• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI KARAKTER DALAM PEMBELAJARAN

A.Pengertian Karakter dan Pendidikan Karakter, Fungsi, Tujuan, Nilai-nilai Karakter dan Landasan Pendidikan Karakter Dalam Islam

1. Pengertian Karakter

I

stilah karakter adalah istilah yang baru digunakan dalam wacana Indonesia dalam lima tahun terakhir ini. Istilah ini sering dihubungkan dengan istilah akhlak, etika, moral, atau nilai.

Karakter juga sering dikaitkan dengan masalah kepribadian, atau paling tidak ada hubungan yang cukup erat antara karakter dengan kepribadian seseorang. Secara etimologis, kata karakter (Inggris:

character) berasal dari bahasa Yunani (Greek), yaitu charassein yang berarti “to engrave” (Ryan & Bohlin, 1999: 5). Kata “to engrave” bisa diterjemahkan mengukir, melukis, memaatkan, atau menggoreskan (Echols & Shadily, 1995: 214). Dalam Kamus Bahasa Indonesia kata

“karakter” diartikan dengan tabiat, sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lain, dan watak.

Karakter juga bisa berarti huruf, angka, ruang, simbul khusus yang dapat dimunculkan pada layar dengan papan ketik (Pusat Bahasa Depdiknas, 2008: 682). Orang berkarakter berarti orang yang berkepribadian, berperilaku, bersifat, bertabiat, atau berwatak.

Dengan demikian, karakter merupakan watak dan sifat-sifat seseorang

Dengan makna seperti itu karakter identik dengan kepribadian atau akhlak. Kepribadian merupakan ciri, karakteristik, atau sifat khas diri seseorang yang bersumber dari bentukan-bentukan yang diterima dari lingkungan, misalnya keluarga pada masa kecil dan bawaan sejak lahir ( Koesoema, 2007: 80).

Secara terminologis, makna karakter dikemukakan oleh Thomas Lickona yang mendefinisikan karakter sebagai “A reliable inner disposition to respond to situations in a morally good way.” Selanjutnya, Lickona menambahkan, “Character so conceived has three interrelated parts: moral knowing, moral feeling, and moral behavior” (Lickona, 1991: 51). Karakter mulia (good character), dalam pandangan Lickona, meliputi pengetahuan tentang kebaikan (moral khowing), lalu menimbulkan komitmen (niat) terhadap kebaikan (moral feeling), dan akhirnya benar-benar melakukan kebaikan (moral behavior).

Dengan kata lain, karakter mengacu kepada serangkaian pengetahuan (cognitives), sikap (attitudes), dan motivasi (motivations), serta perilaku (behaviors) dan keterampilan (skills).

Dari penjelasan di atas dapat dipahami bahwa karakter identik dengan akhlak, sehingga karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang universal yang meliputi seluruh aktivitas manusia, baik dalam rangka berhubungan dengan Tuhan, dengan diri sendiri, dengan sesama manusia, maupun dengan lingkungan, yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata karma, budaya, dan adat istiadat.

Menurut Amin (1995: 62) bahwa kehendak (niat) merupakan awal terjadinya akhlak (karakter) pada diri seseorang, jika kehendak itu diwujudkan dalam bentuk pembiasaan sikap dan perilaku. Dari konsep karakter ini muncul konsep pendidikan karakter (character education).

2. Pengertian Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter menurut David Elkind & Freddy Sweet (dalam Suparlan, 2010:305) adalah character education is the deliberate effort to help people understand, care about, and act upon core ethical value.

(Pendidikan karakter adalah usaha sengaja (sadar) untuk membantu manusia memahami, peduli tentang, dan melaksanakan nilai-nilai etika inti). Sedangkan menurut Creasy (dalam Zubaidi, 2011:16) menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan pendidikan karakter adalah upaya mendorong peserta didik tumbuh dan berkembang dengan kompetensi berpikir dan berpegang teguh pada prinsip-prinsip moral

dalam hidupnya serta mempunyai keberanian untuk melakukan yang benar meskipun dihadapkan pada berbagai tantangan.

