Jty

.;.rYll;

c.rnl"t:Jly

cuZJl :*ay ccl*J\ V u"*

Perkara yang mewajibkan mandi ada enam. Tiga

di

antaranya mencakup

laki-laki dan perempuan,

sedangkan

tiga

lainnya khusus untuk wanita.

Untuk laki-laki dan wanita:

L.

Bertemunya dua khitan.

2.

Keluarnya mani.

3.

Meninggal.

Khusus untuk wanita:

1.

Haidh.

2.

Nifas.

3.

Melahirkan.

Penjelasan:

l.

Tempat

khitan bagi laki-laki

adalah

kulit

yang

menutupi

kepala kemaluan sebelum

dikhitan,

sedangkan bagi perempuan adalah

kulit

yang berada

di

bagian atas

qubul

dekat

tempar

keluarnya kencing.

Maksud

bertemunya

dua khitan

adalah kedua kelamin saling berhadapan,

yaitu

dengan masuknya

kelamin laki-laki

ke

dalam kelamin perempuan. Tepatnya, kalimat ini merupakan bentuk majas dari

jima'

(hubungan badan).

Bukhari

(287) danMuslim

(248) meriwayatkan dari Abu Hurairah

ru}, dari Nabi

ffi,

beliau bersabda,

*)

Jika seseorang berada di atas keernpat anggota badan istrinya kemudian membuatnya paydh, maka wajibnya baginya mandi.

Dalam riwayat

Muslim,

o zo

'J," I

;11

Walaupun tidak keluar mani.

Maksud keempat anggota badan adalah kedua paha dan kedua betis wanita.

Maksud membuatnya

payah adalah

bentuk kinayah dari

usaha memasukkan penis ke dalam kemaluan istrinya.

Hadits ini

merupakan

dalil

yang

menunjukkan wajibnya

mandi

karena melakukan jima' walaupun tidak sampai keluar

mani, sebagaimana diungkapkan secara jelas oleh riwayat Muslim.

2.

Mengenai wajibnya mandi karena keluar mani,

Bukhari (278)

dan

Muslim (313) meriwayatkan dari Ummu Salamah

,6u;, bahwa

Ummu Sulaim datang kepada Nabi ffi dan berkata, "Wahai

Rasulullah! Sesungguhnya

Allah tidak malu

terhadap kebenaran.

Haruskah perempuan mandi jika bermimpi?" Rasulullah ffi

menjawab, "Ya,

jika

dia

melihat

air." Yaitu, mani atau cairan yang keluar dari perempuan ketika berjima'.

Maksud

bermimpi

dalam

hadits di

atas adalah

bermimpi

bahwa dia disetubuhi.

Abu Dawud (236)

dan selainnya meriwayatkan

dari Aisyah

'Bs.), dia berkata, Rasulullah

ffi

ditanya tentang seorang

laki-laki

yang mendapati basah pada dirinya namun dia tidak ingat mimpi apapun.

Rasulullah

ffi

menjawab,

"Dia

harus mqndi." Rasulullah

g

juga

ditanya tentang

seorang

laki-laki

yang

bermimpi namun tidak

6

^eo6)^ FrKrH rsLAM

TENGKAP

(:)€f/

o

l!r

J6,6 ,.

. L.tJl

4-Ie

-).)

mendapati adayang basah pada

dirinya.

Beliau menjawab, "Tidak ada kewajiban mandi baginya."

Ummu

Sulaim berkata, "Perempuan

itu melihat

adayang basah. Apakah

wajib

baginya

untuk

mandi?"

Beliau

menjawab, "Ya, perempuan

itu

adalah partnernya laki-lahi."

Artinya,

sama dengan mereka dalam

akhlak

dan

tabiat.

Seakan- akan mereka

itu diambil

dari laki-laki.

Mengenai wajibnya mandi karena meninggal,

Bukhari

(1195) dan

Muslim

(939) meriwayatkan dari Ummu Athiyyah Al-Anshariyyah ,eu;,

dia berkata, "Rasulullah ffi menemui kami ketika

anak perempuannya meninggal. Beliau

lalu

bersabda, "Mandikonlah dia.

