• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBELAJARAN PROBLEM POSING

Dalam dokumen BUKU MODEL DAN METODE PEMBELAJARAN DI KELAS (Halaman 75-80)

* 71 * 3. Siswa diminta mengajukan 1 atau 2 buah soal yang menantang dan siswa yang bersangkutan harus mampu menyelesaikannnya. Tugas ini dapat pula dilakukan secara kelompok.

4. Pada pertemuan berikutnya, secara acak, guru menyuruh siswa untuk menyajikan soal temuannya di depan kelas. Dalam hal ini, guru dapat menentukan siswa yang secara kolektif berdasarkan bobot soal yang ditunjukan oleh guru.

5. Guru memberikan tugas rumah secara individual.

Thobroni dan Mustofa (2012: 351) menjelaskan bahwa langkah-langkah penerapan model problem posing adalah (1) guru menjelaskan materi pelajaran kepada siswa menggunakan alat peraga untuk memfasilitasi siswa dalam mengajukan pertanyaan, (2) siswa diminta untuk mengajukan pertanyaan secara berkelompok, (3) siswa saling menukarkan soal yang telah diajukan, (4) kemudian menjawab soal-soal tersebut dengan berkelompok.

Beberapa langkah dalam model Problem Posing yang dikemukakan oleh Chua dan Yeap (2009) dalam Kartika (2014). Berikut tahap-tahap dalam pembelajaran Problem Posing:

a. Mengulas Materi

1. Siswa membuat hubungan antara pengetahuan awal dengan informasi baru yang diperoleh.

2. Siswa membaca dengan baik apabila ada informasi yang penting.

3. Siswa mengingat kembali tentang apa yang diajarkan oleh guru 4. Siswa menggunakan kata-kata sendiri ketika membaca informasi baru.

b. Membentuk Masalah

1. Siswa memeriksa jika sudah mendapatkan masalah yang diinginkan.

2. Siswa harus mampu mempertimbangkan kemungkinan masalah yang ada sebelum mengajukannya.

3. Siswa harus sudah memahami masalah yang akan diajukan.

4. Siswa dapat menggambarkan diagram untuk membantu memahami masalah yang akan diajukan dan mampu memikirkan model pemecahan pertama sebelum mengajukan masalah.

c. Memeriksa Solusi

1. Siswa memeriksa solusi untuk masalah yang dibuat dan melihat apakah solusinya masuk akal.

2. Siswa mempertimbangkan semua solusi masalah yang timbul.

3. Siswa harus memeriksa solusi dan mengerjakannya.

d. Review

1. Siswa dapat mengevaluasi proses-proses yang telah dilakukan.

2. Tahap ini juga dimungkinkan siswa dapat mengajukan masalah yang berbeda.

3. Siswa dapat melihat kembali seberapa baik masalah yang telah diajukan.

C. Kelebihan Dan Kekurangan

Selain dapat memecahkan masalah yang diberikan oleh guru siswa juga dapat mendorong tercapainya ide-ide baru yang berasal dari pemikiran siswa sesuai dengan materi yang di berikan oleh guru. Adapun kelebihan metode problem posing menurut Suryosubroto (2009: 203) adalah sebagai berikut,

a. Kegiatan pembelajaran tidak terpusat pada guru, tetapi dituntut keaktifan siswa.

b. Minat siswa dalam pembelajaran matematika lebih besar dan siswa mudah memahami soal karena dibuat sendiri.

c. Semua siswa terpacu untuk terlibat secara aktif dalam membuat soal.

d. Dengan membuat soal dapat manimbulkan dampak terhadap kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah.

e. Dapat membantu siswa untuk melihat permasalahn yang ada dan yang baru diterima sehingga diharapkan mendapatkan pemahaman yang mendalam dan lebih baik, merangsang siswa untuk memunculkan ide yang kreatif dari yang diperolehnya dan memperluas bahasan atau pengetahuan, siswa dapat memahami soal sebagai latihan untuk memecahkan masalah.

Adapun kekurangan dari metode problem posing meurut Suyitno (2003: 7-8) adalah, a. Persiapan guru lebih, karena menyiapkan informasi apa yang dapat disampaikan.

b. Waktu yang digunakan lebih banyak untuk membuat soal dan menyelesaikannya sehingga materi yang disampaikan lebih sedikit.