Berdasarkan pengertian di atas, jelaslah bahwa pendidikan karakter adalah usaha yang dilakukan oleh pendidik untuk menanamkan nilai-nilai karakter mulia pada peserta didik. Pendidikan karakter, mengandung tiga unsur pokok, yaitu mengetahui kebaikan (knowing the good), mencintai kebaikan (desiring the good), dan melakukan kebaikan (doing the good) (Lickona, 1991: 51). Di pihak lain, Frye (2002:

2) mendefinisikan pendidikan karakter sebagai, “A national movement creating schools that foster ethical, responsible, and caring young people by modeling and teaching good character through an emphasis on universal values that we all share”

Jadi, pendidikan karakter harus menjadi gerakan nasional yang menjadikan sekolah (institusi pendidikan) sebagai agen untuk membangun karakter peserta didik melalui pembelajaran dan pemodelan. Melalui pendidikan karakter sekolah harus berpretensi untuk membawa peserta didik memiliki nilai-nilai karakter mulia seperti hormat dan peduli pada orang lain, tanggung jawab, jujur, memiliki integritas, dan disiplin. Di sisi lain pendidikan karakter juga harus mampu menjauhkan peserta didik dari sikap dan perilaku yang tercela dan dilarang. Pendidikan karakter tidak hanya mengajarkan mana yang benar dan mana yang salah kepada anak, tetapi lebih dari itu pendidikan karakter menanamkan kebiasaan (habituation) tentang yang baik sehingga peserta didik paham, mampu merasakan, dan mau melakukan yang baik. Dengan demikian, pendidikan karakter membawa misi yang sama dengan pendidikan akhlak atau pendidikan moral

3.Tujuan Pendidikan Karakter

Pendidikan nilai dalam proses sesungguhnya berupaya membentuk nilai-nilai pada siswa yang tercermin dalam prilaku sehari-hari baik disekolah maupun di lingkungan luar sekolah. Dalam pelaksanaannya dilakukan dengan bimbingan yang intensif dan konsisten gar diperoleh hasil yang maksimal. Asia and the :Pasifik Programe of Educational Indonesia for Development (APEID) dalam Mulyana (2004 :120) bahwa pendidikan nilai secara khusus ditujukan untuk (1) nilai yang diinginkan dan (3) membimbing prilaku yang konsisten dengan nilai-nilai tersebut.

Tujuan pendidikan karakter adalah mengajarkan nilai-nilai tradisional tertentu, nilai-nilai yang diterima secara luas sebagai landasan perilaku

yang baik dan bertanggung jawab (Zuchdi, 2009:39). Selanjutnya pendidikan karakter pada intinya bertujuan membentuk bangsa yang kompetitif, tangguh, berakhlak mulia, bermoral, bertoleran, bergotong royong, berjiwa patriotik, berkembang dinamis, berorientasi ilmu pengetahuan, dan teknologi yang semuanya dijiwai oleh iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan pancasila (Sri Narwanti, 2011:16). Tujuan pendidikan karakter adalah :

a. Memfasilitasi penguatan dan pengembangan nilai-nilai tertentu sehingga terwujud dalam perilaku anak, baik ketika proses sekolah maupun setelah proses sekolah (setelah lulus dari sekolah).

b. Mengoreksi perilaku anak yang tidak sesuai dengan nilai-nilai pendidikan karakter yang diajarkan.

c. Membangun koneksi yang harmoni dengan keluarga dan masyarakat dalam memerankan tanggung jawab pendidikan karakter secara bersama (Sri Narwanti, 2011:17).

Berdasarkan uraian tujuan pendidikan karakter di atas, jelaslah bahwa pendidikan karakter bertujuan memberikan penguatan, mendorong pengembangan karakter yang sudah menjadi diri dan mempertahankan karakter yang sudah ada dalam diri peserta didik.

Lebih lanjut pendidikan karakter juga bertujuan mengoreksi dan memperbaiki karakter yang kurang baik pada diri peserta didik.

Dengan terbentuknya karakter mulia yang tangguh, konsisten, dan tak tergoyahkan pula dengan sesuatu apapun, maka maka tujuan pendidikan karakter selanjutnya adalah membangun hubungan yang harmonis peserta didik dengan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan.

Pendidikan karakter juga bertujuan untuk meningkatkan mutu penyelenggara dan hasil pendidikan yang mengarah pada pencapaian pembentukan karakter dan akhlak mulia anak secara utuh, terpadu, dan seimbang sesuai dengan norma dan nilai yang ada. Melalui pendidikan karakter diharapkan anak mampu secara mandiri meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya, mengkaji dan menginternalisasi nilai- nilai karakter dan akhlak mulia sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari (Sri Narwanti, 2011:17).

