• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil dan Temuan Pertama

Dalam dokumen BUKU MODEL DAN METODE PEMBELAJARAN DI KELAS (Halaman 179-182)

PEMBELAJARAN STUDENT FASILITATOR AND EXPLAINING

D. Hasil dan Temuan Pertama

Penelitian ini menggunakan dua kelas, satu sebagai kelas eksperimen dan satu kelas kontrol. Kelas eksperimen dan kelas kontrol diberikan perlakuan yang berbeda pada proses pembelajaran yang dilaksanakan. Kelas eksperimen menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Student Facilitator and Explaining sedangkan kelas kontrol menerapkan model pembelajaran langsung. Kelas eksperimenmodel pembelajaran kooperatif tipe Student Facilitator and Explaining dengan proses pembelajarannya melalui empat tahap yaitu Apersepsi, Eksplorasi, Elaborasi, dan Konfirmasi.

Pada awal pembelajaran, beberapa peserta didik kurang setuju dengan kelompok yang dibuat guru karena dibentuk berdasarkan tingkat akademik dengan tidak melibatkan kepentingan pribadi sehingga hanya beberapa peserta didik yang terlibat aktif dalam diskusi saat mengisi bahan ajar. Namun, pada pertemuan berikutnya peserta didik mulai terlibat aktif untuk mengeluarkan pendapat dan tidak canggung lagi untuk bersama-sama mengisi bahan ajar dengan anggota kelompoknya. Dengan situasi seperti ini maka setiap peserta didik bersama-sama menemukan dan membangun pemahaman materi yang diberikan. Hal ini, sejalan dengan teori Vygotsky (Trianto, 2007: 39) yang menekankan pada belajar menangani tugas-tugas yang belum dipelajari, tetapi tugas-tugas itu masih berada dalam jangkauan kemampuan atau tugas-tugas tersebut berada dalam zone of proximal development.

Pembelajaran pada kelas yang kedua yaitu kelas control, menerapkan pembelajaran langsung. Ada lima fase pada pembelajaran langsung, yaitu fase menyampaikan tujuan dan mempersiapkan peserta didik, mendemonstrasikan keterampilan dan pengetahuan, pelatihan terbimbing, umpan balik, serta latihan dan aplikasi. Pada kelas yang menggunakan model pembelajaran langsung, metode yang digunakan adalah metode ekspositori, tanya jawab, dan pemberian tugas. Materi langsung diberikan oleh guru dan peserta didik langsung menerimanya.

Hal ini, berarti pengetahuan tidak dibangun sendiri oleh peserta didik. Ekspositori dilaksanakan pada saat guru menyampaikan materi lalu dilanjutkan dengan tanya jawab untuk mengecek kemampuan berpikir kritis peserta didik tentang materi yang telah disampaikan. Hal ini, sejalan dengan pendapat yang diungkapkan oleh Suprijono (2010: 46) yang menyatakan bahwa pembelajaran langsung dikenal dengan sebutan active teaching.

Peserta didik yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran langsung, terlihat kurang mampu untuk mengingat lebih lama materi yang telah dipelajari. Sementara itu, penerapan metode Student Facilitator and Explaining melatih siswa terlibat secara aktif dan ikut serta dalam merancang materi pembelajaran yang akan dipresentasikan, sehingga siswa akan lebih mengerti dan mampu memahami materi, serta mampu memecahkan setiap persoalan sesuai dengan perkembangan kemampuan berpikir kritisnya.

Dalam pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe Student Facilitator and Explaining (SFAE) peserta didik terlihat aktif dan berusaha untuk menggali pengetahuannya. Selama kegiatan pembelajaran terjadi lebih banyak diskusi sehingga peserta didik dapat lebih menguasai konsep dan memecahkan masalah yang sulit karena adanya kerjasama antar peserta didik. Hal tersebut diperkuat oleh teori Piaget yang menekankan bahwa pembelajaran sebagai proses yang aktif artinya pengetahuan baru tidak diberikan kepada peserta didik dalam bentuk jadi tetapi peserta didik membentuk pengetahuannya sendiri.