Mandikanlah dia. Mandihanlah dia.

"

Bukhari (1208) dan

Muslim

(1206) meriwayatkan dari Ibnu Abbas

.@l bahwa seorang laki-laki dilempar untanya dan diinjak lehernya.

Ketika

itu

kami bersama Rasulullah Myangsedang ihram. Nabi

ffi

lalu bersabda, "Mandikanlah dia dengan oir dan sidr sertakafanilah dia dengan dua buah kain."

Mengenai wajibnya mandi karena haidh,

Allah

ue berfirman,

3'#

61s

s'j[- E !^;?.t; "aa;i 4;utii;FG

l--,t';ti &1i L)'Xi $;i * c 5;:t1

'='L'"A.Ai

Oleh sebab itu, hendaklah kalian menj auhkan diri dari w anita di waktu haidh dan jangan mendekati mereka sebelum mereka suci. Apabila mereha telah suci, maka campurilah mereh.a

itu di

tempat yang diperintahhan

Allah

hepadamu. Sesungguhnya

Allah

menyukai orang-orang

yang

bertaubat dan menyuhai orang-orang yang menyucikan

diri.

(Al-Baqarah

l2l:

222)

Mereka telah suci, artinya mereka telah mandi

Bukhari

(314) meriwayatkan dari

Aisyah '6;

bahwa Rasulullah

ffi

berkata kepada Fathimah

binti

Abu Jubaisy W)

,

"Jih.a haidh datang, maka tinggalkanlah shalat.

Jika

telah berlalu, maka mandilah dan kerjakanlah shalat."

4.

KITAB THAHARAH

q€r() ."b)

dalam kelamin perempuan. Tepatnya, kalimat ini merupakan bentuk majas dari

jima'

(hubungan badan).

Bukhari

(287) danMuslim

(248) meriwayatkan dari Abu Hurairah

ru}, dari Nabi

ffi,

beliau bersabda,

*)

Jika seseorang berada di atas keernpat anggota badan istrinya kemudian membuatnya paydh, maka wajibnya baginya mandi.

Dalam riwayat

Muslim,

o zo

'J," I

;11

Walaupun tidak keluar mani.

Maksud keempat anggota badan adalah kedua paha dan kedua betis wanita.

Maksud membuatnya

payah adalah

bentuk kinayah dari

usaha memasukkan penis ke dalam kemaluan istrinya.

Hadits ini

merupakan

dalil

yang

menunjukkan wajibnya

mandi

karena melakukan jima' walaupun tidak sampai keluar

mani, sebagaimana diungkapkan secara jelas oleh riwayat Muslim.

2.

Mengenai wajibnya mandi karena keluar mani,

Bukhari (278)

dan

Muslim (313) meriwayatkan dari Ummu Salamah

,6u;, bahwa

Ummu Sulaim datang kepada Nabi ffi dan berkata, "Wahai

Rasulullah! Sesungguhnya

Allah tidak malu

terhadap kebenaran.

Haruskah perempuan mandi jika bermimpi?" Rasulullah ffi

menjawab, "Ya,

jika

dia

melihat

air." Yaitu, mani atau cairan yang keluar dari perempuan ketika berjima'.

Maksud

bermimpi

dalam

hadits di

atas adalah

bermimpi

bahwa dia disetubuhi.

Abu Dawud (236)

dan selainnya meriwayatkan

dari Aisyah

'Bs.), dia berkata, Rasulullah

ffi

ditanya tentang seorang

laki-laki

yang mendapati basah pada dirinya namun dia tidak ingat mimpi apapun.

Rasulullah

ffi

menjawab,

"Dia

harus mqndi." Rasulullah

g

juga

ditanya tentang

seorang

laki-laki

yang

bermimpi namun tidak

6

^eo6)^ FrKrH rsLAM

TENGKAP

(:)€f/

o

l!r

J6,6 ,.

. L.tJl

4-Ie

-).)

mendapati adayang basah pada

dirinya.

Beliau menjawab, "Tidak ada kewajiban mandi baginya."

Ummu

Sulaim berkata, "Perempuan

itu melihat

adayang basah. Apakah

wajib

baginya

untuk

mandi?"