Sementara itu menurut Darf Kurikulum Berbasis Kompetensi (dalam Nurul Zuriah, 2007:104-105), bahwa fungsi dan kegunaan pendidikan budi pekerti/karakter bagi peserta didik ialah sebagai berikut :

a. Pengembangan yaitu untuk meningkatkan perilaku yang baik bagi peserta didik yang telah tertanam dalam lingkungan keluarga dan

masyarakat.

b. Penyaluran, yaitu untuk membantu peserta didik yang memiliki bakat tertentu agar dapat berkembang dan bermanfaat secara optimal sesuai dengan budaya bangsa.

c. Perbaikan, yaitu untuk memperbaiki kesalahan, kekurangan, dan kelemahan peserta didik dalam perilaku sehari-hari.

d. Pencegahan, yaitu untuk mencegah perilaku negative yang tidak sesuai dengan ajaran agama dan budaya bangsa.

e. Pembersih, yaitu untuk membersihkan diri dari dari penyakit hati seperti sombong, egois, iri, dengki, dan riya’ agar anak didik tumbuh dan berkembang sesuai dengan ajaran agama dan budaya bangsa.

f. Penyaringan (filter), yaitu untuk menyaring budaya bangsa sendiri dan budaya bangsa lain yang tidak sesuai dengan nilai-nilai budi pekerti.

Berdasarkan pernyataan di atas, fungsi pendidikan karakter, adalah : 1) Pengembangan yaitu guru sebagai pendidik karakter berusaha menginovasi berbagai strategi untuk meningkatkan karakter siswa, baik karakter yang dikembangkan melalui mata pelajaran di kelas, pengembangan budaya karakter di sekolah, dan pada kegiatan pengembangan diri. 2) Penyaluran, agar karakter siswa dapat berkembang dengan maksimal, guru dapat menggali potensi bakat dan minat siswa. Melalui pengembangan bakat siswa sekaligus berbagai karakter yang berkaitan dengan bakat akan berkembang pula dengan sempurna. 3) Perbaikan, karakter yang berkembang belum optimal dalam diri siswa diupayakan diperbaiki agar karakter negatif pada siswa akan hilang dengan sendirinya. 4) Pencegahan, melalui pendidikan karakter, karakter yang negatif diupayakan dicegah dan diantisipasi sedini mungkin. 5) Pembersih, melalui pendidikan karakter, karakter negatif siswa dapat dibersihkan agar dapat tumbuh dan berkembang karakter yang mulia. 6) Penyaring, melalui pendidikan dapat disaring berbagai karakter yang kurang baik, terutama yang berasal dari dunia barat.

Sedangkan menurut Cahyoto (2001;13) fungsi pendidikan karakter antara lain sebagai berikut :

a. Siswa memahami susunan pendidikan karakter dalam lingkup etika bagi pengembangan dirinya dalam bidang ilmu pengetahuan b. Siswa memiliki landasan karakter bagi pola prilaku sehari-hari yang

didasari hak dan kewajiban sebagai warga Negara

c. Siswa dapat mencari dan memperoleh informasi tentang karakter, mengolahnya dan mengambil keputusan dalam menghadapi masalah nyata di masyarakat

d. Siswa dapat berkomunikasi dan bekerjasama dengan orang lain untuk mengembangkan nilai moral.

Pendidikan karakter berfungsi memberikan dasar dan pedoman bagi siswa dalam berperilaku, pendidikan karakter menjadi landasan dalam berperilaku yang sesuai dengan usia dan tingkat perkembangan kepribadian. Berdasarkan hal ini, pendidikan karakter tidak saja bersifat teoritis tapi juga bersifat aplikatif, sehingga pendidikan karakter bukan hanya wacana akan tetapi dapat dan mudah dilaksanakan. Pembelajaran berbasis pendidikan karakter adalah dengan memberi kesempatan yang seluas-luasnya untuk mencari dan memperoleh informasi tentang karakter, mengolahnya dan mengambil keputusan dalam menghadapi masalah nyata di masyarakat. Selanjutnya pendidikan karakter juga memfasilitas siswa agar dapat berkomunikasi dan bekerjasama dengan orang lain untuk mengembangkan nilai moral.

