• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan Strategi Pembelajaran Berkarakter

STRATEGI PEMBELAJARAN PAI BERBASIS KARAKTER

C. Pengembangan Strategi Pembelajaran Berkarakter

Lebih jauh pembahasan mengenai bagaimana mengembangkan strategi pembelajaran yang berkarakter sudah dirumuskan dalam salinan Permendikbud No, 81A Tahun 2013 (Permendikbud No.

81A Tahun 2013:33) bahwa strategi pembelajaran harus dirancang untuk menunjang pencapaian kompetensi yang telah ditentukan dalam dokumen kurikulum agar setiap individu peserta didik mampu menjadikan dirinya sebagai pebelajar yang mandiri sepanjang hayat.

Dan yang pada gilirannya mereka menjadi bagian penting untuk mewujudkan budaya masyarakat belajar. Kualitas lainnya yang dikembangkan kurikulum dan harus terealisasikan dalam proses pembelajaran antara lain kreativitas, kemandirian, kerja sama, kepedulian, demikrasi, solidaritas, kepemimpinan, empati, toleransi dan kecakapan hidup peserta didik guna membentuk watak peserta didik lebih baik serta meningkatkan peradaban dan martabat bangsa.

Untuk mencapai mutu yang telah terencana dalam dokumen kurikulum, kegiatan pembelajaran harus berlandaskan pada prinsip yang: (1) berpusat pada peserta didik, (2) menumbuh-kembangkan kreativitas peserta didik, (3) merancang situasi dan kondisi belajar

menarik, menyenangkan dan menantang, (4) mengandung unsur nilai, etika, seni, nalar, dan kinestetika, dan (5) menyediakan pengalaman belajar yang bervariasi melalui implementasi strategi yang variatif dan metode pembelajaran yang menyenangkan, kontekstual, efektif, efisien, dan bermakna. Di dalam pembelajaran, peserta didik dimotivasi untuk menggali secara mandiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengasimilasi informasi baru dengan yang sudah ada dalam memori otaknya atau sudah dipelajari sebelumnya, dan melakukan pengembangan menjadi keterampilan atau kemampuan yang relevan dengan lingkungan, situasi dan kondisi dimana dirinya hidup. (Permendikbud No. 81A Tahun 2013:33)

Kurikulum 2013 berpandangan bahwa informasi atau pengetahuan tidak dapat disalurkan atau dipindahkan dengan mudah oleh guru terhadap peserta didik. Peserta didik merupakan subjek yang memiliki daya dan upaya untuk berperan aktif dalam mencari, mengolah, merangkai, dan memanfaatkan pengetahuan. Oleh sebab itu pembelajaran harus mampu memaksimalkan kesempatan yang diberikan kepada peserta didik untuk mengkonstruksi pengetahuan dalam proses kognitifnya. Agar benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, peserta didik perlu dimotivasi untuk bekerja memecahkan masalah, menemukan segala sesuatu untuk dirinya, dan berupaya keras mewujudkan berbagai gagasannya.

Guru memberikan kemudahan untuk proses ini, dengan mengembangkan suasana belajar yang memberi kesempatan seluas- luasnya bagi peserta didik untuk menemukan, menyusun, menerapkan ide-ide mereka sendiri, menjadi sadar dan secara sadar menggunakan strategi yang telah disusun untuk belajar. Guru mengembangkan kesempatan belajar kepada peserta didik untuk menapaki anak tangga yang membawa peserta didik pada tingkatan pemahaman yang lebih tinggi, yang pada awalnya memerlukan bimbingan pendidik tetapi semakin lama semakin mandiri. Bagi peserta didik, pembelajaran harus berkembang dari “penerima informasi” menjadi “aktif mencari informasi”.Dalam pembelajaran, peserta didik membangun dan menyusun pengetahuan bagi dirinya. Bagi peserta didik, pengetahuan yang dimilikinya tidaklah statis melainkan bersifat dinamis, berkembang dari sederhana menuju kompleks, dari ruang lingkup pribadinya dan di sekitarnya menuju ruang lingkup yang lebih luas, dan dari yang bersifat konkrit menuju abstrak. (Permendikbud No. 81A Tahun 2013:34)

Berdasarkan uraian di atas, sebagai manusia yang sedang

berkembang, peserta didik telah, sedang, dan/atau akan mengalami empat tahap perkembangan intelektual, yakni tahap sensori motor, tahap pra-operasional, tahap operasional konkrit, dan tahap operasional formal. Pada umumnya jenjang pertama terjadi sebelum seseorang memasuki usia sekolah, jejang kedua dan ketiga dimulai ketika seseorang menjadi peserta didik di jenjang pendidikan dasar, sedangkan jenjang keempat dimulai sejak tahun kelima dan keenam sekolah dasar.