D. Hasil Dan Temuan

Salah satu contoh dari hasil penelitian dengan menggunakan metode problem posing dalam artikel Oktiana, Rusdy dan Djahir (2010). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan pemahaman konsep matematika siswa pada kelas dengan pembelajaran problem posing lebih baik daripada kemampuan pemahaman konsep matematika siswa dengan pembelajaran konvensional. Temuan ini didukung oleh perolehan nilai rata-rata pada kelas dengan pembelajaran problem posing sebesar 78,9 dan pada kelas dengan pembelajaran konvensional sebesar 70,8.

Dilihat dari pencapaian KKM, pada kelas dengan pembelajaran problem posing jumlah siswa yang mencapai nilai KKM sebanyak 40 orang (88,9%) dan pada kelas dengan pembelajaran konvensional sebanyak 25 orang (55,6%).

Pencapaian nilai yang tinggi pada pembelajaran problem posing ini disebabkan karena pada pembelajaran problem posing siswa dilatih untuk mengajukan atau membuat soal kemudian menyelesaikan soal yang dibuat oleh kelompok lain. Pada saat siswa membuat soal maka siswa dituntut untuk memahami konsep dari materi yang telah diterimanya, begitu juga pada saat menyelesaikan soal yang telah dibuat oleh kelompok lain siswa juga dituntut untuk memahami konsep.

Dari hasil penelitian diperoleh data nilai rata-rata kemampuan pemahaman konsep matematika siswa pada kelompok tinggi adalah 80,38, pada kelompok sedang nilai rata-ratanya adalah 75,33 sedangkan pada kelompok rendah adalah 71,11. Dari data tersebut terlihat adanya perbedaan yang signifikan pada kemampuan pemahaman konsep matematika antara siswa pada kelompok tinggi, sedang, dan rendah. Terdapat interaksi antara kelompok pembelajaran (PP dan KV) dengan tingkat penguasaan matematika siswa dalam kemampuan pemahaman konsep matematika. Interaksi terjadi antara kelompok pembelajaran (PP dan KV) dengan kelompok penguasaan matematika tinggi dan sedang maupun pada kelompokkedua kelas tersebut perbedaannya sangat kecil sehingga dapat dikatakan relatif sama.

Nilai rata-rata penguasaan matematika siswa kelompok tinggi penguasaan matematika tinggi dan rendah tetapi tidak terjadi interaksi pada kelompo sedang dan rendah. Temuan ini didukung oleh perolehan nilai rata-rata kemampuan pemahaman konsep matematika siswa pada kelompok tinggi, sedang dan rendah Pada kelompok tinggi, perolehan nilai rata-rata kemampuan pemahaman konsep matematika pada kelas dengan pembelajaran problem posing sebesar 87,6 lebih baik daripada pembelajaran konvensional sebesar 72,64. Pencapaian KKM pada kelompok tinggi dengan pembelajaran problem posing sebanyak 15 orang (100%) sedangkan pada pembelajaran konvensional sebanyak 8 orang (53,3%). Pada kelompok sedang, perolehan nilai rata-rata kemampuan pemahaman konsep matematika pada kelas dengan pembelajaran problem posing sebesar 78,94 lebih baik daripada pembelajaran konvensional sebesar 71,7. Pencapaian

* 73 * KKM pada pembelajaran problem posing sebesar 15 orang (88,2%) dan pada pembelajaran konvensional sebesar 10 orang (58,8%). Pada kelompok rendah, perolehan nilai rata-rata kemampuan pemahaman konsep matematika pada kelas dengan pembelajaran problem posing sebesar 73,46 lebih baik daripada pembelajaran konvensional sebesar 68,9. Pencapaian KKM pada pembelajaran problem posing sebesar 11 orang (84,6%) dan pada pembelajaran konvensional sebesar 8 orang (57,1%).

