• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kubur harus diratakan dan tidak boleh didirikan bangunan di atasnya maupun dikapur. Larangan tentang hal ini berdasarkan

Dalam dokumen BUKU FIKIH ISLAM LENGKAP (Halaman 174-178)

HALAT 6@

5. Kubur harus diratakan dan tidak boleh didirikan bangunan di atasnya maupun dikapur. Larangan tentang hal ini berdasarkan

hadits yang diriwayatkan oleh

Muslim

(969) dan selainnya bahwa

Ali bin Abi Thalib

@pr

berkata

kepada

Abul

Hayyaj Al-Asady,

"Bukankah saya mengutusmu seperti ketika Rasulullah ffi

1-. ). o J-c 9 a,$l

a-

r

v

,

.Gs#r{* e

ree

:.

dffi{@u t

$i:^ "*{.4 is'fu lXrl

Mengubur Jenazah

crpz.

a*,\1

,k ;f ,*-:6a!il1 J3L* -r.l * i*S

nl ,rL, .irt J-, aL

.Ma) -t . 4..tj _;,ar2

pU-i aDC

Jl .l^f tS*:..'.*.* .:; !-t Cy f ;r ,c-l-t

.a+tl Yl /p d

'JUll

a/* ) )

.A;iD

U

Jenazah dikuburkan dalam liang lahat dengan posisi menghadap

kiblat dan

dilepaskan

dari bagian

kepalanya

dengan

lemah

lembut.

Orang

yang

memasukkannya ke

dalam liang

lahat mengucapkan,

ffi1, {;,9 &tl' -

Dengon menyebut nomo Allah don berdosorkon ogoma

Rosulullah

9.,

Jenazah dibaringkan di dalam kubur setelah kubur digali sesuai panjang dan luasnya.

Setelah itu, kubur diratakan dan tidak boleh didirikan bangunan di atasnya maupun dikapur.

Tidak apa-apa menangisi mayat selama dilakukan tanpa meratap dan merobek-robek baju.

&y iut ff

:oJ>-L-

gJl J;+:

,rl .r+ arl .j ffJ.d-l C"

.rJ, rQ!

"/f.i !J .ae,,.p4 Y: q], is*- Yt L,/e\ d^))

-I@ 0-

o

FTKIH ISTAM TENGKAP KITAB SHALAT

Takziah kepada keluarga

si

mayat dilakukan selama

tiga

hari semenjak penguburannya.

Tidak boleh

menguburkan dua

orang dalam satu liang

lahat kecuali karena suatu kebutuhan.

Penjelasan:

I

. Muslim

(966) meriwayatkan dari Sa'ad bin Abi Waqqash eP, bahwa

dia berkata

pada

waktu sakit

yang menghantarkannya menuju

kematian, "Buatkanlah untukku liang lahat dan

pancangkanlah

untukku

bata, sebagaimana yang dilakukan

untuk

Rasulullah

ffi."

2. Abu Dawud (3211)

meriwayatkan dengan sanad

shahih

bahwa

Abdullah bin Yazid Al-Hathmy -salah seorang sahabat-

memasukkan

Al-Harits ke

dalam

kubur dari

bagian kedua kaki kubur dan berkata,

"Ini

termasuk sunnah."

3. Abu Dawud

(3213) dan

Tirmidzi 00aO

meriwayatkan dari

lbnu Umar

,,u& bahwa

jika Nabi &

meletakkan mayat

di

dalam kubur, beliau mengucapkan,

Dengan nama Allah dan berdasqrhan sunnah Rasulullah.

4.

Jenazah dibaringkan

di

dalam

kubur

setelah

kubur digali

sesuai panjang

dan

luasnya.

Yaitu

sesuai dengan

tinggi

manusia yang tingginya standar dan dalam posisi mengangkat kedua tangannya

ke

atas.

Abu Dawud (3215)

dan

Tirmidzi (1713) -dia

berkata,

"Hasan

shahih."-

meriwayatkan

dari

Hisyam

bin Amir

&P-t dari Rasulullah

S,

beliau bersabda tentang orang-oran

gyangterbunuh dalam

Perang

Uhud, "Galilah

lubang untuknya, luaskanlah dan perindahlah."

5. Kubur harus diratakan dan tidak boleh didirikan

bangunan di atasnya

maupun dikapur.

Larangan

tentang hal ini

berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh

Muslim

(969) dan selainnya bahwa

Ali bin Abi Thalib

@pr

berkata

kepada

Abul

Hayyaj Al-Asady,

"Bukankah saya mengutusmu seperti ketika Rasulullah ffi

1-. ). o J-c 9 a,$l

a-

r

v

6.

mengutusku? Janganlah

meninggalkan

gambar

kecuali

engkau

menghapusnya dan juga kubur yang tinggi kecuali

engkau meratakannya."

Maksud gambar

di sini

adalah gambar yang

memiliki

ruh.