Metode Student Facilitator and Explaining(SFAE) lebih menekankan peserta didik untuk aktif dalam menerima pengetahuan yang baru dengan cara berinteraksi dengan lingkungan yang kemudian pengetahuan itu diproses sehingga peserta didik paham konsep dan peserta didik mampu mengaitkan konsep yang baru dengan konsep lain. Hal ini, sesuai Jurnal Pendidikan dan Keguruan Vol. 1 No. 1, 2014, artikel 10 dengan teori belajar Piaget bahwa peserta didik

* 175 * mengintegrasikan pengetahuan yang dimiliki dengan pengetahuan yang baru dengan cara berinteraksi dengan lingkungan melalui proses asimilasi dan akomodasi.

Selain itu, metode Student Facilitator and Explaining(SFAE) juga memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk saling memberikan pendapat atau ide yang mereka miliki dalam memahami suatu permasalahan. Dengan demikian, kemampuan berpikir kritis tergali dan bertambah dengan adanya sumbangan pemikiran dari peserta didik lainnya serta bimbingan dari guru, sehingga kemampuan berpikir kritis yang diperoleh peserta didik dapat diterapkan pada konsep yang lain atau serupa.

Hasil pengujian hipotesis pada penelitian ini menyatakan bahwa rata-rata hasil tes kemampuan pemecahan masalah matematik siswa yang mengikuti pembelajaran dengan metode Student Facilitator and,Explaining lebih baik daripada rata-rata hasil tes kemampuan pemecahan masalah matematik dengan pembelajaran langsung. Penerapan metode Student Facilitator and Explaining melatih siswa terlibat secara aktif dan ikut-serta dalam merancang materi pembelajaran yang akan dipresentasikan, sehingga peserta didik akan lebih mengerti dan mampu memahami materi, serta mampu memecahkan setiap persoalan sesuai dengan langkah-langkah pemecahan masalah.

Sementara itu, hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan berpikir kritis matematik siswa yang mengikuti pembelajaran dengan metode Student Facilitator and Explaining (SFAE) secara signifikan lebih baik dari pembelajaran langsung. Temuan ini didukung oleh perolehan skor rerata kemampuan berpikir kritis matematika pada pembelajaran dengan metode Student Facilitator and Explaining (SFAE) sebesar 11,16(55,80 %dari skor ideal yaitu 20) lebih baik daripada pembelajaran langsung sebesar 6,65(33,25 %).

Hasil skor tes kemampuan berpikir kritis matematik kelompok bawah kelas eksperimen lebih baik daripada kelompok tengah kelas kontrol. Hal ini, disebabkan oleh faktor siswa pada kelas kontrol kurang aktif selama proses pebelajaran berlangsung. Peserta didik yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran langsung, terlihat kurang mampu untuk mengingat lebih lama materi yang telah dipelajari. Sementara itu, penerapan metode Student Facilitator and Explaining melatih siswa terlibat secara aktif dan ikut serta dalam merancang materi pembelajaran yang akan dipresentasikan, sehingga siswa akan lebih mengerti dan mampu memahami materi, serta mampu memecahkan setiap persoalan sesuai dengan perkembangan kemampuan berpikir kritisnya.