Proses pembelajaran sejatinya terjadi secara internal dalam diri peserta didik. Proses tersebut bias saja terjadi disebabkan oleh stimulus yang berasal dari luar diri peserta didik yang didapatkan dari proses interaksi dengan guru, teman, dan/atau lingkungan. Proses tersebut mungkin pula terjadi disebabkan oleh stimulus yang berasal dari dalam diri peserta didik yang terutama disebabkan oleh kekuatan dorongan berupa rasa ingin tahu. Sama halnya dengan akibat adanya stimulus sebagaimana diuraikan di atas,, proses pembelajaran dapat pula terjadi disebabkan oleh adanya gabungan dari kedua stimulus baik dari luar maupun dari dalam diri peserta didik. Dalam proses pembelajaran, guru hendaknya mengarahkan dan menumbuh-kembangkan kedua stimulus tersebut yang melekat pada diri setiap peserta didik.

Dalam pembelajaran, peserta didik harus diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk dapat terlibat secara aktif dalam rangka mengembangkan potensi dirinya menjadi kompetensi. Guru perlu merancang kegiatan yang dapat memberikan pengalaman belajar bagi peserta didik untuk melakukan berbagai aktivitas yang memberikan peluang bagi mereka untuk mengembangkan potensi yang terdapat dalam diri mereka menjadi kompetensi sebagaimana yang telah ditetapkan dalam dokumen kurikulum atau lebih. Pengalaman belajar harus diberikan secara ajeg agar pengalaman yang diperoleh peserta didik semakin lama semakin meningkat, semakin berkembang dan pada akhirnya diharapkan akan menjadi kebiasaan belajar mandiri dan berkelanjutan sebagai salah satu dasar untuk belajar sepanjang hayat.

Dalam pelaksanaan suatu kegiatan belajar dapat terjadi pengembangan pengetahuan, sikap, dan keterampilan dalam kombinasi dan penekanan yang bervariasi. Setiap satu kegiatan belajar mengandung komponen dan penekanan yang berbeda dari kegiatan belajar lainnya yang tergantung dari sifat muatan materi pokok yang dipelajari. Meskipun demikian, pengetahuan selalu menjadi cikal bakal dan unsur penggerak untuk pengembangan kemampuan lain.

(Permendikbud No. 81A Tahun 2013:34)

Kegiatan pembelajaran dalam upaya pengembangan karakter peserta didik memerlukan adanya penggunaan pendekatan dan strategi pembelajaran yang berkarakter. Berbagai strategi telah banyak ditemukan dan diterapkan dalam kegiatan pembelajaran yang tidak hanya memiliki agar peserta didik memiliki kompetensi dan keterampilan tertentu akan tetapi juga memiliki karakter mulia.

Penggunaan strategi tertentu harus disesuaikan dengan karakteristik pelajaran, tujuan pembelajaran, materi pelajaran, dan nilai-nilai yang hendak dikembangkan. Melalui nilai-nilai karakter yang akan dikembangkan guru dapat membantu peserta didik mengembangkan ide, pola berpikir dan menyampaikan pendapat, dan berbagai keterampilan sikap yang harus dimiliki peserta didik untuk menuju kedewasaan.