Maksud "engkau meratakannya"

adalah meratakannya dengan tanah dan meninggikannya sedikit.

Muslim (970)

meriwayarkan

dariJabir

&b., dia berkata, 'Nabi

ffi

melarang untuk mengapur kuburan, duduh

di

atasnya dan mendirikan bangunan di atasnya."

Maksud mengapur adalah meletakkan kapur di atasnya.Jika hal

ini saja tidak boleh, terlebih lagi meletakkan batu pualam

dan

selainnya, meninggikan kubur dan menghiasinya, setelah

ada larangan nyata dari Rasulullah

ffi.

Tidak diragukan bahwa hal

ini haram karena bertentangan dengan sunnah dan

mengandung penyia-nyiaan harta yang dilarang

menurut

syariat.

Tidak

apa-apa menangisi mayat selama dilakukan tanpa meratap dan merobek-robek baju. Bukhari (1241) dan

Muslim (23t5,2316)

meriwayatkan bahwa Rasulullah

ffi

menangisi anaknya

Ibrahim

sebelum kematiannya. Thtkala melihatnya, beliau merelakannya dan

berkata, 'Air

mata

ini

mengalir dan

hati pun

bersedih. Kami tidak mengucapkan kecuali apa yang diridhai Rabb

kita.

Sesungguhnya kami bersedih harena berpisah denganmu, wahai lbrahim."

Muslim (976)

meriwayatkan

dari Abu Hurairah &g,

dia berkara,

"Nabi ffi

menziarahi

kuburan ibunya.

Beliau

lalu

menangis dan membuat orang-orang yang berada

di

sekitarnya

ikut

menangis."

Meratap (a-Ut;

adalah

setiap perbuatan atau perkataan yang

mengandung

sikap

menampakkan

putus

asa,

tidak terima

dan tunduk pada ketetapan

Allah

us .

Di

antaranyaadalah meroQek saku, memukul wajah dan selainnya. Semua itu diharamkan dalam syariat

ellah

rss.

Muslim

(935) meriwayatkan dari Abu Malik

Al-Asy'ary

W, bahwa Nabi

ffi

bersabda,

\1)t') lqtu iw q.';-,p'J

7.

lt,\ak,6r

t" Ju)r

@

o

FIKIH

ISI."A"M TENGKAP KrrAB SHALAT

eE6 '-o-'

odo

-t) ,,* .'I ? r) .J l) l_J Jq 4/

Or ang yang meratap

jika

tidak bertaubat sebelum kematiannya, maka dia ah"an dibanghitkan padahari kiamat dengan memahai jubah dari getah dan pakaian dari kudis.

Artinya,

anggota-anggota badannya dipenuhi kudis dan gatal-gatal yang

menutupi

badannya sebagaimana pakaian menutupi.

Maksud getah dalam hadits di atas

adalah

getah pohon

yang

dilumurkan

pada unta

jika

berkudis.

Bukhari (1232) meriwayatkan dari Abdullah bin Mas'ud @i, bahwa Nabi

ffi

bersabda,

.^ir^u.i',;*L Gr': j #r'*}i;jjr C V L';

g'upo, termasuk golongan kami orang yang memukul pipi, merobeh saku dan memanggil dengan panggilan jahiliyyah.

Hadits di atas menyebut "merobek saku" karena merobek pakaian

dimulai

dari saku.

Maksud panggilan jahiliyyah adalah perkataan yang diucapkan oleh orang-orang j ahiliyyah.

Takziah kepada

keluarga si mayat dilakukan

selama

tiga hari semenjak penguburannya. Dasarnya adalah hadits yang

diriwayatkan oleh Ibnu Majah (1601) dari Nabi

ffi,

beliau bersabda,

o: i\+ irr itr \\yr;t i 6'F"

iq'

Apabila seorang muhmin bertakziah kepada saudaranya yang tertimpa musibah, niscay a Allah

w

ahan memakaikanny a perhiasan-perhiasan kemuliaan pada hari kiamat.

Takziah adalah

mendorong orang yang tertimpa musibah

agar bersabar dan menghiburnya, seperti mengatakan, "Semoga

Allah

memberimu pahala yang besar."

J\-b

8.

o,l o

.r? .r v

,/ . .'-l

p; a,.lrlJl

"9

6.

mengutusku? Janganlah

meninggalkan

gambar

kecuali

engkau

menghapusnya dan juga kubur yang tinggi kecuali

engkau meratakannya."

Maksud gambar

di sini

adalah gambar yang

memiliki

ruh.

Maksud "engkau meratakannya"

adalah meratakannya dengan tanah dan meninggikannya sedikit.

Muslim (970)

meriwayarkan

dariJabir

&b., dia berkata, 'Nabi

ffi

melarang untuk mengapur kuburan, duduh

di

atasnya dan mendirikan bangunan di atasnya."