Dari nilai rata-rata dan pencapaian KKM maka dapat disimpulkan bahwa pada semua kelompok siswa (tinggi, sedang, dan rendah), kemampuan pemahaman konsep matematika siswa pada pembelajaran problem posing lebih baik daripada pembelajaran konvensional. Namun, berdasarkan hasil yang diperoleh, ternyata pada siswa kelompok tinggi, pembelajaran problem posing lebih berpengaruh dibandingkan pada kelompok sedang dan rendah. Hasil ini, dikarenakan pada kegiatan presolution posing siswa dilatih untuk dapat mengaitkan informasi atau situasi yang mereka peroleh dengan materi yang sudah mereka pelajari. Dengan demikian pemahaman siswa terhadap materi pelajaran akan lebih baik.

Demikian pula pada kegiatan within solution posing, siswa dilatih untuk merumuskan sub- sub pertanyaan yang mengarah kepada penyelesaian soal. Dengan demikian siswa terlatih untuk menyelesaikan soal secara sistematis. Sedangkan pada kegiatan post solution posing akan dapat melatih siswa untuk lebih memahami konsep materi pelajaran. Hal ini dikarenakan pada kegiatan post solution posing siswa dilatih membuat soal yang sejenis dengan soal yang diberikan, sehingga diharapkan akan dapat memperkuat konsep yang telah mereka terima.

Dalam ketiga kegiatan problem posing di atas, siswa dituntut untuk membuat soal yang berkaitan dengan materi yang telah diajarkan. Untuk membuat soal tersebut diperlukan penguasaan yang baik terhadap konsep dasar yang telah diajarkan. Pada siswa kelompok tinggi, konsep yang diberikan lebih cepat dikuasai daripada siswa kelompok sedang dan rendah. Oleh karena itu pembelajaran problem posing lebih pada siswa kelompok tinggi.

DAFTAR PUSTAKA

Andra Setiawan. (2014). Metode Problem Posing untuk Memperbaiki Kualitas Pembelajaran Matematika di Jurusan Teknik Permesinan SMKN 2 Depok Sleman. E-Jurnal Pendidikan Teknik Mesin Volume 2, Nomor 4, 290.

Cankoy, O & Darbaz, S. (2010). Effect Problem Possing Based on Problem Solving Instruction on Understanding Problem. Journal of Education 38, 11-24.

Chotimah, H. 2009. Strategi Pembelajaran untuk Penelitian Tindakan Kelas. Malang: Surya Pena Gemilang.

Kartika,Ratna. 2014. Pengaruh Model Problem Solving dan Problem Posing serta Kemampuan Awal terhadap Hasil Belajar Siswa. Jurnal Pendidikan Sains Vol.2, No.4, Desember.

Leonard. (2013). Penggunaan Metode Problem Posing Dalam Proses Pembelajaran Matematika [Versi electronik]. Majalah Ilmiah Faktor Vol. 1 No. 1 Januari, 4-5.

Lestari, K.E. 2015. Penelitian Pendidikan Matematika. Bandung: Revika Aditama.

Mahmud, Amir. (2008). Penerapan Metode Problem Posing Untuk Meningkatkan Kemampuan Penyusunan Laporan Keuangan Pada Siswa SMA. Jurnal Pendidikan Ekonomi Vol 3 No.2 Juli.

Oktiana, Rusdy dan Djahir. (2010). Pengaruh Pembelajaran Problem Posing Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika Siswa Kelas XI IPA SMA Negeri 6 Palembang. Jurnal Pendidikan Matematika. Volume 4. No.1 Juni

Saminanto. 2010. Ayo praktik PTK (Penelitian Tindakan Kelas). Semarang: Rasail Media Group.

Suryosubroto, B. 2009. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.

Suyitno. 2003. Dasar-dasar dan Proses Pembelajaran Matematika. Semarang: Pendidikan Matematika FTMIPA UNNES.

Thobroni, Muhammad dan Arif Mustofa. 2012. Belajar dan Pembelajaran: Pengembangan Wacana dan Praktik Pembelajaran dalam Pembengunan Nasional. Yogyakarta: Ar-ruzz Media.

Zakaria, Effandi & Ngah, Norulbiah. (2011). A preliminary analysis of students‟ problem-posing ability and its relationship to attitudes towards problem solving [Versi electronik]. Research Journal of Applied Sciences, Engineering and Technology, 3, 9, 866-870.

* 75 *

Dalam dokumen BUKU MODEL DAN METODE PEMBELAJARAN DI KELAS (Halaman 75-80)