• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan Materi Berbasis Karakter

PENGEMBANGAN MATERI PAI BERKARAKTER

F. Pengembangan Materi Berbasis Karakter

1. Pendekatan lingkungan/masyarakat yang semakin meluas (expanding environment/communities), dimulai dari lingkungan masyarakat yang paling dekat dengan siswa (diri sendiri, orang lain, dan keluarga), lingkungan tetangga, desa, sekolah, Negara, dan lingkungan yang lebih luas adalah dunia.

2. Pendekatan spiral (spiralled approach) yang terutama dikemukakan oleh Hilda Taba. Pada model pendekatan ini, konsep-konsep dasar dan proses penyelidikan yang pokok dari disiplin ilmu diajarkan pada tiap kelas/tiap tahun, tetapi dengan kadar yang semakin mendalam dan meluas, semakin lanjut, atau semakin mempunyai abstraksi yang lebih tinggi.

3. Pendekatan Web (jaringan tema). Pada model pendekatan ini, pelaksanaan pembelajaran diawali dengan penentuan tema yang akan dibahas dengan memadukan beberapa kompetensi dasar dari disiplin ilmu pendukung atau beberapa mata pelajaran yang diberikan di sekolah.

yang meliputi:

a. Lingkungan fisik, berkenaan dengan aspek alamiah muka bumi seperti sumber daya alam (air, hutan, tanah, udara, matahari, batuan) flora, fauna, sungai, limbah, iklim, dan sebagainya, termasuk pula pelestarian lingkungan yang ada di sekitar kehidupan siswa.

b. Lingkungan sosial, berkenaan dengan interaksi siswa dengan kehidupan kemasyarakatan, misalnya: (1) mengenal pola interaksi dan kehidupan keluarga, masyarakat, sekolah; (2) mempelajari organisasi-organisasi sosial yang ada di lingkungan rumah, dan di masyarakat sekitar sekolah; (3) mempelajari berbagai permasalahan sosial yang ada dalam kehidupan siswa.

c. Lingkungan budaya, berkenaan dengan budaya materi dan non materi yang ada di lingkungan sekitar siswa. Budaya materi berkaitan dengan bangunan, gedung, candi, prasasti, cagar alam, peralatan senjata, peralatan mata pencaharian, alat transportasi, dan sebagainya. Lingkungan budaya berupa non materi, meliputi:

sistem kepercayaaan dan agama yang dianut masyarakat, sistem norma yang berlaku di masyarakat, sistem mata pencaharian hidup, sistem kemasyarakatan, sistem ilmu pengetahuan, kesenian, bahasa, keragaman suku dan ras.

d. Lingkungan politis, berkenaan dengan pemerintahan dan segenap lembaga pemerintahan, serta kekuasaan dan wewenang yang melekat pada jabatan/kedudukan lembaga pemerintahan tertentu yang ada di lingkungan siswa.

e. Lingkungan psikologis, berkenaan dengan suasana psikologis manusia yang hidup dan bertempat tinggal pada wilayah tertentu, misalnya suasana ramai, gaduh, tenang, tertib, indah, bersih, kerusuhan, bising, gerah, suasana konflik, dampak bencana alam.

f. Lingkungan ekonomis, berkenaan dengan mata pencaharian penduduk sekitar, rata-rata penghasilan penduduk, status ekonomi penduduk, pemenuha kebutuhan sehari-hari, dan ketersediaan sarana dan prasarana sesuai dengan status ekonomi yang dimiliki masyarakat.

Kesemua lingkungan seyogyanya menjadi bahan pertimbangan guru ketika mengorganisasikan materi pembelajaran yang bermuatan nilai, sehingga materi pembelajaran tersebut terkait langsung dengan kehidupan siswa, digali dari kehidupan siswa, bermanfaat bagi siswa dalam memecahkan masalah di lingkungan kehidupannya, sesuai

dengan kebutuhan, sehingga materi pembelajaran bermakna secara luas bagi kehidupan siswa dan masyarakat di sekitarnya.