Kedua

Dalam proses pembelajaran pada penelitian ini, penulis melakukan enam kali pertemuan dengan empat kali perlakuan (treatment). Pertemuan pertama, diawali dengan pengambilan data awal, yaitu melaksanakan pretest. Waktu yang digunakan dalam pengambilan data awal, satu jam pelajaran 45 menit. Beberapa siswa menyelesaikan soal pretes dengan cepat, dan sebagian besar menyelesaikan soal setelah jam pergantian mata pelajaran berbunyi. Pertemuan berikutnya, perlakuan (treatment) mulai diberikan kepada siswa. Jam pelajaran bahasa Jepang pada Kelas XII Lintas Minat bahasa Jepang adalah empat jam. Penulis mendapatkan izin dari guru mata pelajaran bahasa Jepang untuk melakukan penelitian satu jam terakhir. Setiap pertemuan membahas materi perubahan verba bahasa Jepang yang telah dibatasi sebelumnya, yaitu perubahan verba bahasa Jepang dari bentuk kamus dalam bentuk~Te.Tahapan perlakuan (treatment) dilaksanakan setiap minggunya sekali berturut-turut. Dari hasil analisis data, diketahui nilai rata-rata pretest sebesar 45, 28, posttest 83, 63, maka diperoleh t hitung sebesar 9, 88.

Dengan db=24, maka dapat disimpulkan bahwa dengan nilai untuk taraf signifikan 5% dan 9,88 >

2,80 untuk taraf signifikan 1%. Hasil di atas membuktikan bahwa Hk yang menyatakan terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil pembelajaran perubahan verba bahasa Jepang bentuk Te

sebelum dan sesudah menggunakan metode Cooperative Learning model Student Facilitator and Explaining diterima. Berdasarkan pengolahan data angket, maka dapat disimpulkan bahwa sebagian besar peserta didik memberikan respon positif terhadap pembelajaran dengan menggunakan metode Cooperative Learning model Student Facilitator and Explaining untuk meningkatkan pemahaman siswa dalam mengubah verba bahasa Jepang bentuk kamus ke dalam bentuk TE.

DAFTAR PUSTAKA

Agutina,C.D., Nuria Haristiani, Sudijanto.(2016). Penerapan metode coopeartive learning model student facilitator and explaining pada pembelajaran bahasa jepang bentuk-TE.1(1),6.

(ejournal.upi.edu/index.php/japanedu/article/download/3285/2272)

Aqib Zainal. 2016. Model-model Media dan Strategi Pembelajaran Kontekstual (Inovatif).

Bandung: Yrama Widya.

Djaramah, S,B dan Aswan, Z. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Kristyaswati.(2014).Penerapan metode student facilitator and explaining untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran ips materi geografis dan penduduk.1.Artikelterkait)(https://www.google.com/search?q=jurnal+lengkap+tentang+pe ngertian%2C+langkah%2C+kelebihan+dan+kelemahan+metode+studen+fasilitator+and+

explaining&ie=utf-8&oe=utf-8&client=firefox-b)

Muslim,S.R.(2014). Pengaruh metode student and explaining dalam pembelajaran kooperatif terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika dan kemampuan berpikir kritis matematika, 1(2), 6-7. (http://pasca.ut.ac.id/journal/index.php/JPK/article/viewFile/14/14) Prasetya, Joko. 2005. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pusaka Setia.

Riyanto, Y.2009. Paradigma Baru Pembelajaran sebagai Referensi bagi pendidikan dalam Implementasi pembelajaran yang efektif dan berkualitas. Jakarta: Kencana.

Suhana, Cucu. 2012. Konsep Strategi Pembelajaran. Refika Aditama. Hal 53

Suprijo, Agus (2009). Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PALKEM. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Taniredja, tukiran, Efi Miftah Faridli, dan Sri Harmianto. 2015. Model-Model Pembelajaran Inovatif dan Efektif. Bandung: Alfabeta,cv.

Trianto, Y.2007. model-model pembelajaran inovatif berorientasi konstuktivistik. Jakarta: Prestasi Pusaka.

Uno, B Hamzah, dan Mohamad Nurdin. 2015. Belajar dengan Pendekatan PALKEM. Jakarta: PT Bumi Aksara. Hal.125.

Zarkasyi, Wahyudin, dkk. 2015. Penelitian Pendidikan Matematika. facebook Fanpage: Refika Aditama. Hal 75

* 177 *

Dalam dokumen BUKU MODEL DAN METODE PEMBELAJARAN DI KELAS (Halaman 179-182)