Penggunaan strategi dan metode pembelajaran PAI, misalnya harus disesuaikan dengan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang akan dikembangkan oleh peserta didik. Sebagaimana uraian di bawah ini :

1. Pengetahuan yang memerlukan pengamatan. Pengetahuan yang dimiliki oleh anak secara umum diperoleh dengan cara mengamati dengan memanfaatkan alat indera yang dimiliki. Contoh pengetahuan tentang bacaan dan tata cara shalat. Dengan mendengar penjelasan dari guru murid dapat mengetahui melalui indera pendengar, dan begitu pula dengan membaca maka indera penglihatan yang berfungsi untuk mendapatkan informasi, dari contoh di atas maka metode yang sesuai dengan materi tentang shalat adalah metode ceramah metode resitasi atau metode proyek (dalam hal ini proyek tentang shalat)

2. Bahan yang memerlukan keterampilan atau gerakan tertentu.

Untuk mengusai materi dengan jenis seperti ini anak didik harus belajar secara motoris (motor type of learning) misalnya bahan pelajaran tentang jenazah (mengkafani jenazah) guna menguasai keterampilan tersebut guru harus memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan serangkaian kegiatan yang berhubungan dengan gerakan-gerakan atau keterampilan mengukur, menggunting kain kafan, mengkafani jenazah serta keterampilan membaca doa atau bacaan yang berhubungan dengan jenazah. Dari contoh di atas maka metode yang relevan adalah metode demonstrasi dan drill.

3. Bahan yang mengandung materi hafalan. Uraian materi pada pedidikan agama dengan tipe demikian termasuk cukup banyak dan segera harus dibaca dan dihafalkan karena akan diterapkan dalam

beribadah dan beramal, untuk menguasai bahan hafalan ini diperlukan jenis belajar menghafal (memory type of learning). Belajar dengan tipe menghafal kerap kali menimbulkan kendala yaitu anak tahu cara penyebutan kata-kata, definisi dan sebagainya, tetapi sulit untuk memahami, kendala ini dikenal dengan istilah kendala verbalisme.

Untuk menghindarkan anak dari kendala tersebut perlu diperhatikan prinsip-prinsip berikut : Bahan yang akan diajarkan hendaknya diupayakan agar dipahami benar-benar oleh anak. Dan Bahan hafalan hendaknya merupakan materi yang sudah disederhanakan, jadi untuk materi hafalan metode yang relevan adalah metode resitasi dan tanya jawab.

4. Bahan yang mengandung unsur emosi. Materi pelajaran yang didalamnya terdapat unsure-unsur emosi seperti kejujuran, keberanian, kesabaran, kegembiraan, kasih sayang dan sebagainya membutuhkan jenis tipe belajar yang tidak sama dengan materi tipe lainnya. Untuk menguasai materi dengan bahan yang mengandung unsure emosi diperlukan tipe pembelajaran dengan pendekatan emosi pula yang disebut emosional type of learning, dibandingkan dengan tipe belajar yang lain, tipe belajar emosi kurang dan belum mendapat perhatian secara optimal. Hal ini mungkin disebabkan oleh karena jenis belajar ini kurang dipahami dan dalam pelaksanaannya dapat dikatakan tidak mudah.

Strategi pembelajaran mestinya disusun untuk membantu dan mendorong pencapaian kompetensi yang telah tercantum dalam dokumen kurikulum agar setiap individu mampu menjadi pebelajar mandiri sepanjang hayat. Dan kelak pada saatnya dimana sudah menjadi manusia dewasa mereka akan menjadi bagian penting untuk mewujudkan suatu budaya masyarakat belajar. Mutu lain yang harus dikembangkan dalam kurikulum dan harus terealisasikan dalam proses pembelajaran antara lain kreativitas, kemandirian, kerja sama, solidaritas, kepemimpinan, empati, toleransi dan kecakapan hidup peserta didik guna membentuk watak serta meningkatkan peradaban dan martabat bangsa. Untuk mencapai mutu atau kualitas yang telah dirancang dalam dokumen kurikulum, kegiatan pembelajaran memerlukan adanya prinsip yang: (1) berpusat pada peserta didik (pupil center/student center), (2) mengembangkan aktivitas, inovasi dan kreativitas peserta didik, (3) menciptakan suasana belajar yang menarik, menyenangkan dan menantang, (4) bermuatan nilai, etika, estetika, logika, dan kinestetika, dan (5) merancang kegiatan pembelajaran

yang dapat memberikan pengalaman belajar yang beragam melalui penerapan berbagai strategi dan metode pembelajaran yang sesuai dengan konteks kehidupan sehari-hari, menarik, menyenangkan, efektif, efisien, dan berkesan. Di dalam pembelajaran, peserta didik dimotivasi untuk menumbuhkan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengasimilasi informasi baru dengan yang sudah ada dalam ingatannya, dan melakukan pengembangan menjadi informasi atau kemampuan yang sesuai dengan lingkungan dan waktu ia hidup. (Permendikbud No. 81A Tahun 2013:33)