2. Keterkaitan dengan materi pelajaran lain secara terpadu

Keterkaitan muatan nilai-nilai pada satu materi yang diajarkan dengan materi lainnya memerlukan adanya penggunaan pendekatan pembelajaran terpadu atau pendekatan interdisipliner. Model pembelajaran terpadu pada dasarnya merupakan suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan peserta didik, aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip secara holistik dan otentik baik secara individual maupun kelompok (Depdikbud, 1996:

3). Salah satu upaya yang dapat dilakukan guru diantaranya adalah memadukan kompetensi dasar. Melalui pembelajaran terpadu peserta didik dapat memperoleh pengalaman langsung, pembelajaran lebih berkesan dan mudah dikenang oleh siswa sehingga dapat meningkatkan kekuatan untuuk menerima, menyimpan, dan memproduksi kesan- kesan tentang hal-hal yang dipelajarinya. Dengan demikian, peserta didik terbiasa secara mandiri untuk dapat menemukan sendiri berbagai konsep yang dipelajarinya.

Pada pendekatan pembelajaran terpadu, program pembelajaran disusun dari berbagai cabang ilmu dalam rumpun ilmu social atau rumpun ilmu alam. Pengembangan pembelajaran terpadu dalam hal ini, dapat mengambil suatu topic dari suatu cabang ilmu tertentu, kemudian dilengkapi, dibahas, diperluas, dan diperdalam dengan cabang-cabang ilmu yang lain. Topik/tema dapat dikembangkan dari isu, peristiwa, dan permasalahn yang berkembang. Bisa membentuk permasalahan yang dapat dilihat dan dipecahkan dari berbagai disiplin atau sudut pandang, contohnya banjir, pemukiman kumuh, potensi pariwisata, IPTEK, mobilitas sosial, modernisasi, revolusi, yang dibahas dari berbagai disiplin ilmu, baik ilmu sosial maupun ilmu alam.

3. Mampu diaplikasikan dalam kehidupan siswa.

Informasi atau pengetahuan yang dapat berupa fakta, konsep, prinsip, dan prosedur dirancang sedemikian rupa agar sesuai dengan kehidupan siswa di lingkungan masing-masing agar dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Guru seyogianya mencari contoh-contoh dari materi yang diajarkan berdasarkan realita kehidupan siswa supaya materi yang dikembangkan dapat diterapkan oleh siswa dalam praktik kehidupannya sehari-hari, sehingga sesuai kebutuhan dan bermakna bagi kehidupan siswa.

4. Memberikan pengalaman langsung melalui kegiatan inquiry.

Materi seyogianya ditemukan dan dikembankan oleh siswa melalui pengalaman langsung dan kegiatan penemuan (inquiri).Tentunya guru dalam hal ini berperan sebagai fasilitator dan motivasi bagi siswa dalam kegiatan inquiri. Materi yang ditemukan siswa melalui pengalaman langsung dan inkuiri akan lebih bertahan lama dalam struktur konigtif siswa, karena pengetahuan di-construct/ dibangun sendiri oleh siswa sedikit demi sedikit dan dikaitkan dengan pengalaman langsung dirinyadalam objek kajian.

5. Mengembangkan kemampuan kooperatif sekaligus kemandirian.

Materi mampu mengembangkan kemampuan siswa melakukan kerja sama dan sekaligus mengatur diri sendiri (self regulated).

Artinya, guru hendaknya mengorganisasikan materi sedemikian rupa sehingga siswa mampu menemukan dan mengembangkan materi melalui sharingmateri dan pengalaman belajar dalam suasana kerja sama. Dalam kelompok kooperatif siswa saling berbagi dan menjadi tutor sebaya, dimana melalui tutor sebaya siswa lebih banyak saling menerima dan memberi materi secara terbuka tanpa adanya jarak karena factor usia seperti halnya dengan guru. Di samping kemampuan kooperatif, juga meteri hendaknya mampu mengembangkan kemampuan siswa untuk mengatur cara belajarnya sendiri, yang tentu memiliki gaya belajar yang berbeda pada setiap diri siswa sebagai pembelajar. Oleh karena itu, guru seyogianya mengemas meteri untuk dapat didiskusikan dalam kelompok belajar kooperatif, dan sekaligus materi untuk tugas mandiri siswa.

6. Mengembangkan kemampuan melakukan refleksi.

Materi mampu mengembangkan kemampuan siswa untuk melakukan refleksi berupa kemampuan umpan balik terhadap penguasaan dirinya terhadap fakta, konsep, prinsip, dan prosedur dikembangkan materi dan refleksi terhadap penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.Jika digambarkan maka dalam mengembangkan materi pembelajaran berbasis nilai/kontekstual, guru hendaknya melakukan hal sebagai berikut :