Maksud mengapur adalah meletakkan kapur di atasnya.Jika hal

ini saja tidak boleh, terlebih lagi meletakkan batu pualam

dan

selainnya, meninggikan kubur dan menghiasinya, setelah

ada larangan nyata dari Rasulullah

ffi.

Tidak diragukan bahwa hal

ini haram karena bertentangan dengan sunnah dan

mengandung penyia-nyiaan harta yang dilarang

menurut

syariat.

Tidak

apa-apa menangisi mayat selama dilakukan tanpa meratap dan merobek-robek baju. Bukhari (1241) dan

Muslim (23t5,2316)

meriwayatkan bahwa Rasulullah

ffi

menangisi anaknya

Ibrahim

sebelum kematiannya. Thtkala melihatnya, beliau merelakannya dan

berkata, 'Air

mata

ini

mengalir dan

hati pun

bersedih. Kami tidak mengucapkan kecuali apa yang diridhai Rabb

kita.

Sesungguhnya kami bersedih harena berpisah denganmu, wahai lbrahim."

Muslim (976)

meriwayatkan

dari Abu Hurairah &g,

dia berkara,

"Nabi ffi

menziarahi

kuburan ibunya.

Beliau

lalu

menangis dan membuat orang-orang yang berada

di

sekitarnya

ikut

menangis."

Meratap (a-Ut;

adalah

setiap perbuatan atau perkataan yang

mengandung

sikap

menampakkan

putus

asa,

tidak terima

dan tunduk pada ketetapan

Allah

us .

Di

antaranyaadalah meroQek saku, memukul wajah dan selainnya. Semua itu diharamkan dalam syariat

ellah

rss.

Muslim

(935) meriwayatkan dari Abu Malik

Al-Asy'ary

W, bahwa Nabi

ffi

bersabda,

\1)t') lqtu iw q.';-,p'J

7.

lt,\ak,6r

t" Ju)r

@

o

FIKIH

ISI."A"M TENGKAP KrrAB SHALAT

eE6 '-o-'

odo

-t) ,,* .'I ? r) .J l) l_J Jq 4/

Or ang yang meratap

jika

tidak bertaubat sebelum kematiannya, maka dia ah"an dibanghitkan padahari kiamat dengan memahai jubah dari getah dan pakaian dari kudis.

Artinya,

anggota-anggota badannya dipenuhi kudis dan gatal-gatal yang

menutupi

badannya sebagaimana pakaian menutupi.

Maksud getah dalam hadits di atas

adalah

getah pohon

yang

dilumurkan

pada unta

jika

berkudis.

Bukhari (1232) meriwayatkan dari Abdullah bin Mas'ud @i, bahwa Nabi

ffi

bersabda,

.^ir^u.i',;*L Gr': j #r'*}i;jjr C V L';

g'upo, termasuk golongan kami orang yang memukul pipi, merobeh saku dan memanggil dengan panggilan jahiliyyah.

Hadits di atas menyebut "merobek saku" karena merobek pakaian

dimulai

dari saku.

Maksud panggilan jahiliyyah adalah perkataan yang diucapkan oleh orang-orang j ahiliyyah.

Takziah kepada

keluarga si mayat dilakukan

selama

tiga hari semenjak penguburannya. Dasarnya adalah hadits yang

diriwayatkan oleh Ibnu Majah (1601) dari Nabi

ffi,

beliau bersabda,

o: i\+ irr itr \\yr;t i 6'F"

iq'

Apabila seorang muhmin bertakziah kepada saudaranya yang tertimpa musibah, niscay a Allah

w

ahan memakaikanny a perhiasan-perhiasan kemuliaan pada hari kiamat.

Takziah adalah

mendorong orang yang tertimpa musibah

agar bersabar dan menghiburnya, seperti mengatakan, "Semoga

Allah

memberimu pahala yang besar."

J\-b

8.

o,l o

.r? .r v

,/ . .'-l

p; a,.lrlJl

"9

9.

Makruh melakukan takziah setelah

tigahar|

kecuali bagi musafir.

Sebab, biasanya

kesedihan telah berakhir

sehingga

tidak

baik

mengungkitnya kembali. Demikian juga, makruh

mengulangi takziah. Sebaiknya takziah

dilakukan

setelah penguburan karena

keluarga mayat sibuk

mempersiapkannya,

kecuali jika

mereka sangat bersedih, maka mendahulukannya lebih utama sebagai upaya

untuk

menghibur mereka.

Tidak boleh menguburkan dua orang dalam satu liang lahat kecuali karena suatu kebutuhan.

Bukhari

(1280) meriwayarkan

dariJabir bin Abdullah

s:-l bahwa

Nabi M

mengumpulkan dua orang

iaki- laki

dari orang-orang yang terbunuh dalam perang Uhud.

m@m

.@,

o

Dalam dokumen BUKU FIKIH ISLAM LENGKAP (Halaman 174-178)