Selanjutnya Anas Salahudin (2013: 216) menjelaskan tentang langkah-langkah penerapan strategi yang berbasis karakter, sebagai berikut : Langkah I, Strategi pembelajaran yang terbaik ialah dengan membatasi alokasi waktu dalam melakukan presentasi (30 %), mengalokasikan waktu terbanyak (70 %) untuk aktivitas peserta didik. Dengan aktivitas tersebut, secara otomatis peserta didik akan belajar. Perlunya perlakuan demikian karena modalitas belajar (cara informasi masuk) ke dalam otak melalui panca indra yang dimiliki manusia antara yang satu dengan lainnya sangat berbeda. Langkah 2,

“Otak manusia lebih cepat menangkap dan mengolah informasi yang berasal dari modalitas visual yang bergerak” (Venon Magnesen, dari Texas University) Untuk merancang strategi pembelajaran terbaik ialah dengan menggunakan modalitas belajar yang tinggi, yaitu dengan modalitas kinestetis dan visual dengan akses informasi melihat (indera penglihat), mengucapkan atau menyampaikan pendapat, dan melakukan (learning by doing). Langkah 3, Strategi pembelajaran terbaik ialah dengan mengaitkan materi yang diajarkan dengan situasi dan kondisi kehidupan sehari-hari yang mengandung keselamatan hidup (contextual learnig). Langkah 4, Strategi pembelajaran terbaik adalah menyampaikan materi kepada peserta didik dengan melibatkan unsur emosinya. Guru hendaknya menghindari penyampaian materi secara monoton dan membosankan. Langkah 5, Strategi pembelajaran terbaik adalah pembelajaran yang melibatkan peran serta pesereta didik guna menghasilkan manfaat yang nyata dan dapat langsung dibicarakan oleh orang lain. Peserta didik merasa mempunyai kemmapuan untuk menunjukkan eksitensi dirinya. Lebih lanjut Anas Salahudin (2013 : 217) menjelaskan tentang strategi belajar dalam menciptakan suasana belajar mengajar yang efektif, yaitu :

1. Membangun motivasi peserta didik, yaitu : mencitakan persaingan (kompetensi) menciptakan tujuan antara atau target

(pace making), memberikan kesempatan untuk berhasil, mengadakan penilaian, dan menghargai peserta didik

2. Melibatkan peserta didik dalam proses belajar mengajar, yaitu memberikan kemerdekaan kepada peserta didik untuk mengemukakan ide, gagasan, pendapat, komentar, saran, dan kritik yang membangun, menciptakan suasana belajar mengajar yang terbuka (fair) dalam batas-batas yang wajar dan etis dan memberikan penghargaan atas keterlibatan peserta didik dalam proses belajar mengajar dengan cara memberikan nilai tambah, membangun cara pesrcaya diri peserta didik di hadapan teman-temannya, mengurangi dominasi pendidik dalam proses pembelajaran

3. Pandai menarik minat dan perhatian peserta didik, yaitu tampil dengan prima pada saat memulai pelaksanaan proses pembelajaran, variasi dalam penggunakan metode dan media pembelajaran, kuasi materi pembelajaran dengan keterampilan didaktik, selingi proses pembelajaran dengan humor yang terkendali, sesuaikan proses pembelajaran dengan kondisi dan kapasitas kemampuan peserta didik, ciptakan suasana kelas aman, tertib, hangat, dan terkendali., hargai setiap peserta didik sebagai manusia yang utuh, ciptakan suasana pembelajaran yang serius, tetapi santai, ikutkan para peserta didik untuk menata ruangan kelas sehingga menarik minat dan perhatian mereka untuk belajar, berikan penekanan pada materi-materi tertentu dengan komunikasi yang baik, libatkan indra dan perasaan peserta didik dalam proses belajar, pujilah peserta didik apabila menunjukkan prestasi sekecil apapun, pahami kebutuhan peserta didik dan patuhi kebutuhan itu. (Anas Salahudin, 2013: 216)

D. Jenis-jenis Strategi dan Metode Pembelajaran Berbasis Karakter