Gambar : 5.1

ALUR ANALISIS PENGEMBANGAN MATERI DALAM PEMBELAJARAN BERKARAKTER/ KONTEKSTUAL

Gambar 5.1: Alur Analisis Pengembangan

Materi Dalam Pembelajaran Karakter/Kontekstual Sumber : Komalasari, 2010:41

7. Mengaitkan materi PAI dengan Cerita

Materi PAI yang terkandung dalam buku-buku pembelajaran pada umumnya terdiri dari materi yang bersifat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur. Materi PAI pada umumnya bersifat terstruktur yang dimulai dengan definisi, dalil, terjemahan dalil, penjelasan dalil, bagian-bagian dari materi pokok, misalnya tujuan, fungsi, ciri-ciri, cara melaksanakan dan sedikit tentang hikmah dalam materi pokok. Agar materi dapat ditarik hikmahnya, dimaknai, dan dihayati nilai-nilai karakternya, guru PAI seharusnya mengembangkan materi PAI berbasis karakter dengan mengaitkan materi dengan cerita, kisah, riwayat, tentang orang-orang shaleh, kepahlawanan, kepemimpinan, orang yang berbakti pada orang tua dan kisah lainnya yang biasanya terdapat dalam riwayat hadits.

ALUR ANALISIS PENGEMBANGAN MATERI DALAM PEMBELAJARAN BERKARAKTER/ KONTEKSTUAL

Standar Kompetensi

Kompetensi Dasar

Indikator

Materi terkait dengan materi lain dalam suatu

pelajaran dan materi pelajaran

lain

Materi dapat diaplikasikan dalam kehidupan

Materi dalam Pembelajaran Kontekstual

Materi berupa fakta, konsep, prinsip, prosedur nilai dan sikap

dari SK, KD, dan indikator

Materi terkait dengan lingkungan fisik, social, budaya, ekonomi, poilitik,

psikologi

Materi mengembangkan kemampuan kooperaif dan

kemandirian

Materi mengembangkan kemampuan reflektif

Materi memberikan pengalaman langsung

melalui inkuiri

Pemimpin yang sederhana, amanah, dan adil dapat diambil dari kisah Khalifah Umar Bin Abdul Aziz yang tidak membolehkan dirinya dan keluarganya memakan 1 buah jerukpun yang akan dibagikan kepada rakyatnya. Umar Bin Abdul Aziz tidak mau menggunakan kendaraan dinas dan fasilitas negara untuk kepentingan pribadi, misalnya ketika Beliau hendak melaksanakan shalat di masjid yang sangat jauh dari rumahnya dengan berjalan kaki dan tidak menggunakan kendaraan unta (milik negara). Umarpun selalu mencuci pakaian yang telah dipakainya, yang baru saja dipakai dari kegiatan negara bila hendak melaksanakan shalat Jumat dan menjadi khatib pada shalat Jumat tersebut.

Kisah selanjutnya dari khalifah Umar Bin Khattab yang sederhana, dimana rumahnya hanya terbuat dari kayu dan pelepah kurma, pada hal Beliau adalah seorang khalifah atau pemimpin negara. Beliaupun adalah orang yang bertanggung jawab pada kemimpinannya, hal ini terlihat dari kebiasaannya memberikan bantuan kepada rakyat jelata.

Pernah pada suatu malam, khalifah menyamar sebagai rakyat biasa dan berjalan-jalan mengitari rumah penduduk. Suatu saat langkahnya terhenti, ketika ia mendengar seorang anak kecil yang menangis karena kelaparan. Lalu Umarpun mengintip dan melihat seorang ibu yang sedang merebus batu sambil membujuk anaknya agar bersabar menunggu makanannya masak, sampailah akhirnya anaknya tertidur.

Hati Umarpun terenyuh dan sedih menyaksikan peristiwa ini. Lalu keesokkan harinya, Beliaupun memerintahkan kepada pegawainya agar mengirimkan sekarung gandum di rumah ibu dan anak yang kelaparan tersebut.

Kisah kerja keras dan kemuliaan seorang tukang batu yang menafkahi keluarganya dari hasil memecahkan batu. Pada masa Rasulullah, ketika Rasulullah pulang dari peperangan Tabuk saat itu Rasulullah melihat seorang tukang batu yang bekerja keras dengan keringat yang bercucuran dari badannya di sudut kota Mekkah. Lalu Rasulullah menghampirinya dan mencium tangannya. Padahal Rasulullah tidak pernah mencium tangan siapapun, baik pada pemimpin Quraisy, Romawi, Pahlawan dan lain-lainnya. Dalam sejarah disebutkan, bahwa Rasulullah hanya mencium tangan anaknya Fatimah Az-Zahrah dan si tukang batu. Rasulullahpun bersabda bahwa apa dikerjakan oleh si tukang batu adalah Fisabilillah (berjuang di jalan Allah) dan Allah Swt sangat memuliakan pekerjaan si tukang batu.