4. Nilai-nilai Dasar Dalam Pendidikan Karakter

Dalam Kebijakan Nasional Pembangunan Karakter Bangsa Tahun 2010-2025 ditegaskan bahwa karakter merupakan hasil keterpaduan empat bagian, yakni olah hati, olah pikir, olah raga, serta olah rasa dan karsa. Olah hati terkait dengan perasaan sikap dan keyakinan/

keimanan, olah pikir berkenaan dengan proses nalar guna mencari dan menggunakan pengetahuan secara kritis, kreatif, dan inovatif, olah raga terkait dengan proses persepsi, kesiapan, peniruan, manipulasi, dan penciptaan aktivitas baru disertai sportivitas, serta olah rasa dan karsa berhubungan dengan kemauan dan kreativitas yang tecermin dalam kepedulian, pencitraan, dan penciptaan kebaruan (Pemerintah RI, 2010: 21).

Nilai-nilai karakter yang dijiwai oleh sila-sila Pancasila pada masing- masing bagian tersebut, dapat dikemukakan sebagai berikut:

a. Karakter yang bersumber dari olah hati antara lain beriman dan bertakwa, jujur, amanah, adil, tertib, taat aturan, bertanggung jawab, berempati, berani mengambil resiko, pantang menyerah, rela berkorban, dan berjiwa patriotik;

b. Karakter yang bersumber dari olah pikir antara lain cerdas, kritis, kreatif, inovatif, ingin tahu, produktif, berorientasi Ipteks, dan

reflektif;

c. Karakter yang bersumber dari olah raga/kinestetika antara lain bersih, dan sehat, sportif, tangguh, andal, berdaya tahan, bersahabat, kooperatif, determinatif, kompetitif, ceria, dan gigih;

dan

d. Karakter yang bersumber dari olah rasa dan karsa antara lain kemanusiaan, saling menghargai, gotong royong, kebersamaan, ramah, hormat, toleran, nasionalis, peduli, kosmopolit (mendunia), mengutamakan kepentingan umum, cinta tanah air (patriotis), bangga menggunakan bahasa dan produk Indonesia, dinamis, kerja keras, dan beretos kerja.

Dari nilai-nilai karakter di atas, Kementerian Pendidikan Nasional (sekarang: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan) mencanangkan empat nilai karakter utama yang menjadi ujung tombak penerapan karakter di kalangan peserta didik di sekolah, yakni jujur (dari olah hati), cerdas (dari olah pikir), tangguh (dari olah raga), dan peduli (dari olah rasa dan karsa). Dengan demikian, ada banyak nilai karakter yang dapat dikembangkan dan diintegrasikan dalam pembelajaran di sekolah. Menanamkan semua butir nilai tersebut merupakan tugas yang sangat berat. Oleh karena itu, perlu dipilih nilai-nilai tertentu yang diprioritaskan penanamannya pada peserta didik. Direktorat Pembinaan SMP Kemendiknas RI mengembangkan nilai-nilai utama yang disarikan dari butir-butir standar kompetensi lulusan (Permendiknas No. 23 tahun 2006) dan dari nilai-nilai utama yang dikembangkan oleh Pusat Kurikulum Depdiknas RI Pusat Kurikulum Kemendiknas, (2009: 9-10) Dari kedua sumber tersebut nilai-nilai utama yang harus dicapai dalam pembelajaran di sekolah (institusi pendidikan) di antaranya adalah:

a. Kereligiusan, yakni pikiran, perkataan, dan tindakan seseorang yang diupayakan selalu berdasarkan pada nilai-nilai Ketuhanan dan/atau ajaran agamanya.

b. Kejujuran, yakni perilaku yang didasarkan pada upaya menjadika n dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan, baik terhadap diri dan p(ihak lain.

c. Kecerdasan, yakni kemampuan seseorang dalam melakukan suatu tugas secara cermat, tepat, dan cepat.

d. Ketangguhan, yakni sikap dan perilaku pantang menyerah atau tidak pernah putus asa ketika menghadapi berbagai kesulitan dalam melaksanakan kegiatan atau tugas sehingga mampu mengatasi kesulitan tersebut dalam mencapai tujuan.

e. Kedemokratisan, yakni cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.