Beliau

menjawab, "Ya, perempuan

itu

adalah partnernya laki-lahi."

Artinya,

sama dengan mereka dalam

akhlak

dan

tabiat.

Seakan- akan mereka

itu diambil

dari laki-laki.

Mengenai wajibnya mandi karena meninggal,

Bukhari

(1195) dan

Muslim

(939) meriwayatkan dari Ummu Athiyyah Al-Anshariyyah ,eu;,

dia berkata, "Rasulullah ffi menemui kami ketika

anak perempuannya meninggal. Beliau

lalu

bersabda, "Mandikonlah dia.

Mandikanlah dia. Mandihanlah dia.

"

Bukhari (1208) dan

Muslim

(1206) meriwayatkan dari Ibnu Abbas

.@l bahwa seorang laki-laki dilempar untanya dan diinjak lehernya.

Ketika

itu

kami bersama Rasulullah Myangsedang ihram. Nabi

ffi

lalu bersabda, "Mandikanlah dia dengan oir dan sidr sertakafanilah dia dengan dua buah kain."

Mengenai wajibnya mandi karena haidh,

Allah

ue berfirman,

3'#

61s

s'j[- E !^;?.t; "aa;i 4;utii;FG

l--,t';ti &1i L)'Xi $;i * c 5;:t1

'='L'"A.Ai

Oleh sebab itu, hendaklah kalian menj auhkan diri dari w anita di waktu haidh dan jangan mendekati mereka sebelum mereka suci. Apabila mereha telah suci, maka campurilah mereh.a

itu di

tempat yang diperintahhan

Allah

hepadamu. Sesungguhnya

Allah

menyukai orang-orang

yang

bertaubat dan menyuhai orang-orang yang menyucikan

diri.

(Al-Baqarah

l2l:

222)

Mereka telah suci, artinya mereka telah mandi

Bukhari

(314) meriwayatkan dari

Aisyah '6;

bahwa Rasulullah

ffi

berkata kepada Fathimah

binti

Abu Jubaisy W)

,

"Jih.a haidh datang, maka tinggalkanlah shalat.

Jika

telah berlalu, maka mandilah dan kerjakanlah shalat."

4.

KITAB THAHARAH

q€r() ."b)

5.

6.

Nifas

diqiyaskan dengan

haidh

karena darah

nifas

adalah darah haidh yang berkumpul.

Ketika melahirkan,

wanita wajib mandi

karena anak yang keluar berasal dari mani. Biasanya, darah keluar bersamanya.

e@CI

@

0

FIKIH

ISTAM TENGKAP KITAB THAHARAH

Rukun Mandi

dt-fl,Jl a-,lJl

aJU!1

ca:Jl :r\ii ajH J-,U\ F\;S

.;;iltsorJ, ; Jl "ut Jt*-Is,4j4 ,,Ic

Rukun/fardhu mandi

itu

ada tiga, yaitu:

1.

Niat.

2.

Menghilangkan najis jika ada di badannya.

3.

Mengalirkan dan meratakan air ke seluruh rambut dan kulit.

Penjelasan:

1. Niat

merupakan rukun seluruh ibadah. Hal

ini

berdasarkan hadits,

"Sesungguhnya setiap amalan

itu

sesuai dengan niatnya."

2.

Mengenai wajibnya menghilangkan najis yangadadi badan, Bukhari

(246) meriwayatkan dari Al-Maimunah

,gg

tentang

mandinya Rasulullah

ffi, "Beliau

membasuh kemaluannya serta

najis

dan

kotoran

yang mengenainya."

Hadits ini

dinyatakan

shahih

oleh

Imam Nawawi dalam kitab-kitabnya. Dia mengatakan

bahwa

menghilangkannya cukup dengan cara membasuh untuk menghilangkan hadats.

Pendapat

inilah yang dipegang.

Jadi, menghilangkan kotoran sebelum menuangkan air (ke badan) adalah sunnah. (Al-Iqnd')

3.

Mengenai

wajibnya mengalirkan dan

meratakan

air ke

seluruh

Dalam dokumen BUKU FIKIH ISLAM LENGKAP (Halaman 44-48)