Selanjutnya kisah kejujuran Abdul Qadir Al-Jailani (seorang pemuka

agama, tokoh dalam sejarah Islam). Abdul Qadir Al-Jailani adalah seorang yang selalu berkata benar dan tidak pernah menyembunyikan apapun. Suatu hari ketika Abdur Qadir Al-Jailani yang masih kecil hendak berangkat menuntut ilmu bersama rombongan kafilah.

Ketika hendak berangkat, Abdur Qadir Al-Jailani dibekali oleh ibunya uang 40 dinar yang ditaruh di dalam kocek di bawah ketiaknya. Di tengah perjalanan di daerah Hamdan, ada sejumlah sekawanan besar perampok yang menghadang mereka. Lalu mengambil harta benda rombongan kafilah. Tak seorangpun dari kawanan perampok yang mengambil harta milik Abdul Qadir Al-Jailani. Tetapi ada seorang kawanan perampok yang bertanya kepada Abdul Qadir Al- Jailani, apakah memiliki uang, lalu Beliau menjawab bahwa Beliau memiliki uang pemberian ibunya sejumlah 40 dinar yang dismpan dalam kantong baju di bawah ketiaknya. Setengah tidak percaya, lalu perampok tersebut menggeledah pakaian Abdur Qadir Al-Jailani. Lalu ditemukan uang sejumlah 40 dinar. Pimpinan perampok terheran- heran mengapa Abdur Qadir Al-Jailani sangat jujur. Lalu Abdur Qadir Al-Jailanipun mengatakan bahwa ia ingin menepati janji kepada ibunya untuk berkata benar. Kemudian pimpinan perampokpun menangis tersedu menyaksikan kejujuran Abdul Qadir Al-Jailani tersebut. Lalu iapun bertaubat kepada Allah Swt dan tidak merampok lagi.

Banyak lagi cerita atau kisah nyata, baik yang terkandung dalam Al-Qur’an, Hadits, Kisah para Ulama dan lainnya yang dapat menjadi pelajaran dan bahkan sangat banyak mengandung nilai-nilai karakter yang sangat bermanfaat bagi anak didik, sehingga terkesima, terenyuh, terharu, dan dapat mempengaruhi kejiwaannya, sehingga diharapkan peserta didik menteladani kemuliaan dari tokoh-tokoh yang diceritakan.

Banyak hal yang dapat dilakukan oleh guru untuk menyampaikan materi berbasis karakter. Akan tetapi dalam penyampaian materi ada beberapa hal yang harus guru perhatikan. Mulyasa, (2006:12) menyatakan bahwa pengembangan materi standart perlu memperhatikan beberapa kriteria, seperti validity, significance, utility, ability, learn, dan interest, sebagai berikut :

a. Validity

Validity artinya tingkat kebenaran atau keabsahan suatu materi.

Artinya penjabaran materi pelajaran perlu mempertimbangkan tingkat kebenaran materi yang akan diajarkan harus dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah. Validity juga berkaitan dengan keaktualan (up-to-date) dan relevansi materi pokok.Sebelum memberikan

pembelajaran seorang guru harus yakin bahwa materi diberi telah teruji kebenarannya. Rasulullah SAW bersabda artinya sebagai berikut :

“Katakanlah kebenaran (kesohihan) itu sekalioun itu pahit”

Dari hadist diatas dapat di artikan bahwa guru harus menyampaikan materi yang sesungguhnya kepada peserta didik, hal ini dimaksudkan untuk menghindari memberikan materi (data, dalil, teori,konsep, dan sebagainya) yang sebenarnya masih diperdebatkan dan dipertanyakan.

Dalam materi fiqih pada mata pelajaran pendidikan agama Islam dalam penyampaian materi pembelajaran, melihat tingkat kebenaran atau keshahihan sangatlah penting, apalagi disaat menjelaskan tentang hadist yang berkaitan dengan materi fiqih, melihat dan mempertimbangkan tingkat keshahihan hadist sangat penting, kemudian dalam penyampaian materi juga bahan ajar yang kita ajar harus dapat dipertanggug jawabkan kebenarannya. Materi yang kita sampaikan juga harus melihat sesuai dengan kebutuhan siswa.

b. Significance

Significance Artinya tingkat kepentingan materi tersebut untuk dipelajari. Guru harus yakin bahwa materi yang dijarkan memang perlu bagi peserta didik, pentingnya materi tersebut dipelajaridan berhubungan langsung dengan pementukan kompetensi.