f. Kepedulian, yakni sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah dan memperbaiki penyimpangan dan kerusakan (manusia, alam, dan tatanan) di sekitar dirinya.

g. Kemandirian, yakni sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.

h. Berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif, yakni berpikir dan melakukan sesuatu secara kenyataan atau logika untuk menghasilkan cara atau hasil baru dan termutakhir dari apa yang telah dimiliki.

i. Keberanian mengambil risiko, yakni kesiapan menerima risiko/

akibat yang mungkin timbul dari tindakan nyata. Berorientasi pada tindakan, yakni kemampuan untuk mewujudkan gagasanmenjadi tindakan nyata.

j. Berjiwa kepemimpinan, yakni kemampuan mengarahkan dan mengajak individu atau kelompok untuk mencapai tujuan dengan berpegang pada asas-asas kepemimpinan berbasis budaya bangsa.

k. Kerja keras, yakni perilaku yang menunjukkan upaya sungguh- sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan guna menyelesaikan tugas (belajar/pekerjaan) dengan sebaik-baiknya.

l. Tanggung jawab, yakni sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagaimana yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial, dan budaya), negara dan Tuhan YME.

m. Gaya hidup sehat, yakni segala upaya untuk menerapkan kebiasaan yang baik dalam menciptakan hidup yang sehat dan menghindarkan kebiasaan buruk yang dapat mengganggu kesehatan.

n. Kedisiplinan, yakni tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.

o. Percaya diri, yakni sikap yakin akan kemampuan diri sendiri terhadap pemenuhan tercapainya setiap keinginan dan harapannya.

p. Keingintahuan, yakni sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari apa yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.

q. Cinta ilmu, yakni cara berpikir, bersikap dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap pengetahuan.

r. Kesadaran akan hak dan kewajiban diri dan orang lain, yakni sikap tahu danmengerti serta melaksanakan apa yang menjadi milik/hak

diri sendiri dan orang lain serta tugas/kewajiban diri sendiri serta orang lain.

s. Kepatuhan terhadap aturan-aturan sosial, yakni sikap menurut dan taat terhadap aturan-aturan berkenaan dengan masyarakat dan kepentingan umum.

t. Menghargai karya dan prestasi orang lain, yakni sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui dan menghormati keberhasilan orang lain

u. Kesantunan, yakni sifat yang halus dan baik dari sudut pandang tata bahasa maupun tata perilakunya ke semua orang.

v. Nasionalisme, yakni cara berfikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsanya.

w. Menghargai keberagaman, yakni sikap memberikan respek/hormat terhadap berbagai macam hal baik yang berbentuk fisik, sifat, adat, budaya, suku, dan agama (Dit. PSMP Kemdiknas, 2010).

Ada banyak nilai yang perlu ditanamkan pada peserta didik. Apabila semua nilai tersebut harus ditanamkan dengan intensitas yang sama pada semua mata pelajaran, penanaman nilai menjadi sangat berat.

Oleh karena itu perlu diplihkan sejumlah nilai utama sebagi pangkal tolak bagi penanaman nilai-nilai lainnya. Selain itu untuk membantu fokus penanaman nilai-nilai utama tersebut perlu dipilah-pilah atau dikeompokkan kemudian diintegrasikan pada mata pelajaran yang cocok.

Dengan demikian tidak setiap mata pelajaran diberi integrasi semua butir nilai tetapi beberapa nilai utama saja walaupun tidak berarti nilai- nilai yang lain tidak diintegrasikan ke dalam sebuah mata pelajaran.

Setiap mata pelajaran perlu memfokuskan pada penanaman nilai utama tertentu yang paling dekat dengan karakteristik pada mata pelajaran yang bersangkutan, mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran pada semua mata pelajaran. Baik silabus, RPP, bahan ajar, strategi pembelajaran, sumber belajar, evaluasi yang dirancang khusus agar muatan atau kegiatan pembelajarannya memfasilitasi/berwawasan pendidikan karakter.