Dalam materi fiqih melihat tingat kepentingan itu sangat penting, apalagi materi fiqih ini menyangkut masalah ibadah dan hukum Islam, memberi bahan ajar sesuai dengan kebutuhan dan keperluan siswa harus diperhatikan seperti contoh tentang shalat, puasa, zakat, haji, sampai mengurus jenazah, dan lain sebagainya.

c. Unitilty

Unitily Artinya bagaimana manfaat, untuk kegunaan materi pembelajaran bagi peserta didik, baik secara akademis maupun non akedemis. Bermanfaat secara akademis maksudnya guru harus yakin bahwa materi yang akan diajarkan dapat memberikan dasar-dasar dan keterampilan yang akan dikembangkan lebih lanjut di perguruan tinggi.

Bermanfaat secara non akdemis maksudnya adalah bahwa materi yang diajarkan dapat mengembangkan keterampilan sosial yang diperlukan sehari-hari.

Dalam materi fiqih dalam mata pelajaran Agama Islam melihat dan mempertimbangkan masalah manfaat bahan ajar atau materi pembelajaran fiqih sangat diperlukan misalnya materi fqih materi ajar berupa aqidah dan hukum-hukum Islam sangat perlu disampaikan

karena materi tersebut selain untuk diamalkan juga bisa dikembangkan jika siswa melanjutkan ke perguruan tinggi.

d. Learn ability

Learn ability artinya memungkinkan siswa untuk mempelajarinya, baik berkaitan dengan tingkat kesulitan (tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sulit ) maupun dengan tingkat kelayakan, dilihat dari segi ketersediaan bahan ajar dan kondidsi setempat.

Dalam materi fiqih pada matapelajaran pendidikan agama Islam ada beberapa bahan ajar yang memungkinkan untuk dipelajari yang berkaitan dengan tingkat kesulitan (tidak terlalu mudah atau tidak terlau sulit) maupun dengan tingkat kelayakan, dilihat dari ketersediaan bahan ajar dan kondisi setempat, seperti contoh praktik ibadah haji.

e. Interest

Interest artinya apakah materi tersebut cukup menarik dan dapat memotivasi peserta didik untuk belajar lebih lanjut. Dalam materi fiqih mata pelajaran Pendidikan Agama Islam mempertimbangkan tentang interest ini perlu juga karena ada beberapa materi dalam materi fiqih yang bisa memotivasi peserta didik seperti contoh jual beli riba dalam Islam, hal ini akan mamacu siswa untuk mempelajari karena jual beli dan riba tidak jauh dari aktivitas sehari-hari, sehingga siswa tertarik untuk mengetahui dan mempelajari materi tersebut.

Pengembangan materi perlu memperhatikan beberapa kriteria seperti di atas karena materi yang diajarkan harus dipertanggungjawabkan secara ilmiah, baik itu berkaitan dengan keaktualan, up to date, dan relevansi dengan keadaan saat ini.Sedangkan menurut Syaodih, (2003:

100) menjelaskan bahwa ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam memilih, menetapkan, dan mengembangkan materi, yaitu : 1) Tujuan pengajaran materi hendaknya ditetapkan dan dikembangkan

dengan mengacu pada tujuan-tujuan kompetensi yang ingin dicapai.

2) Pentingnya bahan ajar, yakni bahan ajar yang diajarkan merupakan bahan-bahan yang betul-betul penting, baik dilihat dari segi tujuan yang ingin dicapai, maupun fungsinya untuk mempelajari bahan berikutnya.

3) Nilai praktis, yang dipilih hendaknya bermakna bagi siswa, dalam arti.

4) Tingkat perkembangan peserta didik, yakni kedalaman materi hendaknya ditetapkan dengan memperhitungkan tingkat

perkembangan berfikir siswa yang bersangkutan.

5) Tata urutan yaitu materi hendaknya ditata dalam urutan yang memudahkan dipelajarinya keseluruhan materi oleh peserta didik.

Dari pendapat Syaodih dapat diambil kesimpulan bahwa beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pemlihan materi yaitu materi pembelajaran hendaknya ditetapkan dan dikembangkan dengan mengacu pada tujuan-tujuan komeptensi yang ingin dicapai, materi pembelajaran yang diajarkan merupakan bahan-bahan yang betul- betul penting, baik dilihat dari segi tujuan yang ingin dicapai, maupun fungsinya untuk mempelajari bahan berikutnya, materi pembelajaran hendaknya bermakna bagi siswa, kedalaman materi yang dipilih hendaknya ditetapkan dengan memperhitungkan tingkat perkembangan siswa yabg bersangkutan, yang terakhir adalah materi yang diberikan itu ditata dalam urutan yang memudahkan dipelajari keseluruhan materi oleh peserta didik.

Pemberian materi pembelajaran memang penting untuk memberi wawasan dan pengetahuan yang luas mengenai nilai-nilai pribadi dan sosial dalam pendidikan karakter kepada siswa.Agar nilai-nilai yang terdapat dalam ajaran Islam dan termaktub dalam materi tersebut dapat diinternalisasikan kepada peserta didik, maka perlu disusun dan dikembangkan materi yang dapat menggugah kejiwaan siswa, sehingga siswa dapat memahami dan menghayati materi tersebut dengan baik.

Selain itu, pengembangan materi berbasis karakter sangat berpengaruh terhadap tingkat pemahaman peserta. Karena sejauh apapun materi dapat dikuasai guru tanpa adanya pengembangan materi yang mudah dipahami oleh siswa, maka tujuan pembelajaran tidak akan tercapai dengan sepenuhnya.

8. Analisis Materi Pendidikan Agama Islam Berbasis Karakter

Pendidikan Agama Islam (PAI) adalah pendidikan yang terencana untuk menyiapkan peserta didik dalam meyakini, memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, atau latihan (Marno, 2011:101). Bidang studi PAI meliputi: Aqidah-Akhlak, Qur’an-Hadits, Fiqh, dan Sejarah Kebudayaan Islam (SKI). Materi Aqidah menekankan pada kemampuan memahami dan mempertahankan keyakinan/keimanan yang benar serta menghayati dan mengamalkan nilai-nilai yang terkandung dalam nama-nama Allah Swt. (al-Asma’ al-Husna)

Materi Akhlak lebih menekankan pada pembiasaan untuk menerapkan akhlak terpuji (al-akhlak al-mahmudah) dan menghindari

akhlak tercela (al-akhlak al-mazmumah) dalam kehidupan sehari-hari.

Akhlak mempelajari atika hubungan antara manusia dengan tuhannya Allah, manusia dengan sesama manusia, dan manusia dengan lingkungan alam sekitar (Ihsan). Relasi atau hubungan ketiganya ini harus harmonis sebagaimana yang ditunjukkan dalam al-Qur’an surat al-Qashash ayat 77 yaitu sebagai berikut :

“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan”. (Q. S.

Al-Qashash/28: 77)

Sementara itu materi al-Qur’an Hadits menekankan pada kemampuan baca tulis huruf hijaiyah pada umumnya dan al-Qur’an dan hadits khususnya dengan baik dan benar, memahami arti dan maknanya secara tekstual maupun kontekstual serta mengamalkan kandungan dan nilai-nilainya dalam kehidupan sehari-hari. Al-Qur’an marupakan salah satu wahyu Tuhan yang kebenarannya bersifat absolut. Materi Fiqih menekankan pada aspek syariah dan muamalah, yakni pada kemampuan cara melaksanakan ibadah dan muamalah yang baik dan benar, bersifat fleksibel dan kontekstual. Adapun materi Tarikh atau Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) lebih menekankan pada kemampuan mengambil hikmah, pelajaran (ibrah) dan pesan dari peristiwa- peristiwa bersejarah masa lalu yang menyangkut berbagai sisi dalam kehidupan manusia, yaitu social, budaya, politik, ekonomi, iptek, dan seterusnya serta meneladani sikap, sifat dan perjuangan para tokoh berprestasi mulai dari Nabi Muhammad Saw, para Sahabat hingga para tokoh sesudahnya bagi pengembangan kebudayaan dan peradaban Islam masa kini. Prinsip yang digunakan dalam melihat sejarah masa lalu adalah: “Meneladani hal-hal yang baik dan meninggalkan hal-hal yang buruk serta mengambil hikmah dan Ibrah dari peristiwa tersebut untuk pelajaran masa kini dan masa yang akan datang”. Pelajaran SKI juga harus berwawasan transformatif-inovatif dan dinamis.

Sementara itu pada materi Aqidah, mempelajari sifat-sifat Tuhan (Aqidat al- Awwam) yang berjumlah 20 (dua puluh) sifat atau mengenal sifat-sifat Tuhan yang 99 sepertimana yang tercantum dalam beberapa