Guru (pendidik) dapat memilih nilai-nilai karakter tertentu untuk diterapkan pada peserta didik disesuaikan dengan muatan materi dari setiap mata pelajaran (mapel) yang ada. Guru juga dapat

mengintegrasikan karakter dalam setiap proses pembelajaran yang dirancang (skenario pembelajaran) dengan memilih metode yang cocok untuk dikembangkannya karakter peserta didik. Dibawah ini akan dibahas indikator (rincian nilai dalam kegiatan), yaitu sebagai berikut :

a. Religius

Karakter Religius membimbing seseorang untuk mencintai Allah Swt, meningkatkan keimanan dan ketakwaan. Karakter Religius adalah karakter utama penentu kehidupan seseorang ke arah yang baik.

Dengan memiliki karakter religius, hidup seseorang akan mengarah dan terbimbing pada kehidupan yang lebih baik, sebab dengan rasa cinta, keimanan, dan ketakwaan kepada Allah Swt akan membimbing seseorang melaksanakan ajaran Islam dengan baik. Karakter religius juga membimbing seseorang hanya mengimani bahwa Allahlah Tuhan yang Esa, tidak mempunyai anak, sekutu dan tidak memerlukan pertolongan. Allahlah Tuhan Yang Maha Agung dan patut dipuji, hal ini sebagaimana firman Allah Swt dalam surat Al-Isra’ ayat 17, yaitu sebagai berikut :

Artinya : “Katakanlah (Muhammad), “Serulah Allah atau serulah Ar-Rahman. Dengan nama yang mana saja kamu dapat menyeru, karena Dia mempunyai nama-nama yang terbaik (Asma’ul Husna) dan janganlah engkau mengeraskan suaramu dalam shalat dan jangan (pula) merendahkannya dan usahakan jalan tengah diantara keduanya itu. (110) Dan katakanlah, “Segala Puji bagi Allah yang tidak mempunyai anak dan tidak (pula) mempunyai sekutu dalam kerajaanNya dan Dia bukan pula hina yang memerlukan penolong dan agungkanlah Dia seagung-agungnya”. (QS. Al-Isra’/17: 110- 111)

Dalam firman Allah Swt Fathir ayat 15 dijelaskan bahwa manusia adalah makhluk yang faqir yang selalu memerlukan pertolongan, sebaliknya Allah Swt adalah Tuhan Yang Maha Kaya Lagi Terpuji. Oleh karena itu, Allah Swt adalah Tuhan yang patut disembah.

Artinya : “Wahai manusia, kalian adalah faqir (membutuhkan) kepada Allah, sementara Allah Maha Kaya Lagi Maha Terpuji”. (QS.

Fathir/35: 15)

Selanjutnya dalam firman Allah Swt pada surat Al-Hadid ayat 3 dijelaskan bahwa Allah adalah yang Awal dan yang Akhir, Yang Tampak dan Yang Tersembunyi.

Artinya : “ Dialah yang Awal dan yang Akhir, yang Tampak dan yang Tersembunyi, dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu”. (QS. Al- Hadid/57 :3)

Karakter religius yaitu sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksana ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain (Narwanti, 2011:29). Karakter religius merupakan karakter utama yang harus dinternalisasikan dan dibiasakan kepada anak khususnya peserta didik dalam kehidupannya sehari-hari. Karakter religius dapat dilatih dan ditanamkan melalui pendidikan di sekolah. Adapun indikator- indikator pencapaian pembelajaran adalah sebagai berikut:

1) Beraqidah lurus 2) Beribadah yang benar

3) Berdoa sebelum mulai dan sesudah selesai pembelajaran

4) Mengaitkan materi pembelajaran dengan kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa

5) Melaksanakan shalat dhuha

6) Melaksanakan shalat dhuhur berjamaah 7) Melaksanakan shalat asar berjamaah 8) Hafal al-Qur‟an minimal 1 juz

9) Program tahfid: setoran hapalan 1 juz ayat al-Qur‟an

10) Program penunjang: tilawah dan hapalan sesudah sholat dhuhur berjamaan selama 5 menit

11) Musabaqah hifdhil Qur‟an

12) Reward gratis SPP bagi yang hafal di atas 3 juz (Sri Narwanti, 2011:64).

Berdasarkan rumusan Kemendiknas Balitbang Puskur (2010: 33) diuraikan indikator sikap religius adalah sebagai berikut:

1) Mengenal dan mensyukuri tubuh dan bagiannya sebagai ciptaan Tuhan melalui cara merawatnya dengan baik.

2) Mengagumi kebesaran Tuhan karena kelahirannya di dunia dan hormat kepada orangtuanya.